Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat-Nya yang
telah diberikan pada kami, sehingga makalah “Delirium” ini dapat disusun dengan cermat dan
dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak lupa pula, dalam kesempatan ini, kami mengucapkan
banyak terima kasih pada teman-teman yang membantu penyusunan makalah ini dan terutama
kami ucapkan terima kasih pada dosen fasilitator yang telah memberikan kami waktu untuk
menyelesaikan makalah ini agar persentasi dapat dilakukan dengan optimal nantinya.
Kami penyusun, menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak jauh dari kesalahan serta
kekurangan, dan kami akan berusaha memperbaikinya untuk proses pembelajaran kami. Dan
tentunya, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun, agar kami dapat memperbaiki
kekurangan dan dapat lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami susun dapat
dimanfaatkan dengan optimal untuk menunjang kemandirian mahasiswa dalam proses
pembelajaran.

Mataram ,10 april 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah menjadi masalah
besar bagi pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana mereka
berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada untuk merawatnya. Proses
penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun fisik. Penurunan intelektual
mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas pada usia tua. Kesulitan mengingat
berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat, lupa senilis yang ringan biasanya lupa
nama atau hal lain yang relative tidak penting. Penuaan juga melibatkan perubahan sosial
dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri bertahap
dari masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan
ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang lampau
dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini semakin cepat pada orang tua
yang menderita penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat bervariasi, maka
terjadilah masalah besar, seperti masalah social dan ekonomi maupun medis yang muncul
akibat demensia senilis dan demensia multi infark.penyakit ini sering terjadi bahkan
meningkat karena populasi orang tua bertambah dan tidak tersedianya tindakan
pencegahan atau pengobatan. Banyak orang tua yang menderita delirium juga menderita
penyakit fisik penyerta lain. Lanjut usia atau lansia identik dengan delirium atau pikun
dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia
dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah
laku seperti yang dialami oleh lansia dengan delirium

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana konsep medis dari delirium?
2. Bagaimana asuhan keperawatan dari delirium?

C. Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
delirium
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep medis dari delirium
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan daridelirium

D. Manfaat
1.Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
delirium
2.Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Delirium merupakan syndrome otak organic (SOO), yang ditandai dengan fluktuasi
kesadaran, apatis, somnolen, spoor, koma, sensitive, gangguan proses berfikir. Konsentrasi pada
lanjut usia akan mengalami kebingungan dan persepsi halusinasi visual (pada umumnya).
Psikomotor akan mengikuti gangguan berfikir dan halusinasi (Hartono & Kusumawati, 2010).
2. Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, yang ditandai dengan kekacauan kesadaran yang
meliputi salah satu persepsi dan perubahan proses pikir ( Stuart dan Laria, 1998)

B. Penyebab
Delirium hampir selalu diakibatkan oleh gangguan atau penyakit fisiologis, metabolic,atau
serebral yang dapat diidentifikasi, intoksikasi obat atau putus obat, hipoksemia, gangguan
elektrolit, gagal ginjal atau hati, hipoglikemia.

C. Tanda dan Gejala


1. Gangguan kesadaran
Penurunan kesadran terhadap lingkungan sekitar, dengan penurunan kemampuan untuk
focus, mempertahankan atau mengganti perhatian.
2. Gangguan atensi
Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka mudah
melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan pertanyan untuk diulang
berkali kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan menyuruh pasien
menghitung angka terbalik dari 100 dengan kelipatan 7.
3. Gangguan memori dan dis orientasi
Deficit memori merupakan hal yang sering terlihat jelas pada pasien delirium. Disorien
waktu tempat dan situasi juga sering di dapatkan juga pada delirium.
4. Agitasi
Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi dan
lingkungan yang mereka lami. Sebagai contoh paasien yang disorientasi menggangap mereka
dirumah meskipun mereka ada dirumah sakit sehingga staf RS dianggap sebagai orang asing
yang menerobos kerumahnya.
5. Apatis dan menarik diri ( with drawl )
Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan with drawl. Mereka dapat terlihat depresi,
penurunan nafsu makan, penurunan motifasi dan gangguan pola tidur
6. Gangguan persepsi
Terjadi halusinasi fisual dan auditori
7. Tanda tanda neurologis
Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremorgait (berjalan seperti zombie
atau tidak seimbang), sulit untuk menulis dan membaca serta gangguan fisual.

D. Manifestasi klinis
Gambaran utama adalah gangguan kesadaran berupa kesadaran yang berkabut dengan
penurunan kemampuan untuk memusatkan, mencamtumkan dan mengalihkan perhatian .
keadaan ini berlangsung beberapa hari, dengan berkembangnya ansietas mengantuk, insomnia,
halusinasi yang transien , mimpi buruk dan kegelisahan.
Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom putus zat merupakan jenis hiperaktif
yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda otonom, seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi
pupil, nausea, muntah, dan hipertemia. Orientasi waktu sering kali hilang, sedangkan orientasi
tempat dan orang mungkin terganggu pada kasus yang berat. Pasien sering kali mengalami
abnormalitas dalam berbahasa, seperti pembicaraan bertele-tele, tidak relevan dan inkoheren.

E. Penatalaksanaan
Bila kondisi ini merupakan toksisitas antikolinergik, digunakan fisostikmin salisilat
1-2mg, IV atau IM, dengan pengulangan dosis setiap 15-30 menit. Selain itu perlu dilakukan
terapi untuk member dorongan perbaikan pada fisik, sensorik dan lingkungan.
Untuk mengatasi gejala sikosis, digunakan haloperidol 2-10 mg IM, yang dapat diulang
setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati dengan benzodiazepine yang mempunyai waktu terapi
pendek.
F. Perjalanan penyakit dan prognosis
Biasanya delirium muncul tiba-tiba (dalam beberapa jam/hari). Perjalanan penyakitnya
singkat dan berfluktuasi. Perbaikan cepat terjadi apabila factor penyebabnya dapat diketahui dan
dihilangkan.
Walupun delirium terjadi mendadak, gejala-gejala prodomal mungkin telah terjadi
beberapa hari sebelumnya. Gejala delirium basanya berlangsung selam penyebabnya masih ada,
namun tidak lebih dari 1 minggu.

G. Rentang respon kognitif

RENTANG RESPONS KONGNITIF

Respon Adaptif respon maladaptif

Tegas Ketidak tegasan periodic Ketidakmampuan untuk


Memory utuh Mudah lupa membuat keputusan
Orientasi lengkap Kebingungan sementara Kerusakan memory dan
Persepsi akurat yang ringan penilaian
Perhatian terfokus Kadang salah persepsi Disorientasi
Pikiran koheren Distraksibilitas Salah persepsi
Serius dan logis Kadang berpikir tidak Ketidakmampuan untuk
memfokuskan perhatian
Kesulitan untuk berfikir
logis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATA N

A. Pengkajian
1. Identitas
Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat
(menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.
3. Faktor predisposisi
Gangguan kongnitif pada umumnya disebabkan oleh karena gangguan fungsi
biologis dan system saraf pusat. System saraf pusat memerlukan nutrisi untuk dapat
berfungsi dan setiap adanya gangguan pengiriman nutrisi dapat mengakibatkan gangguan
pada fungsi ini.

Factor yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan kognitif adalah :


a. Degenerasi yang berhubungan dengan proses menua.
b. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat makan yang penting untuk fungsi
otak:
1) Artheroschelerotic vascular
2) Serangan iskemik singkat
3) Pendarahan otak
4) Gangguan infark pada otak
c. Penumpukan racun pada jaringan otak
d. Penyakt hati kronic.
e. Penyakit ginjal kronik
f. Kekurangan vitamin (B10 atau tiamin)
g. Malnutrisi
h. Abnormalitas genetic
i. Penyakit HIV

Gangguan jiwa seperti skizoprenia, gangguan bipolar dan depresi dapat juga
menyebabkan gangguan fungsi kognitif.
4. Faktor presipitasi
Selain kelainan atau gangguan pada otak dapat menjadi factor presipitasi pada gangguan
kognitif. Kelainan tersebut antara lain ;
a. Hipoksia
b. Gangguan metabolisme( hipotiroid, hipertiroid, penyakit adrenal, hipoglikemia)
c. Racun pada otak
d. Adanya perubahan struktur otak
e. Stimulus lingkungan yang kurang atau berlebihan yang mengakibatkan gangguan sensorik
f. Respon perlawana terhadap pengobatan
5. Meknisme koping
Ketika mengalami gangguan kognitif, individu yang menggunankan berbagai macam koping
untuk mengatasinya individu yang telah mempunai pengalaman menggunakan koping yang
kontruktif pada masa lalu akan lebh mampu mengatasi masalah tersebut daripada individu yang
sebelumnya telah memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan
mengatasi masalah tersebut daripada individu yang sebelumnya telah memiliki kesulitan dalam
menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan mengatasi masalah tersebut secara konstruktif
merupakan penyebab utama perilaku patologis.
Perawat perlu melindungi klien dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan
menggantikan mekanisme koping yang dimiliki individu dengan cara mengorientasikan klien
pda realita secara terus menerus. Mekanisme pertahanan yang dipkai pada gangguan kongnitif
yaitu regresi, denial, dan kompensasi.
6. Prilaku
Pada klien dengan delirium perlikau yang mungkin muncul adalah gelisah,hiperaktifitas,
tremor, depresi dan perliku merusak diri ( Townsend, 1993 )
Menurut David A Tomb (2003) perilaku delirium ditandai dengan :
a. Kesadaran berkabut
Pasien tidak waspada seperti biasanya dan Nampak bingung. Klien dapat terjadi
penurunan kesadaran ( bertahap sampai stupor ) atau hiper-alerp ( aspada berlebihan )
b. Atensi kurang
Biasanya pasien mudah teralih perhatiannya dan tidak dapat memusatkan perhatian
dengan baik atau cukup lama untuk mengikuti rangkaian piker atau mengerti apa yang sedsng
terjadi disekitarnya.
c. Gangguan persepsi
Pasien biasanya salah interprestasi terhadap suatu kejadian atau mengalami ilusi ( missal
ada bayangan pohon pisang yang melambai”, klien yakin ada hantu atau orang yang
mengganggunya ). Ia bisa atau mungkin tidak menyadari kesalahan persepsinya.
d. Perubahan pola tidur-bangun
Insomnia hamper selalu ada ( semua gejala biasanya memburuk diwaktu malam hari pada
keadaan gelap ) dan kantuk berat juga dapat terjadi.
e. Dis orientasi
Pasien mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat, orang, dan situasi.
f. Ganguan memori
Pasien mengalami deficit recent memori dan biasanya menyangkal ( dapat berkonfaulasi
dan cenderung ingin menceritakan masalalu ).
g. Inkoherens
Pasien dalam berbicara kacau dan tidak dapat dimengerti.
h. Aktifitas psikomotor yang berubah
Sebagian besar pasien mengalami agitasi, gelisah dan menunjukkan pengulangan
gerakan.
7. Pemeriksaan fisik
Kesadran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia, febris,
BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.
8. Psikososial
a. Genogram Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi
dari kembar dizigot .
b. Konsep diri
c. Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.
d. Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.
e. Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan peran
yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran
berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
f. Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.
g. Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah
karena kegagalannya.
9. Hubungan sosial
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi. Konsep
diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam kehidupan
individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal. Perkembangan
hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar
mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri
dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol
orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung.
10. Spiritual
Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
11. Status mental
a. Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.
b. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.
c. Aktivitas motorik
Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan kegiatan motorik, gelisah,
impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.
d. Alam perasaan
e. Afek dan emosi.
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena
jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini
menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek yang
telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan dari
lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai karena
datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai,
berlebihan dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.
g. Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah
halusinasi.
h. Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung
berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang
umum diterima.
Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak menelaah
ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang dapat
dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi (waham),
perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga tampak klien regresi
dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
i. Tingkat kesadaran
Kesadran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang.

12. Daftar masalah


a. Kerusakan memori
b. Gangguan sensori persepsi halusinasi
c. Gangguan proses pikir
d. Resiko injuri
e. Deficit perawatan diri

13. Pohon masalah

B. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
b. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan cara
mengekspresikan secara konstruktif.
c. Perubahahn proses berpikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempercayai
orang
d. Risiko terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, status emoosional yang meningkat.
e. Kesukaran komunikasi verbal berhubungan dengan pola komunikasi yang tak logis atau
inkohern dan efek samping obat-obatan, tekanan bicara dan hiperaktivitas.
f. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang
tidak adequat.
g. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun
h. Perubahan pola tidur berhubungan dengan hiperaktivitas, respon tubuh pada halusinasi.
i. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan
dengan kurangnya informasi.
C. Rencana Tindakan
a. Risiko terhadap penyiksaan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan berespon pada pikiran delusi dan halusinasi.
Batasan kriteria :
Sasaran jangka pendek :
Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan kegelisahan dan melaprkan pada
perwat agasr dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan selama di rumah sakit.

INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan agar lingkungan klien 1. Tingkat ansietas atau gelisah akan
pada tingkat stimulaus yang rendah meningkat dalam lingkungan yang penuh
(penyinaran rendah, sedikit orang, stimulus.
dekorasi yang sederhana dan tingakat
kebisingan yang rendah)
2. Ciptakan lingkungan psikososial : 2. Lingkungan psikososial yang terapeutik
· sikap perawat yang bersahabat, akan menstimulasi kemampuan perasaan
penuh perhatian, lembuh dan hangat) kenyataan.
· Bina hubungan saling percaya
(menyapa klien dengan rama
memanggil nama klien, jujur , tepat
janji, empati dan menghargai.
· Tunjukkan perwat
yang bertanggung jawab 3. Observasi ketat merupakan hal yang
3. Observasi secara ketat perilaku penting, karena dengan demikian intervensi
klien (setiap 15 menit) yang tepat dapat diberikan segera dan untuk
selalu memastikan bahwa kien berada dalam
keadaan aman
4. Kembangkan orientasi kenyataan : 4. Klien perlu dikembangkan kemampuannya
· Bantu kien untuk mengenal untuk menilai realita secara adequat agar
persepsinya klien dapat beradaptasi dengan
· Beri umpan balik tentang perilaku lingkungan.Klien yang berada dalam
klien tanpa menyokong atau keadaan gelisah, bingung, klien tidak
membantah kondoisinya menggunakan benda-benda tersebut untuk
· Beri kesempatan untuk membahayakan diri sendiri maupun orang
mengungkapkan persepsi an daya lain.
orientasi
5. Lindungi klien dan keluarga dari 5. Klien halusinasi pada faase berat tidak
bahaya halusinasi : dapat mengontrol perilakunya. Lingkungan
· Kajiu halusinasi klien yang aman dan pengawasan yang tepat dapat
· Lakukan tindakan pengawasan mencegah cedera.
ketat, upayakan tidak melakukan
pengikatan.
6. Tingkatkan peran serta keluarga 6. Klien yang sudah dapat mengontrol
pada tiap tahap perawatan dan halusinasinya perlu sokongan keluarga untuk
jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada mempertahnkannya.
halusinasi.
7. Berikan obat-obatan antipsikotik 7. Obat ini dipakai untuk mengendalikan
sesuai dengan program terapi (pantau psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi.
keefektifan dan efek samping obat).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
status emosional yang meningkat.
Batasan kriteria :
Penurunan berat badan, konjunctiva dan membran mukosa pucat, turgor kulit jelek,
ketidakseimbangan elktrolit dan kelemahan)
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mencapai pertambahan 0,9 kg t hari kemudian
Hasil laboratorium elektrolit sserum klien akan kembali dalam batas normal dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat pulang.

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor masukan, haluaran dan 1. Informasi ini penting untuk membuat
jumlah kalori sesuai kebutuhan. pengkajian nutrisi yang akurat dan
2. timbang berat badan setiap pagi mempertahankan keamanan klien.
sebelum bangun 2. Kehilangan berat badan merupakan
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang informasi penting untuk mengethui
cukup bagi kesehatan dan proses perkembangan status nutrisi klien.
penyembuhan. Klien mungkin tidak memiliki pengetahuan
yang cukup atau akurat berkenaan dengan
4. Kolaborasi kontribusi nutrisi yang baik untuk kesehatan.
· Dengan ahli gizi untuk menyediakan 4. Kolaborasi :
makanan dalam porsi yang cukup· Klien lebih suka menghabiskan makan
sesuai dengan kebutuhan yang disukai oleh klien.
· Pemberian cairan perparenteral (IV-
line) · Cairan infus diberikan pada klien yang
· Pantau hasil laboraotirum (serum tidak, kurang dalam mengintake makanan.
elektrolit) · Serrum elektrolit yang normal
menunjukkan adanya homestasis dalam
tubuh.
5. Sertakan keluarga dalam memnuhi 5. Perawat bersama keluarga harus
kebutuhan sehari-hari (makan dan memperhatikan pemenuhan kebutuhan secara
kebutuhan fisiologis lainnya) adequat.

c. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem penbdukung yang
tidak adequat.
Batasan kriteria :
Kurang rasa percaya pada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain, komnuikasi yang
tidak realistik, kontak mata kurang, berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, afek
emosi yang dangkal.
Sasaran jangka pendek :
Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayai dalam 1
minggu.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien lainnya dan perawat dalam
aktivitas kelompok di unit rawat inap.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik : 1. Lingkungan fisik dan psikososial yang
- bina hubungan saling percaya terapeutik akan menstimulasi kemmapuan
((menyapa klien dengan rama klien terhadap kenyataan.
memanggil nama klien, jujur , tepat
janji, empati dan menghargai).
- tunjukkan perawat yang bertanggung
jawab
- tingkatkan kontak klien dengan
lingkungan sosial secara bertahap 2. hal ini akan membuat klien merasa
2. Perlihatkan penguatan positif pada menjado orang yang berguna.
klien.
Temani klien untuk memperlihatkan
dukungan selama aktivitas kelompok 3. kesadran diri yang meningkat dalam
yang mungkin mnerupakan hal yang hubungannya dengan lingkungan waktu,
sukar bagi klien. tempat dan orang.
3. Orientasikan klien pada waktu, 4. Obat ini dipakai untuk mengendalikan
tempat dan orang. psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi
4. Berikan obat anti psikotik sesuai
dengan program terapi.

