Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Sejarah BUMD

Istilah Badan Usaha Milik Daerah atau disingkat BUMD tidak terlepas dari
perkembangan kebijakan terkait dengan Badan Usaha Milik Negara. Pada awalnya,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah perusahaan-perusahaan negara baik
yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum perdata maupun yang berbentuk
badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain yang berdasarkan Undang-
Undang Perusahaan Indonesia/Indonesische Bedrijvenwet, Staatsblad Tahun 1927
Nomor 419 dan perusahaan-perusahaan milik negara yang didirikan berdasarkan
undang-Undang Kompatilbilitet Indonesia (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448).
Dalam rangka mensikronkan segala kegiatan ekonomi pada saat itu, Pemerintah
mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara.
Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk Perusahaan
Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk Perusahaan
Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1 Tahun 1969
tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Dalam Perpu ini, ditetapkan bahwa usaha-
usaha negara berbentuk perusahaan dibedakan dalam Perusahaan Jawatan
(Perjan) yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam Indonesische
Bedrijvenwet (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum (Perum)
yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan UU 19 Prp. Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan penyertaan negara pada
perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23).

Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin


kepastian dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada
Perseroan Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847
Nomor 23) dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de
Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
sebagai penganti Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan
Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel,
Staatsblad 1847: 23) yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala
perubahannya, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan
Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij
op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717).

Sejalan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Pemerintah


menerbitkan beberapa peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana Perpu
Nomor 1 Tahun 1969 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 12 Tahun 1998
tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum.Namun demikian, mengingat bahwa Perpu
1 Tahun 1969 dan kedua Peraturan Pemerintah tersebut dianggap sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman, serta didorong dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang
hanya mengatur dua bentuk hukum badan usaha negara yaitu Perum dan Persero.
Sementara Perjan, dengan terbitnya Undang-Undang ini, harus dirubah bentuk
hukumnya menjadi Perum atau Persero.
1
Istilah BUMD diilhami dari terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
1998 dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998. Namun demikian, definisi
BUMD sampai sekarang belum ditetapkan secara baku oleh peraturan perundang-
undangan. Berbeda dengan BUMN yang definisinya telah ditetapkan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Dilain pihak, istilah BUMD telah
tertuang baik dalam Peraturan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk
Hukum BUMD, tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah
menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
maupun dalam banyak Undang-Undang Sektoral seperti UU 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU Kelistrikan, UU Minerba, UU Pelayaran, UU Jalan,
dsb. Hal ini dapat dimaklumi karena pendirian dan pengaturan BUMD sampai saat
ini masih tunduk dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang
Perusahaan Daerah walaupun undang-undang ini telah dicabut dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1969, namun karena ditegaskan bahwa UU 5/1962 tidak
berlaku sejak diterbitkannya undang-undang pengganti, dan sampai sekarang belum
ada undang-undang penggantinya, maka UU 5/1962 masih berlaku sampai
sekarang.

UU 5/1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan undang-undang yang


penyusunannya diilhami dari terbitnya Perpu Nomor 17 Tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara. Berdasarkan UU 5/1962, Perusahaan Daerah adalah
perusahaan yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan
daerah yang dipisahkan. Mengingat bahwa pembinaan pemerintahan daerah berada
di bawah tanggungjawab Menteri Dalam Negeri, maka peraturan pelaksana UU
5/1962 diterbitkan oleh Mendagri baik berupa Instruksi Mendagri, Keputusan
Mendagri, maupun Peraturan Mendagri. Sejak terbitnya UU 1/1995 tentang
Perseroan Terbatas dan Permendagri Nomor 3/1999 tentang Bentuk Hukum BUMD,
maka sebagian BUMD ada yang berbentuk Perseroan Terbatas, seperti misalnya
PT. Jaya Ancol, PT. Riau Airlines, PT. Ratax, dsb. Mengingat definisinya sampai
sekarang belum baku, maka BUMD yang berbadan hukum Perseroan Terbatas
terkadang tidak mencerminkan mayoritas kepemilikan Daerah di perusahaan
tersebut. Contoh yang paling nyata adalah PT. Delta Tbk yang dianggap sebagai
BUMD DKI Jakarta. Pemda DKI Jakarta hanya pemegang saham minoritas dalam
PT. Delta Tbk. sehingga saham pengendali berada di tangan swasta sepenuhnya.
Namun, karena ada unsur Pemda di dalamnya, maka Pemda menganggap PT.
Delta Tbk. sebagai BUMD. Jika berkasa dari definisi BUMN, maka hal ini
seharusnya tidak terjadi jika definisi BUMD sudah ditetapkan. Ketidakjelasan definisi
BUMD berdampak negatif terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
sektoral yang memberikan priviledge atau keistimewaan dalam melakukan usaha
dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pendapatan daerah namun pada
kenyataannya perusahaan-perusahaan perseroan terbatas yang dianggap sebagai
BUMD justru memberikan keuntungan yang lebih besar kepada pengusaha swasta
karena Pemda hanyalah pemegang saham minoritas.

Dalam perubahan regulasi, nomenklatur Badan Usaha Milik Daerah atau


disingkat BUMD keluarnya baru beberapa dekade terakhir, khususnya setelah
terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

2
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sebelum adanya BUMD, lebih sering
menggunakan nomenklatur Perusahaan Daerah, hal ini sebagaimana terdapat pada
UU 5/1962 tentang Perusahaan Daerah.

Dan sejarah BUMD tidak terlepas dari perkembangan kebijakan terkait


dengan BUMN. Pada awalnya, BUMN adalah perusahaan-perusahaan negara baik
yang berbentuk badan-badan berdasarkan hukum perdata maupun yang berbentuk
badan hukum berdasarkan hukum publik antara lain yang berdasarkan Undang-
Undang Perusahaan Indonesia/Indonesische Bedrijvenwet, Staatsblad Tahun 1927
Nomor 419 dan perusahaan-perusahaan milik negara yang didirikan berdasarkan
undang-Undang Kompatilbilitet Indonesia (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448).

Dalam rangka mensikronkan segala kegiatan ekonomi pada saat itu,


Pemerintah mengeluarkan Perpu nomor 17 Tahun 1960 tentang Perusahaan
Negara. Selanjutnya, dalam rangka menertibkan usaha negara berbentuk
Perusahaan Negara terutama karena ada banyak usaha negara dalam bentuk
Perusahaan Negara yang inefisien, maka Pemerintah menerbitkan Perpu Nomor 1
Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara.

Dalam Perpu ini, ditetapkan bahwa usaha-usaha negara berbentuk


perusahaan dibedakan dalam Perusahaan Jawatan (Perjan) yang didirikan dan
diatur menurut ketentuan-ketentuan dalam Indonesische Bedrijvenwet (Staatsblad
Tahun 1927 Nomor 419), Perusahaan Umum (Perum) yang didirikan dan diatur
berdasarkan ketentuan UU 19 Prp.

Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, dan Persero yang merupakan


penyertaan negara pada perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang atau KUHD (Wetboek Van Koophandel, Staatsblad
Tahun 1847 Nomor 23).

Seiring dengan perkembangan zaman serta dalam rangka menjamin


kepastian dan penegakan hukum mengingat terjadinya dualisme pengaturan pada
Perseroan Terbatas yang selama ini diatur dalam KUHD (Staatsblad Tahun 1847
Nomor 23) dan Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de
Indonesische Maatschappij op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717) Pemerintah
menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
sebagai penganti Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Ketiga Pasal 36 sampai dengan
Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel,
Staatsblad 1847: 23) yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas berikut segala
perubahannya, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971 dan
Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonnantie op de Indonesische Maatschappij
op Aandeelen, Staatsblad 1939: 569 jo.717).

Sekarang kita lihat sejarah BUMD dari sisi perubahan politik dalam negeri,
sebenarnya rujukan utama tentang sejarah BUMD adalah Penjelasan Umum
Undang-undang No.5 Tahun 1962 (UU 5/1962) tentang Perusahaan Daerah.
Kehadiran BUMD di Indonesia mempunyai latar belakang yang sama dengan
BUMN, yakni terkait dengan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda di
Indonesia.

3
Pada tahun 1957 Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian Barat
dengan Indonesia, karena Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) gagal mengeluarkan
resolusi yang menghimbau agar Belanda mau berunding dengan Indonesia untuk
masalah Irian Barat. Penyatuan Irian Barat tersebut menjadi titik awal nasionalisasi
perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia.

Sejak itu, Pemerintah Pusat mendirikan berbagai perusahaan milik Negara


(BUMN). Pemerintah Pusat juga mendorong Pemerintah Swatantra Tk I dan Tk II
pada waktu itu (sekarang setingkat Provinsi dan Kabupaten) untuk mendirikan
perusahaan milik Daerah guna mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan jumlah produksi (berbagai barang dan jasa) yang waktu itu sangat
dibutuhkan masyarakat. Perkembangan di tingkat Pusat direspons dengan antusias
oleh Pemerintah Daerah Swatantra.

Perusahaan-perusahaan Daerah yang didirikan oleh Daerah waktu itu pada


umumnya merupakan perusahaan yang tidak mengutamakan mencari keuntungan
semata, melainkan ditujukan kepada terwujudnya fungsi sosial dari perusahaan itu
terhadap Daerah; misalnya dalam bentuk percepatan produksi dan penyaluran
barang dan jasa dan pembukaan lapangan kerja.

Memasuki tahun 1960-an, Pemerintah Pusat melihat indikasi bahwa kegiatan


ekonomi (bisnis) yang dilakukan di Daerah kurang tertata dan kurang jelas kaitan
dan kontribusinya terhadap pembangunan nasional. Karena itu, dilakukan penataan
kembali, baik statusnya maupun organisasinya. Sejalan dengan itu, diterbitkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) No.I/MPRS/1960.
Dalam Ketetapan tersebut antara lain disebutkna bahwa dalam rangka pemberian
otonomi yang riil dan luas kepada Daerah-daerah dengan mengingat kemampuan
Daerah masing-masing, dipandang perlu untuk menetapkan dasar-dasar untuk
mendirikan Perusahaan Daerah.

Prinsip desentralisasi dalam pemerintahan sebagaimana diamanatkan oleh


Undang-undang Dasar (UUD) waktu itu, menghendaki agar Daerah Swatantra dapat
mengatur dan mengurus rumahtangganya sendiri dengan sebaik-baiknya. Untuk
dapat melaksanakan maksud tersebut, maka diperlukan adanya sumber-sumber
keuangan yang memberikan cukup kemampuan dan kekuatan kepada Daerah
Swatantra. Hasil Perusahaan Daerah adalah salah satu pendapatan pokok di
Daerah. Berhubung dengan itu, maka selain perusahaan yang mengutamakan
kemanfaatan umum, dapat pula didirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan
untuk menambah penghasilan Daerah, sekaligus untuk mempertinggi produksi.

Titik berat kegiatan Perusahaan Daerah ditujukan ke arah pembangunan


Daerah, dan pembangunan ekonomi nasional umumnya, untuk memenuhi
kebutuhan rakyat, dengan mengutamakan industrialisasi. Oleh karena itu, sebagian
dari laba yang diperoleh Perusahaan Daerah diwajibkan disediakan bagi dana
pembangunan Daerah yang bersangkutan.

Di samping itu, untuk kepentingan pembangunan Daerah, segala dana dan


sumberdaya (funds and forces) masyarakat juga dimobilisasi dan, oleh karena itu,
koperasi dan swasta harus diikutsertakan secara aktif dalam pendirian Perusahaan
Daerah. Namun, pengikutsertaan swasta tersebut tetap dengan pokok pikiran bahwa

4
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari
kekayaan Daerah yang dipisahkan. Artinya, Perusahaan Daerah adalah perusahaan
yang sepenuhnya dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

Dengan latar belakang pemikiran seperti itu, saham Perusahaan Daerah


dibedakan menjadi saham prioritet dan saham biasa, dimana saham prioritet hanya
bisa dikuasai oleh Daerah, baik Daerah Tingkat I ataupun Daerah Tingkat II. Namun,
apabila modal Perusahaan Daerah seluruhnya terdiri atas kekayaan satu Daerah,
maka modalnya tidak perlu dirupakan saham-saham.

2.2 Pengertian BUMD

Gambar BUMD.

BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) merupakan badan usaha yang dikelola, dibina
dan diawasi oleh pemerintah daerah. Sebagian besar bahkan secara keseluruhan
modalnya berasal dari negara, yang diambil dari pendapatan masing-masing
daerah.

Jadi, BUMN bisa dikatakan sebagai cabang dari BUMN. Peranannya sangat penting
dalam mengoperasikan dan mengembangkan bidang ekonomi daerah dan nasional.

5
2.3 Peraturan Pemerintah Tentang Badan Usaha Milik Daerah
Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, ketentuan umum, Pasal 1 ,
dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
2. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda atau yang disebut dengan
nama lain adalah Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.
6. Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan adalah kekayaan Daerah yang berasal
dari APBD untuk dijadikan penyertaan modal Daerah pada BUMD.
7. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMD
sebagai salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal
BUMD guna memperbaiki kinerja dan/atau meningkatkan nilai BUMD.
8. Privatisasi adalah penjualan saham perusahaan perseroan Daerah dalam
rangka meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan, memperbesar
manfaat bagi Daerah dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham
oleh masyarakat.
9. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah sistem pengelolaan yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar menghasilkan
kemanfaatan ekonomi yang berkesinambungan dan keseimbangan hubungan
antar pemangku kepentingan.
10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.
12. Pemerintah Daerah adalah kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
13. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan Daerah.
14. Kepala Daerah Yang Mewakili Pemerintah Daerah Dalam Kepemilikan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pada Perusahaan Umum Daerah yang
selanjutnya disingkat KPM adalah organ perusahaan umum Daerah yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan umum Daerah dan
memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau
Dewan Pengawas.

6
15. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat RUPS adalah
organ perusahaan perseroan Daerah yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam perusahaan perseroan Daerah dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.
16. Dewan Pengawas adalah organ perusahaan umum Daerah yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan umum Daerah.
17. Komisaris adalah organ perusahaan perseroan Daerah yang bertugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam
menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan perseroan Daerah.
18. Direksi adalah organ BUMD yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMD
untuk kepentingan dan tujuan BUMD serta mewakili BUMD baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

2.4 Kebijakan BUMD


Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, kebijakan BUMD, Pasal 2 :

1. Kepala Daerah merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Daerah


dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan.
2. Pelaksanaan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam kebijakan
BUMD meliputi:
a. penyertaan modal;
b. subsidi;
c. penugasan;
d. penggunaan hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; dan
e. pembinaan dan pengawasan terhadap penyertaan modal pada BUMD.

Pasal 3 :

1. Kepala Daerah mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan Kekayaan


Daerah Yang Dipisahkan pada:
a. perusahaan umum Daerah, berkedudukan sebagai pemilik modal; dan
b. perusahaan perseroan Daerah, berkedudukan sebagai pemegang saham.
2. Kepala Daerah selaku pemilik modal pada perusahaan umum Daerah atau
pemegang saham pada perusahaan perseroan Daerah mempunyai kewenangan
mengambil keputusan.
3. Kewenangan mengambil keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilimpahkan kepada pejabat perangkat daerah.
4. Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain :
a. perubahan anggaran dasar;
b. pengalihan asset tetap;
c. kerja sama;
d. investasi dan pembiayaan, termasuk pembentukan anak perusahaan dan/atau
penyertaan modal;
e. penyertaan modal Pemerintah Daerah bersumber dari modal kapitalisasi
cadangan, keuntungan revaluasi aset, dan agio saham;

7
f. pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas, Komisaris, dan Direksi;
g. penghasilan Dewan Pengawas, Komisaris, dan Direksi;
h. penetapan besaran penggunaan laba;
i. pengesahan laporan tahunan;
j. penggabungan, pemisahan, peleburan, pengambilalihan, dan pembubaran
BUMD; danvjaminan aset berjumlah lebih dari 50% (lima puluh persen) dari
jumlah kekayaan bersih BUMD dalam 1 (satu) transaksi atau lebih;
5. Pelaksana kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat
diberikan insentif yang bersumber dari hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan.
6. Besaran insentif pelaksana kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan berdasarkan:
a. target kinerja BUMD;
b. klasifikasi hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sesuai jenis
bidang usaha; dan
c. laporan keuangan BUMD.
7. Ketentuan mengenai pelaksanaan kewenangan dan insentif pelaksana
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (6)
diatur dalam Peraturan Menteri.

2.5 Karakteristik BUMD

Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, karakteristik BUMD, pasal 6 :

1. Karakteristik BUMD meliputi:


a. badan usaha didirikan oleh Pemerintah Daerah;
b. badan usaha dimiliki oleh:
1. 1 (satu) Pemerintah Daerah;
2. lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah;
3. 1 (satu) Pemerintah Daerah dengan bukan Daerah; atau
4. lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah dengan bukan Daerah.
c. seluruh atau sebagian besar modalnya merupakan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan;
d. bukan merupakan organisasi perangkat Daerah; dan
e. dikelola dengan menggunakan kelaziman dalam dunia usaha.
2. Dalam hal BUMD yang dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 2) dan angka 4), kepemilikan
saham harus dimiliki oleh salah satu Daerah lebih dari 51% (lima puluh satu
persen).

2.6 Dasar Pendirian BUMD


Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, dasar pendirian BUMD,
pasal 9 :

1. Pendirian BUMD didasarkan pada:

8
a. kebutuhan Daerah; dan
b. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.
2. Kebutuhan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikaji melalui
studi yang mencakup aspek:
a. pelayanan umum; dan
b. kebutuhan masyarakat.
3. Kelayakan bidang usaha BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikaji melalui analisis terhadap kelayakan ekonomi, analisis pasar dan
pemasaran, analisis kelayakan keuangan, dan analisis aspek lainnya.
4. Analisis aspek lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi aspek:
a. peraturan perundang-undangan;
b. ketersediaan teknologi; dan
c. ketersediaan sumber daya manusia.
5. Kebutuhan Daerah berdasarkan hasil kajian kebutuhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan hasil kajian kelayakan bidang usaha BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian dari kebijakan RPJMD.
6. Pendanaan untuk kajian kebutuhan Daerah dan kajian kelayakan bidang usaha
BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersumber dari APBD.

Pasal 10 :

1. Kepala Daerah menyampaikan usulan rencana pendirian BUMD kepada Menteri.


2. Usulan rencana pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri:
a. kebutuhan Daerah;
b. analisa kelayakan usaha;
c. ringkasan laporan keuangan Pemerintah Daerah 3 (tiga) tahun terakhir;
d. dokumen Perda tentang APBD 3 (tiga) tahun terakhir; dan
e. dokumen RPJMD.
3. Menteri melakukan penilaian atas usulan rencana pendirian BUMD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
4. Hasil penilaian Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan
kepada gubernur dan bupati/walikota paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
usulan rencana pendirian BUMD diterima.
5. Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Daerah dapat
menyusun rancangan Perda yang mengatur mengenai pendirian BUMD.

2.7 Perda Pendirian BUMD


Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, perda pendirian BUMD,
pasal 11 :

1. Perda pendirian perusahaan umum Daerah paling sedikit memuat:


a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan;
c. kegiatan usaha;
d. jangka waktu berdiri;
e. besarnya modal dasar dan modal disetor;
f. tugas dan wewenang Dewan Pengawas dan Direksi; dan

9
g. penggunaan laba.
2. Perda pendirian perusahaan perseroan Daerah memuat:
a. nama dan tempat kedudukan;
b. maksud dan tujuan;
c. kegiatan usaha;
d. jangka waktu berdiri; dan
e. besarnya modal dasar.
3. Dalam hal pendirian perusahaan umum Daerah dilakukan dengan mengalihkan
tugas dan fungsi perangkat Daerah atau unit kerja maka Perda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memuat juga ketentuan mengenai:
a. pengalihan seluruh atau sebagian kekayaan Daerah menjadi Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan; dan/atau
b. pengalihan seluruh atau sebagian hak dan kewajiban perangkat Daerah atau
unit kerja menjadi hak dan kewajiban perusahaan umum Daerah yang didirikan.
4. Ketentuan mengenai tata cara pengalihan kekayaan Daerah serta hak dan
kewajiban perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.8 Nama dan Tempat Kedudukan BUMD


Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, nama dan tempat
kedudukan BUMD, pasal 12 :

1. Perusahaan umum Daerah harus menggunakan nama yang:


a. belum dipakai secara sah oleh perseroan terbatas, perusahaan umum, dan
perusahaan umum Daerah lain atau sama pada pokoknya dengan nama
perseroan terbatas, perusahaan umum, dan perusahaan umum Daerah lain;
b. tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau kesusilaan;
c. berbeda dengan nama lembaga negara, lembaga Pemerintah Pusat, dan
lembaga Pemerintah Daerah;
d. berbeda dengan nama lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang
bersangkutan;
e. sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan
maksud dan tujuan perusahaan umum Daerah saja tanpa nama diri;
f. terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang
membentuk kata;
g. tidak mempunyai arti sebagai BUMD, badan hukum, atau persekutuan perdata;
atau
h. tidak mengandung bahasa asing.
2. Nama perusahaan umum Daerah didahului dengan perkataan perusahaan umum
Daerah atau dapat disingkat Perumda yang dicantumkan sebelum nama
perusahaan.

Pasal 13 :

1. Perusahaan umum Daerah mempunyai tempat kedudukan di wilayah Daerah


pendiri yang ditentukan dalam Perda pendirian perusahaan umum Daerah.

10
2. Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus merupakan
kantor pusat perusahaan umum Daerah.

Pasal 14 :

1. Perusahaan perseroan Daerah harus menggunakan nama yang:


a. belum dipakai secara sah oleh perseroan terbatas, perusahaan umum, dan
perusahaan umum Daerah lain atau sama pada pokoknya dengan nama
perseroan terbatas, perusahaan umum, dan perusahaan umum Daerah lain;
b. tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau kesusilaan;
c. berbeda dengan nama lembaga negara, lembaga Pemerintah Pusat, dan
lembaga Pemerintah Daerah;
d. berbeda dengan nama lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang
bersangkutan;
e. sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau menunjukkan
maksud dan tujuan perusahaan perseroan Daerah saja tanpa nama diri;
f. terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang
membentuk kata;
g. tidak mempunyai arti sebagai BUMD, badan hukum, atau persekutuan perdata;
h. tidak mengandung bahasa asing; atau
i. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perseroan terbatas.
2. Dalam hal penulisan nama perusahaan perseroan Daerah dilakukan secara
lengkap, didahului dengan perkataan perusahaan perseroan Daerah diikuti
dengan nama perusahaan.
3. Dalam hal penulisan nama perusahaan perseroan Daerah dilakukan secara
singkat, kata (Perseroda) dicantumkan setelah singkatan PT dan nama
perusahaan.

Pasal 15 :

1. Perusahaan perseroan Daerah mempunyai tempat kedudukan di wilayah Daerah


pendiri yang ditentukan dalam Perda pendirian perusahaan perseroan Daerah.
2. Tempat kedudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus merupakan
kantor pusat perusahaan perseroan Daerah.

2.9 Modal BUMD

Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, Sumber Modal BUMD, Pasal
19 :

1. Sumber modal BUMD terdiri atas:


a. penyertaan modal Daerah;
b. pinjaman;
c. hibah; dan
d. sumber modal lainnya.
2. Penyertaan modal Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
bersumber dari:

11
a. APBD; dan/atau
b. konversi dari pinjaman.
3. Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat bersumber dari:
a. Daerah;
b. BUMD lainnya; dan/atau
c. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat bersumber dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Daerah;
c. BUMD lainnya; dan/atau
d. sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Sumber modal lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kapitalisasi cadangan;
b. keuntungan revaluasi aset; dan
c. agio saham.

2.10 ORGAN DAN PEGAWAI BUMD


Dalam batang tubuh PP 54 tahun 2017 tentang BUMD, Organ BUMD, Pasal 29 :

1. Pengurusan BUMD dilakukan oleh organ BUMD.


2. Organ BUMD sebagaimana dimaksud ayat (1) pada perusahaan umum Daerah
terdiri atas:
a. KPM;
b. Dewan Pengawas; dan
c. Direksi.
3. Organ BUMD sebagaimana dimaksud ayat (1) pada perusahaan perseroan
Daerah terdiri atas:
a. RUPS;
b. Komisaris; dan
c. Direksi.

2.11 Bentuk Bentuk BUMD

Bentuk badan usaha ini bisa dalam berbagai bidang. Sebagai contoh bidang
transportasi umum seperti bus kota. Bidang Pengelolaan Pasar seperti PDRPH
(Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan). Pada bidang jasa perbankan, maka
akan didirikan Bank Daerah. Sedangkan dalam bidang penyediaan air bersih, maka
akan dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).

2.12 Ciri-Ciri BUMD

Ciri-Ciri BUMD antara lain sebagai berikut :

12
 Pemerintah daerah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha;
 Pemerintah daerah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan
perusahaan;
 Pemerintah daerah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan
kebijakan perusahaan;
 Didirikan peraturan daerah (perda);
 Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas
pertimbangan DPRD;
 Masa jabatan direksi selama empat tahun; dan
 Bertujuan memupuk pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan
daerah.

Ciri Khususnya BUMD antara lain :

 BUMD didirikan dan diawasi oleh pemerintah daerah;


 Pemerintah mempunyai kekuasaan absolut, karena sebagai pemegang hak
kekayaaan usahanya;
 Pemerintah daerah menguasai seluruh atau sebagian besar modal BUMD;
 BUMD dipimpin oleh seorang direksi yang bisa diangkat dan diberhentikan kepala
daerah (bupati, walikota atau gubernur);
 Segala risiko yang terjadi pada BUMD ditanggung secara penuh oleh pihak
pemerintah;
 Sebagai penyumbang kas atau sumber pendapatan daerah bahkan negara;
 Sebagai instrumen penting guna pengembangan ekonomi di daerah dan nasional;
Tidak semata-mata mencari keuntungan, karena laba harus dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat. Jadi tujuan BUMD tidak untuk mengumpulkan keuntungan
sebesar mungkin tapi dengan modal sekecil mungkin;
 Pemegang saham BUMD adalah pemerintah; dan
 BUMD bisa menghimpun dana atau keuangan dari berbagai pihak seperti lembaga
perbankan dan non bank.

2.13 Contoh BUMD


Contoh BUMD antaranya sebagai berikut :

 Bank Pembangunan Daerah (BPD);


 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
 Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota);
 Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (bus AKDP dan AKAP), digunakan dari
bulan Oktober 1991 (UU No. 22 tahun 1991) sampai akhir 1999/awal 2000, diubah
status menjadi PO (Perusahaan otobus) pada awal tahun 2000, sesuai Pasal 5
ayat 3 UU No. 58 tahun 2000. Contoh: Menurut pasal 5 ayat 3 UU No. 58
tahun 2000, Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (PDAAK) Haryanto diubah
statusnya menjadi PO dan diganti nama menjadi Perusahaan Otobus (PO)
Haryanto dan Perusahaan Daerah Angkutan Antarkota (PDAAK) Miniarta diubah
statusnya menjadi PO dan diganti nama menjadi Perusahaan Otobus (PO)
Miniarta; dan

13
 Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PDRPH).

2.14 Peran BUMD

Keberadaan BUMD memiliki peran atau fungsi yang sangat penting. Sehingga bila
pengelolaannya sangat profesional, maka akan memberikan dampak positif bagi
daerah dan masyarakatnya. Peran BUMD sebagai beikut.

 Penyedia barang bernilai ekonomis yang tidak mampu diproduksi oleh swasta.
 Sebagai instrumen daerah untuk menata perekonomian daerah.
 Pihak yang mengelola berbagai aset dan sumber daya alam daerah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Menghadirkan pelayanan prima bagi masyarakat luas.
 Berkontribusi dalam kemajuan sektor bisnis yang belum dilirik oleh swasta.
 Sebagai penyedia lapangan pekerjaan.
 Membina pengembangan unit usaha kecil seperti koperasi.
 Mendorong kemajuan masyarakat di beragam bidang kehidupan.

2.15 Fungsi BUMD


Fungsi BUMD antara lain sebagai berikut :

 Ialah Sebagai penyedia barang ekonomis yang tidak disediakan oleh pihak swasta;
 Ialah Instrumen pemerintahan daerah yang membantu penataan perekonomian
daerah;
 Pengelola cabang-cabang produksi sumberdaya pada daerah yang setelahnya itu
dimanfaatkan untuk kepentingan umum;
 Menyediakan layanan untuk rakyat;
 Memajukan sektor usaha yang belum diminati oleh para pihak swasta;
 Pembuka lapangan kerja di daerah yang bersangkuta;
 Membantu pengembangan usaha kecil (contohnya koperasi); dan
 Pendorong aktivitas serta juga kemajuan masyarakat di berbagai bidang.

2.16 Tujuan Pendirian BUMD

Pastinya pendirian BUMD dengan mengedepankan pemenuhan segala kebutuhan


masyarakat di berbagai bidang. Bisa saja karena bidang tersebut belum diminati
oleh pihak swasta, atau belum tersentuh secara maksimal oleh swasta atau
memang harus dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Berikut ini beberapa
tujuan dari pendirian BUMN.

 Berperan sebagai sumber pendapatan atau penerimaan daerah serta negara.


Selain itu, memiliki tujuan juga dalam mengembangkan tingkat perekonomian
masyarakat.
 Memberikan keuntungan finansial bagi daerahnya masing-masing.

14
 Memberikan berbagai manfaat melalui penyediaan barang atau jasa yang
kualitasnya tinggi. Sehingga bisa memadai guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
 Sebagai perintis kegiatan usaha atau bisnis, yang pada umumnya belum bisa
dilakukan oleh koperasi ataupun pihak swasta.
 Senantiasa memberikan pembimbingan dan membantu masyarakat, lembaga
koperasi dan penguasa yang termasuk dalam golongan ekonomi lemah.
 Memiliki kontribusi dalam pembangunan daerah, agar mampu memberikan
pelayanan prima kepada seluruh masyarakat.
 Memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional dan penerimaan kas
negara;
 Mengejar dan mencari keuntungan;
 Pemenuhan hajat hidup orang banyak;
 Perintis kegiatan-kegiatan usaha; dan
 Memberikan bantuan dan perlindungan pada usaha kecil dan lemah.

2.17 Kelebihan Dan Kekurangan BUMD.


Kelebihan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) :
1. Mencegah monopoli
Didirikanya BUMD ini upaya pencegahan terjadinya monopoli yang dilakukan oleh
pihak swasta kepada pengusaha kecil yang memerlukan modal untuk mendanai
usahanya ini. Terbentuklah BUMD sehingga dapat meminimalisir monopoli yang
dilakukan oleh pihak swasta pada pengusaha kecil seperti pasar monopoli.

2. Adil dalam melayani


Pelayanan yang dilakukan BUMD ini dikategorikan dalam pelayanan yang paling
adil. Pelayanan itu biasanya berupa barang ataupun jasa yang telah disuguhkan
sedemikian rupa oleh pihak BUMD ini guna memenuhi kebutuhan rakyat banyak
seperti contoh barang kena pajak berwujud.

3. Kesejahteraan bagi pegawai


BUMD telah menjamin akan kesejahteraan yang baik untuk para pegawai ataupun
staf yang ada di Indonesia.

4. Dapat memberi modal yang besar


BUMD ini dapat memberikan modal sebesar-besarnya kepada para pengusaha-
pengusaha kecil yang membutuhkan dana ataupun modal yang berjumlah besar
guna untuk menghindari mereka dari jeratan lentenir. Jadi BUMD ini sangatlah
berguna bagi para pengusaha kecil yang sangat membutuhkan modal yang
berjumlah besar dalam waktu singkat.

5. Elastis dalam bekerja sama


BUMD sangatlah elastis dalam bekerja sama kepada semua pihak baik itu pihak
koperasi, swasta nasional, ataupun swasta asing. Karena keelastisannya ini BUMD
memiliki peminat yang besar.

6. Mengambil keuntungan

15
Selain mudah bekerja sama BUMD juga mudah menghasilkan keuntungan yang
besar lalu keuntungan ini akan dijadikan sebagai sumber penghasilan negara yang
nantinya akan dimasukkan kedalam kas negara. Selain menguntungkan bagi rakyat
banyak BUMD ini juga menjadi keuntungan bagi negara.

7. Dapat membina usaha kecil


BUMD mampu membina usaha-usaha kecil hingga menuju kesuksesan. Bukan
hanya usaha kecil akan tetapi usaha menengah yang tidak maju dan suksespun
mampu ia bina hingga berhasil.

8. Tersedianya sarana yang memadai


BUMD telah menyediakan sarana dan juga prasarana yang memadai dan telah
difasilitasi oleh pemerintah guna untuk kenyamanan rakyat banyak.

9. Merintis kegiatan yang belum terlaksana namun telah direncanakan


BUMD merupakan perintus bagi kegitan yang telah direncankan oleh koperasi atai
swasta namun belum sempat dilaksanakan, maka BUMD sedia untuk melaksanakan
kegiatan tersebut agar terlaksana dan dinikmati rakyat banyak.

10. Stabilisator perekonomian


BUMD merupakan stabilisator perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. BUMD akan mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Kekurangan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) :


1. Mudah terjadi penyalahgunaan
Ketika pengawasan BUMD lemah maka penyalahgunaan akan mudah terjadi baik
dipihak BUMD itu sendiri maupun pihak peminta pinjaman. Dan hal ini akan
berakibat fatal pada negara karena kerugian yang ditimbulkan akan berdampak
pada keuangan negara.

2. Kerugian pada rakyat


Jika pengurus BUMD ini kurang profesional maka yang akan merasakan dampak
dari kerugian adalah rakyat. Karena keuangan yang dipegang BUMD adalah kas
negara bayangkan saja oleh kalian jika pegawai BUMD ini korupsi maka negara
akan rugi bahkan rakyat dapat jatuh miskin.

3. Tidak optimal
Rakyat sering mengeluh bahwa BUMD ini tidak optimal karena BUMD itu sendiri
bukanlah milik per orangan melainkan milim negara. Maka akan sering terjadinya
tidak optimal seperti tujuan ekonomi konvensional.

4. Tempat terjadinya KKN


Dimana ada uang tentu disitu ada korupsi nah begitu jugalah yang terjadi dalam
BUMD ini. BUMD sering dijadikan sebagai sarang KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme). Jika keamanan kendor sedikit saja maka keuangan negara akan
terancam.

5. Memiliki kekurangan yang banyak


BUMD ini merupakan perusahaan yang dibangun oleh pemerintah dan memiliki
berbagai macam keuntungan namun BUMD kurang inovatif bagi masyarakat, BUMD

16
juga kurang disiplin karena masih banyak terjadi KKN didalamnya, BUMD ini juga
kurang kreatif karena tidak adanya tantangan dan cenderung statis.

6. Persaingan tidak sehat


Jika BUMD maju maka persaingan tidak sehat akn muncul diantara BUMD dan
pihak swasta.

7. Merusak lingkungan
BUMD dapat mengolah alam tanpa tanggung jawab demi keuntungan pribadi, dan
hal ini dapat merusak lingkungan. Dan ini akan menimbulkan kerugian yang besar
pada rayat Idonesia seperti penyebab kelangkaan barang dan jasa.

8. Mematikan usaha swasta


BUMD akan memonopoli negara sehingga mematikan usaha-usaha swasta. Maka
usaha-usaha swasta akan hilang dari suatu negara.

9. Tangungan negara semakin besar


Jika BUMD terlibat peminjaman luar negri maka akan sulit untuk dibayar hal ini
menyebabkan bertambahnya tanggungan negara.

10. Fasilitas yang diperoleh dari negara itu tidak dimanfaatkan dengan secara
maksimal di lapangan.

11. Kualitas Sumber daya manusia (SDM) yang diperkerjakan masih kurang.

13. Pengelolaan yang kurang efisien sehingga hal tersebut masih sering mengalami
kerugian dalam usahanya.

2.18 Jenis Kegiatan Usaha BUMD


Jenis-jenis kegiatan usaha BUMD antara lain sebagai berikut :

 Pada Bidang Transportasi Umum (contohnya bus kota);

Masyarakat tentu memerlukan jasa transportasi yang dapat mempermudah


mobilisasinya di masyarakat, sehingga pemerintah daerah mengembangkan
BUMD dalam bidang transportasi, Contohnya di Jakarta terdapat Transjakarta dan
di Kota Bandung terdapat Trans Metro Bandung (TMB).

 Pada Bidang Pengelolaan Pasar ( Contohnya Perusahaan Daerah Rumah Potong


Hewan atau PDRPH);

Pasar menjadi tempat bertemunya masyarakat penjual dan masyarakat pembeli


untuk selling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Keberadaan pasar
sangat penting agar masyarakat bisa dengan mudah menemukan barang yang
menjadi kebutuhan hidupnya maupun barang yang akan dip'erjualbelikannya.
Hampir setiap provinsi kabupaten atau kota memiliki perusahaan daerah yang
mengelola pasar di daerahnya. Seperti di Jakarta terdapat PD. Pasar Jaya yang
mengelola pasar tradisional di wilayah Jakarta, di Makasar terdapat PD. Pasar

17
Makasar, di Surabaya terdapat PD. Pasar Surya Surabaya, di Kota Bandung
terdapat PD. Pasar Bermartabat, dan sebagainya.

 Pada Bidang Jasa Perbankan (Contohnya Bank Daerah); dan

Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi atau perantara antara masyarakat


yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, baik untuk
kegiatan produktif atau usaha maupun untuk kebutuhan konsumtif. Oleh karena
pentingnya peran bank, maka setiap pemerintah provinsi mendirikan Bank
Pembangunan Daerah (BPD). Contohnya di Jakarta terdapat Bank DKI, di Jawa
Barat terdapat Bankjabar dan Banten (BJB), di Sumatra Barat terdapat Bank
Sumbar, di Papua terdapat terdapat Bank Papua, di Bah terdapat Bank Bali, di
Sulawesi Selatan terdapat Bank Sulselbar, dan sebagainya.

 Pada Bidang Penyediaan Air Bersih (Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM).

Air bersih menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat di suatu daerah, sehingga
setiap Kabupaten atau Kota dipastikan memiliki BUMD yang mengelola air bersih
bagi masyarakatnya yang dikenal Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM
merupakan salah satu unit usaha rnilik daerah, yang bergerak dalarn distribusi air
bersih bagi masyarakat umum. PDAM terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan
kotamadya di seluruh Indonesia. PDAM merupakan perusahaan daerah sebagai
sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparat-aparat eksekutif
maupun legislatif daerah. Perusaliaan air minum yang dikelola negara secara
modem sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda pada tahun 1920-an dengan
nama Waterleiding sedangkan pada pendudukan Jepang perusaliaan air minum
dinamai Suido Syo.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://asetdaerah.wordpress.com/2011/07/15/sejarah-bumd/

https://bumd.wordpress.com/2011/03/11/sekilas-sejarah-bumd/

https://salamadian.com/bentuk-pengertian-bumn-bumd-adalah/

https://pendidikan.co.id/pengertian-bumd-fungsi-tujuan-ciri-jenis-kelebihan-dan-kekurangan/

https://www.jogloabang.com/ekbis/pp-54-2017-badan-usaha-milik-daerah

19

Anda mungkin juga menyukai