Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS YURIDIS TENTANG TARIF JASA PELAYANAN NOTARIS

DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS

A. Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan masyarakat berpengaruh terhadap kehidupan sosial


banyak menimbulkan peristiwa maupun perbuatan hukum. Amanat
UndangUndang yang diemban Notaris berkaitan dengan peristiwa dan/atau
perbuatan hukum terhadap masyarakat yang berkepentingan, dampaknya
juga bisa berpengaruh terhadap masyarakat secara luas. Sebagai praktisi di
bidang hukum, Notaris berkewajiban melayani semua kalangan masyarakat
sesuai dengan tugas yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang.

Salah satu aspek dalam kerangka pembangunan nasional tersebut

adalah pembangunan di bidang hukum. Hukum berfungsi sebagai sarana

pembaharuan masyarakat dan pengayom masyarakat,1 sehingga

pembaharuan hukum sangat diperlukan sehingga hukum perlu dibangun

secara terencana agar hukum dapat berjalan secara serasi, seimbang, selaras

dan pada Setiap masyarakat membutuhkan seorang figur yang keterangan

keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercaya tanda tangannya serta

segelnya memberikan jaminan dan bukti yang kuat, seorang ahli yang tidak

memihak dan penasihat hukum yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau

unimpeachable), dan membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya

di kemudian hari. Bilamana seorang advokat membela hak-hak seorang

1
Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional, Binacipta, Bandung, hlm 11

1
ketika mendapati masalah dalam perbuatan pidana , berbeda dengan Notaris

yang harus berusaha mencegah terjadinya kesulitan.2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk

membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undangundang

lainnya. Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara

menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan dari Notaris yang

meninggal dunia.Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk sementara

diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang sedang cuti,

sakit, atau untuk sementara berhalangan menjalankan jabatannya sebagai

Notaris3.

Kedudukan seorang Notaris sebagai suatu fungsionaritas dalam


masyarakat dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat
memperoleh nasihat yang boleh diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis
serta ditetapkannnya (konstatir) adalah benar, Notaris adalah pembuat
dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. Berdasarkan Pasal 1 angka
1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, di dalam
ketentuan umum disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam undang undang ini.

2
Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat-Beberapa Mata Pelajaran dan Serba-Serbi Praktik Notaris,
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, hlm. 3
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
Jabatan Notaris merupakan penyempurnaan undang-undang peninggalan
jaman kolonial dan unifikasi sebagian besar undang-undang yang mengatur
mengenai kenotariatan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat. Fungsi dan peran Notaris dalam gerak
pembangunan nasional yang semakin kompleks tentunya makin luas dan
berkembang. Hal ini dikarenakan kelancaran dan kepastian hukum segenap
usaha yang dijalankan oleh masyarakat semakin banyak dan semakin luas.
Masalah ini, tentunya tidak terlepas dari pelayanan dan produk hukum yang
dihasilkan oleh Notaris. Pemerintah dan masyarakat tentunya mempunyai
harapan agar pelayanan jasa yang diberikan oleh Notaris benar-benar
memiliki nilai dan kualitas yang baik.

Tugas dan wewenang Notaris memberikan pelayanan publik


(pelayanan pada masyarakat) untuk membuat akta-akta otentik, Notaris juga
ditugaskan untuk melakukan pendaftaran dan mensyahkan (waarmerken
dan legaliseren) surat- surat/akta-akta yang dibuat di bawah tangan (L.N.
1916-46 jo. 43). Notaris juga memberikan nasihat dan penjelasan mengenai
undang-undang kepada pihak-pihak yang bersangkutan, serta pengangkatan
dan pemberhentian seorang Notaris yang dilakukan oleh Pemerintah dalam
hal ini Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang
kenotariatan, maka persyaratan Pejabat Umum adalah seorang yang
diangkat oleh Pemerintah dengan tugas kewenangan memberikan pelayanan
publik di bidang tertentu, terpenuhi oleh Jabatan Notaris.

Kewenanan Notaris sesuai dalam Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris didalam pasal 15 Notaris
berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,
dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan
dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta,

3
menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang,
Selain kewenangan tersebut Notaris berwenang pula :

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat


di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan.
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
Akta
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban bertindak


amanah, jujur, seksama, mandiri, dan menjaga kepentingan pihak-pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum secara tidak memihak. Penjabaran
secara terperinci mengenai kewajiban Notaris ditentukan dalam Undang-
undang ini untuk memberikan jaminan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum bagi masyarakat yang membutuhkan jasa Notaris.

