Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. N DENGAN ASMA

DIDESA DUKUH NGADIREJO RT 02/05 DESA KARANGANOM MUDAL KECAMATAN


KLATEN UTARA

DISUSUN OLEH :

ARINI AMBARWATI

1601035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia
semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan,
ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia
pun meningkat. Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu
perubahan pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah
akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh
masyarakat.
Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai
kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa decade terakhir (Mchpee
and Ganong, 2011). Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2008, asma
didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Inflamasi kronis
ini berhubungan dengan hiperresponsivitas saluran pernafasan terhadap berbagai
stimulus, yang menyebabkan kekambuhan sesak nafas (mengi), kesulitan bernafas, dada
terasa sesak, dan batuk-batuk, yang terjadi utamanya pada malam hari atau dini hari.
Sumbatan saluran nafas ini bersifat reversibel, baik dengan atau tanpa pengobatan.
Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan
relative sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan
100-150 juta penduduk dunia saat ini terkena penyakit asma dan diperkirakan akan
mengalami penambahan 180.000 setiap tahunnya. (WHO, 2013).
Kemenkes RI (2011) di Indonesia mengatakan penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma 80% terjadi di
negara berkembang akibat kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan
fasilitas pengobatan. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan
akan meningkat 20% untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, prevalensi
kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,42% .
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-obatan.
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya: perhiasan,
logam, dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat.
C. Tanda dan Gejala
1. Gejala awal :
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi (whezzing)
d. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e. Tachicardi
f. Pernafasan cepat dangkal
2. Gejala lain :
a. Takipnea
b. Gelisah
c. Diaphorosis
d. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e. Fatigue (kelelahan)
f. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
h. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i. Sianosis sekunder
j. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya
adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
E. Penatalaksanaan Keperawatan/ Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
d. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
e. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
f. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate
) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang
lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus
diawasi dengan ketat.
g. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
h. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
i. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
F. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai
bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru
yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh
trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran
udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat
oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis
dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-
paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain
bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa
perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau
merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktifintermiten
yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagairangsangan yang menyebabkan penyempitan
jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.Dan ada beberapa hal
yang merupakan faktor penyebab timbulnya seranganasma bronkhial yaitu : faktor
predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja,
olahraga/ aktifitas jasmani yang berat).

DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Gloria, M dkk. 2015. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Mocomedia

Keliat, budi anna dkk. 2020. Diagnosis Keperawatan : definisi & klasifikasi. Jakarta : EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Sue, M dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Mocomedia

LAPORAN PENDAHULUAN
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BP. N
Laporan Pendahuluan Kunjungan Ke -2
Tanggal : 11 Januari 2020

A. Latar Belakang
a. Karakteristik Keluarga
Keluarga Bp. N tinggal di Dukuh Ngadirejo RT 02/05 Karanganom. Bp. N tinggal
bersama Ny. W istrinya saja. Bp. N bekerja sebagai pedagang bersama Ny. W istrinya,
berjualan bubur dan nasi gudang di teras rumahnya. Ny W berusia 62 tahun memiliki
penyakit asma, awal mula terjadinya asma karena Ny. W bekerja di pabrik sembako,
Ny. W mulai bekerja di pabrik sembako saat usia masih muda hingga menikah, ketika
bekerja Ny. W tidak pernah memakai masker. Setelah Ny. W mengetahui bahwa
dirinya memiliki penyakit asma dan sering sesak nafas ketika dirinya kelelahan
ataupun ada pemicu bau yang menyebabkan Ny. W sesak nafas seperti : udara dingin,
asap rokok, bau bangkai dll. Ny. W saat ini mulai mengurangi kegiatan yang membuat
dirinya kelelahan, Ny W kontrol keshatanya di puskesmas klaten utara dan di
poliklinik desa karanganom. Jika sesak napas muncul Ny W langsung istirahat dan
saat ini lebih sering membeli obat di apotik terdekat. Saat ini Bp. N masih merokok
didalam rumah dan ketika memasak untuk dijual masih menggunakan kayu bakar.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Data pelaksanaan kesehatan keluarga masih kurang, mengenai tugas dalam mengenal
masalah asma pada lansia, mengambil keputusan, dan modifikasi lingkungan. Untuk
masalah keperawatan : ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Masalah keperwatan keluarga : ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai