Makalah Cyber Crime
Makalah Cyber Crime
Kelas 12.4F.24
Disusun Oleh:
no nama nim
1 sigit pujiarto 18111502
2 muhammad thoriq 18111403
3 agung feri nurdiyanto 12112815
4 heri wahyu 18113706
5 ridwan badru salam 18114025
6 Tri nurmansyah 18112626
7 Supriyadi 18111229
8 faik hidayat 18111902
9 abudin 18113414
10 totok ari wibowo 18110360
11 asep hedri 18113944
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan
atas segala rahmat, hidayah serta ridhoNya, atas terselesaikannya makalah yang
berjudul “BLOG CYBER CRIME (CARDING) ” yang merupakan syarat mendapatkan
nilai UAS pada mata kuliah Etika Profesi Teknologi Informasi & Komunikasi ( EPTIK
).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini tak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu ......... selaku dosen EPTIK
2. Kedua Orang Tua tercinta dan keluarga kami yang selalu mendo’akan dan
memberikan semangat.
3. Rekan-rekan mahasiswa BSI yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam
pembuatan laporan presentasi ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu penulis, namun tak bisa penulis sebutkan satu
per satu.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena
masih banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mohon di bukakan pintu ma’af yang sebesar-besarnya,
apabila ada kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan. Dan penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
………………………………………………............................................... 1
Kata Pengantar
……………………………………………….............................................. 2
Daftar Isi
………………………………………………………............................................ 3
BAB 1 Pendahuluan
…………………………………………………................................. 4
BAB 11 Pembahasan
……………………………………………………............................ 6
crime................................................................................................ 6
……………….......................................... 7
13
…………………………………………………………........................ 18
3.1. Kesimpulan
…………………………………………………..................................... 19
3.2. Saran
…………………………………………………………................................... 20
Daftar Pustaka
…………………………………………………......................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan masyarakat
yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek adalah perubahan
kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman.
internet sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan hidupnya dalam waktu singkat,
baik legal maupun illegal dengan menghalalkan segala cara karena ingin memperoleh
keuntungan secara “potong kompas”. Dampak buruk dari perkembangan “dunia maya”
ini tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan masyarakat modern saat ini dan masa
depan.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis
yang revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih mudah, murah, praktis
teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap
Masalah kejahatan maya dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena kejahatan
ini termasuk salah satu extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) bahkan dirasakan
pula sebagai serious crime (kejahatan serius) dan transnational crime (kejahatan antar
negara) yang selalu mengancam kehidupan warga masyarakat, bangsa dan negara
berdaulat. Tindak pidana atau kejahatan ini adalah sisi paling buruk di dalam kehidupan
1. Untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pelanggaran hukum (Cybercrime) yang
terjadi dalam dunia maya sekarang ini, dan Undang-Undang Dunia Maya (Cyberlaw).
2. Untuk lebih memahami dan mengetahui tentang betapa bahayanya carding dan semoga
kita dapat mencegah dan menghindari carding yang termasuk salasatu pelanggaran
Sedangkan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi
nilai UAS pada mata kulih EPTIK pada jurusan Manajemen Informatika Akedemi
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis pada penulisan tugas akhir ini
adalah :
bacaan dari bahan – bahan pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang akan
dibahas guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang akan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pada kasus carding
BAB II
PEMBAHASAN
revolusi keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi
pengetahuam umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas
Cyber crime atau kejahatan dunia maya dapat didefenisikan sebagai perbuatan
melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada
sebagai: “… any illegal act requiring knowledge of Computer technology for its
Eoghan Casey “Cybercrime is used throughout this text to refer to any crime that
involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on
computer“.
Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan tidak hanya
membawa dampak pada perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga akan
kehidupan pribadi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan informasi global
atau internet saat ini telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan kejahatan baik
domestik maupun internasional. Internet menjadi medium bagi pelaku kejahatan untuk
melakukan kejahatan dengan sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui batas
ataupun kedaulatan suatu negara. Semua ini menjadi motif dan modus operandi yang
kejahatan duniamaya seperti dilakukan oleh negara-negara maju di Eropa dan Amerika
Serikat. Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat hukum atau undang-undang
teknologi informasi dan telematika yang belum ada sehingga pihak kepolisian Indonesia
masih ragu-ragu dalam bertindak untuk menangkap para pelakunya, kecuali kejahatan
Untuk itu diperlukan suatu perangkat UU yang dapat mengatasi masalah ini seperti
yang sekarang telah adanya perangkat hukum yang satu ini berhasil digolkan, yaitu
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). UU yang terdiri dari 13
Bab dan 54 Pasal serta Penjelasan ini disahkan setelah melalui Rapat Paripurna DPR RI
pada Selasa, 25 Maret 2008. Namun sejatinya perjalanan perangkat hukum yang sangat
penting bagi kepastian hukum di dunia maya ini sebenarnya sudah dimulai 5 tahun yang
lalu.
2.4. Carding
Didalam dunia maya sangat banyak pihak-pihak yang mencari keuntungan tanpa
memperdulikan segalasesuatunya entah itu merugikan orang lain, masyarakat atau pihak
yang tidak tersangkut secara langsung. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus
pelangaran hukum terhadap dunia maya diantaranya adalah Hacker, Cracker, Defacer,
Carding, Frauder, Spammer. Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba membahas
salah satu kasus pelanggaran hukum dalam dunia maya yaitu carding.
orang lain yang digunakan untuk berbelanja si pelaku secara tidak syah atau illegal.
Carding, sebuah ungkapan mengenai aktivitas berbelanja secara maya (lewat
komputer) dengan menggunakan berbagai macam alat pembayaran yang tidak sah. Pada
umumnya carding identik dengan transaksi kartu kredit, dan pada dasarnya kartu kredit
yang digunakan bukan milik si carder tersebut akan tetapi milik orang lain. Apa yang
terjadi ketika transaksi carding berlangsung, tentu saja sistem pembayaran setiap toko
pembayaran tersebut di lakukan apakah dengan kartu kredit, wire transfer, phone bil
1. Mencari kartu kredit yang masih valid, hal ini dilakukan dengan mencuri atau
kerjasama dengan orang-orang yang bekerja pada hotel atau toko-toko gede (biasanya
kartu kredit orang asing yang disikat) atau masuk ke program MIRC (chatting) pada
dalamnya kita dapat melakukan trade (istilah "tukar") antar kartu kredit (bila kita
memiliki kartu kredit juga, tapi jika tidak punya kartu kredit, maka dapat melakukan
aktivitas "ripper" dengan menipu salah seorang yang memiliki kartu kredit yang masih
valid).
2. Setelah berhasil mendapatkan kartu kredit, maka carder dapat mencari situs-situs
yang menjual produk-produk tertentu (biasanya di cari pada search engine). Tentunya
dengan mencoba terlebih dahulu (verify) kartu kredit tersebut di site-site porno (hal ini
disebabkan karena kartu kredit tersebut tidak hanya dipakai oleh carder tersebut). Jika di
3. Cara memasukan informasi kartu kredit pada merchant pembayaran toko adalah
dengan memasukan nama panggilan (nick name), atau nama palsu dari si carder, dan
alamat aslinya. atau dengan mengisi alamat asli dan nama asli pemilik asli kartu kredit
pada form billing dan alamat si carder pada shipping address. ( Tidak Untuk di Tiru
!!!!!!!!!!!!!! )
1. Asli didapatkan dari toko atau hotel (biasa disebut virgin CC)
cardwizard, dll), softwarenya dapat di Download disini: Cmaster4, dan cchecker (jika
4. Hasil hack (biasa disebut dengan fresh CC) dengan menggunakan teknik jebol ASP
City* Williamstown
State/Province* NJ
Zip* 08094
Apa anda pernah memikirkan arti dari nomor kartu kredit, dan bagaimana angka-
angka tersebut dihasilkan? Atas dasar ilmu pengetahuan, berikut ini akan saya jabarkan
RAHASIA-nya.
Pertama-tama anda harus mengenal bagian-bagian dari deretan angka pada kartu
kredit tersebut. Dari 16 angka yang anda lihat di kartu kredit Visa atau MasterCard, 6
digit pertamanya merupakan “issuer identifier“, yaitu kode jenis kartu kredit tersebut.
Jika 6 digit tersebut diawali dengan 4, berarti kartu kredit tersebut berjenis Visa.
Namun, jika 6 digit tersebut diawali dengan 5, berarti kartu kredit tersebut berjenis
MasterCard. Berikutnya, 1 digit terakhir dari 16 digit angka di kartu kredit tersebut
berfungsi sebagai “check digit“, yang fungsinya hanya untuk validasi pengecekan
nomor kartu kredit tersebut. Karena 6 digit awal dan 1 digit terakhir tersebut sudah
memiliki arti, berarti tinggal tersisa 9 digit di tengah yang berfungsi sebagai “account
number“.
Oleh karena terdapat 10 kemungkinan angka (dari angka 0 sampai dengan 9) yang bisa
dimasukkan ke tiap digit dari 9 digit “account number” tersebut, maka kombinasi yang
dihasilkan dari 9 digit tersebut berjumlah 1 milyar kemungkinan nomor untuk masing-
masing jenis kartu kredit (Visa atau MasterCard). Adapun algoritma yang dipakai untuk
menghasilkan deretan 16 angka untuk nomor kartu kredit tersebut dinamakan algoritma
“Luhn”atau“Mod10“.
Dulu pada tahun 1954, Hans Luhn dari IBM adalah orang yang pertama kali
mengusulkan penerapan algoritma untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu nomor
kartu kredit.
Cara kerja algoritma yang sederhana (tapi luar biasa) ini adalah sebagai berikut :
1. Dimulai dari digit pertama, kalikan 2 semua angka yang menempati digit ganjil,
sehingga secara keseluruhan akan ada 8 digit yang anda kalikan 2, yakni digit ke 1, 3, 5,
2. Jika hasil perkalian 2 tersebut menghasilkan angka yang berjumlah 2 digit (10, 12,
14, 16, atau 18), maka jumlahkan angka masing-masing digit tersebut untuk
menghasilkan 1 digit angka baru, sehingga hasil dari langkah pertama dan kedua ini
3. Langkah berikutnya, gantikan semua angka (nomor kartu kredit) yang terletak pada
digit posisi ganjil tersebut dengan 8 angka baru tersebut, untuk menghasilkan deretan 16
angka baru.
merupakan kelipatan 10, berarti nomor kartu kredit tersebut valid, dan sebaliknya, jika
tidak kelipatan 10, berarti nomor kartu kredit tersebut tidak valid. Berikut ini saya
Seperti anda lihat di gambar di atas ini, nomor kartu kredit tersebut adalah 5588 3201
2345 6789, karena diawali dengan 4, berarti kartu tersebut berjenis Visa. Sekarang kita
lakukan perhitungannya.
Jika sudah anda hitung dengan teliti, maka akan terlihat bahwa jumlah akhirnya
adalah 61, yang BUKAN merupakan bilangan kelipatan 10, sehingga bisa dipastikan
bahwa nomor kartu kredit tersebut adalah tidak valid. Seandainya “check digit” di
contoh tersebut bukan 8, melainkan 7, maka secara algoritma, nomor kartu kredit
tersebut akan menjadi valid, karena total penjumlahannya akan berubah menjadi 60,
suatu bilangan kelipatan 10. Berikut ini contoh yang lain. Sekali lagi, lakukan kalkulasi
sesuai algoritma Luhn di atas untuk kartu kredit MasterCard dengan nomor 5588 3201
Bisa anda hitung sendiri, total penjumlahannya adalah 65, sehingga nomor kartu
kredit tersebut tidak valid, karena 65 BUKAN bilangan kelipatan 10. Seandainya,
“check digit” kartu kredit tersebut bukan 3, melainkan 8, maka hasil penjumlahannya
akan menjadi 70, yang merupakan kelipatan 10, sehingga nomor kartu kredit tersebut
Pengertian valid di atas adalah valid secara perhitungan matematika, bukan berarti
nomor kartu kredit tersebut benar-benar pasti nomor kartu kredit yang asli. Karena
untuk pengecekan kartu kredit (pada saat transaksi online, misalnya) dibutuhkan tidak
hanya nomor kartu kreditnya saja, tapi juga “expiry date“, serta “card security code”
atau disebut juga dengan CVV (Card Verification Value) atau pun CVC (Card
Verification Code) yang merupakan 3 digit terakhir di balik kartu kredit tersebut. P.S. :
Untuk kartu kredit American Express, jumlah digitnya bukan 16, tapi cuma 15, dan
selalu diawali dengan 34 atau 37 untuk 2 digit pertamanya. Sedangkan untuk “account
number“-nya hanya memiliki panjang 8 digit, bukan 9 digit seperti kartu kredit jenis
Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal dari Cyberspace Law, yang
ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan
dimulaipada saat mulai "online" dan memasuki dunia cyber atau maya. Pada negara
yang telahmaju dalam penggunaan internet sebagai alat untuk memfasilitasi setiap aspek
kehidupanmereka, perkembangan hukum dunia maya sudah sangat maju. Sebagai kiblat
dariperkembangan aspek hukum ini, Amerika Serikat merupakan negara yang telah
Indonesia maka kitaakan membahas secara ringkas tentang landasan fundamental yang
ada didalam aspekyuridis yang mengatur lalu lintas internet sebagai sebuah rezim
hukum khusus, dimanaterdapat komponen utama yang menliputi persoalan yang ada
dan menentukan keberlakuan hukum yang berlaku danditerapkan di dalam dunia maya
itu
aspek accountability, tangung jawabdalam memberikan jasa online dan penyedia jasa
Ketiga, tentang aspek hak milik intelektual dimana adanya aspek tentangpatent, merek
memanfaatkan dunia maya sebagai bagian darisistem atau mekanisme jasa yang mereka
lakukan
Kelima, tentang aspek hukum yang menjamin keamanan dari setiappengguna internet
internet sebagai bagian dari nilai investasi yang dapatdihitung sesuai dengan prinisip-
Ketujuh, tentang aspek hukum yang memberikan legalisasi atas internetsebagai bagian
mengalami percepatan yang sangat tinggi sertamemiliki jumlah pelanggan atau pihak
pengguna jaringan internet yang terus meningkatsejak paruh tahun 90'an. Salah satu
provider di Indonesia sadar atau tidak merupakan pihak yangberperanan sangat penting
Pemberian informasi yang di update setiap hari oleh home page komersial;
yangberhubungan dengan aplikasi hukum tentang cyber di Indonesia. Oleh sebab itu
yangsepenuhnya dapat diterima. Hal ini terbukti dengan dipakainya terminologi lain
untuktujuan yang sama seperti The law of the Inlernet, Law and the
sebagainya.Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada satu istilah yang disepakati atau
Sampai saat ini ada beberapaistilah yang dimaksudkan sebagai terjemahan dari
aktivitas manusia di Internet. Oleh karena itu dapat dipahamiapabila sampai saat ini di
Internetitu sendiri. Hal ini pada gilirannya akan melemahkan atau bahkan
yurisdiksi. Kedua konsep iniberada padaposisi yang dilematis ketika harus berhadapan
dengan kenyataan bahwa parapelaku yang terlibat dalam pemanfaatan Internet tidak lagi
Dalam kaitan ini Aron Mefford seorangpakar cyberlaw dari Michigan State
sebenarnya telah terjadi semacam ”paradigm shift”dalam menentukan jati diri pelaku
suatu perbuatan hukum dari citizens menjadi netizens.Dilema yang dihadapi oleh
Aturanhukum yang akan dibentuk itu harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
hukum (the legal needs) para pihak yang terlibat dalam traksaksi-transaksi lewat
”Lex Mercatoria”yang merupakan satu sistem hukum yang dibentuk secara evolutif
dagang yangmendapati kenyataan bahwa sistem hukum nasional tidak cukup memadai
pemanfaatan Internet.
