Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kenyataannya penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas dilakukan

dengan cara di luar pengadilan yaitu damai. Penyelesaian secara damai ini tidak

ada terdapat didalam hukum pidana akan tetapi untuk menyelesaikan masalah

tersebut dan jarang pula diantara para pihak sepakat menempuh upaya damai.

Penyelesaian di luar pengadilan dengan cara damai tersebut melahirkan dua

metode berfikir yang saling bertolak belakang.Pertama, metode berfikir yang

yuridis formal. Bagi penganut metode ini akan berkata, bahwa hukum pidana

adalah hukum publik. Konsekuensi dari sifat hukum pidana sebagai hukum publik

adalah bahwa pelanggaran terhadap ketentuan hukum pidana harus diselesaikan

oleh aparat penegak hukum. Sebagai hukum publik, maka tidak diperkenankan

untuk diselesaiakn kedua belah pihak saja yaitu pihak korban dan pihak pelaku.

Dengan demikian, para penganut metode berfikir yang yuridis formal ini, akan

menolak kebenaran lembaga perdamaian dalam hukum pidana karena dalam

menurut aliran ini, seluruh kasus pidana harus diajukan ke sidang pengadilan,

tanpa kecuali. Penganut metode berfikir yuridis formal ini memandang bahwa

hukum sama dengan Undang-Undang sehingga di luar Undang-Undang tidak ada

hukum.
2
Kedua, metode berfikir yang yuridis materil. Para penganut aliran ini memandang,

bahwa hukum tidak identik dengan hanya sebatas Undang-Undang saja. Di luar

peraturan perundang-undangan masih banyak hukum. Makna hukum bagi

penganut aliran ini adalah baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Bagi

penganut aliran pertama, bahwa yang penting adalah dalam penegakan

hukum adalah dalam rangka tercapainya kepastian hukum.

Alternative Dispute Resolution/ ADR merupakan bahasa asing dari alternatif

penyelesaian sengketa. Istilah ADR pertama kalinya lahir di Amerika Serikat,

seiring dengan pencarian alternatif pada tahun 1976, yaitu ketika “Chief Justice

Warren Burger” mengadakan “the Rescoe E. Pond Confreceon the Causes of

Popular Dissatisfaction with the Administratration of Justice” (Pound

Conference) di Saint Paul, Minesoeta. Para akademisi, para anggota pengadilan,

dan para anggota public interest lawyer, secara bersama-sama mencari cara-cara

baru dalam menyelesaikan sengketa.

Berdasarkan persoalan-persoalan yuridis di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian dan menuangkanya dalam bentuk skripsi dengan

Judul “Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di

Lakukan Oleh Anak (Studi Pada Sat Lantas Polres Waykanan)”

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1. Permasalahan

Untuk menghindari kerancuan dalam penulisan skripsi ini, maka perlu dibatasi

beberapa rumusan masalah, yaitu:


3
1. Bagaimana Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan Metode ADR

Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Wilayah Hukum Polres Waykanan?

2. Apakah yang menjadi Faktor Penghambat Dalam Penyelesaian Tindak Pidana

Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Wilayah

Hukum Polres Waykanan ?

1.2.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan penulisan skripsi ini adalah ruang lingkup hukum

pidana, dengan pembahasan mengenai Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas

Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Wilayah Hukum Polres

Waykanan dan menjadi Faktor Penghambat Dalam Penyelesaian Tindak Pidana

Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Wilayah

Hukum Polres Waykanan.

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami isi dari penelitian Makalah

ini, penulis membaginya ke dalam III (tiga) bab dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan

dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistimatika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN, pada bab ini menguraikan tentang Penyelesaian Tindak

Pidana Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di

Wilayah Hukum Polres Waykanan dan menjadi Faktor Penghambat Dalam

Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan

Oleh Anak Di Wilayah Hukum Polres Waykanan


4
BAB III PENUTUP, memuat simpulan dan saran-saran yang penulis anggap

perlu yang berkaitan dengan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA, bahan yang digunakan dalam menunjang penulisan skripsi

ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN, data pendukung yang memuat keterangan di dalam

penulisan skripsi ini.


5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan Metode ADR Yang Di


Lakukan Oleh Anak Di Wilayah Hukum Polres Waykanan

Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor

tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini

dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan

lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun.

Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan kecelakaa lalu lintas

1. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain

yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. (Pasal 1

angka 24 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

2. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari

dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

perkara kecelakaan lalu lintas yang terjadi dan guna menemukanPengolahan

Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas (Olah TKP Laka Lantas)

adalah tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah Tindakan Pertama di Tempat

Kejadian Perkara (TP TKP) Kecelakaan Lalu Lintas tersangkanya. (Skep

Kababinkam Polri No. Pol. : Skep/ 32.a/ IV/ 2004).

3. Penanganan Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas adalah kegiatan

dan tindakan kepolisian di tempat kejadian perkara kecelakaan lalu lintas yang

dilakukan oleh penyidik / penyidik pembantu yang meliputi Tindakan Pertama


6
di Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas (TP TKP) dan

Pengolahan Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas (Olah TKP).

(Skep Kababinkam Polri No. Pol. : Skep / 32.a/ IV/ 2004).

4. Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas adalah tempat dimana suatu

kecelakaan lalu lintas terjadi dengan segala akibat yang ditimbulkan serta

tempat-tempat dimana tersangka dan atau barang bukti dan atau korban yang

berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas tersebut dapat ditemukan. (Skep

Kababinkam Polri No. Pol. : Skep/ 32.a/ IV/ 2004)

5. Pengolahan Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas (Olah TKP

Laka Lantas) adalah tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah Tindakan

Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TP TKP) Kecelakaan Lalu Lintas

dilaksanakan dengan maksud untuk mencari, mengumpulkan, menganalisa &

mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas

tersangka guna memberi arah terhadap penyidikan selanjutnya.

(Skep Kababinkam Polri No. Pol. : Skep/ 32.a/ IV/ 2004).

6. Pengamatan Umum adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan pada tempat

kejadian perkara kecelakaan lalu lintas secara umum yang meliputi

pengamatan terhadap situasi pengemudi, situasi kendaraan yang terlibat

kecelakaan lalu lintas, situasi jalan, situasi lingkungan di sekitar TKP

kecelakaan lalu lintas dan arah datangnya kendaraan yang terlibat kecelakaan

lalu lintas.

7. Pengamatan Khusus adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan pada tempat

kejadian perkara kecelakaan lalu lintas secara khusus atau lebih spesifik yang
7
meliputi pengamatan terhadap kondisi pengemudi, kondisi kendaraan yang

terlibat kecelakaan lalu lintas, kondisi jalan dan prasarana jalan serta barang

bukti yang tertinggal di tempat kejadian perkara kecelakaan lalu lintas.

8. Barang bukti adalah bekas-bekas yang tertinggal di tempat kejadian perkara

kecelakaan lalu lintas, termasuk semua barang yang mempunyai hubungan

dengan perkara kecelakaan lalu lintas yang terjadi.

9. Pencatatan barang bukti adalah kegiatan pencatatan terhadap barang bukti

yang ditemukan di tempat kejadian perkara kecelakaan lalu lintas.

10. Penandaan barang bukti adalah kegiatan memberi tanda dengan kapur

terhadap barang bukti yang ditemukan dipermukaan jalan pada tempat

kejadian perkara kecelakaan lalu lintas1.

ADR adalah sebuah istilah asing yang memiliki berbagai arti dalam bahasa

indonesia seperti pilihan penyelesaian sengketa (PPS), Mekanisme alternatif

penyelesaian sengketa (MAPS) ,pilihan penyelesaian sengketa diluar pengadilan,

dan mekanisme penyeselaian sengketa secara kooperatif2.

Namun dalam Pasal 1 angka 10 UU No 30 tahun 1999 mengartikan bahwa

Alernative Dispute Resolution (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau

beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di

1
F.D Hobbs, 2008“Perencanaan dan Tehnik Lalu Lintas, Terjemahan oleh : Suprapto ”, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta Hal 34-35
2
I Tajudin, Nella Sumika Putri, 2015 “Penyelesaian Tindak Pidana Lalu Lintas Melalui
Pendekatan Restorative justice Sebagai Dasar penghentian Penyidikan dan perwujudan Asas
keadilan Dalam Penjatuhan Putusan ”, Fakultas Hukum Univer sitas Padjadjaran,
PADJADJARAN Jurnal; Ilmu Hukum Volume 2 Nomor 1, Hlm 42-43
8
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau

penilaian ahli.

Dalam pasal 4a ayat (1) Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2014 menyebutkan bahwa

lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dimuat dalam daftar lembaga

alternatif penyelesaian sengketa yang ditetapkan oleh OJK adalah lembaga yang

mempunyai layanan penyelesaian sengketa berupa mediasi, adjudikasi dan

arbitrase

Secara garis besar, penyidikan adalah suatu proses untuk mencaribukti-bukti yang

menguatkan suatu tindak pidana serta mencari tersangkanya. Tersangka sendiri itu

adalah seseorang yang dianggap atau diduga melakukan suatu tindak pidana.

Ketika dalam proses penyidikan sudah terkumpul bukti-bukti yang menguatkan

maka penyidik akan mengirim BAP (berkas acara pemeriksaan) kepada kejaksaan

untuk kemudian kejaksaan membentuk penuntut umum yang kemudian membuat

surat dakwaan dan diajukan pada pengadilan negeri. Ketua pengadilan

membentuk majelis hakim yang bertugas memanggil terdakwa3.

Istilah penyidikan dipakai sebagai istilah yuridis atau hukum pada tahun 1961

yaitu sejak dimuat dalam Undang-undang No. 13 Tahun 1961 tentang ketentuan-

ketentuan Pokok Kepolisian Negara. Penyidikan berasal dari kata “sidik” yang

artinya terang. Jadi panyidikan artinya membuat terang atau jelas. Walaupun

kedua istilah “penyidikan” dan “penyelidikan” berasal dari kata yang sama

KUHAP membedakan keduanya dalam fungsi yang berbeda, Penyidikan artinya


3
M. Sholehuddin, 2008“ Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana: Ide Dasar Doble Track System &
Implementasinya ” , Rajawali Pers, Jakarta, Hlm 102
9
membuat terang Kejahatan [Belanda = “Opsporing”] [Inggris = “Investigation”].

Namun istilah dan pengertian penyidikan pada dasarnya terbagi menjadi dua

yaitu: Istilah pengertian secara Gramatikal,

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di ketemukan bahwa yang di maksud

dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik yang diatur oleh

undang-undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti pelaku tindak pidana.

Asal kata penyidikan adalah sidik yang berarti periksa, menyidik, menyelidik atau

Mengamat-amati4.

Istilah dan pengertian secara yuridis. Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP dinyatakan

bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang

terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Dan yang menjadi perbedaan di antara Penyelidik dan Penyidik ialah Penyelidik

adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia. Menurut Pasal 5

penyelidik memiliki wewenang yang relatif luas dalam menerima laporan dan

menyelidiki tindak pidana. Di sisi lain, seorang Penyidik adalah pejabat polisi

yang diangkat secara khusus dan berpangkat cukup tinggi.

