Anda di halaman 1dari 25

STANDART OPERASIONAL NEBULIZER

PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator
TUJUAN
Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
Melonggarkan jalan nafas

Tahap Persiapan
Persiapan Pasien
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
4. Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan tindakan
5. Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
B. Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu dan memasang sampiran
C. Persiapan Alat
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
7. Tissue
II. Tahap Pelaksanaan
1. Mencuci tangan dan memakai handscoon
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
3. Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed pasien
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memasukkan obat sesuai dosis
6. Memasang masker pada pasien
7. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
8. Matikan nebulizer
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
10. Bereskan alat
11. Buka handscoon dan mencuci tangan
III. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi
SOP PEMASANGAN INFUS
PENGERTIAN Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan melalui parenteral
TUJUAN Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
KEBIJAKAN
1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra
vena (I.V)
2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intra vena (ukuran sesuai)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Desinfektan
7. Torniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester / hypafix
11. Kassa steril
12. Penunjuk waktu Page 49

PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
2. Menutup saluran infus (klem)
3. Menusukkan saluran infus dengan benar
4. Menggantung botol cairan pada standard infuse
5. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda
6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam slang
7. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
8. Memasang perlak dan alasnya
9. Membebaskan daerah yang akan di insersi
10. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
11. Memakai hand schoen
12. Membersuhkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar
dari dalam keluar)
13. Mempertahankan vena pada posisi stabil
14. Memegang IV cateter dengan sudut 300
15. Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap keatas
16. Memastikan IV cateter masik intra vena kemudian
menarik Mandrin + 0,5 cm
17. Memasukkan IV cateter secara perlahan
18. Menarik mandrin dan menyambungkan dengan selang
infuse
19. Melepaskan toniquet
20. Mengalirkan cairan infuse
21. Melakukan fiksasi IV cateter
22. Memberi desinfeksi daerah tusukan dan menutup
dengan kassa
23. Mengatur tetesan sesuai program
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
SOP PERAWATAN LUKA KOTOR

PENGERTIAN
Melakukan tindakan perawatan : mengganti balutan, membersihkan
luka pada luka kotor
TUJUAN
1. Mencegah infeksi
2. Membantu penyembuhan luka
KEBIJAKAN Dilakukan pada luka kotor
PETUGAS Perawat
PERALATAN
Bak Instrumen yang berisi:
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah
PERALATAN
Bak Instrumen yang berisi:
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah

PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas
3. Membuka peralatan
4. Memakai sarung tangan
5. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan
buka menggunakan pinset
6. Membuka balutan lapis luar
7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8. Membuka balutan lapis dalam
9. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk
mengeluarkan pus
10. Melakukan debridement
11. Membersihkan luka dengan cairan NaCl
12. Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan
kasa
13. Memasang plester atau verband
14. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

SOP PENILAIAN BALANCE CAIRAN

PENGERTIAN Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh


TUJUAN
Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
KEBIJAKAN Pasien dengan kecenderungan gangguan regulasi cairan
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Alat tulis
2. Gelas ukur urine/urine bag
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
C. Tahap Kerja
1. Menghitung in take oral (minum)
2. Menghitung in take oral (makan)
3. Menghitung in take parenteral
4. Menentukan cairan metabolisme
5. Menghitung out put urine
6. Menghitung out put feces
7. Menghitung out put abnormal (muntah, drain,
perdarahan dll)
8. Menghitung out put IWL
9. Menghitung balance cairan
D. Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan klien
2. Membereskan alat-alat
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

SOP MENGUKUR TEKANAN DARAH

PENGERTIAN
Mengukur tekanan darah pasien dengan menggunakan alat
tensimeter air raksa
TUJUAN Mendapatkan data obyektif
KEBIJAKAN
1. Pasien baru
2. Perkembangan kondisi pasien

PETUGAS Perawat

PERALATAN
1. Tensimeter
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Alat tulis

PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien: supinasi
2. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila
mungkin
3. Mengukur tekanan darah dengan benar
4. Menghitung pernafasan dan nadi dengan benar
5. Mengukur suhu badan dengan benar
6. Melakukan penilaian kesadaran dengan benar
7. Memantau terjadinya perdarahan dengan benar:
daerah operasi, konjunktiva, Capilery Refill, Hb (bila
perlu)
8. Mencatat hasil pemeriksaan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan


SOP BATUK EFEKTIF
PENGERTIAN
Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di
saluran nafas dengan cara dibatukkan
TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret
KEBIJAKAN
1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas
dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut
tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya
abdomen (cegah lengkung pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3
hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen
dan kontraksi dari otot
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan
pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur
miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali ,
yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan
kuat
11. Menampung lender dalam sputum pot
12. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Tindakan Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine
1 Pengertian Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan
cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam
kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan urin. Kateterisasi urine sedapat
mungkin tidak dilakukan kecuali bila sangat diperlukan, karena dapat
menyebablkan infeksi nosokomial
2 Tujuan 1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan
menghindari kontaminasi.
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien
segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang
keluar.
3. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam kandung kemih melalui
kateter.
4. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil pressure.
3 Hal-hal yang1. Observasi letak meatus uretra
harus 2. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia.
diperhatikan3. Kaji waktu berkemih terakhir.
4 Alat yang
1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
dibutuhkan 2. Kom
3. Kateter sesuai ukutan
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tagan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. KY jelly
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban
12. Selimut mandi
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekken
16. Tempat specimen (jika perlu)
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindaka.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri
 Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
 Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2. Meminta persetujuan tindakan
 Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
 Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan

Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal recumbent, pria:posisi supine dan
melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup bagian
ekstremitas bawah dengan selimut mandi sehingga hanya area perineal yang
terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastic yang
telah disediakan
10. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril.
Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan KY jelly di dalam bak
sterik. Jangan menyentuh area steril
11. Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada
ujung kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap
mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki
13. Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien

Pada wanita
14. Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari
tengah tangan tidak dominan
15. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-
lahan hingga ujung kateter. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter
dimasukkan. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti
sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak
tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan. Lalu segera
sambungkan kateter dengan urine bag
17. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
18. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah
terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
19. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20. Fiksasi kateter:
 Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester pada abdomen
 Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
21. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih
22. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23. Lepaskan sarung tangan
24. Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasi tujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salam terminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula (ruang penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedur pemasangan kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine
Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan

Sop pemasangan oksigen

PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGENASI


A. Pengertian

Merupakan prosedur pemenuhan oksigen dengan menggunakan alat bantu. Pemberian oksigen
pada klien dapat melalui tiga cara yaitu: kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.
B. Tujuan

1. Memenuhi kebutuhan oksigen


2. Mencegah terjadi hipoksia
3. Membantu kelencaran metabolisme
4. Sebagai tindakan pengobatan
5. mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
C. Indikasi

1. Dengan Anoksia atau Hipoksia


2. Kelumpuha alat-alat pernafasan
3. Selama dan sesudah dillakukan narcose umum
4. Mendapatkan trauma paru
5. Tiba-tiba menunjukan tanda-tanda schok, dispneu, cyanosis, apneu dan koma
D. Alat dan Bahan

1. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeterdan humidefier


2. Kateter nasal, kanula nasal atau masker
3. vaselin/jelly
E. Prosedur

1. Kateter Nasal
 jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 cuci tanagan
 observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai
level yang telah di tetapkan
 atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
 atur posisi dengan semi fowler/kenyamanan klien
 ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan
tanda
 buka saluran udara dari flowmeter oksigen
 berikan vaselin/jelly
 masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan
 lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan
lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di bawah uvula)
 fiksasi pada daerah hidung
 periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
 kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 cici tangan setelah melakukan tindakan
NB: konsentrasi O2 24-44% (1-6 ltr)
2. Kanula Nasal
 jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 cuci tanagan
 observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai
level yang telah di tetapkan
 atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian
observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
 pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan klien
 periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
 kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 cici tangan setelah melakukan tindakan
NB:konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr)
3. Masker Oksigen
 jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 cuci tanagan
 atur posisi semi fowlerobservasi humidifier dengan melihat jumlah air yang
sudah disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan atur aliran okigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan
menunjukan adanya gelembug air.
 tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan atur pengikat
untuk kenyamanan kllien
 periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
 kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien
 cici tangan setelah melakukan tindakan
NB: konsentrasi O2 60-80 % (1-10 ltr)
F. Hal yang perluh diperhatikan

1. amati tanda-tanda vital sebelum,selama dan sesudah pemberian oksigen


2. jauhkan klien dari resiko cedera
3.air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai yang dibutuhkan
4. jika alat sudah tidak dipakai cuci dengan bersih dan keringkan dan simpan di tempatnya
5. pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit yang kronis,
hipoventilasi, hypercarbia diikuti penurunan kesadaran
6. terapi oksigen sebaiknya di awali dari 1-7 liter/menit kemudian dinaikkan secara pelan-pelan
sesuai kebutuhan klien.

Referensi :Buku Panduan Kepanitraan Umum Stikes Nani Hasanuddin Makassar 2014/2015
SUNTIKAN INTRAMUSKULAR (IM)

1. Pengertian
Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus)
2. Tujuan
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang diberikan obat secara intramuscular
3. peralatan
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
9. Buku injeksi/daftar obat
A. Tahap PraInteraksi
- Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
- Mencuci tangan
- Menyiapkan obat dengan benar
- Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

B. Tahap Orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja
- Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan
- Memasang perlak dan alasnya
- Membebaskan daerah yang akan di injeksi
- Memakai sarung tangan
- Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan.
Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi.
- Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar \diameter ±5cm)
- Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
- Memasukkan spuit dengan sudut 900, jarum masuk 2/3
- Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
- Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
- Mencabut jarum dari tempat penusukan
- Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan
- Membuang spuit ke dalam bengkok

C. Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
- Berpamitan dengan klien
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Pilihan Tempat Injeksi Intra Muskuler


Paha (vastus lateralis) : posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi.
Ventroglteal : posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan
tempat yang diinjeksi fleksi.



SUNTIKAN INTRAVENA (IV)


1. Pengertian
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena
menggunakan spuit
2. Tujuan dan manfaat
1. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
- Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan .
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi intravena :
-pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
-pada tungkai (vena safena)
-pada leher (vena jugularis)
-pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena


- Buku catatan pemberian obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan sekali pakai
- Obat yang sesuai
- Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Kasa steril
- Bengkok
- Perlak pengalas
- Pembendung vena (torniket)
- Kasa steril
- Betadin

Prosedur Kerja:

- Cuci tangan.
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian
dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
- Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam
bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
- Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
- Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
- Desinfeksi dengan kapas alkohol.
- Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan
pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan
penyuntikan.
- Ambil spuit yang berisi obat.
- Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut
penyuntikan 150 - 300
- Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
- Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas
alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah
penyuntikan (jika ada)

SUNTIKAN SUBKUTAN (SC)


1.Pengertian
Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam bagianbawah kulit.
Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian atas,dan daerah disekitar pusar.
2.Tujuan
Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcuta di bawah
kulit untuk di absorbsi .

Persiapan peralatan pemberian obat subcutan


- Buku catatan pemberian obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan sekali pakai
- Obat yang sesuai
- Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Kasa steril
- Bengkok
3. Prosedur
- cuci tangan
- siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
- identifikasi klien
- beri tahu klien prosedur kerjanya
- atur klien pada posisi yang nyaman
- pilih area penusukan
- pakai sarung tangan
- bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol
- pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
- buka tutup jarum
- tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas
dan menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan sudut 45 0atau 900 .
- lepaskan tarikan tangan non dominan
- tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
- jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat
penusukan selama 2menit,dan observasi adanya memar, jika perlu berikan plester,siapkan obat yangbaru.
- cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
- jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril sampai perdarahan berhenti.
- kembalikan posisi klien
- buang alat yang sudah tidak dipakai
- buka sarung tangan
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah
penyuntikan (jika ada)

SUNTIKAN INTRAKUTAN (IC)


1.Pengertian
Pemberian obat dengan cara intracutan adalah pemberian obat dengan caramemasukkan obat kedalam permukaan
kulit. Tempat penting yang banyak dipakai untuk melakukan suntikan intrakutan adalah bagian atas dari lengan
bawah.
Pemberian obat dengan intracutan :
-Pasien mendapatkan pengobatb sesuai program pengobatan dokter.
-Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
-Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
-Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
Persiapan alat pemberian obat intrakutan
- buku catatan pemberian obat
- kapas alkohol
- sarung tangan sekali pakai
- obat yang sesuai
- spuit 1 ml dengan uk.25,26,atau 27, panjang jarum ¼ samapi 5/8 inci
- pulpen atau spidol
- bak spuit
- baki obat

2. Prosedur
- Cuci tangan.
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan.
- Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.
- Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc
dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
- Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
- Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.
- Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 5 0 – 150 dengan permukaan kulit.
- Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
- Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah
penyuntikan.