berkaitan denganpemanfaatan Internet. Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law of
Pornografi
Perlindungan Konsumen
education dll.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi (TI) dan khususnya juga Internet ternyata tak
bisnis. Banyakkegiatan bisnis yang sebelumnya tak terpikirkan, kini dapat dilakukan
dengan mudah dancepat dengan model-model bisnis yang sama sekali baru. Begitu
juga, banyak kegiatanlainnya yang dilakukan hanya dalam lingkup terbatas kini dapat
Di sisi lain, perkembangan TI dan Internet ini, juga telah sangat mempengaruhi
hampir semua bisnis di dunia untuk terlibat dalam implementasi dan menerapkan
berbagai aplikasi. Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diraih kalangan bisnis
dalam kaitan ini, baik dalam konteks internal (meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi), dan eksternal (meningkatkan komunikasi data dan informasi antar berbagai
Masalah hukum yang dikenal dengan Cyberlaw ini tak hanya terkait dengan
keamanan dan kepastian transaksi, juga keamanan dan kepastian berinvestasi. Karena,
diharapkandengan adanya pertangkat hukum yang relevan dan kondusif, kegiatan bisnis
akan dapatberjalan dengan kepastian hukum yang memungkinkan menjerat semua fraud
kegiatanpemerintah.
Banyak terjadi tindak kejahatan Internet (seperti carding), tetapi yang secara
nyata hanyabeberapa kasus saja yang sampai ke tingkat pengadilan. Hal ini dikarenakan
hakim sendiri belum menerima bukti-bukti elektronik sebagai barang bukti yang sah,
seperti digital signature. Dengan demikian cyberlaw bukan saja keharusan melainkan
sudah merupakan kebutuhan, baik untuk menghadapi kenyataan yang ada sekarang ini,
dan perubahan itu, memang dituntut untuk merumuskan perangkat hukum yang mampu
mendukung kegiatan bisnis secara lebih luas, termasuk yang dilakukan dalam dunia
virtual, dengan tanpa mengabaikan yang selama ini sudah berjalan. Karena, perangkat
hukum yang ada saat ini ditambah cyberlaw, akan semakin melengkapi perangkat
hukum yang dimiliki. Inisiatif ini sangat perlu dan mendesak dilakukan, seiring dengan
semakin berkembangnya pola-pola bisnis baru tersebut. Sejak Maret 2003 lalu Kantor
baru seiring maraknya kejahatan di dunia cyber yang semakin canggih. Lebih dari itu,
TI yang tidak mengenal batas-batas teritorial dan beroperasi secara maya juga menuntut
pemerintah mengantisipasi aktivitas-aktivitas baru yang harus di atur oleh hukum yang
2. SARAN
Mengingat begitu pesatnya perkembangan dunia cyber (internet), efek
negatifnyapun ikut andil didalamnya, untuk itu diharapkan peran demi tegaknya
DAFTAR PUSTAKA
http://slamet10018075.blogspot.com/2011/12/Pengetahuan-etika-propesi-
carding.html .
Majalahinteraksiacuanhukumdankemasyarakatan, website :