Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

OTORITAS JASA KEUANGAN

Disusun oleh :

Kelompok 3

M. Yori Hidayatullah
Linda Novitasari
Baiq Lela Nadia Furkhoni

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS HAMZANWADI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur tak lupa kita haturkan kehadirat ALLAH swt dengan rahmat dan nikmat
iman, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis juga dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Otoritas Jasa Keuangan” disusun sebagai materi untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih dari beberapa sumber yang tersedia diinternet
maupun buku yang mempermudah membandingkan materi agar lebih falid. Tak lupa juga kami
ucapakan kepada yang ikut andil dalam pembuatan makalah ini serta membantu penyusunan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Besar harapan kami makalah ini dapat mempermudah dan menambah pemahaman kita
tentang Menyusun Rencana Usaha dan dapat mensosialisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Walaupun makalah ini telah diupayakan dengan sebaik-baiknya namun tak tentu tak luput
dari kekurangan baik dalam menyusun makalah ini dari segi kosa kata, bahasa, etika, maupun isi
makalah ini. oleh karena itu, penulis mengharapkan bantuan para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi.

Dengan demikian semoga dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan mamfaat.

Selong, 14 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………...…………………………….…………………………1

A. LATAR BELAKANG………..……………………………………………...1
B. RUMUSAN MASALAH…………..………………………………………...3
C. TUJUAN …………..……………….………………………………………...3

BAB II PEMBAHASAN …………….……………………………………………………...3

A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan…………………………………………………...3


B. Fungsi dan Cakupan Otoritas Jasa Keuangan…………….……………………......…4
C. Peranan Otoritas Jasa Keuangan. …………….……………………………………...8
D. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan. …………….………………………………………11

BAB III PENUTUP………………………………………………..…...........................15

A. KESIMPULAN…………………………………………….……………….15
B. SARAN…………………………………………………….………….....…16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….........................17

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis, ide untuk membentuk lembaga khusus untuk melakukan
pengawasan perbankan telah dimunculkan semenjak diundangkannya UU No.23/1999
tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa tugas pengawasan terhadap
bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan
dibentuk dengan undang-undang.Dengan melihat ketentuan tersebut, maka telah jelas
tentang pembentukkan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan independen harus
dibentuk. Dan bahkan pada ketentuan selanjutnya dinyatakan bahwa pembentukkan
lembaga pengawasan akan dilaksanakan selambatnya 31 Desember 2002. Dan hal
tersebutlah, yang dijadikan landasan dasar bagi pembentukkan suatu lembaga independen
untuk mengawasi sector jasa keuangan.
Akan tetapi dalam prosesnya, sampai dengan tahun 2010. Perintah untuk
pembentukkan lembaga pengawasan ini, yang kemudian dikenall dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), masih belum terealisasi. Kondisi tersebut menyebabkan dalam kurun
waktu hampir satu decade, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidah dapat menjadi pengawas
perkembangan perbankan yang belakangan ada banyak fenomena-fenomena negative.
Seperti Kasus Bank Century yang melakukan penyimpangan tanpa ada ketakutan bertindak
dan dikarenakan memang tidak ada lembaga tertentu yang menjadi pengawas. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) kini bisa menjadi penting, apabila dalam perkembangan praktek
perbankan dan pengawasan perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan
kepentingan.
Disisi yang lain, para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK ini,
bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mutlak dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas
sistem keuangan global. Namun, RUU OJK harus dibahas simultan dengan paket RUU
Keuangan lain, sperti RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), RUU Pasar Modal
serta amandemen UU Bank Indonesia, Perasuransian dan Dana Pensiun. Hal tersebut
terungkap dalam seminar Reformasi. Sektor Keuangan memperkuat Fondasi, Daya Saing
dan Stabilitas Perekonomian Nasional. Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi
kompleksitas keuangan reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai
komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor keuangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Otoritas Jasa Keuangan ?
2. Apa Fungsi dan Cakupan Otoritas Jasa Keuangan ?
3. Apa Peranan Otoritas Jasa Keuangan ?
4. Bagaimana Sejarah Otoritas Jasa Keuangan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Otoritas Jasa Keuangan
2. Untuk mengetahui Fungsi dan Cakupan Otoritas Jasa Keuangan
3. Untuk mengetahui Peranan Otoritas Jasa Keuangan
4. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Otoritas Jasa Keuangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan


Untuk memahami definisi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat kita lihat
pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang ini.
Salah satu tugas utama OJK adalah mengatur dan mengawasi seluruh jasa
keuangan yang berada di Negara Indonesia baik perbankan maupun lembaga keuangan
lainnya. Lembaga keuangan lainnya meliputi peransuransian, dana pension, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya, termasuk pasar modal.
Independensi OJK ini sangat dijaga dan terlihat dari penegasannya pada UU RI
NO. 21 tahun 2011 Bab II pasal 2 ayat 2 berbunyi OJK adalah lembaga yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,
kecuali untuk hal- hal yang secara tegas diatur dalam Undang- Undang.
Tujuan independensi OJK ini diperlukan agar kemampuan dalam mengatur dan
mengawasi jalannya lembaga keuangan di Indonesia dapat dilakukan dengan baik dan
tegas. Salah satu tujuan lain pembentukan OJK ini tentunya diharapkan akan mampu
memperkecil tingkat terjadinya kredit macet, yaitu dengan menerapkan berbagai system
dan aturan untuk dipatuhi oleh pihak industry non bank.
Dalam aktivitasnya kegiatan OJK nantinya akan melakukan pengaturan pada
pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan jasa keuangan. Penjelasan ini dapat kita lihat
pada pasal 37 pada undang- undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan, yang berbunyi sebagai berikut;
1. OJK mengenakan pemungutan kepada pihak- pihak yang melakukan kegiatan
disektor jasa keuangan.
2. Pihak yang melakukan kegiatan disektor jasa keuangan wajib membayar
pungutan yang dikenakan OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Pemungutan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) adalah
penerimaan OJK.
4. OJK menerima, mengelola, dan mengadministrasikan pungutan
sebagaimana dimaksud pad ayat (3) secara akuntabel dan mandiri.
5. Dalam hal pemungutan yang diterima pada tahun berjalan melebihi
kebutuhan OJK untuk tahun anggaran berikutnya, kelebihan
tersebut disetorkan ke Kas Negara.
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
B. Fungsi dan Cakupan Otoritas Jasa Keuangan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan


memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan
penyidikan untuk sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-
bank.Selain itu, ada pula fungsi Otoritas Jasa Keuangan sebagai ujung tombak
inklusi keuangan serta perlindungan konsumen.

1. Dalam sektor perbankan, Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas


pokok antara lain:
a. Melakukan penelitian dalam rangka mendukung pengaturan
bank dan pengembangan sistem pengawasan bank.
b. Melakukan pengaturan bank dan industri perbankan.
c. Menyusun sistem dan ketentuan pengawasan bank.
d. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pemeriksaan bank.
e. Melakukan penegakan hukum atas peraturan di bidang
perbankan.
f. Melakukan pemeriksaan khusus dan investigasi terhadap
penyimpangan yang diduga mengandung unsur pidana di
bidang perbankan.
g. Melaksanakan remedial dan resolusi bank yang memiliki
kondisi tidak sehat sebagai tindak lanjut dari hasil pengawasan
bank yang normal.
h. Mengembangkan pengawasan perbankan.
i. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
perbankan.
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan
Komisioner.

Selain mengatur dan mengawasi perbankan konvensional, Otoritas Jasa


Keuangan juga mengatur dan mengawasi bank syariah serta unit usaha syariah
pada bank umum konvensional.Dalam sektor pasar modal, Otoritas Jasa
Keuangan memiliki tugas penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan
sektor pasar modal yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa
keuangan.

 Tugas pokok Otoritas Jasa Keuangan pada sektor pasar modal antara
lain:

1. Menyusun peraturan pelaksanaan bidang Pasar Modal.

2. Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Modal.

3. Menetapkan ketentuan akuntasi di bidang Pasar Modal.

4. Merumuskan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang


Pasar Modal.

5. Melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan Pasar Modal


termasuk Pasar Modal Syariah.

6. Melaksanakan penegakan hukum di bidang Pasar Modal.

7. Menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan


sanksi oleh OJK, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

8. Merumuskan prinsip-prinsip Pengelolaan Investasi, Transaksi dan


Lembaga Efek, dan tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik.
9. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang
memperolah izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan pihak
lain yang bergerak di bidang Pasar Modal.

10. Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau menetapkan


penggunaan pengelola statuter terhadap pihak/lembaga jasa keuangan
yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal dalam rangka
mencegah dan mengurangi kerugian konsumen, masyarakat dan sektor
jasa keuangan.

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.

Pelaku pasar modal yang mencakup pengawasan Otoritas Jasa Keuangan


ini antara lain, perusahaan efek, wakil perusahaan efek, pengelolaan investasi,
emiten dan perusahaan publik, Lembaga dan profesi penunjang pasar modal serta
pasar modal syariah. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang dibuat untuk sektor
pasar modal juga mencakup hal yang paling terkecil. Misalnya, POJK Nomor
29/POJK.04/2017 tentang laporan Wali Amanat atau POJK Nomor
23/POJK.04/2017 tentang Prospektus Awal dan Info Memo.Selain itu, pada sektor
pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan juga mengatur dan mengawasi mengenai
pasar modal syariah serta produk-produk pasar modal syariah.

Dalam sektor industri keuangan non-bank, fungsi pokok Otoritas Jasa


Keuangan antara lain:

1. Menyusun peraturan di bidang IKNB.


2. Melaksanakan protokol manajemen krisis IKNB.

3. Melakukan penegakan peraturan di bidang IKNB.

4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang


memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan
pihak lain yang bergerak di IKNB.
5. Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang IKNB.

6. Melaksanakan kebijakan di bidang IKNB sesuai dengan ketentuan


perundang-undangan.

7. Melakukan perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan


prosedur di bidang IKNB.

8. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang IKNB.

9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.

Cakupan industri keuangan non-bank yang diawasi oleh Otoritas Jasa


Keuangan ini sangatlah luas. Sektor ini meliputi asuransi, lembaga pembiayaan,
dana pensiun, pegadaian, lembaga jasa keuangan khusus, jasa penunjang industri
keuangan non-bank dan perusahaan-perusahaan keuangan non-bank syariah.Saat
ini industri keuangan non-bank yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
bertambah satu, yakni financial technology atau fintech. Sektor ini memang
menjadi perhatian Otoritas Jasa Keuangan sebab perkembangannya tergolong
sangat pesat.

Peran penting Otoritas Jasa Keuangan dalam mendorong fintech semakin


diperkuat dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.
13/POJK.02/2018 Tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa
Keuangan.Dalam keterangan resminya, Ketua Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan Wimboh Santoso menyatakan, POJK mengenai fintech dikeluarkan
karena Otoritas Jasa Keuangan tidak menafikan kemajuan teknologi di industri
keuangan digital. Sehingga, diperlukan peraturan yang mampu memayungi
industri fintech sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan masyarakat.

Dalam POJK No. 13/POJK.02/2018, Otoritas Jasa Keuangan telah


menyusun semua hal yang diperlukan bagi industri fintech, antara lain:
1. Mekanisme pencatatan dan pendaftaran fintech.
2. Mekanisme pemantauan dan pengawasan fintech.

