Anda di halaman 1dari 9

‫‪MENJAGA KEISTIQAMAHAN KITA‬‬

‫‪Oleh: Ust. Dwi Budiyanto, M.Hum.‬‬

‫)‪(Ketua BidangPelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY‬‬

‫‪Khutbah Pertama:‬‬

‫علَى ُك َل ْالبَ َريهات‪ ،‬فَ ُه َو اْ َإللَهُ ْال َح َل ْي ُم ْالـ َمنهان‪ْ ،‬الك ََر ْي ُم ه‬
‫الرحْ َمان‬ ‫ي َو َسعَتْ َرحْ َمتُهُ كُ هل ْالـ َم ْخلُ ْوقَات‪َ ،‬وشَمَ َل لُ ْ‬
‫طفُه ُ َ‬ ‫‪.‬ا َ ْل َح ْم ُد َ هّلِلَ اله َذ ْ‬

‫ع ْب ُدهُ َو َرسُولُه ُ هَادَي ْالبَش ََريه َة َوقَائَ ُد ُه ْم َإ َلى‬


‫الر َح َمات‪َ ،‬وأ َ ْش َه ُد أ َ هن ُم َح همدًا َ‬ ‫ص َد ُر ْالفَ ْ‬
‫ض َل َو َم ْنبَ ُع ه‬ ‫أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ اَلَهَ إاله هللا َوحْ َدهُ َال ش ََريْكَ لَه ُ َم ْ‬
‫‪.‬ال َجنهات‬ ‫ْ‬

‫سله َم ت َ ْس َل ْي ًما َكثَي ًْرا‬ ‫ان َإلَى يَ ْو َم َ‬


‫الديْن‪َ ،‬و َ‬ ‫س ٍ‬ ‫علَى آ َل َه َوأ َ ْ‬
‫ص َحابَهَ‪َ ،‬و َم ْن تَبَ َع ُه ْم بَإَحْ َ‬ ‫صلهى هللا َ‬
‫علَيْه‪َ ،‬و َ‬ ‫‪َ .‬‬
‫أ َ هما بَ ْعد‬:

َ ‫ أ ُ ْو‬،‫فَيا َ َع َبا َد هللا‬:


‫ قَا َل ت َ َعالَى‬،‫ص ْي ُك ْم َونَ ْفسَي َبت َ ْق َوى هللا فَقَ ْد فَازَ ْالـ ُمتهقُون‬

َ‫يَاأَيُّ َهااله َذ ْينَآ َمنُوااتهقُواالل َه َحقهتُقَاتَ َه َوالَت َ ُم ْوتُنهإَاله َوأ َ ْنت ُ ْم ُّم ْس َل ُم ْون‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sungguh kita adalah orang-orang yang semestinya selalu khawatir dengan keimanan kita
sendiri. Sebab, kita tidak bisa menjamin iman kita. Ada orang yang semula tekun beribadah tapi
di akhir hidupnya masjid pun tak lagi ia singgahi. Ada yang semula terlihat sangat alim, tiba-tiba
di akhir hidupnya ia berubah lalim. Ada yang semula rajin bersedekah, tiba-tiba ia berubah amat
serakah. Ada yang dahulunya menutup aurat, lalu mendadak ia tanpa sungkan mengumbar
auratnya dengan penuh kebanggaan. Sungguh, kita tak kuasa menjamin iman kita sendiri. Oleh
karena itu, kitalah yang paling berhajat terhadap keistiqamahan iman dan amal kita.

Bersebab kita tidak kuasa menjamin iman itulah, maka kita selalu memohon kepada Allah ta’ala
agar selalu dianugerahi keistiqamahan.
ُ‫غ قُلُوبَنَا بَ ْع َد َإ ْذ َه َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا مَ ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً َإنهكَ أ َ ْنتَ ْال َو ههاب‬
ْ ‫َربهنَا َال ت ُ َز‬

“Ya Rabb kami, janganlah jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau
memberi petunjuk kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena
sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (Q.s. Ali Imran [3]: 8).

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita merasakan kondisi semangat dalam beribadah,
tetapi saat-saat tertentu kita juga sering mengalami kelesuan yang mengkhawatirkan.
Adakalanya kita sangat rajin membaca Qur’an, tetapi ada saatnya pula kita dihinggapi rasa
malas tak tertahankan. Kadangkala kita sangat bersemangat shalat berjamaah ke masjid, tetapi
saat-saat tertentu sering pula kita merasa butuh energi lebih untuk berangkat ke masjid. Ada
saatnya kita merasa ringan datang ke majelis ilmu, tetapi di saat yang lain kita dihinggapi rasa
berat dan jemu.

Ternyata sebagaimana tabiat iman yang naik-turun, demikian pula halnya dengan amal kita.
Ada saatnya kita sangat bersemangat dalam beramal, tetapi kadangkala kita pun mengalami
kelesuan dalam beramal. Rasulullah shallallahu alaihi wasallammenjelaskan tabiat amal ini
sebagai berikut:

َ ‫سنهتَي فَقَ ْد أ َ ْفلَ َح َو َم ْن كَانَتْ فَتْ َرتُهُ إَلَى‬


َ‫غي َْر ذَلَكَ فَقَ ْد َهلَك‬ ُ ‫ع َم ٍل ش هَرة ً َو َل ُك َل ش هَرةٍ فَتْ َرة ٌ فَ َم ْن كَانَتْ ش هَرتُهُ إَلَى‬
َ ‫إَ هن َل ُك َل‬

“Segala sesuatu ada masa semangatnya (syirrah), dan setiap masa semangat akan ada masa
lesunya (fatrah), maka barangsiapa yang masa lesunya berpegang kepada sunnahku, maka
beruntungla ia. Dan barangsiapa yang masa lesunya kepada selain sunnahku, maka sungguh
ia telah binasa”(H.r. Imam Ahmad).
2

Rasulullah shallallahu alaihi wasallammenjelaskan kepada kita tentang tabiat amal dan juga
tabiat orang beramal; ada masa-masa syirrah (semangat), tetapi saat-saat tertentu seseorang
akan mengalami masa fatrah (lesu, tidak bergairah) di dalam beribadah. Saat Ramadhan
hampir sebagian besar kita sangat bersemangat melaksanakan shalat berjamaah di masjid,
begitu keluar dari Ramadhan tiba-tiba semangat itu kendur dan melemah. Kondisi tersebut
sekedar sebagai contoh paling nyata bahwa kita pernah mengalami masa syirrah sekaligus juga
masa-masa fatrah.

Nah, bagaimana anjuran Rasulullah shallallahu alaihi wasallamuntuk menyikapi tabiat amal dan
juga tabiat orang beramal tersebut? Kita harus komitmen dengan sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Dalam situasi lesu, jangan meninggalkan amal salih sama sekali. Namun
sayangnya, saat sebagian kita mengalami kelesuan di dalam beramal seringkali kita
meninggalkannya sama sekali. Akibatnya, kita semakin jauh dari kebaikan dan hidayah. Begitu
seseorang malas membaca Al-Quran, tetaplah komitmen membaca, meskipun dari sisi jumlah
lebih sedikit dari saat-saat bersemangat. Faqad aflaha – maka ia akan menjadi orang yang
beruntung. Akan tetapi, di saat seseorang lesu beribadah lalu ia tinggalkan sama sekali aktivitas
ibadah itu, kata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: faqad halaka – sungguh, ia akan binasa.
Alih-alih semangat itu akan pulih, yang terjadi malah sebaliknya, ia semakin jauh dari hidayah.
Oleh karena itu, tetaplah berkomitmen dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ini artinya, jika kita tidak bisa beramal secara ideal, berusahalah untuk mendekati yang ideal.

Dari Aisyah r.a., Nabi shallallahu alaihi wasallambersabda:

َ َ‫س َددُوا َوق‬


... ‫اربُوا‬ َ ...

“Beristiqamahlah. Kalau tidak mampu yang ideal, dekatilah yang ideal.” (H.r. al-Bukhari).
Sekali lagi, jika tidak mampu beramal secara ideal, jangan tinggalkan sama sekali, berusahalah
meraih kondisi yang paling mendekati ideal. Beramallah dengan al-mudawwamah (langgeng),
meskipun sedikit.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ada beberapa cara agar kita dapat istiqamah di dalam iman dan amal salih: Pertama,
perkuat keistiqamahan dengan senantiasa berdoa kepada Allah, sebab Allah-lah yang
memberikan hidayah. Syahr bin Hawsyab mengisahkan bahwa beliau pernah bertanya kepada
Ummu Salamah, istri Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Wahai Ummul Mukminin, apa doa yang
paling sering dibaca Rasulullah shallallahu alaihi wasallamjika berada di sisimu?”

Ummu Salamah menjawab, “Beliau sering membaca:

َ ‫ب ث َ َبتْ قَ ْلبَي‬
َ‫علَى دَينَك‬ َ ‫َب ْالقُلُو‬
َ ‫يَا ُمقَل‬

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”


Ummu Salamah memang pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kenapa doa
yang sering engkau baca adalahYaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘ala diinik (Wahai Dzat
yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

Rasulullah menjawab, “Wahai Ummu Salamah! Tidak ada seorang manusia pun melainkan
hatinya berada di antara dua jemari Allah. Siapa saja yang dikehendaki Allah, pasti Allah akan
meneguhkannya (di atas iman). Siapa saja yang dikehendaki-Nya, pasti Allah akan kuasa
memalingkannya (dari kebenaran).”

Setelahnya, Mu’adz bin Mu’adz (yang meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,

ُ‫غ قُلُوبَنَا بَ ْع َد إَ ْذ َه َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا مَ ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً إَنهكَ أ َ ْنتَ ْال َو ههاب‬
ْ ‫َربهنَا َال ت ُ َز‬

“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Q.s. Ali Imran; 8). (H.r. Tirmidzi dan Ahmad).

Bersebab kita sangat khawatir dengan keteguhan iman kita, marilah tanpa rasa jemu kita selalu
berdoa kepada Allah agar hati kita selalu dicondongkan untuk beriman dan taat kepada-Nya.

4
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kedua, jika rasa lesu dalam beramal salih itu mendera kita, lalu ada rasa berat untuk beramal di
saat kita semestinya beramal maka segeralah ambil tindakan. Bersegeralah beramal dengan
melipatgandakan kemauan. Jika ada rasa malas untuk shalat berjamaah di masjid, padahal
adzan telah berkumandang menyeru kita, segeralah ambil tindakan dengan bergegas ke
masjid. Ketika rasa lesu membaca Qur’an itu datang, jangan perturutkan kemalasan, segera
ambil tindakan; membuka Qur’an dan segera membacanya. Ketika dorongan untuk shalat
rawatib terasa berat ditunaikan, bersegeralah bangkit dan shalat rawatib. Demikian pula halnya,
pada saat kita merasa melas untuk menghadiri majelis ilmu, langkah paling sederhana adalah
memperkuat kemauan dengan bergegas berangkat.

َ‫َّللاَ ذَ َل ُك ْم َخي ٌْر لَكُ ْم َإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬ َ ‫اال َو َجا َهدُوا َبأ َ ْم َوا َلكُ ْم َوأ َ ْنفُ َس ُك ْم فَي‬
‫س َبي َل ه‬ ً َ‫ا ْنف َُروا خَ فَافًا َو َثق‬

“Berangkatlah kamu, baik dengan rasa ringan maupun rasa berat, dan berjihadlah dengan harta
dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.s. At-
Taubah [9]: 41).

Lagi-lagi saat menghadapi tabiat amal dan tabiat orang beramal yang kadang ringan, kadang
pula terasa berat adalah bersegera mengambil tindakan. Bersegera beramal kebaikan, tanpa
memperturutkan kemalasan.

Ketiga, bersahabatlah dengan para salih. Dr. Muhammad bin Hasan bin ‘Aqil Musa
menjelaskan, “Sesungguhnya di antara sarana keteguhan yang terbaik adalah hubungan yang
baik dengan orang-orang salih dan bersahabat dengan mereka.” Bersahabat dengan orang-
orang salih memiliki banyak kebaikan bagi upaya menumbuhkan keteguhan, memperkuat
ketaatan kepada-Nya, dan juga menjaga agar tetap berada dalam hidayah-Nya. Allah
berfirman,

‫يَا أَيُّ َها الهذَينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه‬


‫َّللاَ َوكُونُوا َم َع ال ه‬
َ‫صا َدقَين‬

“Hai orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu beserta orang-orang
yang benar.”(Q.s. At-Taubah [9]: 119).

Demikianlah antara iman, ketakwaan, dan persahabatan bertautan sebagai penjaga


keistiqamahan. Persahabatan di dalam iman inilah yang akan selalu menyelamatkan. Kelak
mereka yang bersahabat di dalam ketaatan kepada-Nya akan terhubung kembali di akhirat.

َ‫عد ٌُّو إَ هال ْال ُمتهقَين‬


َ ‫ض‬ ُ ‫ْاْلَخَ هَّل ُء يَ ْو َمئَ ٍذ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم َلبَ ْع‬

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang bertakwa.”(Q.s. Az-Zuhruf [43]: 67).
Oleh karena itu, jalinlah persahabatan dengan para salih agar semakin kuatlah keistiqamahan
kita. Para sahabat salih akan menjaga kita dan mendoakan kita agar selalu berada dalam
ketaatan kepada Allah. Berhimpunlah di dalam kebaikan, supaya kelak Allah himpunkan kita di
dalam surga-Nya.

Semoga Allah selalu mengkaruniakan keistiqamahan kepada kita, sehingga sampai nafas
terakhir yang kita hembuskan di dunia ini, kita masih tetap menjadi hamba Allah yang taat dan
tunduk kepada Allah, amin ya rabbal alamin…

‫مَن ُك َل‬
ْ ‫ت‬َ ‫سائ ََر ْالـ ُم ْسلَمَ يْنَ َو ْالـ ُم ْس َل َما‬ َ َ‫أَقُ ْولُ َمات َ ْس َمعُ ْون‬،‫ونَفَ َعنَي َْو َإيها ُك ْم َب َمافَ ْي َهمَ ن َْاْليَات ََوال َذ ْك َر ْال َح َكيْم‬،
َ ‫وأ َ ْست َ ْغف َُرالل َه َلي َْولَ ُك ْم َو َل‬، َ ‫َيالقُ ْرآن َْال َعظَ ي َْم‬
ْ ‫اركَالل ُه َلي َْولَ ُك ْمف‬
َ َ‫ب‬
‫الرحَ يْم‬ ْ
‫ إَنهه ُ ه َُو الغَفُ ْو ُر ه‬،‫ب فَا ْست َ ْغف َُر ْوه‬ ٍ ‫ذَ ْن‬.

Anda mungkin juga menyukai