NIM : 197055001
Mata Kuliah : Konservasi Flora dan Fauna
Dosen : Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut, M.Si
Sumber :
Gunawan, F. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
OIC. 2009. Buku Saku Menuju Taman Nasional Gunung Leuser. Diunduh dari
: http://www.orangutansumaters.org.
Singleton, I., Wich , S.A., Nowak, M., Usher, G., Utami-Atmoko, S.S. 2017.
Pongo abelii. The IUCN Red List of Threatened Species 2017.
Subhan. 2010. Analisis Kerusakan Hutan di Kawasan Hutan Taman Nasional
Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang.
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Wantouw, F., Mandagi, R. J. 2014. Manajemen Resiko Proyek Pembangunan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 150 Kv Lopana-teling. Jurnal
Ilmiah Media Engineering, 4(4).
2. Saat ini konservasi terhadap flora dan fauna langka sudah sangat mendesak
dilakukan baik di dalam kawasan konservasi maupun di luar kawasan
konservasi. Uraikan dengan jelas prosedur konservasi flora atau fauna di luar
kawasan konservasi! Boleh mengambil satu contoh kasus konservasi flora atau
fauna tertentu.
Salah satu strategi konservasi flora dan fauna di luar kawasan konservasi
adalah Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Kawasan Ekosistem Esensial
(KEE) merupakan kategori baru ‘kawasan’ konservasi di Indonesia, yang
membuka harapan baru bagi perlindungan hutan yang tersisa di luar kawasan
konservasi. Ini merupakan inisiasi penting, memperhatikan sebagian
keanekaragaman hayati di Indonesia berada di luar kawasan hutan/konservasi.
Salah satu contoh KEE adalah di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat. Beberapa unit manajemen (UM) sawit berkomitmen untuk
mengalokasikan Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT) sebagai KEE pada
tahun 2017 (Yayasan Tropenbos Indonesia, 2019).
Menanggapi soal no. 2 ini saya juga mengambil satu contoh kasus yakni
konservasi orangutan Sumatera di luar kawasan konservasi. Sebagaimana kita
ketahui satwa liar termasuk orangutan hidup di habitat alaminya tanpa
memperdulikan status apakah kawasan itu termasuk kawasan konservasi atau
tidak. Kawasan konservasi ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan yang
dilindungi karena memiliki keunikan dan kekhasan serta peranan yang penting
bagi lingkungan di sekitarnya agar kondisinya tetap lestari. Di luar dari pada
itu, masih ada kawasan yang berpotensi dan menjadi habitat satwa-satwa
penting termasuk orangutan, seperti pada areal pemanfaatan hutan (HPH),
hutan tanaman indutri (HTI), areal perkebunan, dan areal pertambangan.
Perubahan yang terjadi pada populasi dan habitat orangutan saat ini
berjalan dengan cepat, namun sangat disayangkan, perubahan yang cepat ini
cenderung kearah negatif. Berdasarkan hasil analisis tearkhir yang dilakukan
terhadap populasi orangutan didapatkan bahwa populasi orangutan yang
berada di kawasan konservasi hanya 22% sedangkan sebagian besar (78%)
berada di luar kawasan konservasi, baik di kawasan hutan produksi maupun di
areal penggunaan lain (Wich et al., 2012). Melihat kenyataan ini maka
disadari bahwa pengelolaan populasi orangutan in situ di luar kawasan
konservasi menjadi sangat penting.
Dalam operasinya, prosedur konservasi orangutan di luar kawasan
konservasi dimulai dari identifikasi habitat orangutan. Identifikasi ini
dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak penanggung jawab
(dalam hal ini BKSDA), lembaga swadaya masyarakat, masyarakat atau pihak
berkaitan lainnya yang mengetahui informasi kawasan yang berpotensi
dan/menjadi habitat orangutan. Selanjutnya dilakukan ground check atau
pengecekan lapangan untuk memastikan kawasan potensial sebagai habitat
orangutan. Dan melakukan analisis potensi konflik orangutan-manusia dengan
menggunakan tenaga ahli dan melibatkan para pihak yang berkaitan. Tahap
dalam analisis potensi konflik orangutan-manusia meliputi studi populasi,
distribusi dan prilaku orangutan, analisis spasial (memetakan kawasan habitat
orangutan), analisis sosial (interaksi masyarakat dengan orangutan) dan
analisis dampak dan keterancaman (FORINA, 2015).
Sumber :
Wich, S. A., Gaveau, D., Abram, N., Ancrenaz, M., Baccini, A., Brend, S., &
Goossens, B. (2012). Understanding the impacts of land-use policies on a
threatened species: is there a future for the Bornean orang-utan?. PLoS
One, 7(11), e49142.
Yayasan Tropenbos Indonesia. 2019. Konservasi di Luar Kawasan Konservasi
(KEE): Pembelajaran dari Kalimantan Barat. No 1, Mei 2019.
Sumber :
Sumber :
Christopel Paino. 2018. ICBE 2018: Semangat Papua Barat Sebagai Provinsi
Konservasi. Diakses dari https://www.mongabay.co.id/2018/10/09/icbe-
2018-semangat-papua-barat-sebagai-provinsi-konservasi.