3. Pembentukan ekosistem fintech.

4. Membangun budaya inovasi.

5. Kewajiban perlindungan data konsumen.

6. Kewajiban bagi perusahaan fintech menjalankan manajemen resiko


yang efektif.

7. Penyelenggara fintech wajib ikut serta dalam meningkatkan inklusi


dan literasi keuangan.

8. Meningkatkan sinergi dan kolaborasi antar industri, pemerintah,


akademisi dan innovation hub yang lain.

9. Fintech wajib menjalankan prinsip dasar perlindungan konsumen.

10. Fintech wajib untuk menerapkan prinsip transparansi.

11. Penyelenggara fintech wajib menerapkan program anti pencucian uang


dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan.

POJK No. 13/POJK.02/2018 bisa dikatakan sebagai payung hukum yang


lengkap dan menyeluruh dari Otoritas Jasa Keuangan untuk industri fintech.
Namun, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan sudah merintis dengan POJK
77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi.

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan.

Setiap lembaga atau perusahaan yag didirikan tentu telah memiliki visi, misi
dan tujuan yang ingin dicapai. Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi
lembaga pengawas industry jasa keuangan yang terpercaya,melindugi kepentinga
konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industry jas keuangan menjadi
pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan
kesejahteraan umum. Artinya cita- cita OJK utamanya adalah menginginkan jasa
keuangan yang dijalankan oleh lembaga keuangan mampu memberikan mamfaat
yang sebesar besarnya untuk kepentinga masyarakat.

Kemudian Misi yang diemban oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
rangka mencapai visinya adalah:

1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh keiatan di dalam sector jasa keuangan


secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
2. Mewujudkan system keuangan yag tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Sedangkan tujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah agar keseluruhan


kegiatan jasa keuangan :

1. Terselenggara secara teratur, adil, transfaran dan akuntabel.


2. Mampu mewujudkan system keangan yag tumbuh secara berkelanjtan dan
stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Disamping memiliki visi, misi, dan tujuan OJK juga memiliki fungsi, tugas
dan wewenang yang telah ditentukan menurut UU. Adapun fungsi, tugas, dan
wewenang OJK adalah:

1. Fungsi OJK berfungsi menyelenggarakan system pengaturan dan


pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sector jasa keuangan.
2. Tugas OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan jasa keuangan yaitu :

Perbankan, pasar modal, asuransi, Dana pension, lembaga pembiayaa,


pegadaian, lembaga peminjam, lembaga pembiyaan ekspor Indonesia,
perusahaan pembiayaan sekunder permahan, penyelenggara program
jaminan social, pension dan kesejahteraan.

3. Wewenang Otoritas Jasa Keuangan adalah


a. Tugas pengaturan

Menetapkan peraturan pelaksanaan undang- undang OJK, peraturan


perundang- undangan di sector jasa keuangan, peraturan dan keputusan
OJK, peraturan mengenai pengawasan di sector jasa keuangan, kebijakan
mengenai pelaksanaan tugas OJK, peraturan mengenai tata cara penetapan
pemerintah tertulis terhadap lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu,
peratura mengenai tata cara pengelola statute, struktur organisasi dan
infrastruktur, serta peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi.

b. Tugas Pengawasan.

OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan


pengawasan, pemeriksaan, penyelidikan, perlindungan, konsumen, dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan / atau
penunjang kegiatan jasa keuangan, penunjukan dan pengelolaan pengguna
statute, memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan atau
pihak lain.

OJK mempunyai wewenang sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 UU


No 21 tahun 2011 adalah sebagai berikut :

a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan;
b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen,
dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak
tertentu;
e. melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, dan
memberikan dan atau mencabut:
1. izin usaha
2. izin orang perseorangan
3. efektifnya pernyataan pendaftaran
4. surat tanda terdaftar
5. persetujuan melakukan kegiatan usaha
6. pengesahan
7. persetujuan atau penetapan pembubaran, dan
8. penetapan lain
9. Fungsi dan Cakupan Otoritas Jasa Keuangan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan
memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan
penyidikan untuk sektor perbankan, pasar modal dan industri keuangan non-
bank.Selain itu, ada pula fungsi Otoritas Jasa Keuangan sebagai ujung toimbak
inklusi keuangan serta perlindungan konsumen.

D. Sejarah Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21


Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga ini merupakan badan
independen yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan.

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya pemerintah


Republik Indonesia menghadirkan lembaga yang mampu menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan sektor
keuangan, baik perbankan maupun Lembaga keuangan non-bank.
Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank
Indonesia dalam hal pengawasan perbankan.Setelah Undang-Undang No. 21
Tahun 2011 disahkan, Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang
Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan sembilan anggota dewan komisioner
Otoritas Jasa Keuangan, termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa
Keuangan Tahap I, untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
melaksanakan tugas selama masa transisi.Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa
Keuangan secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar
Modal dan Industri Keuangan Non-Bank.Setelah itu, pada 18 Maret 2013
dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap II untuk membantu Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan fungsi, tugas
dan wewenang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.

Per 31 Desember 2013 Pengawasan Perbankan sepenuhnya beralih dari


Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan, sekaligus menandai dimulainya
operasional Otoritas Jasa Keuangan secara penuh.Perluasan fungsi pengawasan
Industri Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari 2015 Otoritas Jasa Keuangan
memulai Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Otoritas Jasa Keuangan memiliki tiga tujuan (destination statement),


antara lain:

1. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang Tangguh, stabil dan berdaya


saing.
2. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang kontributif terhadap pemerataan
kesejahteraan.
3. Mewujudkan keuangan inklusif bagi masyarakat melalui perlindungan
konsumen yang kredibel.

 Struktur Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan memiliki dua struktur, yakni Dewan


Komisioner dan Pelaksana Kegiatan Operasional.Dewan Komisioner Otoritas
Jasa Keuangan terdiri dari:

1. Ketua merangkap anggota.


2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota.

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota.

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota.

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga


Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota.

6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota.

7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

8. Anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan


Gubernur Bank Indonesia.

9. Anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat


setingkat Eselon I Kementerian Keuangan.

 Pelaksana Kegiatan Operasional Otoritas Jasa Keuangan terdiri dari:

1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I.


2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis
II.

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan


Sektor Perbankan.

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan


Sektor Pasar Modal.

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga


Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang
Pengawasan Sektor IKNB.

6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen


Risiko.

7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan


Konsumen memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.

Setap Kepala Eksekutif dibantu oleh Deputi Komisioner dan Kepala


Departemen yang masing-masing membawahi suatu bidang yang spesifik. Misalnya,
Kepala Eksekutif Pasar Modal dibantu oleh Deputi Komisioner Pengawas Pasar
Modal I dan Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II. Di bawah dua Deputi
Komisioner tersebut ada Departemen Pengawasan PM 1A, Departemen Pengawasan
PM 1B, Departemen Pengawasan PM 2A dan Departemen Pengawasan PM 2B.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk memahami definisi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat kita
lihat pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang- Undang ini.

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun


2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Lembaga ini merupakan badan independen
yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan
penyidikan.

Pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap I,
untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas selama
masa transisi.Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa Keuangan secara efektif beroperasi
dengan cakupan tugas Pengawasan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-
Bank.Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan
Tahap II untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam
pelaksanaan pengalihan fungsi, tugas dan wewenang Pengaturan dan Pengawasan
Perbankan dari Bank Indonesia.

Per 31 Desember 2013 Pengawasan Perbankan sepenuhnya beralih dari Bank


Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan, sekaligus menandai dimulainya operasional
Otoritas Jasa Keuangan secara penuh.Perluasan fungsi pengawasan Industri Keuangan
Non-Bank, pada 1 Januari 2015 Otoritas Jasa Keuangan memulai Pengaturan dan
Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, pembaca dapat
mencari reverensi lan berbagai pelengkap dari makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap
saran dan krtik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar kedepannya penulisan
makalah dapat lebih baik lagi. Semoga makala ini dapat bermanfaat bagi kita semua,kami
ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham.2016. Bank dan Lemabaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi. Bandung :
Alfabeta.

Apriani Rani, Hartono.2019. Hukum Perbankan Dan Surat Berharga.Yogyakarta. Penerbit


Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama).

Sutedi Adrian,2014.Aspek Otoritas Jasa Keuangan.Cibubur, Jakarta Timur.Rasa Asa Sukses


(Penebar Swadaya Grup).

Kasmir.2014.Bank dan lembaga keuangan lainnya.PT. Rajagrafindo Persada.

Ho Vicky dkk. 2014. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penanganan Kejahatan Manipulasi
Pasar Di Pasar Moda. Vol.3 hal 41-43.

LAMPIRAN

STUDI KASUS

OJK Blokir Situs PT Kampung Kurma


Rina Anggraeni
Rabu, 13 November 2019 - 11:31 WIB
views: 13.819

Ilustrasi Satgas Waspada Investasi. Foto/Istimewa


A+ A-

JAKARTA - Investasi bodong dengan skala cukup besar kembali terkuak. Sebuah
perusahaan bernama PT Kampung Kurma didatangi ratusan pembeli yang menagih janji
manajemen perusahaan itu mengenai status lahan kavling dan pengembalian dana
mereka.

Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L. Tobing menegaskan Kampung Kurma masuk
dalam inevstasi ilegal.Hal ini telah masuk dalam daftar fintech ilegal di Otoritas OJK.
"Satgas Waspada Investasi telah menghentikan kegiatan tersebut pada bulan April 2019.
Dalam lampiran siaran pers pada nomor 72," ujar Tongam saat dihubungi SINDOnews di
Jakarta, Rabu (13/11/2019). Dia pun akan segera memblokir situs PT Kampung Kurma
karena sudah meresahkan banyak konsumen yang mengalami kerugian.
"Kami juga sudah minta Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk blokir situs dan
aplikasinya. Kami sudah sampaikan juga laporan informasi ke Bareskrim Polri," jelasnya.
Sebagai informasi, dalam situs resminya Kampung Kurma Group menjual kavling seluas
400-500 meter persegi yang ditanami pohon kurma sebanyak lima pohon dan ada juga
kavling lain yang terdapat kolam berisi bibit ikan lele 10.000 ekor.

Kampung Kurma menjanjikan hasil yang besar dengan pengelolaan dan perawatan pohon
oleh Kampung Kurma selama lima tahun dan pembeli akan dapat bagi hasil secara
syariah.Sayangnya, kavling yang dijanjikan tidak kunjung ada. Bahkan banyak pembeli
yang kavlingnya dipindah-pindah. Selain itu Akad Jual Beli (AJB) yang dijanjikan
setelah Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tidak terealisasi.
Di platform YouTube, video pemasaran kavling di Kampung Kurma 'menjual' nama
pemuka agama terkenal seperti Syekh Ali Jaber untuk menarik perhatian membeli.
Perusahaan pun menjanjikan tiga hal kepada calon investor yang membeli lahan di bawah
proyek-proyek mereka. Pertama, investasi properti mereka dijanjikan akan mendapatkan
selisih keuntungan atau capital gain dari kenaikan harga tanah di kavling tersebut.
Kedua, investasi perkebunan berupa tanaman kurma yang buahnya memiliki harga jual
tinggi sehingga para investor berpotensi mendapatkan keuntungan Rp30 juta per pohon
setiap tahunnya.
Ketiga, investasi akhirat, dengan berinvestasi di Kampung Kurma berupa pembelian
kavling maka para investor diklaim turut menciptakan nilai-nilai kehidupan islami di
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai