Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322518394

GAMBARAN GLUKOSA DARAH PUASA PADA PENDERITA GLAUKOMA

Article · August 2017

CITATIONS READS

0 729

1 author:

Tanendri Arrizqiyani
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
59 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

pharmacy View project

All content following this page was uploaded by Tanendri Arrizqiyani on 16 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
GAMBARAN GLUKOSA DARAH PUASA PADA PENDERITA GLAUKOMA

Meti Kusmiati, M.Si1), Rianti Nurpalah, M.Si2) Mita Indriyani3)


Program Studi D III Analis Kesehatan STIKes BTH Tasikmalaya
meti.kusmiati@gmail.com, nurpalahrianti@yahoo.co.id, mitaindriyani46@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu kerusakan mata yang disebabkan dengan peningkatan kadar glukosa darah yaitu glaukoma.
Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan pada saraf
optik yang biasanya diakibatkan oleh adanya tekanan di dalam mata. Tekanan bola mata yang normal
adalah sekitar 10-21 mmHg, jika tekanan bola mata melebihi batas tersebut maka berisiko terkena
glaukoma yang bisa mengakibatkan kebutaan permanen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
bagaimana gambaran kadar glukosa darah puasa pada penderita glaukoma. Metode penelitian bersifat
deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 36 orang penderita glaukoma dengan usia ≥ 20 tahun.
Pemeriksaan glukosa darah puasa menggunakan alat Pentra C-200 dengan metode automatisasi. Hasil
penelitian kadar glukosa darah puasa pada pasien glaukoma di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
diperoleh kadar glukosa darah puasa normal sebesar 36% (16 orang) dengan rata-rata 95,3 mg/dl dan
kadar glukosa darah puasa tinggi sebesar 64 % (23 orang) dengan rata-rata 185 mg/dl.

Kata kunci : Glukosa darah puasa, Hiperglikemik, Mata, Glaukoma

I. LATAR BELAKANG Kesehatan Republik Indonesia yang


Mata merupakan alat indra yang dilaporkan tahun 1996, glaukoma adalah
terdapat pada manusia yang secara penyebab kebutaan kedua setelah katarak
konstan menyesuaikan pada jumlah dengan prevalensi sekitar 0,16% jumlah
cahaya yang masuk, memusatkan penduduk Indonesia (Ilyas S : 2007).
perhatian pada objek yang dekat dan jauh Glaukoma adalah suatu neuropati
serta menghasilkan gambaran yang optik multifaktorial dengan karakteristik
kontinue yang dengan segera di hantarkan hilangnya serat saraf optik. Pada
pada otak. Mata manusia memiliki cara glaukoma akan terdapat kelemahan fungsi
kerja otomatis sempurna, mata dibentuk mata dengan terjadinya cacat lapangan
dari bagian – bagian yang memiliki fungsi pandang dan kerusakan anatomi berupa
penting dalam proses melihat. Apabila gangguan serta degenerasi papil saraf
salah satu bagian mata tidak berfungsi optik, yang dapat berakhir dengan
maka akan terjadi gangguan penglihatan. kebutaan. Glaukoma dapat disebabkan
Gangguan penglihatan adalah bertambahnya produksi cairan mata oleh
kondisi yang ditandai dengan penurunan badan siliar atau karena berkurangnya
tajam penglihatan ataupun menurunnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut
luas lapangan pandang, yang dapat bilik mata atau di celah pupil (Ns. Anas :
mengakibatkan kebutaan. Salah satu 2010).
penyebabnya adalah glaukoma. Glaukoma Kelainan mata glaukoma ditandai
merupakan penyebab kebutaan kedua di dengan meningkatnya tekanan bola mata,
dunia setelah katarak (Quigley & Broman atrofi papil saraf optik, dan menciutnya
: 2006). Menurut survei Departemen lapangan pandang. Bola mata normal

248
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

memiliki kisaran tekanan antara 10-20 kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah
mmHg sedangkan penderita glaukoma yang keluar dari pembuluh darah inilah
memiliki tekanan mata yang lebih dari yang menutup sinar yang menuju ke retina
normal bahkan terkadang dapat mencapai sehingga penglihatan penderita DM
50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan menjadi kabur. Kerusakan yang lebih
mata yang tinggi akan menyebabkan berat akan menimbulkan keluhan seperti
kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan tampak bayangan jaringan atau sarang
mata akan semakin berat kerusakan saraf laba-laba pada penglihatan mata, mata
yang terjadi (Ilyas & Yulianti : 2014). kabur, nyeri mata, dan buta. Selain
Glaukoma dapat disebabkan oleh menyebabkan retinopati, DM juga dapat
penyakit sistemik maupun penyakit lokal menyebabkan lensa mata menjadi keruh
pada mata. Kondisi kelainan sistemik yang (tampak putih) yang disebut katarak serta
dapat memicu terjadinya glaukoma salah dapat menyebabkan glaukoma
satunya adalah Diabetes Melitus (DM). (menyebabkan tekanan bola mata) (Sidarta
DM bisa merusak mata dan mengganggu I, dkk : 2010)
penglihatan. Terdapat tiga komplikasi
II. METODE PENELITIAN
utama pada mata yang disebabkan DM,
Penelitian ini merupakan
yaitu Retinopati, Katarak dan Glaukoma.
penelitian deskriptif. Subjek penelitian
Hiperglikemia kronik pada DM inilah
yaitu pasien penderita glaukoma dengan
yang memicu terjadinya glaukoma.
usia ≥ 20 tahun. Data sekunder diambil
Hasil penelitian Risky, dkk (2013)
dari data rekam medik Rumah Sakit Mata
menunjukkan sebesar 66,7% berjenis
Cicendo Bandung, sedangkan data primer
kelamis perempuan dan 33,3% berjenis
diambil dari hasil pemeriksaan glukosa
kelamin laki-laki mengalami glaukoma
darah puasa dengan menggunakan alat
akibat DM, dan sebesar 46,7% berusia 61-
pentra C-200 dengan metode automatisasi.
70 tahun.
Penentuan jumlah sampel berdasarkan
Glukosa yang tinggi
rumus perhitungan dari Notoatmodjo
menyebabkan rusaknya pembuluh darah
(2002) sebanyak 36 pasien.
retina bahkan dapat menyebabkan

249
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik hasil pemeriksaan serum kontrol glukosa tertera pada gambar 3.1 sebagai berikut :

Gambar 3.1
Grafik Hasil Pemeriksaan Serum Kontrol Glukosa

98.8
93.8
88.8
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4

Hasil Serum Kontrol

Berdasarkan gambar 3.1 diperoleh dilanjutkan untuk pemeriksaan sampel


hasil pemeriksaan serum kontrol glukosa glukosa. Pemeriksaan serum kontrol ini
pada hari ke-1 sampai hari ke-4 adalah dilakukan untuk dapat mengontrol alat,
99,0 mg/dl, 100,0 mg/dl, 101 mg/dl, dan reagen, prosedur kerja dan metode
99,0 mg/dl. Range nilai serum kontrol pemeriksaan.
untuk glukosa darah yaitu 88,8 – 101,6 Data persentase hasil pemeriksaan
mg/dl. Hasil pemeriksaan serum kontrol glukosa darah puasa pada penderita
tersebut sudah masuk dalam range serum Glaukoma sesuai dengan gambar 4.2
kontrol glukosa, yang berarti dapat sebagai berikut :

Gambar 3.2
Persentase Hasil pemeriksaan Glukosa darah Puasa Pada penderita Glaukoma

70%
60%
50%
40%
30% 64%
20% 36%
10%
0%
Kadar glukosa darah normal Kadar glukosa darah tinggi

Berdasarkan gambar 3.2 diperoleh rentang normal, dimana pasien mengalami


hasil penelitian di Laboratorium Rumah glaukoma disebabkan tidak mempunyai
Sakit Mata Cicendo Bandung terhadap 36 riwayat DM juga karena faktor lain seperti
pasien penderita glaukoma diperoleh riwayat berkelahi, jatuhan benda berat,
kadar glukosa darah puasa yang normal trauma dan kecelakaan. Sedangkan 7
sebanyak 36% (13 orang) dengan rata-rata orang pasien penderita glaukoma
95,3 mg/dl. Kadar glukosa darah pada mempunyai riwayat DM tetapi pengobatan
penderita glaukoma tersebut masih di insulinnya dilakukan secara teratur

250
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017

sehingga kadar glukosa darah tetap lapisan pembuluh darah kecil yang
normal, selain itu juga ditunjang dengan membawa cairan atau darah ke mata,
melakukan aktivitas olah raga secara peningkatan glukosa dalam darah tinggi
teratur. terjadi juga karena komplikasi retinopati
Kadar glukosa darah puasa yang dimana ada penumpukan lemak di retina
tinggi sebanyak 64% (23 orang) dengan sebagai akibat dari kebocoran pembuluh
rata-rata 185 mg/dl. Hal ini disebabkan darah yang mengalir ke mata dan
karena penderita mempunyai riwayat DM menyebabkan glaukoma. Tingginya kadar
dan pengobatan insulin tidak dilakukan glukosa di dalam darah dapat
secara teratur kemudian tidak ditunjang memperparah keadaan glaukoma sampai
oleh aktivitas olahraga. Aktivitas olahraga berakhir dengan kebutaan dengan adanya
yang cukup dapat mengurangi risiko tanda frame hitam pada penglihatan.
meningkatnya kadar glukosa darah dalam (Asbury & Vaughan : 2004).
tubuh sedangkan jika aktivitas
IV. KESIMPULAN
olahraga/fisik yang dilakukan kurang
Berdasarkan hasil penelitian kadar
ditambah asupan makanan yang
glukosa darah puasa pada pasien penderita
dikonsumsi jumlahnya tetap bahkan
glaukoma di Rumah Sakit Mata Cicendo
bertambah, hal ini dapat menyebabkan
Bandung diperoleh kadar glukosa darah
terjadinya penumpukan karbohidrat
puasa normal sebesar 36% (16 orang)
karena energi yang dikeluarkan sedikit
dengan rata-rata 95,3 mg/dl dan kadar
sehingga berat badan bertambah, hal ini
glukosa darah puasa tinggi sebesar 64%
merupakan salah satu faktor risiko
(23 orang) dengan rata-rata 185 mg/dl.
terjadinya peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemik).
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Hiperglikemik ditandai dengan
Penelitian ini mendapatkan
kadar glukosa darah melebihi 110 mg/dl,
bantuan dana dari P3M STIKes BTH
keadaan ini dipicu karena terjadinya
Tasikmalaya. Dan kami sampaikan juga
kerusakan sel beta pankreas sehingga
ucapan terima kasih kepada Dra. Hj.
tidak terbentuknya hormon insulin yang
Yayah Syafariyah, S.Kep. Ners. MM
berfungsi sebagai pengendali glukosa
sebagai ketua STIKes BTH Tasikmalaya
darah sehingga kadar glukosa darah
yang telah mensupport kami untuk terus
menjadi meningkat. Keadaan ini dapat
berkarya melakukan penelitian.
memicu berbagai kerusakan pada organ
tubuh yang lain, salah satunya adalah VI. DAFTAR PUSTAKA
organ mata sehingga terjadi peningkatan Asbury, Vaughan, Oftalmologi Umum.
tekanan bola mata. Keadaan ini dapat Jakarta : ECG, 2010
menyebabkan glukosa dalam aliran darah Ilyas, E.I. Manfaat Latihan Jasmani bagi
secara langsung dapat mempengaruhi Penyandang Diabetes, dalam
251
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 2 Agustus 2017
Soegondo, S., dkk. Risky N, Josefien S.M, dan Laya M.
Penatalaksanaan Diabetes Prevalensi Glaukoma akibat
Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI, Diabetes Melitus di Poliklinik
2007. Mata RSUP Prof. DR. R. D.
Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Kandou Manado. Jurnal e.Clinic :
Fakultas Kedokteran Universitas 2013.
Hasanuddin, 2007. Sidarta I., M. Tanzil., Salamun. Zainal A.
Ilyas S & Yulianti S, Ilmu Penyakit Mata. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta :
Jakarta: FKUI, 2014. FKUI, 2010
Ns. Anas T, Klien Gangguan Mata dan Quigley, H.A., Broman, A.T. The Number
Penglihatan, Jakarta : EGC. of People with Glaucoma.
2010. Worldwide in 2010 and 2020. Br.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian J. Ophthalmol. 2006.
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
2002.

252

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai