Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS ACARA KATAKAN PUTUS DI TRANS TV

Diajukan Untuk Mata Kuliah Formatologi Acara

Dosen Pembimbing : Fery Firdaus, MA

Disusun Oleh ;

Dini Dwi Cahyani

NPM. 1641010009

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Kelas A

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2019M/1441


Salah satu stasiun televisi yang hobi mempecundangi hak privasi adalah Trans TV melalui

program bergenre reality show bertajuk katakan putus, Stasiun Televisi milik mantan mentri

Choirul Tanjung ini seolah menunjukan bahwa nilai-nilai hak privasi dan tayangan yang

mendidik untuk publik sepertinya tidak lebih penting daripada dramatisasi dan rating. Kiblat

baru (Sebagian) pekerja televisi mengabdi.

Katakan Putus adalah sebuah program bergenre reality show kepunyaan Trans TV yang

ditayangkan pada sore hari- setiap Senin hingga Jumat, sesuai judulnya, konsep acara ini

sederhana; membantu klien remaja untuk mengakhiri hubungan cinta dengan pasangannya.

Namun kenyataannya Program ini bukannya membantu menyajikan tayangan mendidik untuk

publik dan menjadikan dunia pertelevisian indonesia menjadi lebih baik, namun justru

menyajikan tayangan yang minim esensi menjual emosi dan mempecundangi hak Privasi.

Acara ini dipandu oleh Komo Riki dan Vika Efendi. Kedua orang ini bertindak sebagai host

sekaligus koordinator kasus (Kokas) yang akan membantu klien menuntaskan kasusnya.

Nah, Katakan Putus, dari judulnya saja program ini sudah mengangkat masalah pribadi orang

lain sebagai materi utama isi Program untuk disiarkan. Sampai disini, Trans TV telah

mempecundangi penghormatan terhadap hak privasi dan juga melecehkan ruang dan kepentingan

publik dalam televisi. Ya ruang dan kepentingan publik. Karena stasiun televisi bersiaran

menggunakan frekuensi siaran yang adalah milik publik dan perizinannya dikelola oleh negara

berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomer 32 tahun 2002 Tentang penyiaran.

Pada titik ini, Trans TV melalui program Katakan Putus telah melecehkan kepentingan publik

dengan menyiarkan tayangan yang sama sekali tidak ada gunanya untuk kepentingan publik.
Lebih dari itu Program katakan Putus Trans TV telah mempecundangi hak privasi, karena yang

diangkat adalah masalah kehidupan pribadi, pacaran, perselingkuhan dan segala hal yang sekali

lagi tidak untuk ditampilkan di depan publik.

Parahnya lagi menjual emosi menjadi jurus andalan program ini

Adalah Komo Riki, seseorang yang (rasanya) masih memiliki masalah dalam memenejemen

amarahnya tapi dipaksa membantu klien menyelesaikan kasus asmara. Jika sudah emosi, Komo

yang bertindak sebagai host sekaligus kokas seringkali kedapatan membentak-bentak klien yang

menurutnya ngeyel. Jujur beberapa kali "terpaksa" menonton acara ini demi sebuah penelitian

lepas membuat saya berpikir;

"Si Komo Riki ini mau mengawal orang menyelesaikan kasus atau mau marah-marah sepanjang

kasus?"

Sungguh, memang butuh kesabaran menghadapi apa maunya orang, terlebih jika itu tuntutan

pekerjaan, dan sungguh bukan begitu caranya seorang koord yang baik memperlakukan orang.

Bukan dengan bentak-bentak dan kekerasan yang justru menambah panjang urusan.

Emosi, teriakan, tangisan dan bentakan menjadi menu andalan yang disajikan dalam program ini

sungguh tidak mendidik sama sekali.

Lebih dari itu,

Sejak kapan emosi, teriakan dan bentakan bisa membantu menyelesaikan suatu masalah?-

Apapun bentuknya. Lalu siapa juga orang yang mau dibantu untuk diselsaikan kasusnya tapi

dengan cara dibentak-bentak dan dikasari, dibumbui emosi tinggi? Sekali lagi adegan

pertengkaran dan debat tanpa manfaat disajikan dalam program tersebut demi rating, dan
celakanya lagi, program ini tayang pada sore hari dimana besar kemungkinan anak-anak yang

baru pulang sekolah sedang menonton televisi dan menyaksikan program tak bermutu semacam

itu.

Sekali lagi, Katakan putus tak lebih dari program tak mendidik, yang hanya mengandalkan jual

emosi dan mempecundangi hak privasi. Tidak ada faedah baik yang dapat ditarik demi

kepentingan publik.

Lebih dari itu, bagi penulis pribadi yang "terpaksa" menonton program ini demi penelitian lepas,

Program katakan putus menjadi sebuah refleksi, seketika penulis merasa bersyukur sekali- meski

dalam konteks berbeda, bahwa saya yang seorang mahasiswi, selama magang, hingga sekarang

sedang mengerjakan penelitian skripsi, serta satu penelitian lepas tentang program ini,

Alhamdulillah saya belum pernah punya Koordinator data yang emosinya seperti si Komo Riki :)

yang hobi membentak-bentak orang. Cuma itu yang bisa saya petik, karena selebihnya, program

katakan putus tidak memiliki manfaat sama sekali yang bisa ditarik, terlebih untuk kepentingan

publik yang mentah-mentah sedang dipecundangi oleh Trans TV lewat program tersebut yang

seluruh materi acaranya merupakan masalah pribadi.

Terlepas dari unsur dramatisasi yang membumbui program Katakan Putus tersebut, Trans TV

sepertinya luput menyadari satu hal ini;

Trans TV sesungguhnya punya pengalaman dan kekuatan yang seharusnya membuat mereka

bisa bertahan dalam persaingan, namun kesalahan masa lalu- Mempecundangi hak publik selalu

diulangi lagi, ditambah tidak adanya upaya untuk bergerak maju, membuat Trans TV memilih

bertahan dengan jalan mencari sensasi yang miskin inovasi. Jika terus begini, bersiaplah Trans

TV menunggu waktu untuk lama-kelamaan tersisihkan dari persaingan.


Sementara Publik menanti kontrol dan gebrakan KPI menegakan kedaulatan frekuensi, mencabut

ruang bagi acara-acara semacam ini agar mati, turun selamanya dari layar televisi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai