Anda di halaman 1dari 22

PEMBINAAN DUKUN

Dosen pengampu : Erlinawati, M.keb

DISUSUN OLEH

MAYA NURSAFITRI

NADA DWI FITRIA

NADYA WAHYU NINGSIH

WIWIT WULANDARI

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TA 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas
pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong
oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang
peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan
oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu
setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat
suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk
kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah
satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan
terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang
sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan
kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun
peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal
yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah
berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena
ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis
dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul
komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya,
dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan
bayi sampai pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan
kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun
untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam
menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak
dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka
kesakitan (Prawirohardjo, 2005)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan dukun bayi?
2. Apa tujuan dari pembinaan dukun bayi?
3. Bagaimana langkah dari pembinaan dukun bayi?
4. Apa saja upaya dilakukannya pembinaan dukun bayi?
5. Apa saja klasifikasi materi untuk pembinaan dukun bayi?
6. Bagaimana hambatan dan solusi dalam pembinaan dukun bayi?
7. Apa yang dimaksud pembinaan kader?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembinaan Dukun Bayi


1. Definisi Pembinaan Dukun
Dukun bayi merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Supervisi/pembinaan adalah bimbingan teknis yang terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang diberikan kepada dukun bayi oleh
tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun
yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene sanitasi, yaitu mengenai
kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan
tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan
bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. (Tri, Rita. 2009:132)

2. Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


a. Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di
desa.
b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf
c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi
karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong
sesama
d. Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.
Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan
dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
e. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari
masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima
tidak sama setiap waktunya.
f. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang
berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .
Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :
a. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
b. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
c. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
d. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial,
perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
e. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

3. Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2
yaitu :
a. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.

4. Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan


kematian ibu dan bayi, antara lain :
a. Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim
dari luar sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin
b. Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan
mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
c. Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan
tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan
tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun.
5. Fungsi Dukun Bayi
Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi,
ialah fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah
melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung
fungsi utamanya, maka fungsi tambahan dapat dikembangkan setempat, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam
kerangka program KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
a. Perawatan ibu hamil normal
b. Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit
kehamilan
c. Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT
d. Persalinan yang aman
e. Perawatan masa nifas
f. Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi

Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan


mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan
dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan
dukun bayi di masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan
kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat.
dukun bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam
upaya tersebut.

6. Peran Dukun Bayi


a. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
1) Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat
memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
2) Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
3) Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat
dengan benar
4) Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya
dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
b. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
c. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

7. Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun


Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh
dukun antara lain :
a. Kelebihan
1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3) Persalinan dilakukan di rumah
4) Biaya murah dan tidak ditentukan.
b. Kekurangan
1) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong
persalinan.
2) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas
dan bayi baru lahir.
3) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan
dalam program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

8. Fungsi Bidan
Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam
menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya
dan melakukan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau
menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau
pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai
bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan
bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh
pengelolaan program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat,
khususnya dukun bayi.
9. Tugas Pokok Bidan
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya
dalam pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru
lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga
menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya
sejalan dengan tugas utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.
Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader
diantaranya:
a. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas
kesehatan.
b. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c. Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI
ekslusive.
d. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum
serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan
e. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi
f. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan
penyuluhan KB.

Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin


hubungan yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat,
tokoh masyarakat dan sasaran.
Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik
antara dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran
tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-
tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.
10. Wewenang Bidan
a. Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penerangan dan penyuluhan
tentang kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada,
keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.
b. Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang
juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih
rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji.
c. Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan
persalinan normal, termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara,
episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan
nifas dan menyusukan, pemberian uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
d. Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru
lahir, pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian imunisasi
perawatan, petunjuk pemberian makanan.
e. Bidan juga mempunyai wewenang memberikan obat-obatan meskipun hanya
terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang
tidak melalui suntikan, pemberian obat-obat bebas terbatas dimana diperlukan
saja.

11. Pembinaan menjangkau 2 aspek :


a. Pembinaan ketrampilan dukun bayi.
b. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.

B. Tujuan Pembinaan Dukun Bayi


Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi
sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil
atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang
cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka
kematian masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun
dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar
mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima
oleh anggota masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam
program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan
kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-
kegiatan yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran
tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah
yang mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi
dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.

C. Langkah Pembinaan Dukun Bayi


Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan
peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah
mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut:
a. Fase I : Pendaftaran Dukun
1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka
dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek

c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih


1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun
D. Upaya Pembinaan Dukun Bayi
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah
mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut
dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan
upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang
bersih dan aman.
4. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan
dan bahaya proses persalinan.
5. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling
menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan
kepada tenaga kesehatan.

a. Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan


1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat kesehatan
4. Petugas imunisasi
5. Petugas gizi

b. Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi


1. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
2. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

c. Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi


1. Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat
tinggal dukun.
2. Pertemuan rutin yang telah disepakat
3. Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
4. Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
E. Klasifikasi Pembinaan Dukun Bayi
Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan
dukun:
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama
dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi
dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di
lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu
hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi
selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan


Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan
pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang
beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan
merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan
deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

3. Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:


a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan
umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi
badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2
tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan
ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain)
b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan
pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; bengkak pada kaki,
tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum
waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu
muntah terus menerus; dan tidak mau makan
c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12
jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau
tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami
kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir,
dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan
lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari;
bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang;
payudara bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.

4. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, Gizi&KB, BBLR, dan Rujukan


a. Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8%
mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun
1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah
satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami
penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara
serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium
tetani.
Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan,
penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus
neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat
pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang
otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-
kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan
dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk
melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.
Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1) Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak
bisa menetek.
2) Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
4) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :


1) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
2) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau
diberi bermacam-macam ramuan.

b. Penyuluhan Gizi dan KB


1) Gizi pada ibu hamil.
a) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat
lima sempurna.
b) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
c) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari
seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
d) Tidak ada pantangan makan selama hamil.
e) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
2) Gizi pada bayi
a) Usia 0-6 bulan
 Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari,
pagi, siang, sore maupun malam.
 Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI
eksklusif).
 Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
b) Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam
bentukm lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat
c) Usia 9-12 bulan.
 Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti
bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
 Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan,
tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain-
lain.
 Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air
tomat saring

3) Penyuluhan KB
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya
waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta
mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu
lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
 Untuk suami : Kondom dan Vasektomi
 Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

c. Pencatatan kelahiran dan kematian


Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang
ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.
F. Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun
Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan
dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya
perasaan malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan
dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan
bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh
dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi,
pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru
dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan
cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam
perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.

b. Kultur yang Kuat


Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya
pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
 Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
 Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
 Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
 Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
 Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
 Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat,
misalnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat
berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan pentingnya
pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi
kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri
masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.
c. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan
yang rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat
yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena
melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan
pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat
tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama
dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga
kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan
ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan
ambulans desa.

d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati
dan mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki
latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk
menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami
tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun.
Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat
memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. (Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y.
2009 : 136 - 138)
G. Pembinaan Kader
1. Definisi Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang paling dekat dengan
masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai pelatihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masayarakat
setempat serta pimpinan–pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan
kesehatan, diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh
para pembimbing dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat bekerja secara full time atau part time
dalam bidang kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk
lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.

2. Peran Fungsi Kader


a. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
c. Upaya penyehatan lingkungan.
d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
e. Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
f. Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas
kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya di
beberapa negara yaitu:
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan.
2) Melakukan pengobatan sederhana.
3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
4) Menolong persalinan.
5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6) Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK).
7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
8) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
9) Melakukan penyuntikan imunisasi ( Kolombia, Papua New Guinea, dan
Sudan).
10) Pemberian motivasi KB.
11) Membagikan alat-alat KB.
12) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
13) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan.
14) Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15) Penanganan penyakit menular.
16) Membantu kegiatan di klinik.
17) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit.
18) Membina kegiatan UKS secara teratur.
19) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas, membantu
pencatatan dan pelaporan.

3. Pembentukan Kader
Kader yang akan dibentuk harus diberikan pelatihan kader terlebih dahulu.
Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
a. Calon kader yang akan dilatih.
b. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
c. Tempat pelatihan yang bersih terang, segar dan cukup luas.
d. Adanya perlengkapan yang memadai.
e. Pendanaan yang cukup.
f. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
g. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama,PKK dan sektor lain. Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau
disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi,
simulasi/demonstrasi, permainan peran, penugasan dan praktik lapangan.
Jenis materi yang disampaikan:
 Pengantar tentang posyandu.
 Persiapan posyandu.
 Kesehatan Ibu dan anak.
 Keluarga berencana.
 Imunisasi.
 Gizi.
 Penanggulangan diare.
 Pencatatan dan pelaporan.
4. Strategi menjaga eksistensi kader
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah:
a. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan, oleh
bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu.
b. Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
c. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Di mana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa
juga diberikan rewards.
d. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas
untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
a. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan
siaga).
b. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
c. Penyuluhan gizi dan keluarga berencana.
d. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi/ibu.
e. Promosi TABULIN, donor darah berjalan, ambulans desa, suami SIAGA,
satgas gerakan sayang ibu.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan
secara turun temurun,belajar secara praktis atau secara lain yang menjurus kearah
peningkatan ketrampilan tersebut serta memiliki tenaga kesehatan.
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan
mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi
atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Pengenalan tanda- tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta
pengenalan tentang rujukan dan stuktural tempat- tempat rujukan.
Jika dukun bayi menemukan salah satu tanda bahaya kehamilan persalinan dan
nifas segera melakukan rujukan ke bidan.
DAFTAR PUSTAKA

Yulaikhah, Lily S. Si.T. 2008. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC

Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University
Press

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Syaifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba, Ida Bagus gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai