SKRIPSI
Oleh
Emilia Puspita Sari
NIM. 092010101029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
i
PENGARUH SARI UBI JALAR UNGU TERHADAP KADAR
CEC (Circulating Endothelial Cell) PADA TIKUS MODEL
DIABETES
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
Emilia Puspita Sari
NIM 092010101029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
ii
PERSEMBAHAN
iii
MOTTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan QS. Al-Mujadalah ayat 11)* )
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu nasib kaum kecuali
mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya.
(Terjemahan QS. Ar Ra'd:11)*)
iv
PERNYATAAN
v
SKRIPSI
Oleh
Emilia Puspita Sari
NIM 092010101029
Pembimbing
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Sari Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar CEC
(Circulating Endothelial Cell) Pada Tikus Model Diabetes” telah diuji dan
disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember pada:
hari, tanggal : Selasa, 06 November 2012
tempat : Ruang Sidang Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
vii
RINGKASAN
Pengaruh Sari Ubi Jalar Ungu terhadap Kadar CEC (Circulating Endothelial
Cell) pada Tikus Model Diabetes; Emilia Puspita Sari; 092010101029; 2012:
51 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik dengan
terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin.
Penurunan sekresi insulin akan menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Hiperglikemia akan mengkatalisis pembentukan radikal anion superoksida (O2-)
dari sumber mitokondria sehingga pada DM terjadi peningkatan radikal bebas
dalam tubuh. DM merupakan penyebab utama kematian terutama di negara-
negara berkembang. Sebagian besar (90%) tergolong diabetes melitus tipe 2
sedangkan 10% adalah diabetes mellitus tipe 1 (Wulandari, 2003).
Stress oksidatif pada diabetes melitus disebabkan karena
ketidakseimbangan reaksi redoks akibat perubahan metabolisme karbohidrat dan
lipid (Setiawan dan Suhartono, 2005). Stress oksidatif dapat menyebabkan jejas
endotel yang irreversibel yang akan mengarah ke lepasnya sel endotel (CEC) dan
nekrosis. Kadar CEC dapat dihitung melalui ekspresi sel CD 146. Jejas endotel
akibat stress oksidatif pada DM dapat dicegah oleh senyawa antioksidan. Terkini,
ditemukan riset bahwa ubi jalar ungu mengandung senyawa antosianin yang
merupakan suatu antioksidan (Fuadi, 2011).
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.,) merupakan tanaman komoditi di
Indonesia yang mengandung senyawa antosianin yang berfungsi sebagai
antioksidan, antimutagenik, dan antihiperglisemik. Kandungan antosianin pada
ubi jalar ungu lebih tinggi daripada ubi yang berwarna putih, kuning, dan jingga.
Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai
antioksidan dan penangkap radikal bebas (Santoso, 2006). Berdasarkan hal
tersebut, maka dilakukan penelitian ilmiah untuk mengetahui apakah ubi jalar
ungu mempunyai pengaruh terhadap kadar CEC (Circulating Endothelial Cell)
pada tikus model diabetes.
viii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari ubi jalar ungu
terhadap kadar CEC (Circulating Endothelial Cell) pada tikus model diabetes dan
untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemberian dosis 1,4 cc/ekor/hari, 3,5
cc/ekor/hari, 5,6 cc/ekor/hari sari ubi jalar ungu terhadap kadar CEC pada tikus
model diabetes.
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2010)
dengan desain post test only control group design. Hewan coba yang digunakan
sebanyak 25 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi dalam 5 kelompok 2 kelompok
kontrol, yaitu kontrol negatif (pellet Turbo 521 dan aquadest) dan kontrol positif
(injeksi alloxane) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (sari ubi jalar ungu 1,4
cc/ekor/hari), P2 (sari ubi jalar ungu 3,5 cc/ekor/hari), dan P3 (sari ubi jalar ungu
5,6 cc/ekor/hari). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan Agustus-Oktober 2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sari ubi jalar ungu mempunyai
pengaruh sekitar 42,5% terhadap kadar CEC (Circulating Endothelial Cell) pada
tikus model diabetes. Hasil analisis data dengan uji one way ANOVA
menunjukkan tidak ada perbedaan antar kelompok.
ix
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Sari Ubi
Jalar Ungu Terhadap Kadar CEC (Circulating Endothelial Cell) Pada Tikus
Model Diabetes”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Enny Suswati, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Jember;
2. dr. Edy Junaidi, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I dan dr.Heni Fatmawati,
M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktu, pikiran serta perhatiannya untuk membimbing penulisan
skripsi ini sejak awal hingga akhir;
3. dr. Rena Normasari dan dr. Cholis Abrori, M.Kes.,Mpd.ked Selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama studi;
4. dr. Heni Fatmawati, M.Kes., selaku koordinator KTI yang telah menyetujui
penyusunan skripsi ini;
5. dr. Sugiyanta, M.Ked dan dr. Nindya Shinta Rumastika, M.Ked sebagai
dosen penguji yang banyak memberikan kritik, saran, dan masukan yang
membangun dalam penulisan skripsi ini;
6. Ayahanda H.Suparlan dan Hj.Dewi Su’udah tercinta atas dukungan moril,
materi, doa, dan semua curahan kasih sayang yang tak akan pernah putus.
Kebahagiaan kalian adalah segalanya untukku;
7. Mas Bambang Yulystiawan dan adik Putri Fajriyatul Hasanah yang selalu
memberiku motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini;
8. Sahabat-sahabat Risma, Yundos, Mbecil, Mberim, Yhang, Atun dan semua
penghuni kost terimakasih atas semua keceriaan yang kalian berikan selama
di kost BatuRaden 1/02;
x
9. Rekan satu timku Cynthia dan Achmad terimakasih atas dukungan dan
nasehat-nasehatnya;
10. Teman-teman Avicenna yang selalu saling support dan menjadi teman
seperjuangan demi mendapatkan gelar sarjana kedokteran;
11. Sahabat-sahabat mulai dari MI Alfalah, MTs. Assa’adah II Bungah, SMA
Negeri 1 Sidayu, dan KKT Desa Pace Silo terimah kasih atas doanya;
12. Teknisi Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dan Laboratorium Biomedik Universitas Brawijaya terimakasih sudah
memberi pengalaman baru dan atas bantuannya selama penelitian;
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi pembaca dan khususnya untuk perkembangan Fakultas Kedokteran
Universitas Jember.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v
HALAMAN BIMBINGAN ......................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vii
RINGKASAN .............................................................................................. viii
PRAKATA .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
2.1 Diabetes Melitus ..................................................................... 4
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus ................................................. 4
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus ........................................ 4
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus.......................................... 5
2.2 Pembentukan Radikal Bebas Pada DM ................................ 6
2.3 CEC (Circulating Endothelial Cell) pada Diabetes Melitus... 10
2.4 Alloxane .................................................................................. 13
2.5 Ubi Jalar Ungu ....................................................................... 14
2.5.1 Klasifikasi Tanaman ........................................................ 14
xii
2.5.2 Deskripsi Tanaman Ubi Jalar Ungu .................................. 15
2.5.3 Kandungan Kimia ............................................................ 16
2.6 Kerangka Konseptual............................................................. 20
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................ 21
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................... 22
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 22
3.2 Rancangan Penelitian ............................................................. 22
3.3 Besar Sampel .......................................................................... 23
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 24
3.4.1 Tempat Penelitian ........................................................... 24
3.4.2 Waktu Penelitian ............................................................ 24
3.5 Variabel Penelitian ................................................................. 24
3.5.1 Variabel Bebas ................................................................ 24
3.5.2 Variabel Terikat .............................................................. 24
3.5.3 Variabel Terkendali ......................................................... 24
3.6 Definisi Operasional ............................................................... 25
3.7 Alat dan Bahan ....................................................................... 25
3.7.1 Alat ................................................................................. 25
3.7.2 Bahan .............................................................................. 25
3.8 Prosedur Penelitian ................................................................ 26
3.8.1 Persiapan penelitian ......................................................... 26
3.8.2 Pembuatan Kondisi Diabetik pada Tikus .......................... 27
3.8.3 Pemberian sari Ubi Jalar Ungu ......................................... 28
3.8.4 Pengukuran Kadar CEC dengan menggunakan flowcytometry
........................................................................................ 28
3.9 Analisis Data .......................................................................... 28
3.10 Alur Penelitian ....................................................................... 29
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 31
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 31
4.1.1 Data Hasil Penelitian ........................................................ 30
4.1.2 Hasil Uji Analisis ............................................................. 34
xiii
4.2 Pembahasan ............................................................................ 36
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 40
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 40
5.2 Saran ....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41
LAMPIRAN ................................................................................................ 46
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kandungan kimia pada ubi jalar ..................................................... 17
4.1 Rata-rata kadar CEC tiap kelompok ................................................ 32
4.2 Data Hasil Analisis uji regresi linier ............................................... 35
4.3 Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada uji regresi
linier ............................................................................................... 35
4.4 Hasil Analisis data one way ANOVA ............................................. 36
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Skema pembentukan radikal bebas pada diabetes melitus ................ 9
2.2 Mekanisme pembentukan sel endotel dan detasement ...................... 11
2.3 Struktur kimia alloxane ................................................................... 13
2.4 Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) ................................................... 16
2.6 Skema kerangka konseptual penelitian ........................................... 20
3.1 Skema rancangan penelitian ............................................................ 22
3.2 Skema alur penelitian ...................................................................... 29
4.1 Gambar diagram batang rata-rata kadar CEC ................................... 31
4.2 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC dengan flowcytometry pada
kelompok kontrol negatif ................................................................. 32
4.3 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC dengan flowcytometry pada
kelompok kontrol positif .................................................................. 32
4.4 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC dengan flowcytometry pada
kelompok perlakuan 1 ...................................................................... 33
4.5 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC dengan flowcytometry pada
kelompok perlakuan 2 ...................................................................... 33
4.6 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC dengan flowcytometry pada
kelompok perlakuan 3 ...................................................................... 34
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Tabel Konversi Hewan Percobaan dan Manusia .............................. 47
B. Tabel Daftar Volume Maksimal Larutan Sediaan Uji yang Dapat Di
berikan pada Berbagai Hewan ........................................................ 52
C. Gambar Penelitian ........................................................................... 59
xvii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %, Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan
Manado 6,7 %. Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan
antara lain Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya
perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya
hidup mempengaruhi kejadian DM (Purba, 2010).
Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih banyak
disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan faktor
lingkungannya. WHO menyatakan penderita DM Tipe 2 sebanyak 171 juta pada
tahun 2000 akan meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2030 (Purba, 2010).
Diabetes melitus (DM) tipe II disebabkan karena dua hal yaitu penurunan
respon jaringan perifer terhadap insulin, Penurunan sensitivitas terhadap insulin ini
seringkali disebut resistensi insulin, dan penurunan kemampuan sel β pankreas untuk
mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Biasanya terjadi pada usia
dewasa diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50-60 tahun, dan penyakit ini
timbul secara perlahan-lahan. Akan tetapi, akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus
yang terjadi pada individu yang berusia lebih muda, sebagian berusia kurang dari 20
tahun dengan diabetes mellitus tipe 2. Sebagian besar DM tipe II diawali dengan
kegemukan karena kelebihan makan. Sebagai kompensasi, sel β pankreas merespon
dengan mensekresi insulin lebih banyak sehingga kadar insulin meningkat
(hiperinsulinemia). Konsentrasi insulin yang tinggi mengakibatkan reseptor insulin
berupaya melakukan pengaturan sendiri (self regulation) dengan menurunkan jumlah
reseptor atau down regulation. Hal ini membawa dampak pada penurunan respon
reseptornya dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Di lain
pihak, kondisi hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desensitisasi reseptor
insulin pada tahap postreseptor, yaitu penurunan aktivasi kinase reseptor, translokasi
glucose transporter dan aktivasi glycogen synthase. Kejadian ini mengakibatkan
terjadinya resistensi insulin. Secara patologis, pada permulaan DM tipe II terjadi
peningkatan kadar glukosa plasma dibanding normal, namun masih diiringi dengan
sekresi insulin yang berlebihan (hiperinsulinemia). Pada penderita DM II, pemberian
obat-obat oral antidiabetes sulfonilurea masih dapat merangsang kemampuan sel β
Langerhans pankreas untuk mensekresi insulin (Nugroho, 2006).
merusak DNA dan sel tersebut. Dengan demikian, jika radikal bebas banyak dalam
tubuh maka akan banyak pula sel yang akan rusak. Kerusakan yang ditimbulkan
dapat menyebabkan sel tersebut menjadi tidak stabil yang berpotensi menyebabkan
proses penuaan dan kanker (Handoko, 2008).
Menurut Gordon (1991) diacu dalam Marpaung (2008), mekanisme reaksi
pembentukan radikal bebas terdiri atas tiga tahap, yaitu inisiasi, propagasi, dan
terminasi. Tahap inisiasi, merupakan tahap awal pembentukan radikal bebas. Tahap
kedua adalah propagasi, yaitu perubahan suatu molekul radikal bebas menjadi radikal
bentuk lain (pembentukan radikal bebas baru). Tahap yang terakhir adalah terminasi.
Terminasi adalah tahap dimana terjadi penggabungan dua molekul radikal bebas dan
membentuk produk yang stabil. Mekanisme reaksi ketiga tahapan tersebut dapat
ditulis sebagai berikut:
Tahap 1 (Inisiasi):
UV
Cl-Cl 2Cl. (Radikal bebas)
Tahap 2 (Propagasi):
CH4 + Cl. .CH3 + HCl
.CH3 + Cl2 CH3Cl + Cl. (dapat bereaksi dengan CH4)
Tahap 3 (Terminasi):
.CH3 + Cl. CH3Cl
.CH3 + .CH3 CH3CH3
Stress oksidatif timbul bila pembentukan Reactiv Oxygen Species (ROS)
melebihi kemampuan sel dalam mengatasi radikal bebas, yang melibatkan sejumlah
enzim dan vitamin yang bersifat antioksidan. Stress oksidatif pada diabetes melitus
disebabkan karena ketidakseimbangan reaksi redoks akibat perubahan metabolisme
karbohidrat dan lipid, sehingga terjadi penurunan antioksidan. Peningkatan stress
oksidatif pada diabetes melitus terjadi melalui 3 mekanisme (glikasi nonenzimatik
pada protein, jalur poliol-sorbitol (aldose reduktase), dan autooksidasi glukosa)
(Setiawan dan Suhartono, 2005).
8
1. Jalur poliol
Di dalam status yang normoglikemik, kebanyakan glukosa intrasellular adalah
di phosphorylated ke glucose-6-phosphate oleh heksocinase. Hanya sebagian kecil
dari glukosa masuk polyol pathway. Dibawah kondisi-kondisi hiperglikemi,
heksocinase disaturasi, maka akan terjadi peningkatan influks glukosa ke dalam
polyol pathway aldose reductase, yang mengkatalisa pengurangan glukosa ke
sorbitol, adalah rate limiting enzim didalam pathway ini. Aldose reductase, yang
secara normal mempunyai fungsi mengurangi aldehid beracun didalam sel ke alkohol
non aktif, tetapi ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi terlalu tinggi, aldose
reductase juga mengurangi glukosa itu ke sorbitol, yang mana kemudian dioksidasi
menjadi fruktose. Sedang dalam proses mengurangi glukosa intraselluler tinggi ke
sorbitol, aldose reductase mengkonsumsi co-factor NAPH (nicotinamide adenin
dinucleotide phospat hydrolase). NADPH adalah juga co-factor yang penting untuk
memperbaharui suatu intraselluler critical antioxidant, dan pengurangan glutathione.
Dengan mengurangi jumlah glutathione, polyol pathway meningkatkan kepekaan ke
intracelluler oxidative stress.
2. Autooksidasi glukosa
Proses autooksidasi glukosa dikatalisis oleh senyawa logam dalam jumlah
kecil seperti besi dan seng. Hasil katalisis tersebut adalah senyawa oksigen reaktif.
Autooksidasi glukosa terjadi pada fase I proses glikasi nonenzimatik pada protein
yang secara alamiah masih bersifat reversibel. Fase ini merupakan sumber hidrogen
peroksida yang mampu menghambat Cu/ZnSOD.1 Selain hidrogen peroksida, radikal
superoksida juga dihasilkan oleh proses autooksidasi glukosa tersebut serta terkait
dengan pembentukan protein glikasi dalam plasma penderita diabetes. Akibat yang
ditimbulkan berupa peningkatan aktivitas radikal superoksida serta kerusakan enzim
superoksida dismutase. Superoksida dismutase merupakan salah satu enzim
antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh.
9
Gambar 2.1. Skema pembentukan radikal bebas pada diabetes mellitus (Sumber: Baido,
2011)
Gambar 2.2 Mekanisme pembentukan dan lepasnya sel endotel (Sumber: Erdbruegger, U. et
al., 2006)
yang berfungsi sebagai regulator aliran dan tekanan darah, meregulasi permeabilitas
endothelial terhadap lipoprotein dan zat lainnya dan mencegah agregasi dan adhesi
platelet sehingga pada DM terjadi komplikasi vasculopathy. Pada orang yang
menderita diabetes melitus terjadi peningkatan kadar CEC karena resistensi insulin.
Saat nitric oxide berkurang atau tidak adekuat, endotelium menjadi prokoagulan dari
pada antikoagulan, dan molekul vasoaktif seperti sitokin, dan growth factor terbentuk.
Endotelium menjadi lebih permeabel dimana dapat terjadi peningkatan lipoprotein,
monosit, dan makrofag. Substansi ini meningkatkan migrasi sel otot polos,
mempercepat pembentukan, mengubah fungsi dan struktur pembuluh darah.
Akibatnya, sel endotel banyak yang lepas dan kemudian menjadi apoptosis atau
nekrosis (Idhayu, 2006).
CEC diisolasi dengan menggunakan metode flowcytometry. Flowcytometry
merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
permukaan setiap sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam
suatu suspense menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui suatu
celah yang ditembus oleh seberkas sinar laser. Pengukuran dengan flowcytometry
menggunakan label fluoresensi dan mengukur jumlah, ukuran sel, petanda dinding
sel, granula intraseluler, struktur intrasitoplasmik, dan inti sel (Barrus, 2011)
Morfologi dari CEC adalah berbentuk bulat atau oval dengan diameter 10 sampai
100μm (Woywodt et al., 2002).
Pengukuran kadar CEC dilakukan dengan mengambil PBMC (peri blood
mononuclear cell). Normalnya, dalam PBMC ditemukan limfosit, monosit, basofil,
makrofag dan sel hematopoiesis lainnya. Tapi, dalam keadaan hiperglikemia akan
ditemukan sel endotel yang lepas dengan dideteksinya CD146. Pada pemeriksaan
CEC dengan flowcytometry digunakan 2 marker yaitu CD 146 dan CD 45. CD 146
merupakan marker dari sel endotel, sel limfosit, dan sel melanoma, sedangkan CD 45
merupakan marker spesifik dari sel limfosit. Penggunaan CD 45 pada pengukuran
CEC bertujuan untuk menarik sel limfosit sehingga CD 146 dapat dijadikan marker
untuk CEC (Mancuso, et al.,).
13
2.4 Alloxane
Alloxane adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivate pirimidin
sederhana. Nama lain dari Alloxane adalah 2,4,5,6-tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-
primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam Mesoxalylurea 5-
oxobarbiturat. Rumus kimia Alloxane C4H2N2O4. Alloxane murni diperoleh dari
oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Alloxane adalah senyawa kimia tidak stabil dan
senyawa hidrofilik. Pada pH 7,4 dan suhu 370 C waktu paruh alloxane adalah 1,5
menit (McLetchie 2002, Szkuldelski 2001).
Alloxane relatif toksik terhadap hati dan ginjal, tetapi dalam dosis tertentu
menyebabkan destruktif selektif pada sel β pankreas. Alloxane bereaksi dengan
merusak substansi essensial di dalam sel β pankreas sehingga menyebabkan
berkurangnya granula-granula pembawa insulin di dalam sel β pankreas. Pemberian
Alloxane adalah suatu cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetic
eksperimental (hiperglikemik) pada hewan percobaan (Rosalina, 2009).
Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada
homeostatis kalsium intraseluler. Alloxane dapat meningkatkan konsentrasi ion
kalsium bebas sitosolik pada sel β Langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh
beberapa kejadian, yaitu influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium
dari simpanannya secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma.
Influks kalsium akibat aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans,
membuka kanal kalsium dan menambah masuknya ion kalsium ke sel. Akibatnya,
14
proses oksidasi sel terganggu dan sel β Langerhans pancreas akan mengalami
kerusakan. Alloxane juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam
proses metabolisme energi (Szkudelski 2001, Walde et al. 2002).
Alloxane lazim digunakan karena zat kimia ini menimbulkan hiperglikemik yang
permanen dalam 2-3 hari (Suharmiati, 2003). Alloxane dapat diberikan secara intravena,
intraperitoneal, atau subkutan pada binatang percobaan (Nugroho, 2006). Tikus
hiperglikemik dapat dihasilkan dengan pemberian suntikan aloksan monohidrat
secara intravena dengan dosis 75 mg / kg BB tikus (Lestari, 2006). Dosis pemberian
aloksan bervariasi tergantung pada spesies, nutrisi, dan rute pemberiannya
(Szkudelski, 2001). Kemampuan aloksan untuk dapat menimbulkan diabetes juga
tergantung pada jalur penginduksian, dosis, hewan coba, dan status nutrisinya
(Andayani, 2003).
Gambar 2.4 Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) (Sumber: Ludvina, 2010)
Komponen Jumlah
Kadar air (%) 72,84
Pati (%) 24,28
Protein (%) 1,65
Lemak (%) 0,4
Gula reduksi (%) 0,85
Mineral (%) 0,95
Asam askorbat (mg/100 g) 22,7
K (mg/100 g) 204,0
S (mg/100 g) 28,0
Ca (mg/100 g) 22,0
Mg (mg/100 g) 10,0
Na (mg/100 g) 13,0
Fe (mg/100 g) 0,59
Mn (mg/100 g) 0,355
Vitamin A (IU/100 g) 20063,0
Energi (kJ/100 g) 441,0
Sumber: Kotecha dan Kadam (1998)
Ubi jalar ungu yang rasanya manis mengandung antosianin yang berfungsi
sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif antihipertensi dan
antihiperglisemik (Suda et al, 2003). Kandungan antosianin pada ubi jalar ungu lebih
tinggi daripada ubi yang berwarna putih, kuning, dan jingga. Ubi jalar ungu
mengandung antosianin sekitar 110-210mg/100 gr (Suprapta, 2004). Kandungan
antosianin yang tinggi pada ubi jalar tersebut dan stabilitas yang tinggi dibanding
antosianin dari sumber lain, membuat tanaman ini sebagai pilihan yang lebih sehat
(Kumalaningsih, 2006).
18
Alloxane
Sekresi insulin
Jalur alloxane
Jalur ubi jalar ungu
Variabel tidak diteliti
Variabel diteliti
21
2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Ubi jalar ungu memiliki efektivitas menurunkan kadar CEC (Circulating
Endothelial Cell) pada tikus model diabetes.
2. Terdapat perbedaan hasil dalam menurunkan kadar CEC (Circulating Endothelial
Cell) pada tikus model diabetes dengan pemberian dosis sari ubi jalar ungu yang
berbeda.
22
3o hari
K K(-) OK(-)
30 hari
K(+) OK(+)
Pop R S
30 hari
P P1 O1
30 hari
P2 O2
30 hari
P3 O3
Keterangan :
Pop : Populasi
R : Simple random sampling
23
S : Sampel
K(-) : Kelompok kontrol negatif dengan pemberian pur Turbo 521 dan
aquadest biasa
K(+) : Kelompok Kontrol positif dengan injeksi intravena alloxane 75 mg/Kg
BB
P1, P2, P3 : Kelompok perlakuan dengan injeksi intravena alloxane 75 mg/Kg BB +
sari ubi jalar ungu 1,4 cc/ekor/hari, 3,5 cc/ekor/hari, 5,6 cc/ekor/hari
secara berturut-turut
OK(-) : Data hasil pengamatan kadar CEC(Circulating Endothelial Cell) dengan
pur dan aquadest biasa setelah masa penelitian selesai
OK(+) : Data hasil pengamatan kadar CEC(Circulating Endothelial Cell) yang
dibuat diabetes setelah masa penelitian selesai
O1, O2, O3 : Data hasil pengamatan kadar CEC(Circulating Endothelial Cell) yang
dibuat diabetes dan sari ubi jalar ungu 1,4 cc/ekor/hari, 3,5 cc/ekor/hari,
5,6 cc/ekor/hari setelah masa penelitian selesai
Numerator df = 4
Denominator df = 20
Total sample size = 25
Actual power = 0.8253110
Jadi peneliti menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu
2 kelompok kontrol (kontrol negatif dan kontrol positif) dan 3 kelompok perlakuan.
Pembeda 3 kelompok perlakuan ini adalah dosis sari ubi jalar ungu sebesar 1,4
cc/ekor/hari, 3,5 cc/ekor/hari, dan 5,6 cc/ekor/hari.
(Maliya, 2006). Setelah 1 minggu, kadar gula darah puasa diuku untuk memastikan
tikus dalam eadaan hiperglikemik.
tube melalui filter (kain nylon/kain kaca) menggunakan mikropipet 1 ml. Baca
dengan flowcytometer FACS Calibur.
N Sampel
K(-) K(+) P1 P2 P3
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rerata kadar CEC terbesar pada
kelompok perlakuan 1 yakni sebesar 0,1275 pada pemberian dosis Alloxane
75mg/Kg/BB + ubi jalar ungu 1,4 cc/ekor/hari dan rata-rata kadar CEC terkecil pada
kelompok perlakuan 3 yakni sebesar 0,0200 pada pemberian Alloxane 75mg/Kg/BB
+ ubi jalar ungu 5,6 cc/ekor/hari. Selain itu, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan
kadar CEC seiring dengan meningkatnya dosis pemberian ekstrak ubi jalar ungu.
Diagram batang rerata hasil pemeriksaan kadar CEC dengan menggunakan
flowcytometry dapat dilihat pada Gambar 4.1.
.3000
.2000
.1275
.1000 .0750
.0250 .0325 .0200
.0000
K- K+ P1 P2 P3
-.1000
Perlakuan
Keterangan:
K1 = kelompok kontrol negatif (perawatan tanpa injeksi alloxane dan ubi jalar ungu)
K2 = Kelompok kontrol positif (Alloxane 75mg/Kg/BB)
P1 = Kelompok perlakuan 1 (Alloxane 75mg/Kg/BB + ubi jalar ungu 1,4cc/ekor/hari)
P2 = Kelompok perlakuan 2 (Alloxane 75mg/Kg/BB + ubi jalar ungu 3,5cc/ekor/hari)
P3 = Kelompok perlakuan 3 (Alloxane 75mg/Kg/BB + ubi jalar ungu 5,6cc/ekor/hari)
Gambar 4.2 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC pada kelompo k kontrol negatif
Gambar 4.3 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC pada kelompok kontrol positif
33
Gambar 4.4 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC pada kelompok perlakuan 1
Gambar 4.5 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC pada kelompok kontrol perlakuan 2
34
Gambar 4.6 Gambaran hasil perhitungan kadar CEC pada kelompok perlakuan 3
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a
1 .425 .180 .044 .10949
Total .105 13
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari ubi jalar
ungu terhadap kadar CEC (Circulating Endothelial Cell) pada tikus model diabetes.
Ubi jalar ungu diberikan dalam berbagai dosis dengan tujuan mengetahui pengaruh
perbedaan pemberian dosis ubi jalar ungu tersebut terhadap kadar CEC (Circulating
Endothelial Cell) pada tikus model diabetes.
Tikus Wistar yang digunakan merupakan tikus jantan karena karena tikus
jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh
adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus jantan juga
mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh
yang lebih stabil dibanding tikus betina (Setiawan, 2010). Selain itu, hewan coba yang
digunakan berumur 3 bulan dengan berat badan 150-275gram.
Meningkatnya kadar glukosa darah pada pemberian alloxane dapat
disebabkan oleh dua proses yaitu terbentuknya radikal bebas dan kerusakan
permeabilitas membran sel sehingga terjadi kerusakan sel beta pancreas yang
berfungsi menghasilkan insulin. Aksi toksik alloxane pada sel β pankreas diinisiasi
oleh radikal bebas yang dibentuk oleh reaksi redoks. Alloxane dan produk reduksinya,
asam dialurik, membentuk siklus redoks dengan formasi radikal superoksida. Radikal
ini mengalami dismutasi menjadi hydrogen peroksida. Radikal hidroksil dengan
kereaktifan yang tinggi dibentuk oleh reaksi Fenton. Aksi radikal bebas dengan
rangsangan tinggi meningkatkan konsentrasi kalsium sitosol yg menyebabkan
37
destruksi cepat sel beta pankreas. Meningkatnya konsentrasi kalsium sitosol juga
disebabkan karena aloksan menginduksi pengeluaran kalsium dari mitokondria yang
kemudian menyebabkan terganggunya proses oksidasi sel beta pankreas. Karena
rusaknya sel β pankreas maka insulin tidak terbentuk sehingga kadar glukosa darah
meningkat. Hal ini seperti proses yang terjadi pada diabetes melitus tipe 1 pada
manusia (Yuriska, 2009).
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rosalina (2009) membuktikan
bahwa kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemi) memiliki peran penting terhadap
kerusakan vaskuler. Bagian terdalam vaskuler dilapisi oleh sel endotel. Hiperglikemia
akut akan menyebabkan jejas endotel yang nantinya akan mengarah ke nekrosis dan
lepasnya sel endotel (CEC).
Ubi jalar ungu yang digunakan dalam penelitian ini mengandung antosianin
yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas pada
diabetes. Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi
sebagai pendonor hidrogen atau elektron, dan kemampuan radikal turunan polifenol
untuk menstabilkan dan mendelokalisasi elektron tidak berpasangan (Pokorny et al.,
2001).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Jawi (2008) telah terbukti mengenai efek
antioksidan dari ekstrak air ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar MDA
(malondialdehyde) yang merupakan indikator stress oksidtif pada darah dan berbagai
organ mencit yang diberikan beban aktivitas fisik maksimal. Pada penelitian ini
terlihat efek antioksidan dari ubi jalar ungu terhadap kadar CEC dalam tubuh tikus
model diabetes terbukti dengan menurunnya kadar CEC seiring bertambahnya
pemberian dosis ubi jalar ungu. Namun, secara statistik perbedaannya tidak
bermakna. Rendahnya kadar CEC pada kelompok 2 bisa dipengaruhi faktor biologis
tikus, yakni tikus yang laju aliran darahnya tinggi akan mengurangi lepasnya sel
endotel (CEC) sehingga pada kelompok 2 perhitungan CEC dengan flowcytometry
rendah (Zeiher, 2008).
38
Tidak ada perbedaan secara statistik antar kelompok perlakuan yang diberi
sari ubi jalar ungu. Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Pertama, pada saat
pembuatan sari ubi jalar ungu kandungan antosianinnya berkurang karena
pemanasan. Sesuai dengan penelitian Apriliyanti tahun 2010, bahwa pemanasan yang
tinggi akan merusak antosianin. Tantituvanont et al., (2008) menyatakan bahwa suhu
yang semakin tinggi akan mendorong terlepasnya bagian glikosil pada antosianin
dengan menghidrolisis ikatan glikosidik sehingga terbentuk aglikon tidak stabil dan
selanjutnya antosianin kehilangan warna. Kedua, jika kandungan gula dalam ubi jalar
ungu tinggi akan menurunkan kandungan antosianin dalam ubi jalar ungu. Ketiga,
dengan semakin lama waktu ekstraksi maka interaksi antara pelarut (air) dengan zat
terlarut (antosianin dalam jaringan) semakin lama, sehingga proses pelarutan
maksimal dan akhirnya zat yang terekstrak juga besar. Namun setelah waktu
pemanasan sekitar 25 menit total antosianin mengalami penurunan dan paling rendah
pada waktu 30 menit. Karena bila terlalu lama akan berdampak negatif yaitu
kemungkinan kerusakan zat yang dilarutkan (antosianin).
Peda penelitian ini ada lima ekor tikus yang mati yang disebabkan karena
tikus sudah terlalu tua yang dalam penelitian ini tikus sudah mencapai umur 4 bulan,
tikus mengalami perdarahan lambung akibat pemberian ekstrak ubi jalar ungu melalui
per oral/sonde. Pada pengukuran CEC dengan flowcytometry ada empat sampel yang
tidak bisa digunakan untuk uji flowcytometry karena pada pembentukan cincin PBMC
(Peripheral Blood Mononuclear Cell) tidak terbentuk cincin dan tidak bisa ditemukan
densitas sel yang baik untuk uji flowcytometry.
Pengukuran kadar CEC dapat dideteksi melalui ekspresi antigen CD146
dengan menggunakan pemeriksaan flowcytometry. CD 146 merupakan marker dari
sel melanoma, nerve endings, sel limfosit T, sel otot polos dan sel endotel. Oleh
karena itu, untuk mengetahui kadar CEC dalam tubuh perlu dilakukan penghitungan
sel hematopoiesis melalui marker CD 45 untuk menghindari positif palsu pada kadar
CEC (Sethi, 2012). Dalam keadaan normal, kadar CEC dalam pembuluh darah perifer
sangat rendah sekitar 0-12 ml/darah. pembuluh CEC akan meningkat pada penyakit
39
yang menyerang pembuluh darah salah satunya diabetes melitus (Erdbruegger et al.,
2006).
Pemberian sari ubi jalar ungu mempunyai pengaruh terhadap kadar CEC
sebesar 42,5% dan pemberian dosis sari ubi jalar ungu tidak menunjukkan adanya
perbedaan secara statistik.
40
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan:
1. Ubi jalar ungu mempunyai pengaruh sebesar 42,5% terhadap kadar CEC
(Circulating Endothelial Cell) pada tikus model diabetes
2. Pemberian sari ubi jalar ungu dengan dosis yang berbeda terhadap kadar CEC
(Circulating Endothelial Cell) pada tikus model diabetes tidak menunjukkan
adanya perbedaan secara statistik.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang sama untuk mendukung penelitian ini dengan
metode yang tepat untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Salah satunya
membuat sari ubi jalar ungu dengan alokasi waktu 20 menit dan dengan suhu
115oC.
2. Perlu dikaji ulang mengenai penentuan dosis sari ubi jalar ungu, hewan coba
yang digunakan berumur kurang dari 3 bulan, dan sonde yang terbuat dari
plastik sehingga mengurangi perdarahan lambung.
41
DAFTAR PUSTAKA
Erdbruegger, U., Woywodt, A., and Haubitz, M. 2006. Circulating endothelial cells: A novel
marker of endothelial damage. Clinica chimica Acta. Vol 373: 17-26.
Evans, J. L., Goldfine, I. D., Maddux, B. A., dan Grodsky, G. M., 2001. Oxidativ
stress and Stress Activated Signlaing Pathways: A unifying Hypothesis of
Type 2 Diabetes. Endocrinre reviews. Vol. 23(5): 599-622
Fuadi, A. 2011. Analisis Bahan Produk AgroindustriAnalisis Zat Bahan Ubi Jalar.
Diterbitkan. Skripsi. Semarang; Universitas Diponegoro.
42
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta
: EGC
Goon, P., 2006. Circulating Endothelial Cells, Endothel Progenitor Cell, and
Microparticel Endothelial Cell. Journal of medicine. Vol. 8: 2.
Juanda, Js., Dede., Cahyono, B. 2009. Ubi Jalar. Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Jawi, I. M., Suprapta, D. N., Dwi, S. U., Wiwiek, I. 2006. Efek Antioksidan Ekstrak
Umbi Ubi Jalar Ungu pada Darah dan Berbagai Organ pada Mencit yang
Diberikan Beban Aktivitas Fisik Maksimal. Denpasar: Bappeda, Provinsi Bali.
Keller, T., Mairuhu, A., Kruif, M. D., Gerdes, V. A. Infections and Endothelial Cells.
Oxford Journal. Vol. (60) : 40-48.
Mancuso, P., Colleoni, M., Orlando, L., Calleri, A., Maisonneuve, P., Pruneri, G.
Circulating endothelial-cell kinetics and viability predict survival in breast
cancer patients receiving metronomic chemotherapy. European Institute of
Oncology. [16 Maret 2006]
Purba, D. 2010. Perbandingan Kadar C-Peptide Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Yang
Baru Didiagnosa Dengan Non Diabetes Melitus. Diterbitkan. Thesis. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rosalina, R. 2009. Efek Rumput Laut (Eucheuma sp.) terhadap Kadar Glukosa
Darah dan Jumlah Monosit pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan.
Diterbitkan. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Diponegoro.
Setiawan, B. dan Suhartono, E. 2005. Stress Oksidatif dan Peran Antioksidan pada
Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran Indonesia. Kalimantan Selatan: Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S. 2006. Buku
Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Nigro, J., Osman, N., Dart, A. M., and Little, P.J. 2005. Insulin Resistance and
Atherosclerosis. Endocrine reviews. Vol. 27(3): 242-259.
Widowati, W. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. JKM. Vol 7 (2) 2008: 198-
202.
Wulandari, N. 2003. Perubahan Pupil Cycle Time Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Diterbitkan. Sumatera Utara: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Yudiono, K. 2011. Ekstraksi Antosianin dari Ubi Jalar Ungu (ipomoea batatas cv.
Ayamurasaki) Dengan teknik Ekstraksi subcritical water. Jurnal Teknologi
Pangan. Vol. 2 (1):2-3.
Wuri, E., Rasni, H., Aini, L. 2010. Modul Praktikum Biostatistik. Tidak diterbitkan.
Universitas Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan.
46
LAMPIRAN
*)
Digunakan untuk perkiraan konversi dosis dari spesies hewan yang satu terhadap
yang lain dengan satuan dosis perbobot bahan tertentu.
47
B. Tabel Daftar Volume Maksimal Larutan Sediaan Uji yang Dapat Diberikan
pada Berbagai Hewan
D. Gambar Penelitian
1. Perlakuan
Hewan Uji Tikus Putih Strain Wistar Pemberian Ekstrak Per Oral / Sonde
2. Flowcytometry
Alat Flowcytometry