@fhara_kim

Andi Fara Fadhilla

Diposkan oleh Fhara kim di 4:21:00 AM


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pengertian Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan
desinfektan.
Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mengangkat jaringan nekrotik
Kebijakan
Prosedur A. Persiapan Alat :
1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
2. Set ganti balutan steril
3. Sepuit 10 cc
4. Kasa steril
5. Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan
6. Bengkok
7. Obat-obatan sesuai program
8. NaCl 0,9 % / aquadest
B. Pelaksanaan :
1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort).
3. Mengatur posisi klien di bed tindakan supaya luka dapat terlihat jelas dan
mudah dilakukan perawatan luka
4. Bila luka bakar tertutup pakaian maka minta ijin untuk membuka pakaian
supaya luka terlihat jelas dan membuka pakaian dengan hati-hati, bila sulit
basahi dengan NaCl 0,9%.
5. Membersihkan luka bakar dengan cara mengirigasi yaitu dengan cara
mengaliri bagian luka menggunakan NaCl 0,9% dengan meletakan bengkok
di bawah luka terlebih dahulu..
6. Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik dengan cara
memotong bagian nekrotik dengan mengangkat jaringan nekrotik
menggunakan pinset chirurgis dan digunting dengan gunting chirurgis
mulai dari bagian yang tipis menuju ke bagian tebal.
7. Bila ada bula dipecah dengan cara ditusuk dengan jarum spuit steril sejajar
dengan permukaan kulit dibagian pinggir bula kemudian dilakukan
pemotongan kulit bula dimulai dari pinggir dengan menggunakan gunting
dan pinset chirugis.
8. Mengeringkan luka dengan cara mengambil kasa steril dengan pinset
anatomis lalu kasa steril ditekankan pelan-pelan sehingga luka benar-benar
dalam kondisi kering.
9. Memberikan obat topical (silver sulfadiazin) sesuai luas luka dengan
menggunakan dua jari yang telah diolesi obat tersebut.
10. Menutup luka dengan kasa steril.
11. Memasang plester dengan digunting sesuai ukuran dan ditempelkan di atas
kasa steril.
12. Menjelaskan bahwa perawatan luka telah selesai.
13. Membersihkan alat medis ( lihat SOP Sterilisasi).
14. Membersihkan sampah medis (lihat SOP Membuang Sampah Medis).
15. Mengobservasi keadaan umum pasien :
a. Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
b. Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.
c. Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum
Unit terkait Unit Gawat Darurat / UGD.
Tahap Pre-Interaksi
1 Mengecek catatan medik
2. Menyiapkan peralatan dan tempat
 Sprei besar
 Sprei kecil
 Sarung bantal
 Sarung guling selimut
 Ember cucian kotor
3. Mencuci tangan

Tahap Orientasi
4. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
5. Memberitahu klien tujuan dan prosedur tindakan
6. Memberikan kesempatan bertanya

Tahap Kerja
7. Membawa peralatan ke dekat klien
8. Menutup sampiran
9. Menganjurkan klien untuk berbaring terlentang (bila mampu)
10. Memindahkan perlengkapan klien yang ada ditempat tidur
11. Melepas selimut dan laken penutup, melipatnya dan meletakkan pada tempat kain kotor
12. Membantu klien tidur miring menjauhi perawat, dengan tetap memperhatikan keadaan umum klien
13. Melepas laken, perlak, stek laken dengan menggulungnya kearah punggung klien. Bagian kotor
berada didalam gulungan
14. Memasang laken, perlak dan stek laken pada bagian separuh kasur, kemudian dibuat sudut
15. Melebarkan linen bersih ke tengah tempat tidur dan meletakkan dibelakang punggung klien
16. Kklien dibantu untuk membalik posisi ke hadapan perawat dengan melewati gulungan linen bersih
tersebut
17. Semua linen kotor diambil, kemudian diletakkan di tempat kain kotor
18. Gulungan linen bersih dibentangkan, rapihkan dengan memasukkan sisa linen pada sisi tempat
tidur 19. Klien dikembalikan pada posisi supnasi
20 Memasangkan selimut yang bersih
21 Melepas bantal dengan hati-hati sambil menyangga kepala
22 Melepas sarung bantal yang kotor dan menggantinya dengan yang bersih
23 Merapikan pasien
24 Membereskan alat-alat

Tahap terminasi
25 Mengevaluasi reaksi klien
26 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
27 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

OP
Tanggal Terbit Disetujui oleh,
UGD
………

Pengertian Luka adalah terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan yang disebabkan oleh
karena trauma.
Tujuan Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan luka agar tidak terjadi infeksi lanjut.
Kebijakan Dilakukan oleh perawat yang terampil.
Prosedur Persiapan alat : .
a. Alkes yang tidak steril b. Alkes yang steril
1. Brancart ( Heacting set )
2. Cauter a. gunting lurus
3. Tempat sampah tertutup medis b. gunting benkok lancip
4. Sterilisator c. klem : kean,kocker
5. Tensimeter d. pinset anatomi
6. Stetoskop e. pinset chirrurghie
7. Bengkok f. nalid voeder
8. Gunting ferband g. jarum hecting bulat
9. Ferban Gulung h. jarum heacting segitiga
10. Baskom steril / cucing i. handscoen steril
11. Masker j. benang jahuit catgut,zeide
12. Ferband k. Duk lubang steril
13. Plester : l. Kasa 1 tromol ukuran sedang
14. Betadine solution
15. H2O2 3 %
16. Cairan NaCl
17. Termometer axilla
18. Timer / Jam
19. Obat anesthesi,mis Lidokain
20. Spuit 3 cc
21. Spuit 5 cc
22. Pisau cukur

Penatalaksanaan :
1. Persiapan Pasien
a. Jika luka ringan, / ekskoriasi / lecet / bersih dan tidak perlu tindakan jahit, luka
cukup dibersihkan dengan desinfektan kemudian ditutup dengan kassa steril dan
dibalut dengan ferban. Pasien diberitahu bahwa luka akan diobati tanpa dilakukan
penjahitan.
b. Jika luka robek dan kotor, maka :
Menjelaskan pada pasien tntang tindakan yang akan dil;akukan dibersihkan dan
akan dilakukan.
c. Jika luka berat yaitu luka yang tergolong besar dan dalam dengan perdarahan
banyak, prinsip penangananya adalah dengan :
1). Mencegah dan mengatasi shock, menghentikan perdarahan, mencegah infeksi ,
mengurangi rasa sakit.
2). Melakukan rujukan ke Rumah Sakit.
2. Persiapan Lingkungan
a. Suasana ruangan tenang, ventilasi cukup serta pencahayaan yang terang.
b. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk keluar ruangan.
c. Pemasangan sketsel.
3. Persiapan Petugas
a. Mencuci tangan sesuai SOP.
b. Memakai handschoen steril sesuai SOP.
4. Penatalaksanaan Luka
Membersihkan luka dengan cara :
a. Memasang bengkok di bawah lokasi luka.
b. Irigasi dengan perlahan dengan cairan NaCL untuk membuang kotoran di
permukaan, kemudian luka dicuci pakai H2O2 terus dibilas NaCL dengan
cara menyemprotkan cairan NaCl kedalam luka, jika luka tak berongga
semprotkan cairan irigasi dan pertahankan ujung spuit sekitar 2,5 cm diatas luka,
melakukan irigasi beberapa kali sampai cairan irigasi tampak bening dan bersih.
c. Membuang jaringan mati dan benda asing lainnya dengan cara menggunting
jaringan yang rusak/mati tergantung pada factor bagaimana terjadinya cedera,
umur luka dan adanya potensi infeksi.
d. Klem dan ikat pembuluh darah yang mengalami perdarahan atau melakukan
hemostasis dengan jahitan dengan cara mengambil klem steril dengan tangan
kanan yang sudah memakai handscoen steril, menjepitkan klaim pada pembuluh
darah yang terputus dan meminta tolong paramedis lain untuk membantu
memegangi, kemudian mengikat pembuluh darah di bagian atas klaim dengan
menggunakan kedua tangan dan mengikat dengan memakai benang serap (catgut).
Pengikatan dilakukan dengan menggunakan simpul bedah (surgeon’s knot).
e. Beri desinfektan daerah luka dengan cara :
1). Mencukur rambut di sekitar luka (apabila mengganggu penutupan lukayang
dilakukan oleh pendamping).
2). Membersihkan sekitar luka dengan cairan pembersih (betadin) dengan cara
mengusap dari sekitar pinggir luka ke arah luar, jangan sampai cairan pembersih
masuk ke dalam luka.
f. Memasang duk di atas luka (caranya) dengan cara meletakkan duk di atas luka
sehingga yang tampak hanya luka dan daerah sekeliling luka sekitar 1 cm.
g. Mempersempit lapangan dengan meletakkan duk steril (duk lobang) di atas luka
dengan cara meletakkan duk di atas luka sehingga yang tampak hanya luka dan
daerah sekeliling luka sekitar 1 cm.
h. melakukan tes sensitisasi terhadap lidocain dengan cara :
i. Bila hasil tes negatif dilakukan anastesi lokal dengan menyuntikkan lidokain pada
sekitar luka dengan cara menyuntikan lidokain (dosis maksimum dewasa : dengan
epinefrin :7 mg/kgBB maksimum 500mg, tanpa epinefrin : 4,5 mg/kgBB maksimum
300 mg) dipinggir luka diarahkan ke samping kanan dan kiri luka sampai merata.
j. Menunggu kurang lebih 5 menit.
k. Memastikan anestesi sudah bekerja, dengan cara menyentuh bagian yang
dianestesi kemudian menanyakan kepada pasien apakah masih merasakan
sakit atau tidak, tebal atau tidak.
l. Menjahit luka disesuikan dengan kondisinya, waktu selama cedera berlangsung,
derajat kontaminasi dan vaskularisasi.: luka lebih dari 8 jam masuk kontaminasi
maka jarak jahitan satu dan lainya 1 sampai 1,5 cm Bila kurang dari 8 jam jarak
jahitan 0,5 cm.
1).Memasukan benang cutgut ke dalam jarum jahit. Memotong benang disesuaikan
dengan banyaknya jahitan yang akan dilakukan (satu jahitan = 5 cm benang).
2).Lemak subkutan disatukan dengan lemak sub cutan yang terpisah dengan
menggunakan pinset cirurgi .Sedikit jahitan untuk menutup ruang mati. Lihat SOP
HECTING dilembar lampiran.
3). Lapisan subkutikular kemudian ditutup. Lihat SOP HEACTING.
4). Epidermis ditutup, simpul jahitan ditempatkan di samping tepi luka dan tepi kulit
diratakan / dirapikan dengan hati-hati untuk meningkatkan penyembuhan
optimal. Lihat SOP HEACTING.
5). Luka diolesi betadin satu arah mengambil kasa dengan pinset lalu membasahinya
dengan betadin, kemudian dioleskan di atas luka.
6). Permukaan luka ditutup dengan kasa steril kemudian direkatkan dengan
plester mengambil kasa steril yang terlipat, kemudian diletakan di atas luka
sampai menutup jahitan dan sekitarnya. Kemudian diplester.
m. Mengangkat duk, mengambil bengkok kemudian membuang sampah medis
ketempat sampah.
n. Setelah itu melepas handscoen (sesuai SOP Melepas Handscoen).
o. Mencatat hasil kegiatan pada status pasien.
p. Berikan profilaksis tetanus berdasarkan kondisi luka dan status imunisasi
pasien dengan cara :
1). Memberitahu pasien bahwa pasien akan mendapat terapi ATS.
2). Mencuci tangan sesuai SOP.
3). Memakai handscoen sesuai SOP.
4). Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan (sepertiga lengan atas bagian
dalam) menyingsingkan lengan baju ke atas sampai sendi bahu.
5). Pasang perlak di bawah daerah yang akan dilakukan injeksi intra cutan.
6). Ambil obat ATS dan ambil 0,1 cc diencerkan dengan aqua bidest menjadi 1cc lalu
siapkan pada bak steril.
7). Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol mengambil
kapas dibasahi alkohol dan dioleskan memutar dari dalam keluar.
8). Menegangkan dengan tangan kiri menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
meregangkan kulit sepertiga lengan atas sebagai daerah tempat penyuntikan.
9). Lakukan penusukan dengan jarum menghadap ke atas dengan sudut 15 - 20
derajat terhadap permukaan kulit disuntikkan subcutan.
10). Semprotkan obat sebanyak 0,1 cc hingga terjadi gelembung
denganmenekan pangkal spuit pelan-pelan.
11). Tarik spuit dengan pelan-pelan.
12). Melingkari daerah sekitar gelembung dengan spidol dengan diameter 2,5 cm ambil
spidol untuk menandai daerah suntikan dengan diameter 2,5 cm.
13). Tunggu reaksi obat selama 10-15 menit.
14). Amati daerah lingkaran bila positif tandanya adanya kemerahan atau bengkak.
Observasi adanya reaksi alergi sistemik (misalnya : sulit bernafas, sulit bernafas,
keringat dingin, pingsan, mual dan muntah).
15). Kembalikan posisi klien mengatur lengan baju pada posisi semula (diturunkan).
16). Buang peralatan yang tidak digunakan ditempat sampah medis dan mengambili
barang-barang yang sudah kotor atau tidak dipakai dan dimasukkan ketempat
sampah medis.
17). Melepas handscoen (sesuai SOP).
18). Mencuci tangan (sesuai SOP).
19). Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (sesuai SOP). Semua kegiatan yang
telah dilakukan dicatat di rekam medis pasien.
Pengertian Memberikan tindakan pertolongan akibat adanya benda
padat atau binatang yang masuk kedalam telinga dan
hidung
Tujuan 1. Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
2. mengembaliukan fungsi indera
Kebijakan
Prosedur PERSIAPAN ALAT :
Streril
1. Bak instrumen
a. Spuit irigasi 50 cc
b. Pinset anatomis
c. Pinset chirrugis
d. Arteri klem
2. THT shet
3. Kassa dan depres dalam tromol
4. Handschone / gloves steril
5. Neerbeken (bengkok)
6. Lampu kepala
7. Kom kecil/ sedang
8. Tetes telingga
9. Cairan pencuci luka dan disinfektan (Cairan NS)
Non Streril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handschone / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Neerbeken / bengkok

A PENATALAKSAAN CORPUS ALIENUM PADA


TELINGA dan HIDUNG .
1. Perawat memberikan penjelasan pada pasien dan
keluarga/pasien menandatangani Informed concern.
2. Perawat menyiapkan alat dan didekatkan pada
pasien
3. Perawat memeriksa lokasi corpus alienum
ditelingga baik dengan langsung atau memakai
lampu kepala
4. Perawat menetukan tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan letak dan jenis benda yang masuk ke
telingga / hidung antara lain :
a. Benda Padat
Biji-bijian dan Benda kotak
a) Perawat memakai alat sonde telingga /
hidung (ukuran sonde sesuai dangan ukuran
biji didalam)
b) Perawat memasukan sonde kedalam telinga
/ hidung dengan arah masuk melalui bagian
luar biji-bijian tersebut.
c) Setelah sonde masuk kedalam telingga /
hidung dan posisi sonde sudah lebih dalam
dari pada posisi biji-bijian, maka dilakukan
pergerakan untuk mengeluarkan biji-bijian.
d) Bila biji-bijian belum keluar dilakukan
pengulangan mulai dari awal.
b. Binatang
1) Lintah
a) Perawat memasukan sonde kedalam
telinga / hidung dengan arah masuk
melalui bagian luar lintah tersebut.
b) Setelah sonde masuk kedalam telingga /
hidung dan posisi sonde sudah lebih
dalam dari pada posisi lintah, maka
dilakukan pergerakan untuk
mengeluarkan lintah
c) Perawat memakai alat sonde telingga /
hidung (ukuran sonde sesuai dangan
ukuran lintah didalam)
d) Bila lintah belum keluar dilakukan
pengulangan mulai awal

Anda mungkin juga menyukai