Notaris yang merupakan lembaga yang berdasarkan kepercayaan


dalam melaksanakan profesinya, harus menjunjung tinggi nilai, etika dan
moral agar kepercayaan tersebut tetap terjaga. Seperti yang pernah ditulis
oleh Baharuddin Lopa, bahwa membangun etika, membangun moral, atau

4
membangun akhlak tidak semudah membangun fisik.4 Oleh karena sangat
pentingnya peran Notaris dalam kehidupan masyarakat dan untuk menjaga
agar kepercayaan itu tetap terjaga, maka tidaklah heran dan wajib hukumnya
apabila dalam menjalankan profesinya, perludilakukan pengawasan
terhadap Notaris. Pengawasan terhadap Notaris telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Tentang Jabatan
Notaris, selanjutnya disebut dengan UUJN dan Kode Etik Notaris.

Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan


hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang
membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan,
peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini, mereka yang
diangkat sebagai Notaris harus mempunyai semangat untuk melayani
masyarakat. Masyarakat yang telah dilayani oleh Notaris sesuai dengan
tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada Notaris.Berkaitan
dengan honorarium Notaris, telah ditetapkan di dalam ketentuan Pasal 36
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang honorarium Notaris.

Honorarium ini merupakan hak Notaris, artinya orang yang telah


membutuhkan jasa Notaris wajib membayar Honorarium Notaris, meskipun
demikian Notaris berkewajiban pula untuk membantu secara cuma-cuma
untuk mereka yang tidak mampu memberikan honorarium kepada Notaris5.
Mengacu kepada ketentuan honorarium tersebut, agar dapat dipastikan
tertib pelaksanaannya, maka diperlukan adanya mekanisme pengawasan
terhadap Notaris. Dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris, perlu
adanya penempatan petugas yang tepat dan kompeten, yang diharapkan di
dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris semakin tajam dan akurat.
Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris dilakukan dengan
mengikut sertakan pihak ahli/akademisi, di samping Departemen yang tugas

4
Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII
Press, Yogyakarta, hlm 5
5
4 Habib Adjie, 2004, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik,
Refika Aditama, Bandung, hlm. 32.

5
dan tanggungjawabnya di bidang kenotariatan serta Organisasi Notaris.
Ketentuan tersebut dimaksudkan untung meningkatkan pelayanan terhadap
client dan perlindungan hukum yang lebih baik bagi masyarakat.
Pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas dan Dewan
Kehormatan. Majelis Pengawas.
Dalam hal pengawasan jabatan notaris diawasi oleh pihak
ahli/akademisi, di samping Departemen yang tugas dan tanggungjawabnya
di bidang kenotariatan serta Organisasi Notaris. Majelis Pengawas Notaris
secara umum mempunyai ruang lingkup kewenangan untuk memeriksa
adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran
pelaksanaan Jabatan Notaris.
Namun didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2014 Tentang dan Kode Etik notaris tidak mengatur sanksi jika

terjadi pelanggaran penentuan hononarium notaris. Berdasarkan kenyataan

tersebut, penulis tertarik untuk menuangkan permasalahan tersebut dalam

bentuk skripsi yang berjudul “ANALISIS YURIDIS TENTANG TARIF

JASA PELAYANAN NOTARIS DIKAITKAN DENGAN UNDANG-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

2014 TENTANG JABATAN NOTARIS”.

B. Indetifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka adapun

rumusan masalah sebagai berikut:

6
1. Bagaimana penentuan honorarium Notaris di Kabupaten Cirebon
apabila dikaitkan dengan pasal 36 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris?
2. Bagaimanakah tanggung jawab MPD terhadap notaris yang tidak
melaksanakan ketentuan pasal 36 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis dapat mengemukakan

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penentuan hononartium Notaris di kabupaten


Cirebon dikaitkan dengan pasal 36 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris
2. Untuk mengetahui tanggung jawab MPD terhadap notaris yang
tidak melaksanakan ketentuan pasal 36 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
Notaris ?

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kegunaan

atau kontribusi positif baik secara teoritik maupun secara praktik, yaitu:

1. Kegunaan Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk perkembangan


ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi pihak yang
berkompeten di bidang hukum pada umumnya Memberikan

7
sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum pada
umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya.

2. Kegunaan Praktik

a. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan tambahan baru bagi


pihak- pihak terkait khususnya menunjang kelancaran tugas-tugas
Notaris.
b. Untuk memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi
Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris.
c. Menjadi referensi atau literatur dalam pengembangan khasanah
pengetahuan dan keilmuan di masa mendatang, terutama yang
berhubungan dengan ilmu kenotariatan.

E. Kerangka pemikiran

Kedudukan seorang Notaris sebagai suatu fungsionaritas dalam


masyarakat dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat
memperoleh nasihat yang boleh diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis
serta ditetapkannnya (konstatir) adalah benar, Notaris adalah pembuat
dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. Berdasarkan Pasal 1 angka
1 Undang-Undang Nomor 30 Republik Indonesia Tentang Jabatan Notaris,
di dalam ketentuan umum disebutkan bahwa,”Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang undang ini.”
Pentingnya jabatan notaris dalam menjamin adanya kepastian dan
perlindungan hukum setiap perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga
masyarakat juga telah dikemukakan oleh Markus, yang menyatakan bahwa
agar tercipta suatu perlindungan dan dan kepastian hukum serta dalam hal
ketertiban maka harus ada kegiatan dalam pengadministrasian hukum atau
yang disebut (law administrating) yang diharapkan bisa tercapai tujuan

8
yang tepat dan tertib. Hal ini dibutuhkan guna menghindari segala bentuk
yang dapat menyebabkan terjadinya suatu hubungan hukum yang tidak
baik dan dapat merugikan subyek hukum itu sendiri dan masyarakat maka
dengan adanya Notaris dapat memberi kepastian dalam akta.
Dalam gerak pembangunan nasional yang semakin kompleks
dewasa ini peran dan fungsi notaris terus berkembang dan semakin
diperlukan. Untuk menjamin kelancaran setiap kegiatan yang dilakukan
maka adanya kepastian hukum merupakan merupakan keniscayaan dan
oleh karena itu harus diupayakan oleh seluruh pihak yang berkepentingan
dengan kegiatan tersebut. Untuk Untuk keperluan tersebut pemerintah
telah memberikan sebagian wewenangnya kepada notaris sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris Dalam pasal 36 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004
tentang hononarium Notaris. Notaris berhak menerima honorarium atas
jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya. Besarnya
honorarium yang diterima oleh Notaris didasarkan pada nilai ekonomis
dan nilai sosiologis dari setiap akta yang dibuatnya, Nilai ekonomis
ditentukan dari objek setiap akta sebagai berikut:
a. sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) atau
ekuivalen gram emas ketika itu, honorarium yang diterima paling
besar adalah 2,5% (dua koma lima persen);
b. di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang diterima
paling besar 1,5 % (satu koma lima persen); atau
c. di atas Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) honorarium yang
diterima didasarkan pada kesepakatan antara Notaris dengan para
pihak, tetapi tidak melebihi 1 % (satu persen) dari objek yang
dibuatkan aktanya.

9
Nilai sosiologis ditentukan berdasarkan fungsi sosial dari objek setiap
akta dengan honorarium yang diterima paling besar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengacu pada jenis penelitian kualitatif,
Penelitian kualitatif merupakan penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(persfektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.6
Dengan menggunakan metode kualitatif bahwa seorang peneliti
terutama bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala yang
ditelitinya.7 Pada penelitian ini penulis akan melakukan riset mengenai
Analisis Yuridis Tentang Tarif Jasa Pelayanan Notaris Dikaitkan
Dengan Undang-Undang No 30 Tahun 2004 Tentangjabatan Notaris,
Sehingga, penulis akan mengetahui mengenai penentuan hononarium
notaris di kabupaten cirebon.

2. Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan untuk membahas


permasalahan yang ada adalah yuridis normatif (kepustakaan)
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Soerjono Soekanto yang

6
https :// id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_kualitatif, diunduh pada hari Jumat pada tanggal 30
Januari, pukul 09.35 WIB
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, (UI Press: Jakarta,
2014), hlm 32.

10
cakupanya meliputi asas- asas hukum, sinkronisasi vertikal dan
horizontal hukum, perbandingan hukum serta sejarah hukum dimana
penelitian ini menganalisa tentang keberadaan Peraturan Perundang
- Undangan dan peraturan pelaksananya, sehingga adanya
kesesuaian antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan
yang lebih tinggi dalam hierarki peraturan perundang - undangan.
Selain itu adanya ius constituendum yaitu hukum yang dicita-
citakan oleh pergaulan hidup. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu legal positivistik dimana hukum sebagai
peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini berarti pendekatan
penelitian dilakukan dengan cara menelaah peraturan perundang-
undangan dan peraturan pelaksana yang terkait dengan hononarium
Notaris.

3. Analisis Bahan Hukum

Dalam menemukan jawaban atas permasalah yang diteliti


sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan, maka dibutuhkan
suatu data lengkap untuk menunjang penelitian. Adapun bahan
hukum yang digunakan yaitu :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang


mengikat. Dalam penelitian ini data dikumpulkan sendiri
oleh peneliti. Jadi, semua keterangan untuk pertama kalinya
dicatat oleh peneliti.8
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

8
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (PT Rajagrafindo Persada : Jakarta, 2007

11
seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,
atau pendapat pakar hukum. Sebagai bahan hukum
sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk
skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum
yang terkait dengan judul penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu yuridis


normatif, maka teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan oleh
penulis yaitu studi kepustakaan, peneliti melakukan studi kepustakaan
terhadap dokumen hasil penelitian dan bahan-bahan pustaka yang
berkaitan dengan penelitian maupun dengan wawancara oleh instansi
terkait yang dalam hal ini adalah Majlis Permusyawatan Daerah (MPD)
dan notaris di wiliayah kerja kabupaten Cirebon.

5. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Analisis

Yuridis Tentang Tarif Jasa Pelayanan Notaris Dikaitkan Dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

jabatan Notaris

6. Sumber Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoratif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer

terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi, atau

12
risalah didalam pembuatan peraturan perundang-undangan.

Bahkan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris

2) Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I.)

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum

yang merupakan dokumen-dokumen yang tidak resmi.

Diantaranya yang meliputi buku-buku, literature, makalah, tesis,

skripsi, bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui electronic

research, yaitu melalui internet dengan jalan mengcopy atau

mengunduh bahan hukum yang diperlukan dan bahan-bahan

hukum tertulis lainnya yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian.

7. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Studi Kepustakaan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

kepustakaan, tujuannya untuk mencari konsepsi-konsepsi,

peraturan perundang-undangan, teori-teori, pendapat-

pendapat, ataupun penemuan-penemuan yang berhubungan

erat dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas dalam

13
penelitian ini. Kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan

bahan hukum dan alat utama dalam penelitian tersebut.

b. Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan

wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan, meminta penjelasan-penjelasan secara lisan

kepada pihak Notaris dan MPD ( Majlis Permusyawaratan

Daerah ) karena berkaitan dengan topic penelitian ini.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak Notaris

dan MPD ( Majlis Permusyawaratan Daerah ) melalui diskusi

dan atau Tanya jawab lisan. Diharapkan dengan wawancara ini

dapat mendekati keadaan yang sebenarnya karena didasarkan

pada keahlian yang di wawancarai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaatmadja,Mochtar. 1976..Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam

Pembangunan Bandung :Nasional, Binacipta.

Tan Thong Kie. 2007. Studi Notariat-Beberapa Mata Pelajaran dan Serba-Serbi

Praktik Notaris, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif

Hukum dan Etika. Yogyakarta : UII Press.

Adjie, Habib. 2004. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai

Pejabat Publik. Bandung:Refika Aditama.

https :// id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_kualitatif, diunduh pada hari Jumat

pada tanggal 30 Januari, pukul 09.35 WIB

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, (UI

Press: Jakarta, 2014

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. 2007. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Mukti Fajar ND, Yulianto Akhmad, 2015, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ira koesmawati, Yunirman Rijan, 2009, Ke Notaris ,Jakarta: Raih Asa Sukses

15

Anda mungkin juga menyukai