d. Kurangnya perawatan diri berhubugan dengan kemauan yang menurun


Batasan kriteria :
Kemauan yang kurang untuk membersihkan tubuh, defekasi, be3rkemih dan kurang minat dalam
berpakaian yang rapi.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu
Sasaran jangka panjang :
Klien ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemosntrasikan suatu
keinginan untuk melakukannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Dukung klien untuk melakukan 1. Keberhasilan menampilkan kemandirian
kegiatan hidup sehari-hari sesuai dalam melakukan suatu aktivitas akan
dengan tingkat kemampuan kien. meningkatkan harga diri.
2. Dukung kemandirina klien, tetapi
beri bantuan kien saat kurang mampu 2. Kenyamanan dan keamanan klien
melakukan beberapa kegiatan. merupakan priotoritas dalam keperawatan.
3. Berikan pengakuan dan
penghargaan positif untuk 3. Penguatan positif akan menignkatakan
kemampuan mandiri. harga diri dan mendukung terjadinya
pengulangan perilaku yang diharapkan.
4. Perlihatkan secara konkrit, 4. Karena berlaku pikiran yang konkrit,
bagaimana melakukan kegiatan yang penjelasan harus diberikan sesuai
menurut kien sulit untuk tingkat pengetian yang nyata.
dilakukaknya.

e. Ketidaktahuan keluarga dan klien tentang efek samping obat antipsikotik berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Batasan kriteria :
Adanya pertanyaan kurangnya pengetahuan, permintaaan untuk mendaptkan informasi dan
mengastakan adanya permaslah yang dialami kien.
Sasaran jangka pendek :
Klien dapat mengatakan efek terhadap tubuh yang diikuti dengan implemetasi rencana
pengjaran.
Sasaran jangka panjang :
Klien dapat mengatan pentingnya mengetahui dan kerja sama dalam memantau gejala dan tanda
efek samping obat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Hipotensi ortostatik mungikn terjadi pada
pemakain obat antipsikotik, Pemeriksaan
2. Tetaplah bersama klien ketika tekanan darah dalam posisi berbaring, dudujk
minum obat antipsikotik dan berdiri.
2. Beberapa klien mungkin
3. Amati klien akan adanya EPS, 4. menyembusnyikan oabt-obat tersebut.
Pantau keluaran urine,dan glukosa 3. distonia akut (spame lidah, wajah, leher
urine dan punggung), akatisia (gelisah, tidak dapat
duduk dengantenag, mengetuk-negetukan
kaki,pseudoparkinsonisme (tremor otot,
rifgiditas, berjalan dengan menyeret kaki)
dan diskinesia tardif (mengecapkan bibir,
4. Beritahu klien bahwa dapat terjadi menjulurkan lidah dan gerakan mengunyah
perubahan yang berkaitandengan yang konstan).
fungsi seksual dan menstruasi. 4. Wanita dapat mempunyai periode
menstruasi yang tidak teratus atau amenorhea
dan pria mungkin mengalmi impotens atau
ginekomastik.

D.Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

E. Evaluasi
TUK 1: Ekspresi wajah klien terlihat bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
TUK 2: Klien menunjukkan berkurangnya ansietas dan bertambahnya rasa aman dalam
lingkungannya. Klien juga dapat mempertahankan tingkat orientasi yang maksimal sesuai
kemampuannya.
TUK 3: Klien dapat mempertahankan kemampuannya melakukan aktivitas sehari-hari dalam
lingkungan yang terstruktur.
TUK 4: Klien mampu menahan diri dari ekspresi prilaku yang tidak disadari
TUK 5: Keluarga dapat membantu kesembuhan pasien selama menjalani perawatan.
TUK 6: Klien dapat menyebutkan manfaat, kerugian, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek
samping obat. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan

gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum perilaku/ gejala yang

timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan.

Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan
adalah: selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu dan
kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk
mencapai kesembuhan pasien. Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat
penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehinngga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai
untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan
pasien

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan Askep lebih sering diberikan seperti ini agar kami selaku
mahasiswa lebih proaktif dan lebih mandiri pada penemuan ilmu-ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, Farida & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Riyadi, Sujono & Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Nasir Abdul,Abdul Muhith.2011.Dasar-dasar Keperawatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai