Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HIDROSEFALUS

DISUSUN OLEH :
ANI PURWASI
NOVI WULANDARI
RIZKI AMELIA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEKANBARU MEDICAL CENTER
TA. 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayahnya dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah hidrosefalus makalah hidrosefalus Ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang hidrosefalus ini
idapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................... ............................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian ..................................................................................................... 5
B.Penyebab ....................................................................................................... 6
C.Patofisiologi .................................................................................................. 6
D.Gejala ............................................................................................................ 8
E.Klasifikasi ..................................................................................................... 9
F.Manifestasi Klinis ......................................................................................... 9
G. Terapi ........................................................................................................... 11
H.Asuhan keperawatan ..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ................................................................................................... 18
B.Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kasus Hidrosefalus merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di
bidang bedah saraf yaitu sekitar 40 – 50 % . Hidrosefalus adalah suatu
gangguan pembentukan, aliran atau penyerapan dari aliran serebrospinal yang
menyebabkan peningkatan dari volume cairan cerebrospinal yang
menyebabkan peningkatan dari volume cairan cerebrospinal pada susunan
saraf pusat. Jumlah kasus hidrosefalus di dunia cukup tinggi. Di Amerika
Serikat, angka kejadian hidrosefalus mencapai 0,5 – 4 per 1000 kelahiran.
Di Indonesia sendiri, pravelensi hidrosefalus 10 permil pertahun, sumber lain
menyebutkan bahwa insiden hidrosefalus di Indonesia mencapai 0,2 – 4
setiap 1000 kelahiran. Hidrosefalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau
tidak cukupnya penyerapan cairan serebrospinal pada otak atau obstruksi
yang muncul menganggu sirkulasi cairan serebrospinal di sistem ventrikuler.
Penyebab Hidrosefalus pada secara umum dapat dibagi menjadi dua, prenatal
dan postnatal, baik saat prenatal maupun postnatal secara teoritis patofisiologi
hidrosefalus terjadi karena disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan
maupun gangguan absorbsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial
yang meninggi sehingga terjadi lebaran ruangan-ruangan tempat aliran-aliran
serebrospinalis (Darto Suharso, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Hidrosefalus
2. Penyebab Hidrosefalus
3. Patofisiologi Hidrosefalus
4. Gejala Hidrosefalus
5. Klasifikasi Hidrosefalus
6. Manifestasi Klinis Hidrosefalus
7. Terapi Hidrosefalus
8. Asuhan keperawatan Hidrosefalus
9.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hidrosefalus adalah berasal dari bahasa Yunani “hydro” berarti air, dan
“cephalus” berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penyakit akibat gangguan
aliran cairan dlam otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf. Hidrosefalus
merupakan suatu keadaa patoogis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun
gangguan absorbsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
meninggi sehingga terjadi lebaran ruangan-ruangan tempat aliran-aliran
serebrospinalis (Darto Suharso, 2009). Hidrosepalus adalah suatu kondisi yang
disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan
cerebrospinalis (CSS) di alam system venrikular,. Ketika produksi CSS lebih
besar dari penyerapan, cairan cerebrospinalis mengakumulasi di dalam system
ventricular (Nining, 2008). Pelebaran ventricular ini akibat ketidakseimbangan
antara antara produksi dan absorbsi cairan sebrospinalis. Hidrosefalus selalu
bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adaknya
kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadinya
pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Patogenesis gangguan aliran cairan otak berdasarkan riset dari lembaga
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) ada tiga jenis
(1) gangguan aliran cairan karena adanya hambatan sirkulasi. Contoh tumor
otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat cairan otak. (2) Aliran
cairan otak tersumbat, sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya
cairan otak bertambah banyak. Contoh, tumor ganas di sel-sel yang
memproduksi cairan otak. (3) Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal
dan tidak ada sumbatan, tetapi ada proses penyerapan cairan ke pembuluh
darah balik. Sehingga jumlah cairan akan meningkat. Contoh, ada cairan nanah
(meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) disekitar
tempat penyerapan. Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat
perlahan atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel melebar, kemudian
menekan jaringan otak sekitarnya

5
B. PENYEBAB HIDROSEFALUS

1. Gangguan Aliran Cairan Otak


2. Cacat Bawaan Kurangnya kebutuhan asam folat menyebabkan organ bayi
tidak dapat berkembang dengan baik.
3. Infeksi Virus Infeksi virus menyebabkan mandul, mudah keguguran, janin
cacat sejak dalam kandungan, dan bayi terlahir dalam kondisi meninggal.
Terlebih virus toksoplasma menjadi penyebab terbesar hidrosefalus.
4. Pendarahan Otak Pendarahan pada otak menimbulkan aliran cairan otak
terhambat dan menyebabkan penumpukan cairan.
5. Produksi Cairan Otak Berlebihan
6. Tumor Otak Tumor otak yang semakin membesar bisa menyebabkan
aliran darah terhambat atau tidak lancer.
7. Pembengkakan Ketika cairan otak mengalami pembengkakan akibatnya
cairan otak menumpuk.
8. Kanker Otak
9. Cedera otak Benturan akibat kecelakaan atau terjatuh.
10. Malformasi Otak Malformasi otak adalah penyakit langka yang
menyebabkan sebagian kecil otak keluar dari tengkorak kemudian masuk
ke bagian kanal tulang.
11. Pembuluh Darah Otak Menyempit
12. Radang Selaput Otak
13. Cacat Tabung Saraf
14. Pertumbuhan tabung saraf yang kurang sempurna sehingga tabung saraf
mengalami kecacatan.
15. Kista Otak Kista otak merupakan tumor jinak yang berisi cairan

C. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke
dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada

6
orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140
ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Aliran CSS
normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV
dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid
melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan
kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:328)

Hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu :

1. Produksi likuor yang berlebihan

2. Peningkatan resistensi aliran likuor

3. Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial


sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat
selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

1. Kompresi sistem serebrovaskuler.

2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler

3. Perubahan mekanis dari otak.

4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis

5. Hilangnya jaringan otak.

6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan


aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan

7
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor
secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.

Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan


tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial
bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan
untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif
tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians
tengkorak. (Darsono, 2005:212)

D. GEJALA HIDROSEFALUS

a) Melambat kapasitas mental dan keterlambatan cognitive


b) Sakit kepala (terutama di pagi hari)
c) Sakit pada leher, diperkirakan terjadi tonsillar herniation
d) Muntah, lebih terlihat di pagi hari.
e) Penglihatan yang memburam; disebabkan oleh Papilledema dan optic
atrophy.
f) Penglihatan ganda atau double; di mana terdapat palsy saraf unilateral dan
bilateral
g) Kesulitan pada berjalan hingga spatistik
h) Mengantuk yang berlebihan.
i) Gangguan pada gaya berjalan
j) Terjadinya Dementia
k) Ketidakonsistennya urinary
l) Karakteristik yang mungkin muncul adalah; Personalitas berubah dan
Parkinsonism, letharlagi, lelah dan apatis.
m) Straismus
n) Perubahan Pupil
o) Jarang terjadi adalah sakit kepala

8
E. KLASIFIKASI

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,


berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan


hidrosefalus
2. tersembunyi (occult hydrocephalus).
3. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
4. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
5. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus


eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas
permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan
keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat
tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi
kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya
terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005).
Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial.
Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu :

1. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

9
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital
dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan
pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama
kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah
frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan
tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis.
Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul
Rickham, 2003)

2. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi


hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia
dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:

a. Fontanel anterior yang sangat tegang.

b. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

c. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.

d. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah,
gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut
ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia
respirasi). (Darsono, 2005:213)

10
G. TERAPI

Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a) Mengurangi produksi CSS.

b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi.

c) Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial. (Darsono, 2005)

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan Sementara

Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi


hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.

2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)

Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi


radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham, 2003)

3. Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)

Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga
subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca
operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt
meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360)

11
H. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN.

A. Anamnesa.

1. Insiden : kelaliran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi dai 10.000 kelahiran
hidup

· Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari 1000


kelahiran hidup

· Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.

2. Riwayat kesehatan masa lalu:

· Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di sebral

3. Riwayat kahamilan dan persalinan :

· Kelahiran yang prematur

· Neonatal meningitis

· Perdarahan subaracnoid

· Infeksi intra uterin

· Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan.

B. Pemeriksaan Fisik

a) Biasanya adanya myelomeningocele, penguran lingkar kepala (Occipitifrontal)


Pada hidrosefalus didapatkan :

Tanda – Tanda Awal :


a. Mata juling

12
b. Sakit kepala
c. Lekas marah
d. Lesu
e. Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
f. Mual dan muntah yang proyektil
g. Melihat kembar
h. Ataksia
i. Perkembangan yang berlangsung lambat
j. Pupil oedema
k. Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
l. Biasanya diikuti : perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik
pada ekstremitas bawah
m. Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan
n. Gangguan cardio pulmoner

Tanda-tanda selanjutnya :

a. Nyeri kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah


b. Pupil oedema
c. Strabismus
d. Peningkatan tekanan darah
e. Heart lambat
f. Gangguan respirasi
g. Kejang
h. Letargi
i. Muntah
j. Tanda-tanda ekstrapiramidal/ ataksia
k. Lekas marah
l. Lesu
m. Apatis
n. Kebingungan
o. Sering kali inkoheren
p. Kebutaaa

13
C. Pemeriksaan Penunjang.

1) Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi


ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan
penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi konginetal atau perdarahan
intra kranial )
2) Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra kranial
menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
3) EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4) Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala
5) MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai
stuktur otak tanpa kena radiasi

C. Penatalaksanaan Medis.

Pasang parau untuk mengeluarkjan kelebihan CSS dari ventrikel lateral


kebagian ekstrakranial ( biasanya peritonium untuk bayi dan anak-anak atau
atrium pada remaja ) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi

D. Diagnosa keperawatan, Intervensi dan rasional.

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


. Keperawatan /kriteria
hasil
1. Potensial Tidak  Kaji kulit  Untuk
terhadap terjadi kepala memantau
2.
perubahan gangguan setiap 2 jam keadaan
3.
integritas kulit integritas dan monitor integumen
kepala b/d kulit terhadap kulit secara
ketidakmampu dengan area yang dini.
an bayi dalam kriteria : tertekan
 Untuk
mengerakan  Ubah posisi
Kulit utuh, meningkatkan

14
kepala akibata bersih dan tiap 2 jam sirkulasi kulit.
peningkatan kering. dapat
 Linen dapat
ukuran dan dipertimban
Keluarga menyerap
berat kepala gkan untuk
menerima keringat
mengubaha
Perubahan keadaan sehingga kulit
kepala tiap
fungsi keluarga anaknya, tetap kering
jam.
b/d situasi mampu  Untuk
 Hindari
krisis ( anak menjelaska mengurangi
tidak
dalam catat n keadaan tekanan yang
adanya
fisik ) penderita menyebabkan
linen pada
dengan stess
temap[t
Resiko tinggi
kriteria : mekanik.
tidur
terjadi cidera
 Baringkan
b/d – Keluarga  Jaringan akan
kepala pada
peningkatan berpartis mudah
bantal karet
tekanan intra ipasi nekrosis bila
busa atau
kranial dalam kalori dan
menggunak
merawat protein
an tempat
anaknya kurang.
tidur air jika
dan
mungkin.  Pengetahuan
secra
 Berikan dapat
verbal
nutrisi mempersiapk
keluarga
sesuai an keluarga
dapat
kebutuhan. dalam
mengerti
merawat
tentang
 Jelaskan
penderita.
penyakit
secara rinci
anaknya.
tentang  Keluarga
kondisi dapat
Tidak
penderita, menerima
terjadi
prosedur, seluruh
peningkatan

15
TIK dengan terapi dan informasi agar
kriteria : prognosany tidak
a. menimbulkan
– Tanda
 Ulangi salah persepsi
vital norma,
penjelasan
pola nafas  Untuk
tersebut bila
efektif, menghindari
perlu
reflek salah persepsi
dengan
cahaya
contoh bila
 Keluarga
positif,tidak
keluarga
dapat
tejadi
belum
mengemukak
gangguan
mengerti
an
kesadaran,
 Klarifikasi
perasaannya.
tidak
kesalahan
muntah dan
asumsi dan  Untuk
tidak
misskonsep mengetahui
kejang.
si secara dini
 Berikan peningkatan
kesempatan TIK
keluarga
 Penurunan
untuk
keasadaran
bertanya.
menandakaka
 Observasi
n adanya
ketat tanda-
peningkatan
tanda
TIK
peningkatan
 Mencegah
TIK
terjadi infeksi
 Tentukan
sistemik
skala coma

 Karena
 Hindari
tingkat
pemasangan
kesadaran

16
infus merupakan
dikepala indikator
 Hindari peningkatan
sedasi TIK
 Dapat
 Jangan
mengakibatan
sekali-kali
sumbatan
memijat
sehingga
atau
terjdi nyeri
memopa
kepala karena
shunt untuk
peningkatan
memeriksa
CSS atau
fungsinya
obtruksi pada
ujung kateter
 Ajari
diperitonial
keluarga
 Keluarga
mengenai
dapat
tanda-tanda
berpatisipasi
peningkatan
dalam
TIK
perawatan
anak dengan
hidrosefalus.

17
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Hidrosefalus adalah suatu gangguan pembentukan, aliran atau penyerapan dari
aliran serebrospinal yang menyebabkan peningkatan dari volume cairan
cerebrospinal yang menyebabkan peningkatan dari volume cairan
cerebrospinal pada susunan saraf pusat. Hidrosefalus congenital (hadir semasa
lahir) kemingkinan disebabkan oleh interaksi secara kompleks faktor
persekitaran dan genetic. Hidrosefalus perolehan berlaku setelah lahir, berlaku
disebabkan oleh pendarahan intraventrikular, meningitis, kecederaan kepala,
ensefalitis, tumor atau sist.Kadang-kadang para doctor tidak dapat menentukan
sebab hidrosefalus itu berlaku. Dalam keadaan ini, hidrosefalus tersebut akan
dikatakan sebagai idiopatik (idiopathy) atau tanpa sebab. Penyebab
hidrosefalus pada semua peringkat umur, termasuklah proses yang menyekat
dan menghalang ventrikel seperti sist atau tumor, serta proses yang
mengganggu pengaliran cecair spinal melalui ruang subarachnoid seperti
meningitis, ensefalitis, gegaran, kecederaan kepala atau sesetengah jenis strok
dan pendarahan otak. Pada hidrosefalus, diagnosa biasanya mudah dibuat
secara klinis. Dokter memilih alat diagnostic berdasarkan pada umur individu,
rekam jejak medis atau adakah kejanggalan atau abnormalistas pada otak atau
sumsum tulang belakang.Pengobatan utama hidrosefalus adalah melalui
operasi. Tujuannya adalah untuk membuang kelebihan cairan serebrospinal di
dalam otak

B.SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa
mendatang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sunddatr,dan Brunner.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W.20o6.Ilmu Penyakit dalam.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku
Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.

19

Anda mungkin juga menyukai