DISUSUN OLEH
MAYA NURSAFITRI
WIWIT WULANDARI
PRODI D3 KEBIDANAN
TA 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas
pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong
oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang
peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan
oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu
setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat
suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk
kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah
satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan
terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang
sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan
kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun
peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal
yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah
berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena
ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis
dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul
komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya,
dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan
bayi sampai pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan
kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun
untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam
menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak
dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka
kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan dukun bayi?
2. Apa tujuan dari pembinaan dukun bayi?
3. Bagaimana langkah dari pembinaan dukun bayi?
4. Apa saja upaya dilakukannya pembinaan dukun bayi?
5. Apa saja klasifikasi materi untuk pembinaan dukun bayi?
6. Bagaimana hambatan dan solusi dalam pembinaan dukun bayi?
7. Apa yang dimaksud pembinaan kader?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.
8. Fungsi Bidan
Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam
menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya
dan melakukan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau
menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau
pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai
bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan
bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh
pengelolaan program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat,
khususnya dukun bayi.
9. Tugas Pokok Bidan
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya
dalam pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru
lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga
menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya
sejalan dengan tugas utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.
Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader
diantaranya:
a. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas
kesehatan.
b. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c. Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI
ekslusive.
d. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum
serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan
e. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi
f. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan
penyuluhan KB.
b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
3) Penyuluhan KB
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya
waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta
mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu
lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
Untuk suami : Kondom dan Vasektomi
Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.
d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati
dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki
latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk
menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami
tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun.
Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat
memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. (Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y.
2009 : 136 - 138)
G. Pembinaan Kader
1. Definisi Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang paling dekat dengan
masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masayarakat
setempat serta pimpinan–pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan
kesehatan, diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh
para pembimbing dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat bekerja secara full time atau part time
dalam bidang kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk
lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.
3. Pembentukan Kader
Kader yang akan dibentuk harus diberikan pelatihan kader terlebih dahulu.
Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
a. Calon kader yang akan dilatih.
b. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
c. Tempat pelatihan yang bersih terang, segar dan cukup luas.
d. Adanya perlengkapan yang memadai.
e. Pendanaan yang cukup.
f. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
g. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama,PKK dan sektor lain. Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau
disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi,
simulasi/demonstrasi, permainan peran, penugasan dan praktik lapangan.
Jenis materi yang disampaikan:
Pengantar tentang posyandu.
Persiapan posyandu.
Kesehatan Ibu dan anak.
Keluarga berencana.
Imunisasi.
Gizi.
Penanggulangan diare.
Pencatatan dan pelaporan.
4. Strategi menjaga eksistensi kader
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah:
a. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan, oleh
bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu.
b. Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
c. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Di mana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa
juga diberikan rewards.
d. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas
untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
a. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan
siaga).
b. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
c. Penyuluhan gizi dan keluarga berencana.
d. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi/ibu.
e. Promosi TABULIN, donor darah berjalan, ambulans desa, suami SIAGA,
satgas gerakan sayang ibu.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan
secara turun temurun,belajar secara praktis atau secara lain yang menjurus kearah
peningkatan ketrampilan tersebut serta memiliki tenaga kesehatan.
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan
mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi
atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Pengenalan tanda- tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta
pengenalan tentang rujukan dan stuktural tempat- tempat rujukan.
Jika dukun bayi menemukan salah satu tanda bahaya kehamilan persalinan dan
nifas segera melakukan rujukan ke bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Yulaikhah, Lily S. Si.T. 2008. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC
Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University
Press
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika
Syaifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC