Anda di halaman 1dari 4

Model kepercayaan kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku dimana seseorang

memberikan penilaian dan penjabaran terhadap kesehatan dari segi sosio-psikologis.


Sedangkan perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang
kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena
itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum mampu
mengubah perilaku tersebut (Machfoedz, 2006).
Landasan teori untuk memahami perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan melalui kajian Health Belief Model (HBM,. Dalam Health Belief
Model dinyatakan terdapat komponen yang mempengaruhi seseorang mengambil
tindakan yaitu adanya ancaman, manfaat hasil, kepekaan yang dirasakan dan penghalang
serta kepercayaan untuk melaksanakan tindakan.

Health Belief Model (HBM) di kembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli
psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika. Model ini digunakan
sebagai upaya menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program
pencegahan atau deteksi penyakit (Houchbaum, 1958;Rosenstock, 1974 dalam Glanz dkk,
1997) dan sering di pertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan manusia (irscht, 1988; Schmidt dkk., 1990) yang dimulai dari
pertimbangan orang-orang kesehatan (Damoiseaux, 1987 dalam Smet, 1994).
Selain itu, HBM digunakan untuk mengidentifikasi beberapa faktor prioritas
penting yang berdampak terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi
yang tidak menentu (Rosenstok, 1990). Pada tahun 1974, pendidikan kesehatan
mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu HBM dan perilaku kesehatan individu
( Becker, 1974 dalam Glanz dkk., 1997). Isu tersebut merupakan kesimpulan yang
ditemukan dari riset HBM untuk memahami mengapa individu melakukan atau tidak
melakukan, berkaitan dengan berbagai variasi lebih luas hubungannya dengan tindakan
kesehatan. Hal tersebut juga memberikan dukungan penting untuk model ini dalam
menjelaskan perilaku pencegahan dan respons terhadap gejala atau diagnosis penyakit.
HBM merupakan model kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku
peningkatan kesehatan. Menurut teori HBM, kemungkinan seseorang melakukan
tindakan pencegahan di pengaruhi secara langsung dari hasil kedua keyakinan atau
4penilaian kesehatan (health beliefs), antara lain:
1. Ancaman yang di rasakan dari sakit atau luka ( perceived treat of injury or illness).
Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berfikir bahwa penyakit atau kesakitan
betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika ancaman yang
dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang
ancaman yang dirasakan didasarkan pada hal-hal berikut.
a. ketidak kebalan yang di rasakan ( perceived vulnerability). Individu mungkin
dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.
b. Keseriusan yang di rasakan ( perceived severity). Individu mengevaluasi
keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah individu
tersebut atau penyakit dibiarkan tidak di tangani.
2. keuntungan dan kerugian ( benefis and costs)
Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan
melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
3. Petunjuk berprilaku juga di duga tepat untuk memulai proses prilaku
yang disebut sebagi keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient position). Hal
ini berupa berbagai informasi luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan
( misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota
keluarga yang lain atau teman).
Ancaman, keseriusan, ketidakkekebalan, pertimbangan, keuntungan, dan kerugian
dipengaruhi oleh 1) variable demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya), 2)
variable sosiopsikologis (kepribadian, kelas social, tekanan social), dan 3) variable
structural (pengetahuan dan pengalaman sebelumnya).
Sejak terbentuk teori HBM telah digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku
kesehatan. Yang dihipotesis oleh teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan kesehatan beberapa kejadian simulasi yang terdiri dari :
1. Cukup motivasi ( masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang
menjadi relevan.
2. Keyakinan bahwa seseorang rentan atau serius mengalami masalah
kesehatan dari suatu penyakit atau kondisi. Hal ini sering dianggap sebagai
ancaman yang dirasakan.
3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu akan bermanfaat
mengurangi ancaman yang dirasakan dan pada biaya yang dikeluarkan. Biaya
mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk
mengikuti rekomendasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pada pengeluaran keuangan.

Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial:


1. kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri

Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana &
petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi
tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik
individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.
B. Model kepercayaan kesehatan oleh becker (1974, 1979)
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
Bagaimana menyadarkan masyarakat tersebut bilamana dirinya dapat mengalami
diare setiap saat. Oleh karena adanya lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan
perilaku yang buruk terhadap kesehatan, seperti cakupan jamban yang rendah serta
sumber air bersih yang dikonsumsi berpotensi tercemar oleh kuman. Tidak adanya
WC memungkinkan adanya lalat sebagai vektor penyebab terjadinya penularan ke
manusia yang sehat lainnya. Sumber air yang digunakan dari sumur pinggir
sungai/menggali lubang pasir di pinggir sungai sangat membahayakan bilamana ada
penderita cholera yang BAB disungai tersebut.
2. Menganggap masalah ini serius
Terjadinya diare bukan saja dapat menyebabkan kesakitan tetapi juga bahaya
kematian. Terutama akibat dehidasi berat oleh diare. Penyakit ini setiap tahunnya
merupakan pembunuh no 1 atau no 2 di Indonesia.
3. Menyakini efektifitas tujuan pengobatan an pencegahan
Model pengobatan dini dapat mencegah ke tahapan diare berat dengan dehidasi
hebat, sehingga tidak perlu dirujuk ke RS. Pencegahan merupakan upaya terbaik dan
murah melalui kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat terutama sumber air yang
steril, penggunaan WC dan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Dimaksudkan
memutuskan penularan penyakit diare.
4. Tidak mahal
Biaya yang tidak mahal karena hanya dengan merubah kebiasaan buruk
dimasyarakat. Jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kesembuhan ditambah dengan hilangnya produktifitas (waktu kerja).
5. menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Melaksanakan anjuran oleh petugas kesehatan merupakan tujuan dari perubahan
perilaku.

C. Model kepercayaan kesehatan Menurut Rosenstock ( 1974, 1977), model ini dekat
dengan Pendidikan Kesehatan dan
perilaku kesehatan yang merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat
mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock:
1. Ancaman
a. persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit ( kesediaan menerima diagnosa
penyakit)
b. persepsi tentang keparahan penyakit / kondisi kesehatannya
c. persepsi tentang keuntungan suatu tindakan
d. persepsi tentang hambatan – hambatan untuk melakukan tindakan itu
2. Pencetus Tindakan
a. media
b. Pengaruh orang lain
c. hal – hal yang mengingatkan ( reminders)
3. faktor- faktor Sosio- demografi (pendidikan, Umur, jenis kelamin/ gender, suku bangsa)

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh:
kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit
itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena
diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk
mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung
dari persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya
hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang
kemampuan diri sendiri. Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya
penanggulangannya dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk
menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan
orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat
dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan tindakan yang
dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.

7
5

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas maka kesimpulan yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko
kesehatan,
adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku, perilaku
itu sendiri.
perilaku kesehatan yang merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap.
masalah kesehatan tertentu, menganggap masalah serius, meyakini efektifitas
tujuan
pengobatan dan pencegahan, tidak mahal, menerima anjuran untuk mengambil tindakan
kesehatan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Heri D.J Maulana. Promosi Kesehatan. Editor: Egi Komara Yudha. Jakarta : EGC, 2009.
Mutia, Anggri., Apriadi A.,dkk. Makalah Health Belief Model. STIKes Sumatra Utara.
Medan.
2011.Diambil tanggal 15 April 2013 dari alamat
http://www.runamux.net/search/view/file/cOsXFTKi/MAKALAH_PKIP_2.html
Husada, Dian. Promosi Kesehatan : Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).
Diambil tanggal 15 April 2013 dari alamat
http://promosikesehatandianhusada.blogspot.com/p/health-belief-model-model-
kepercayaan.html
11

Anda mungkin juga menyukai