Menurut R. Soesilo5 dalam bidang reserse kriminil, penyidikan itu biasa

dibedakan sebagai berikut:

4
Ibid hlm 201
5
R Soesilo,2009 “Pokok Pokok Hukum Pidana ”, Politea, Bogor Hlm 205
10
a. Penyidikan dalam arti kata luas, yaitu meliputi penyidikan, pengusutan

dan pemeriksaan, yang sekaligus rangkaian dari tindakan-tindakan dari terus-

menerus, tidak ada pangkal permulaan dan penyelesaiannya,

b. Penyidikan dalam arti kata sempit, yaitu semua tindakan-tindakan yang

merupakan suatu bentuk represif dari reserse kriminil Polri yang merupakan

permulaan dari pemeriksaan perkara pidana.

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum

dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan

kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa

adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa6.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa

bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan

periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah

dasar.

Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum

dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak

nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur

18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah .

Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan social yang ditujukan untuk

menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan

anak. Yang dimaksud dengan undang-undang kesejahteraan anak meliputi;

6
Moeljatno, 2014, Undang-Undang Peradilan Anak, Jakarta: Sinar Grafika
11
1. Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan,

pencegahan, dan rehabilitasi.

2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan

terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.

Tindak pidana kecelakaan lalu lintas merupakan tindak pidana yang

mengakibatkan kerugian baik harta maupun nyawa. Kerugian terjadi tidak hanya

kerugian yang dialami korban, melainkan pelaku juga mengalaminya.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Polres Way Kanan, jumlah

kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Polres Way Kanan dari Tahun 2017

sampai dengan bulan Mei 2019, adalah Polres Way Kanan bahwa jumlah

kecelakaan lalu lintas di Polres Way Kanan semakin meningkat sejak dua tahun

terakhir.

Hal ini sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal pada abad modern,

yakni kesalahan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang adalah menjadi

tanggung jawab sepenuhnya dari pelaku yang bersangkutan. Prinsip hukum ini

adalah penegasan pertanggungjawaban dalam hukum pidana, yang

mengajarkanbahwa tanggung jawab seseorang dalam hukum pidana hanya

ditimpakan kepada sipelaku tindak pidananya. Menurut Pasal 77 KUHPid

kewenangan menuntut pidana hapus.

Tempat kejadian perkara yakni tindakan penyidik/penyidik pembantu untuk

memasuki tempat kejadian perkara dalam rangka melakukan pemeriksaan TKP

mencari informasi tentang terjadinya tindak pidana mengumpulkan/ mengambil/


12
membawa barang-barang bukti yang diduga ada hubungannya dengan tindak

pidana yang terjadi untuk diambil alih penguasaannya atau menyimpan barang

bukti tersebut guna kepentingan pembuktian.

Bripka Kusnovi Wanjiarni, SH berpendapat bahwa kewenangan diskresi adalah

kebebasan bertindak atau mengambil keputusan menurut pendapat sendiri. Bahwa

kewenangan diskresi merupakan kebijakan mengambil tindakan yang dianggap

tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, yang dilakukan secara

bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan yang

memungkinkan menambahkan bahwa kebijakan diskresi ini muncul sehubungan

dengan adanya pelanggaran dan dalam hal ini polisi akan dihadapkan pada dua

hal, yaitu apakah akan memproses sesuai dengan tugas sebagai penegak hukum

atau tidak melakukan tugas kewajibannya selaku penegak hukum pidana

berdasarkan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan Surat Kapolri No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS, tanggal 14

Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolusion

(ADR) Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mewawancarai Anggota

Unit Lantas di Polres Way Kanan Bripka Kusnovi Wanjiarni, SH peran polisi pada

penyelesaian tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan salah satu

upaya yang sering dilakukan oleh Penyidik Polres Way Kanan yang menangani

perkara anak dalam penyelesaian masalah merujuk pada Surat Kapolri No.Pol:

B/3022/XII/2009 SDEOPS, Tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan

Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution (ADR) yakni pola penyelesaian

masalah sosial melalui jalur alternatif selain proses hukum atau non litigasi antara

lain melalui upaya perdamaian.


13
Dalam hal dilakukannya penghentian penuntutan oleh penuntut umum maka

penyidik dan pihak ketiga yang berkepentingan dapat mengajukan permintaan

pemeriksaan sah atau tidaknya penghentian penuntutan tersebut. Hal ini

berkebalikan dengan permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penyidikan yang

diajukan olehpenuntut umum dan pihak ketiga yang berkepentingan.

Dalam upaya penyelesaian masalah melalui jalur Alternatif Dispute Resolution

(ADR), langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh Penyidik adalah sebagai

berikut :

1. Penanganan kasus pidana yang mempunyai kerugian materi kecil.


2. Disepakati oleh pihak-pihak yang berperkara namun apabila tidak terdapat

kesepakatan baru diselesaikan sesuai prosedur hukum yang berlaku secara

profesional dan proporsional.


3. Berprinsip pada musyawarah mufakat dan harus diketahui oleh masyarakat

sekitar dengan menyertakanRT/RW setempat.


4. Menghormati norma hukum sosial/adat serta memenuhi azas keadilan.

Korban meninggal dunia di Polres Way Kanan yaitu dengan melakukan mediasi

antara keluarga korban dan pelaku yang dimediatori oleh polisi. Ipda Ahmad, S.H

Kanit Laka Sat Lantas Polres Way Kanan bahwa tidak ada aturan yang khusus

menyatakan bahwa polisi berperan menjadi mediator dalam menyelesaikan tindak

pidana di kepolisian tetapi berpedoman pada surat Kapolri Nomor

B/3002/XII/2009 tentang penanganan kasus melalui ADR, surat kapolri ini

bersifat tertutup dan hanya berlaku bagi intern polisi.

Ipda Ahmad, S.H mengatakan bahwa polisi dalam melakukan proses mediasi

dengan bertindak sebagai mediator untuk menghindari terjadinya kericuhan antara

korban dan pelaku di dalam proses mediasi tersebut. Sehingga dengan dimediatori
14
oleh pihak polisi diharapkan proses mediasi dapat berjalan dengan aman dan

tertib, maka mediator sebagai pihak yang menjembatani kesepakatan antara

korban dan pelaku harus bersifat netral, tidak boleh memihak ke pihak manapun

seperti dalam hal menjembatani kesepakatan ganti kerugian.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan mewawancarai Bripka

Kusnovi Wanjiarni selaku Anggota Unit Laka Lantas menyatakan bahwa pada

Pasal 14 huruf peraturan Kapolri nomor 7 tahun 2008 tentang pedoman dasar

strategi dan implementasi Kepolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas

polisi yang berisikan bahwa “bentuk dari kegiatan dalam penerapan polmas antara

lain penerapan Konsep Alternative Dispute Resolution (Pola penyelesaian

masalah social melalui jalur alternative yang lebih efektif berupa menetralisir

masalah selain melalui proses hukum atau non ligitasi) misalnya melalui upaya

perdamaian”. Selanjutnya Bripka Hendra Dermawan menyatakan bahwa

Peraturan Kapolri tersebut ditindak lanjuti oleh Surat Kapolri No Pol:

B/3022/XII/2009/SDEOPS, tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan

Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolusion (ADR), maka peran polisi dalam

menyelesaikan tindak pidana di kepolisian yaitu:

1. Mengupayakan penanganan kasus pidana yang mempunyai kerugian materi

kecil, penyelesaiannya dapat diarahkan melalui konsep ADR


2. Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus disepakati oleh

pihak-pihak yang berperkara namun apabila tidak terdapat kesepakatan baru

diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku secara profesional

dan proporsional.
15
3. Penyelesaian kasus pidana yang menggunakan ADR harus berprinsip pada

musyawarah mufakat dan harus diketahui oleh masyarakat sekitar dengan

menyertakan RT/RW setempat


4. Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus menghormati

norma hukum / adat serta memenuhi azas keadilan


5. Memberdayakan anggota Polmas dan memerankan FKPM yang ada di wilayah

masing-masing untuk mampu mengidentifikasi kasus-kasus pidana yang

mempunyai kerugian materiil kecil dan memungkinkan untuk diselesaikan

melalui konsep ADR.


6. Untuk kasus yang telah dapat diselesaikan melalui konsep ADR agar tidak lagi

disentuh oleh tindakan hukum lain yang kontra produktif dengan tujuan

Polmas.

Mediasi dapat dijadikan metode penyelesaian penyidikan kepada pelaku tindak

pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia karena

pelaku dan keluarga korban dapat dipertemukan untuk membicarakan mengenai

kesepakatan yang diiinginkan antara kedua belah pihak, proses mediasi ini

dilakukan karena adanya keinginan pelaku dan keluarga korban agar perkara

selesai secara win-win solution, mengingat melalui cara-cara formal dapat

dipastikan akan ada pihak yang kalah dan ada yang menang.

Pada saat terjadi kecelakaan mendatangi TKP tempat dimana suatu kecelakaan

lalu lintas terjadi dengan segala akibat yang ditimbulkan serta tempat-tempat

dimana tersangka dan atau barang bukti dan atau korban yang berhubungan

dengan memberi tanda di tempat ditemukannya korban dan ditemukannya barang

bukti. Menolong korban yang di TKP atau korban belum dipindahkan masyarakat
16
Dalam kecelakaan lalu lintas korban termasuk pelaku sebelum dilakukan

penyidikan oleh Polisi Laka Lantas.

Saksi merupakan orang yang mengalami, melihat dan mendengar sendiri

terjadinya suatu peristiwa kecelakaan lalu lintas. Pemeriksaan saksi bertujuan

untuk mencari suatu keterangan yang sebenarnya atas suatu peristiwa yang

kecelakaan yang terjadi gambar skema dan foto TKP, penyidik membuat gambar

skema TKP kecelakaan dan memfoto TKP untuk menjadi petunjuk dalam

kecelakaan lalu lintas dan foto sebagai dokumentasi, tersangka dan BB dibawa ke

kantor Satlantas, setelah diketahui tersangka dari kecelakaan tersebut maka

tersangka dibawa ke kantor Satlantas unit Laka Lantas untuk memberikan

keterangan mengenai kecelakaan yang terjadi dan dilakukan pemeriksaaan

terhadap tersangka adanya surat pernyataanperdamaian dari para pihak yang

menyelesaikan perkaranya secara damai, penyidik membuat laporan polisi

kecelakaan lalu lintas, setelah melakukan penyidikan terhadap tersangka,

pemeriksaaan saksi-saksi, Barang Bukti maka dibuat laporan polisi kecelakaan

lalu lintas lalu melaporkan pada pimpinan Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas),

setelah laporan tersebut dilaporkan dan disetujui oleh Kasatlantas, maka laporan

tersebut turun kembali ke penyidik yang menangani kasus Laka Lantas tersebut

maka telah terjadi penyelesaian perkara kecelakaan di luar pengadilan dan

kemudian kendaraan yang menjadi barang bukti yang ditahan oleh penyidik

dikeluarkan.

2.2 Faktor Penghambat Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas


Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di Wilayah Hukum
Polres Waykanan
17
Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hilangnya jiwa orang lain atau luka-

luka ini termasuk pidana dalam kategori pelanggaran yang dapat diselesaikan

secara pidana (diselesaiakan oleh Negara) dan dapat juga diselesaikan secara

damai. Polri sebagai aparat penegak hukum diberi mandate oleh undang-undang

untuk menegakkan hukum, di sisi lain Polri juga diberi ruang untuk melakukan

tindakan diskresi kepolisian berdasarkan penialaiannya sendiri untuk kepentingan

umum.

Hambatan-hambatan yang sering dihadapi para penyidik Unit Laka Lantas

Lampung Barat dalam penanganan laka lantas dengan pendekatan restorative

justice, diantara:

1. Adanya pihak keluarga korban yang tidak ingin memaafkan pihak keluarga

korban menuntut nominal ganti rugi yang cukup besar, dimana kelpelaku

karena kerugian yang dialami oleh korban cukup besar sehingga keluarga

pelaku yang berasal dari keluarga biasa merasa kesulitan memenuhi tuntutan

dari keluarga korban.

2. Masih adanya stigma negative dari masyarakat, terutama korban terhadap

aparat penegak hukum dalam penerapan konsep keadilan restorative, karena

tidak sedikit korban yang berprasangka negative terhadap penyidik/penyidik

pembantu yang ingin menyelesaikan kasus pidana yang menimpanya melalui

jalan damai dengan pihak Pelaku, banyak korban yang beranggapan bahwa

penyidik membela dan dibayar oleh pihak pelaku.


18
Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan timbulnya korban

dari kecelakaan tersebut, diakibatkan oleh beberapa penyebab diantaranya faktor

kelalaian (manusia) yang kurangnya kehati-hatian, tidak sabar, dan selalu ingin

mendahului kendaraan yang lain, banyaknya ruas jalan yang rusak, faktor

alam/cuaca dan banyaknya anak-anak di bawah umur yang mengendarai

kendaraan bermotor.

Mengenai ganti rugi juga diatur dalam Pasal 314 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur: “Selain

pidana penjara, kurungan, atau denda, pelaku tindakpidana Lalu Lintas dapat

dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan Surat Izin Mengemudi atau ganti

kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana Lalu Lintas.

Penulis berpendapat bahwa pihak pihak kepolisian sebagai penyidik telah

melakukan tugasnya dengan baik namun kendala yang timbul dari pemberian

ganti rugi bukan dikarenakan kesalahan kepolisian melainkan proses yang telah

diatur sebelumnya dan ketidaktahuan masyarakat mengenai penggabungan

perkara gugatan ganti kerugian yang dapat mengajukan permintaan selambat-

lambatnya sebelum penuntut umum mengajukan tuntutan pidana, akan tetapi

pihak kepolisian telah memberikan upaya jalan keluar lain yang dapat ditempuh

masing-masing pihak terkait penentuan jumlah ganti rugi dengan melalui

kesepakatan antara kedua bela pihak karna pihak kepolisian beranggapan bahwa

tingkat ekonomi setiap orang itu berbeda-beda.


19

BAB III

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Proses Penyidik Dalam Menghentikan Perkara

Laka Lantas di polres Way Kanan melalui Melalui Alternatif Dispute

Resolution (ADR) yaitu Tindakan penghentian penyidikan ini merupakan

kewenangan Penyidik yang diberikan oleh Undang-Undang jika ternyata ia

tidak memperoleh cukup bukti dan anak masih di bawah umur atau peristiwa

yang sedang dilakukan penyidikan bukan merupakan tindak pidana atau

penyidikan tersebut dihentikan demi hukum. Maksud dari Melalui Alternatif

Dispute Resolution (ADR) ini ialah apabila suatu peristiwa kecelakaan lalu

lintas terjadi kemudian ditindak lanjuti oleh penyidik.


2. Hambatan Penyidik Dalam Menghentikan Perkara

Laka Lantas di polres Way Kanan Adanya pihak keluarga korban yang tidak

ingin memaafkan pihak uarga korban menuntut nominal ganti rugi yang cukup

besar, dimana kealpelaku karena kerugian yang dialami oleh korban cukup

besar sehingga keluarga pelaku yang berasal dari keluarga biasa merasa

kesulitan memenuhi tuntutan dari keluarga korban.


20
3.2 Saran-Saran

1. Hendaknya pihak Polres Way Kanan lebih meningkatkan kerjasama antara

kepolisian dalam hal ini penyidik Sat Lantas dengan seluruh steak holder dan

tokoh masyarakat dalam tim pelayanan terpadu penanganan Kelalaian dalam

berkendara.
2. Untuk masyarakat atau pemerintah agar lebih baik di dalam menentukan

jumlah ganti rugi yang diperoleh melalui kesepakatan kedua bela pihak, maka

dari itu pihak kepolisian sangat diperlukan berperan aktif memberikan mediasi

terhadap setiap kasus kecelakaan lalu lintas. Serta masyarakat harus mau untuk

menjadi saksi dalam kasus kecelakaan lalulintas.


21

DAFTAR PUSTAKA

A.S .Alam , 2010, Pengantar Kriminologi Hukum. Makassar.

Abdoel Djamali, R., 2008. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. PT.Rajagrafindo


Persada.

Moeljatno, 2014, Undang-Undang Peradilan Anak, Jakarta: Sinar Grafika

Mahrus Ali, 2011. Dasar-Dasar Hukum Pidana.Jakarta.Sinar Grafika

Soesilo R, 2009, Kitab undang-undang Hukum Pidana serta Komentar-


Komentarnya, Lengkap Pasal Demi Pasal. Politea. Bogor.

Teguh Prasetyo, 2010. Hukum Pidana.Jakarta.PT. Rajagrafindo Persada

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-

Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan

Lalu Lintas Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan

Aditya Ramadhan , “ jumlah motor dan mobil di jakarta tumbuh 12 persen tiap
tahun ”, http://www.antaranews.com/berita/473169/jumlah-motor-dan-mobil-di-
jakarta-tumbuh-12-persen-tiap-tahun, diakses pada 01 Februari 2019 Pukul 20.09
WIB
22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


PENGESAHAN.........................................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............,....................................................... 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup .................................................... 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan ......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan


Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak Di
Wilayah Hukum Polres Waykanan....................................................5

2.2 Faktor Penghambat Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas


Dengan Metode ADR Yang Di Lakukan Oleh Anak
Di Wilayah Hukum Polres Waykanan.............................................17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................19
3.2 Saran .................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA LAKALANATAS DENGAN


METODE ADR YANG DI LAKUKAN OLEH ANAK
23
(Studi Pada Sat Lantas Polres Way Kanan)

Oleh
AFRIAN EKA PUTRA
1502960162

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum
Pada
Program Studi Hukum

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI
2019
24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan Makalah

dengan judul “Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan Metode Adr Yang

Di Lakukan Oleh Anak (Studi Pada Satlantas Polres Way Kanan).”

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga

dalam pembuatan Makalah ini tidak sedikit bantuan, petunjuk, saran-saran

maupun arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati dan

rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Seluruh

Dosen Universitas Muhammadiyah Kotabumi dan Teman-teman Fakultas Hukum

yang telah memberikan bantuan supportnya kepada penulis khususnya kepada

Teman saya Muharry Nanda Rusadi yang telah mencurahkan tenaga dan

fikirannya dengan penuh kesabaran untuk membantu saya menyusun Makalah ini.

Penulis hanya dapat mendoakan mereka yang telah membantu dalam

segala hal yang berkaitan dengan pembuatan Makalah ini semoga diberikan

balasan dan rahmat dari Allah SWT. Selain itu saran, kritik dan perbaikan

senantiasa sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Kotabumi, 26 September 2019

Penyusun
25
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Makalah : Penyelesaian Tindak Pidana Lakalanatas Dengan


Metode Adr Yang Di Lakukan Oleh Anak (Studi
Pada Satlantas Polres Way Kanan)

2. Nama : AFRIAN EKA PUTRA


Jenis Kelamin : Laki-Laki
NPM : 1502960162
Alamat : Perum Bukit Bilabong Jaya Blok H1 no.9A Kec.
Langkapura Kota Bandar Lampung
Tlp/Fax : 081377773054

Kotabumi, 26 September 2019


Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Suwardi, S.H., M.H


NKAM.

Anda mungkin juga menyukai