Disusun Oleh ;
NPM. 1641010009
program bergenre reality show bertajuk katakan putus, Stasiun Televisi milik mantan mentri
Choirul Tanjung ini seolah menunjukan bahwa nilai-nilai hak privasi dan tayangan yang
mendidik untuk publik sepertinya tidak lebih penting daripada dramatisasi dan rating. Kiblat
Katakan Putus adalah sebuah program bergenre reality show kepunyaan Trans TV yang
ditayangkan pada sore hari- setiap Senin hingga Jumat, sesuai judulnya, konsep acara ini
sederhana; membantu klien remaja untuk mengakhiri hubungan cinta dengan pasangannya.
Namun kenyataannya Program ini bukannya membantu menyajikan tayangan mendidik untuk
publik dan menjadikan dunia pertelevisian indonesia menjadi lebih baik, namun justru
menyajikan tayangan yang minim esensi menjual emosi dan mempecundangi hak Privasi.
Acara ini dipandu oleh Komo Riki dan Vika Efendi. Kedua orang ini bertindak sebagai host
sekaligus koordinator kasus (Kokas) yang akan membantu klien menuntaskan kasusnya.
Nah, Katakan Putus, dari judulnya saja program ini sudah mengangkat masalah pribadi orang
lain sebagai materi utama isi Program untuk disiarkan. Sampai disini, Trans TV telah
mempecundangi penghormatan terhadap hak privasi dan juga melecehkan ruang dan kepentingan
publik dalam televisi. Ya ruang dan kepentingan publik. Karena stasiun televisi bersiaran
menggunakan frekuensi siaran yang adalah milik publik dan perizinannya dikelola oleh negara
Pada titik ini, Trans TV melalui program Katakan Putus telah melecehkan kepentingan publik
dengan menyiarkan tayangan yang sama sekali tidak ada gunanya untuk kepentingan publik.
Lebih dari itu Program katakan Putus Trans TV telah mempecundangi hak privasi, karena yang
diangkat adalah masalah kehidupan pribadi, pacaran, perselingkuhan dan segala hal yang sekali
Adalah Komo Riki, seseorang yang (rasanya) masih memiliki masalah dalam memenejemen
amarahnya tapi dipaksa membantu klien menyelesaikan kasus asmara. Jika sudah emosi, Komo
yang bertindak sebagai host sekaligus kokas seringkali kedapatan membentak-bentak klien yang
menurutnya ngeyel. Jujur beberapa kali "terpaksa" menonton acara ini demi sebuah penelitian
"Si Komo Riki ini mau mengawal orang menyelesaikan kasus atau mau marah-marah sepanjang
kasus?"
Sungguh, memang butuh kesabaran menghadapi apa maunya orang, terlebih jika itu tuntutan
pekerjaan, dan sungguh bukan begitu caranya seorang koord yang baik memperlakukan orang.
Bukan dengan bentak-bentak dan kekerasan yang justru menambah panjang urusan.
Emosi, teriakan, tangisan dan bentakan menjadi menu andalan yang disajikan dalam program ini
Sejak kapan emosi, teriakan dan bentakan bisa membantu menyelesaikan suatu masalah?-
Apapun bentuknya. Lalu siapa juga orang yang mau dibantu untuk diselsaikan kasusnya tapi
dengan cara dibentak-bentak dan dikasari, dibumbui emosi tinggi? Sekali lagi adegan
pertengkaran dan debat tanpa manfaat disajikan dalam program tersebut demi rating, dan
celakanya lagi, program ini tayang pada sore hari dimana besar kemungkinan anak-anak yang
baru pulang sekolah sedang menonton televisi dan menyaksikan program tak bermutu semacam
itu.
Sekali lagi, Katakan putus tak lebih dari program tak mendidik, yang hanya mengandalkan jual
emosi dan mempecundangi hak privasi. Tidak ada faedah baik yang dapat ditarik demi
kepentingan publik.
Lebih dari itu, bagi penulis pribadi yang "terpaksa" menonton program ini demi penelitian lepas,
Program katakan putus menjadi sebuah refleksi, seketika penulis merasa bersyukur sekali- meski
dalam konteks berbeda, bahwa saya yang seorang mahasiswi, selama magang, hingga sekarang
sedang mengerjakan penelitian skripsi, serta satu penelitian lepas tentang program ini,
Alhamdulillah saya belum pernah punya Koordinator data yang emosinya seperti si Komo Riki :)
yang hobi membentak-bentak orang. Cuma itu yang bisa saya petik, karena selebihnya, program
katakan putus tidak memiliki manfaat sama sekali yang bisa ditarik, terlebih untuk kepentingan
publik yang mentah-mentah sedang dipecundangi oleh Trans TV lewat program tersebut yang
Terlepas dari unsur dramatisasi yang membumbui program Katakan Putus tersebut, Trans TV
Trans TV sesungguhnya punya pengalaman dan kekuatan yang seharusnya membuat mereka
bisa bertahan dalam persaingan, namun kesalahan masa lalu- Mempecundangi hak publik selalu
diulangi lagi, ditambah tidak adanya upaya untuk bergerak maju, membuat Trans TV memilih
bertahan dengan jalan mencari sensasi yang miskin inovasi. Jika terus begini, bersiaplah Trans
ruang bagi acara-acara semacam ini agar mati, turun selamanya dari layar televisi Indonesia.