Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR

APENDISITIS
1. PENGERTIAN
Apendistis adalah peradangan dari apendik periformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. ( dermawan,Deden.2013 )

Ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat


pada seacum tepat di bawah katup Ileosekal. Suatu pradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Brunner dan Suddarth, 2013).
Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara mendadak pada
apendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui,
dan jika tidak ditangani segera dapat menyebabkan perforasi.

2. ETIOLOGI
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen
apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (
fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam
tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
3. KLASIFIKASI
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis
akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh
proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
 Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
 Fekalit
 Benda asing
 Tumor.

Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang


diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan
tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga
semakin tinggi.

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding


apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus /
nanah pada dinding apendiks.

Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran


infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke
apendiks.

b. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)


Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan
menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada
apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena
dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema,
hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai
dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.
c. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi
semua syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan
menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens
apendisitis kronik antara 1-5 persen.
d. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan
nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan
hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko
untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens
biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena
sering penderita datang dalam serangan akut.
e. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi
musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.
Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang
dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak
di perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan.
Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
Pengobatannya adalah apendiktomi.
f. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks Penyakit ini jarang ditemukan, biasa
ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas indikasi apendisitis akut.
Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi
kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding
hanya apendektomi.
g. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut.
Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak
napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar
6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang
menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa
memberikan residif dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai
radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan karsinoid dan
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri pada kuadrat kanan bawah . sifat : nyeri tekan lepas.
b. Demam ringan
c. Mual muntah
d. Spasme oto abdomen – tungkai sulit untuk diluruskan
e. Konstipasi atau diare

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium serta radiologi
b. Hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah
darah putih, jumlah leokosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3
c. Pemeriksaan USG bila terjadi infiltrat apendikularis
d. Pemeriksaan radiologi dan ultra sonografy menunjukkan densitas pada
kuadran bawah/tingkat aliran udara setempat
e. Pemeriksaan urin untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran
kemih.

6. PENATAKLASANAAN
a. Pemeriksaan fisik
Ada 2 cara pemeriksaan :
1) Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa. Pasien
disuruh aktif memfleksikan articulation coxae kanan, akan terasa nyeri di
perut kanan bawah ( cara aktif ) pasien miring ke kiri, paha kanan
dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri di perut kanan bawah (
cara pasif ).
2) Obturator sign
Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulation coxae pada posisi supine
akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak dengan m.obturator
internus, artinya appendix terletak di pelvis.
3) Pemeriksaan laboratorium
Terjadi leukositosis ringan (10.000 – 20.000 /ml ) dengan penibgkatan
jumlah netrofil.
4) Pemeriksaan Radiologi : tampak distensi sekum pada appendiditis akut.
5) USG : menunjukan densitas kuadrat kanan bawah / kadar aliran udara
terlokalisasi.
a. Pembedahan : apendiktomy – menurunkan resiko perforasi.
1) Sebelum operasi
 Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini
observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah
baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila
dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritomitis lainnya.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (
leukosit dan hitung jenis ) diulang secara periodic. Foto abdomen
dan thoraks tegak dilakukan untuk mencari keuntungan adanya
penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan
dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam
setelah timbulnya keluhan.
 Intubasi bila perlu
 Antibiotic
2) Operasi apendiktomi
3) Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda – tanda vital untuk
mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau
gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar,
sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan
operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum,
puasakan diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam
lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan
makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak
ditempat tidur selama 2x30 menit. Padahari kedua pasien dapat
berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat
dan pasien diperbolehkan pulang.
4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
Bila tidak ada fasilitas bedah, berikan penatalaksanaan seperti
dalam peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendisitis akut akan
mereda dan kemungkinan terjadinya komplikasi akan berkurang.
b. Pemasangan NGT
 Pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur
 Transfuse untuk mengatasi anemia dan penanganan syok septic secara
intensif.

7. KOMPLIKASI
a. Perforasi apendiks :
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan dalam masa tersebut. Tanda – tanda perforasi meliputi
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadrat kana bawah dengan
tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,malaise,
dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis
dapat ditegakkan dengan pasti.
b. Peritonitis – abses
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah
operasi untuk menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan
teraba massa di kuadrat kanan bawah yang cenderung menggelembung kea
rah rectum atau vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit darah tidak seimbang
f. Pneumonia
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b. Keluhan utama :
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
c. Riwayat kesehatan masa lalu:
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan
dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal,
diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak. Keamanan Demam, biasanya rendah.

2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awal awitan, Diare, penurunan bising usus atau
bahkan peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan.
4. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia , mual, muntah
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara
umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga
perforasi atau infark pada apendiks
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau telentang dengan
lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak.
6. Keamanan : Demam > 38,00C
7. Pernapasan : Takipnea, pernapasan dangkal.

3. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breathing)
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Pengkajian terhadap terjadinya
takipnoe, pernapasan dangkal.
b) B2 (Blood)
Pengkajian terhadap sirkulasi klien seperti terjadinya takikardia dan kelainan
fungsi jantung.
c) B3 (Brain)
Mengkaji tingkat kesadaran pasien, setelah sebelumnya diperlukan
pemeriksaan GCS untuk menentukan apakah klien berada dalam keadaan
compos mentis, somnolen atau koma. Selain itu fungsi sensorik juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan.
d) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungannya dengan
intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya
ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
e) B5 (Bowel)
Mengkaji distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan
atau tidak ada bising usus. Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney.
Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat.
f) B6 (Bone)
Hal yang perlu diperhatikan adalahada tidaknya kesulitan dalam bergerak,
sakit pada tulang / sendi, feel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui
tingkat perfusi perifer, serta dengan pemeriksaan Capillary Refill Time.

ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : klien mengeluh nyeri Inflamasi pada appendix Nyeri akut
pada abdomen
Pelepasan mediator kimia (prostaglandin
DO: ekspresi gelisah,hasil & bradikinin)
USG ada sumbatan pada
kuadran kanan bawah. Rangsang nyeri pada abdomen

Nyeri akut
2. DS: pasien mengatakan Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, Resiko Kekurangan
lemas makanan rendah serat, peningkatan volume cairan
DO: mukosa lembab, tekanan intra lumen)
turgor >2detik

Inflamasi pada appendix

Aktivasi vomiting di pusat medulla

Stimulasi nausea dan womitting

Kurang vol cairan


3. DS: klien mengatakan Etiologi (Bakteri, fekalit, tumor, Resiko infeksi
nyeri pada abdomen makanan rendah serat, peningkatan
tekanan intra lumen)
DO: hasil USG terdapat
Inflamasi appendix
sumbatan pada kuadran
kanan abdomen, Pus (bakteri fagosit dan sel2 mati)
Keadaan sudah
Resiko infeksi
berlangsung lama >48jam
4. DS : klien mengatakan Appedisitis Kurang
tidak tahu apa yang harus pengetahuan
Muncul banyak masalah
dilakukan sebelum operasi
Tindakan operasi
DO: ekspresi wajah
Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan
gelisah, akan dilakukan
tindakan apa yang dilakukan pada pasien
tindakan appendoctomy
Kurang pengetahuan

4. Diagnosa
Pada klien Praoperasi :
a) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh
inflamasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil :
 Klien melaporkan rasa sakit / nyerinya berkurang /
terkontrol.
 Wajah tampak rileks.
 Klien dapat tidur / istirahat dengan cukup.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya ( skala 0 –
10 ) selidiki dengan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
R/ : untuk menilai keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler.
R/ : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
abdomen bawah, menghilangkan tekanan abdomen,
sehingga menurunkan nyeri.
3) Anjurkan klien nafas dalam,( hirup udara dari hidung dan
keluarkan melalui mulut ).
R/ : nafas dalam otot – otot menjadi relaksasi sehingga
dapat mengulangi nyeri.
4) Berikan aktifitas hiburan.
R/ : meningkatkan relaksasi dan dapat menurunkan nyeri.
5) Pertahankan puasa/penghisapan NGT pada awal, sesuai
program medis.
R/ : Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus
dan iritasi gaster atau muntah.
6) Berikan analgesic sesuai indikasi.
R/ : menghilangkan nyeri.
7) Berikan kantong es pada abdomen.
R/ : menghilangkan dan mengurangi nyeri.
b) Resiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pemasukan cairan yang tidak adekuat (
mual, muntah, anoreksia ).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam, intake cairan pada klien adekuat.
Kriteria hasil:
 Cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang.
 Turgor kulit baik, tanda – tanda vital stabil, membrane
mukosa lembab.
 Pengeluaran urine adekuat, dan normal.
 Pengisian kapiler <2 detik.
Intervensi :
1) Monitor tanda – tanda vital ( suhu, nadi,napas,dan tekanan
darah).
R/: Mengidentifikasi fluktuasi volume intravascular,
indicator secara dini tentang adanya hipovolemi
2) Observasi membrane mukosa, kaji turgor kulit
c) Risiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahankan tubuh, perforasi/rupture pada
apendiks.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam tidak terjadi infeksi pada klien.
Kriteria hasil:
 Bebas dari tanda – tanda infeksi.
 Tidak ada drainase purulen.
 Tanda – tanda vital: suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah dalam batas normal.
 Hasil lab: lekosit dalam batas normal.
Intervensi:
1) Monitor tanda – tanda infeksi: perhatikan adanya demam,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
R/: Mengidentifikasi adanya peningkatan suhu sebagai
indicator adanya infeksi.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien.
R/: Menurunkan resiko terjadinya kontaminasi
mikroorganisme.
3) Lakukan pencukuran pada area operasi (perut kanan
bawah).
R/: Dengan pencukuran klien terhindar dari infeksi post
operasi.
4) Anjurkan klien mandi dengan sempurna sebelum operasi.
R/: Kulit yang bersih dapat mencegah timbulnya
mikroorganisme (Mo).
5) Berikan antibiotik sesuai terapi.
R/: Menyembuhkan infeksi/mencegah penyebaran infeksi.
.
d) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, prosedur
pembedahan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
muncul pemahaman klien tentang proses penyakit dan prosedur
pembedahan.
Kriteria hasil:
 Klien memahami prosedur yang harus dilakukan
sebelum dan sesudah operasi.
 Kooperatif dalam tindakan persiapan operasi maupun
sesudah operasi.
Intervensi:
1) Jelaskan prosedur persiapan operasi: pemasangan infuse,
puasa 6 – 8 jam sebelum operasi, cukur area operasi.
R/: Meningkatkan kerjasama dengan klien dalam persiapan
prosedur atau tindakan medis yang diberikan.
2) Jelaskan situasi kamar bedah.
R/: Memberikan kondisi kamar bedah, menurunkan
ansietas.
3) Jelaskan pada klien tentang latihan – latihan yang akan
dilakukan setelah operasi.
R/: Menyiapkan klien agar dapat bekerjasama dalam
melakukan latihan – latihan yang akan dilakukan setelah
operasi.
4) Jelaskan prosedur operasi kolaborasi dengan medik.
R/: Memberikan gambaran tentang prosedur operasi,
menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi dengan medik saat melakukan inform consent
pada klien dan keluarga.
R/: Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk
menentukan pilihan, sebagai legalitas bagi rumah sakit.
5. Evaluasi
No. Dx keperawatan Tgl/ jam Evaluasi ttd
1. Nyeri akut 1-5- S : klien mengatakan nyeri berkurang
2012 O: ekspresi wajah pasien rileks, skala
07.00am nyeri 3 (range 1-10)
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
2. Resiko 1-5- S: klien mengatakan tidak lemas
Kekurangan 2012 O: intake cairan adekuat, infuse terpasang,
volume cairan 07.30am turgor < 2 detik
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
3. Resiko infeksi 1-5- S: -
2012 O: tidak terjadi distensi abdomen, leukosit
07.30am dbn, ttv dbn, tidak ada drainase purulen
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
4. Kurang 1-5- S: pasien mengatakan paham tentang
pengetahuan 2012 tindakan operasi
07.45am O: wajah pasien tidak bingung, bisa
menjawab pertanyaan seputar op.
appendectomy
A: masalah teratasi
P: lanjutkan pada masalah keperawatan
selanjutnya
REFERENSI
1. Arif Mansyoer dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2, Media
Aescularis FKUI : Jakarta.
2. Brunner dan Suddath edisi 8, 2004. Keperawatan medikal Bedah, ECG :
Jakarta.
3. Marilyan E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3
4. http://www.scribd.com/doc/20792200/Pathophysiology-of-Appendicitis.
Diakses tanggal 29-04-2012 jam 18.00
5. http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/. Diakses tanggal 29-04-2012
jam 18.30
6. NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai