Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


7 Januari DS: Kondisi infeksi Pola Napas Tidak Efektif
2020 Ibu klien (D.0005)
mengatakan bahwa
anaknya mengalami Menyerang paru Kategori: Fisiologis
sesak jika tidak Subkategori: Respirasi
menggunakan masker
oksigen. Kemampuan paru
menurun
DO:
1. RR : 39 x/menit
2. Terpasang simple Sesak napas
mask 5 lpm
3. Nadi : 140
x/menit Pola napas tidak efektif
4. Tidak ada retraksi
dinding dada
5. Tidak ada
pernapasan
cuping hidung
7 Januari DS: tidak ada Pemasangan VP Shunt Risiko Infeksi
2020 (D.0142)
DO:
1. WBC : 6810 CSF mengandung bakteri Kategori: Lingkungan
(normal 3,8 – Subkategori: Keamanan
10,6 x 103 dan Proteksi
/mikroliter) Risiko infeksi
2. Suhu : 37 ̊C
(rentang normal
36,5 – 37,5 ̊C)
3. Post op spina
bifida tanggal 5
November 2019
4. Pemasangan VP
shunt tanggal 26
November 2019
5. Aff shunt tanggal
7 Januari 2020
7 Januari DS: Kondisi infeksi Defisit Nutrisi
2020 Ibu klien mengatakan (D.0019)
bahwa tubuh anaknya
semakin kurus. Kebutuhan nutrisi Kategori: Fisiologis
meningkat Subkategori: Nutrisi dan
DO: Cairan
Antropometri:
BB 3,2 kg, PB 64 cm, Intake kurang
BBI 5 kg
Biokimia:
albumin 3,1 , Hb 10,2 Defisit nutrisi
Clinical sign:
tampak kurus, mata
cowong
Diet:
pemberian nutrisi
parenteral total
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7 Januari DS: Hospitalisasi Ansietas
2020 Ibu klien (D.0080)
mengungkapkan
bahwa ia merasa Krisis situasional Kategori: Psikologis
takut dengan kondisi Subkategori: Integritas ego
yang dialami anaknya
saat ini. Ansietas

DO:
Ibu klien terlihat
sedih dan menangis
saat memperoleh
penjelasan dari dokter
tentang kondisi yang
dialami anaknya.

7 Januari DS: tidak ada Hidrosefalus Risiko Perfusi Serebral


2020 Tidak Efektif
DO: (D.0017)
1. GCS E4VXM5 Desakan pada otak dan
2. Mengalami selaput meningen Kategori: Fisiologis
hidrosefalus dan Subkategori: Sirkulasi
abses cerebri
3. WBC 6810 (3,8 – Vasokonstriksi di otak
10,6 x 103
/mikroliter)
Gangguan aliran darah
otak

Risiko perfusi serebral


tidak efektif
7 Januari DS : tidak ada Kondisi infeksi Risiko Perdarahan
2020 (D.0012)
DO:
1. Hb 10,2 (13,2 – Memengaruhi proses Kategori: Fisiologis
17,3 g/dL) pembentukan darah Subkategori: Sirkulasi
2. PLT 48 x 103
(150 – 400 x 103
/mikroliter) Risiko perdarahan
3. Tidak nampak
tanda-tanda
perdarahan.

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan pola napas
abnormal (D.0005)
2. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif dan malnutrisi (D.0142)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan nilai
albumin turun dan berat badan lebih rendah dari nilai berat badan ideal (D.0019)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan merasa khawatir terhadap
akibat dari kondisi yang dihadapi (D.0080)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hidrosefalus (D.0017)
6. Risiko perdarahan ditandai dengan gangguan koagulasi (trombositopenia) (D.0012)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSIS KEPERAWATAN


WAKTU INTERVENSI RASIONAL
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Selasa, 7 Januari 16.30 WIB Pola napas tidak efektif berhubungan dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Melihat status pernapasan setiap
2020 gangguan neurologis ditandai dengan pola napas kedalaman, usaha napas). hari.
abnormal (D.0005) 2. Monitor adanya bunyi napas 2. Tanda adanya perubahan kondisi
tambahan. sistem pernapasan seperti wheezing.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 3. Monitor saturasi oksigen. 3. Memantau keadekuatan oksigen
24 jam, pola napas membaik dengan kriteria hasil: 4. Beri oksigen, bila perlu. dalam darah.
1. Dispnea berkurang. 5. Informasikan hasil pemeriksaan 4. Meningkatkan asupan oksigen.
2. Tidak ada penggunaan otot bantu napas. kepada keluarga. 5. Memberi informasi untuk
6. Kolaborasi pemberian oksigenasi. mengurangi kecemasan.
6. Kolaborasi dalam menentukan
jumlah oksigen yang diberikan per
menit.
Selasa, 7 Januari 16.40 WIB Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif 1. Monitor tanda dan gejala infeksi. 1. Memantau kondisi tubuh terkait
2020 dan malnutrisi (D.0142) 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kejadian infeksi.
kontak dengan pasien, serta setelah 2. Mengurangi penyebaran infeksi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x kontak dengan lingkungan pasien. 3. Menjaga higienitas area tertentu
24 jam, tingkat infeksi menurun dengan kriteria 3. Pertahankan teknik aseptik. pada tubuh.
hasil: 4. Anjurkan meningkatkan asupan 4. Meningkatkan daya tahan tubuh
1. Klien tidak mengalami demam (rentang suhu nutrisi dan cairan. untuk melawan infeksi.
36,5 – 37,5 ̊C) 5. Ajarkan langkah-langkah cuci tangan 5. Cuci tangan dengan benar mampu
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti nyeri, yang benar pada orang tua pasien. mencegah terjadinya penyebaran
perubahan warna, adanya kemerahan, terasa 6. Kolaborasi pemberian antibiotik, bila infeksi.
hangat dan perubahan fungsi) perlu. 6. Antibiotik diperlukan sebagai terapi
pencegahan pertumbuhan bakteri
dalam tubuh.
Selasa, 7 Januari 16.45 WIB Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan 1. Identifikasi status nutrisi. 1. Membantu menentukan kebutuhan
2020 kebutuhan metabolisme ditandai dengan nilai 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi berdasarkan panjang dan
albumin turun dan berat badan lebih rendah dari nutrien. berat badan.
nilai berat badan ideal (D.0019) 3. Monitor asupan makanan. 2. Sesuai dengan diet yang
4. Monitor hasil pemeriksaan diprogramkan.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 x laboratorium. 3. Memantau apakah nutrisi mampu
24 jam, status nutrisi membaik dengan kriteria hasil: 5. Hentikan pemberian makan melalui dicerna dengan baik atau ditolak
1. Tanda klinis membaik (mata tidak cowong, selang nasogastrik jika asupan oral oleh tubuh.
turgor kulit membaik) dapat ditoleransi. 4. Albumin menjadi salah satu
6. Ajarkan diet yang diprogramkan. indikator status nutrisi.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 5. Melatih fungsi saluran cerna mulai
menentukan jumlah kalori dan jenis dari mengunyah, menelan hingga
nutrien yang dibutuhkan, bila perlu. membuang.
6. Meningkatkan kepatuhan terapi.
7. Menentukan program pemenuhan
gizi yang sesuai dengan kondisi
klinis pasien.
Selasa, 7 Januari 16.45 WIB Ansietas berhubungan dengan krisis situasional 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Seperti perubahan kondisi anak,
2020 ditandai dengan merasa khawatir terhadap akibat berubah. rewel, perubahan tanda vital.
dari kondisi yang dihadapi (D.0080) 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal 2. Ungkapan cemas dan khawatir, anak
maupun nonverbal). gelisah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 3. Pahami situasi yang membuat 3. Ansietas dapat dipengaruhi oleh
24 jam, tingkat ansietas orang tua dan klien ansietas. stresor lingkungan, seperti kondisi
menurun dengan kriteria hasil: 4. Dengarkan dengan penuh perhatian. pasien.
1. Tidak mengungkapkan kekhawatiran terhadap 5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi 4. Menunjukkan kepedulian dan
kondisi yang dialami oleh anak. yang mungkin dialami. apresiasi.
2. Perilaku gelisah menurun. 6. Informasikan secara faktual mengenai 5. Meningkatkan pengetahuan
diagnosis, pengobatan dan prognosis. sekaligus mereduksi kecemasan.
7. Anjurkan keluarga untuk tetap 6. Meningkatkan pengetahuan
bersama pasien. sekaligus mereduksi kecemasan.
8. Anjurkan untuk mengungkapkan 7. Memberikan support system yang
perasaan dan persepsi. baik dalam proses perawatan
9. Kolaborasi pemberian obat mampu mereduksi tingkat
antiansietas. kecemasan.
8. Membantu mencari solusi dari
masalah yang dialami.
9. Medikasi diberikan apabila nampak
gejala ansietas yang tidak dapat
dikontrol.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selasa, 7 Januari 16.55 WIB Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Peningkatan TIK dapat terjadi
2020 hidrosefalus (D.0017) TIK. akibat sumbatan aliran CSS, kondisi
2. Monitor tanda dan gejala peningkatan ensefalitis maupun keadaan lain.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x TIK. 2. Munculnya muntah proyektil, nyeri
24 jam, perfusi serebral membaik dengan kriteria 3. Monitor intake dan output cairan. kepala, tekanan darah meningkat.
hasil: 4. Minimalkan stimulus dengan 3. Membantu mengukur keseimbangan
1. Tingkat kesadaran meningkat. memberikan lingkungan yang tenang. cairan tubuh.
2. Tidak terjadi kejang. 5. Cegah terjadinya kejang. 4. PTIK mudah menimbulkan kejang
6. Pertahankan suhu tubuh normal. akibat berbagai stimulus.
7. Kolaborasi pemberian obat sedasi dan 5. Mencegah terjadinya cedera dan
antikonvulsan, bila perlu. keparahan kondisi.
8. Kolaborasi pemberian obat diuretik 6. Membantu mencegah diaforesis dan
osmosis, bila perlu. kejang.
7. Membantu menurunkan risiko
kejang dan mengurangi dampak dari
kejang.
8. Membantu mengeluarkan cairan
yang berlebih yang menimbulkan
PTIK.
Selasa, 7 Januari 17.00 WIB Risiko perdarahan ditandai dengan gangguan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan. 1. Timbul petekie, ekimosis, purpura,
2020 koagulasi (trombositopenia) (D.0012) 2. Monitor nilai Ht/Hb sebelum dan internal bleeding.
setelah kehilangan darah. 2. Hb menurun dapat diakibatkan dari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 3. Monitor nilai koagulasi darah. perdarahan.
24 jam, tingkat perdarahan menurun dengan kriteria 4. Pertahankan bedrest selama 3. Menilai laju pembekuan darah.
hasil: perdarahan. 4. Mencegah keparahan kondisi akibat
1. Nilai Hb dalam batas normal (13,2 – 17,3 g/dL) 5. Batasi tindakan invasif, bila perlu. aktivitas yang berlebihan.
2. Nilai trombosit dalam batas normal (150 – 400 6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan. 5. Mengurangi respon perdarahan.
x 103 /mikroliter) 7. Anjurkan segera melapor bila terjadi 6. Memberikan informasi untuk
perdarahan. mereduksi kecemsan.
8. Kolaborasi pemberian obat pengontrol 7. Mencegah kondisi syok.
perdarahan, bila perlu. 8. Mencegah kondisi syok.
9. Kolaborasi pemberian produk darah, 9. Mengatasi syok dan mencukupi
bila perlu. kebutuhan darah.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT MODEL PIE (PROBLEM INTERVENSI EVALUASI)

MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI


Pola Napas Tidak Efektif 17.01 1. Mengkaji ulang pola napas (frekuensi, usaha 21.00 S: Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
napas). tidak mengalami sesak
17.08 2. Mengauskultasi adanya bunyi napas tambahan. O: RR 30 x/menit, pergerakan dada simetris,
17.10 3. Mengkaji ulang saturasi oksigen. tidak ada retraksi dinding dada, tidak
17.10 4. Memberi oksigen simple mask 5 lpm. menggunakan otot bantu napas, tidak ada
17.12 5. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pernapasan cuping hidung, Saturasi 94 %.
keluarga. Suara vesikuler, wheezing tidak ada, ronki
tidak ada.
A: Pola napas tidak efektif belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Risiko Infeksi 1. Mengkaji ulang tanda dan gejala infeksi. 21.00 S: Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
2. Mencuci tangan sesuai 5 momen. mengalami demam, suhunya naik turun.
3. Mempertahankan teknik aseptik. O: S 37,5 ̊C, WBC 6810
4. Memberikan TPN. A:risiko infeksi belum teratasi
5. Memberikan injeksi antibiotik meropenem 130 P: Intervensi dilanjutkan
mg/8jam per IV.
6. Mengajarkan langkah-langkah cuci tangan
yang baik dan benar kepada orang tua.
Defisit Nutrisi 1. S:
O:
A:
P:

Ansietas 1. S:
O:
A:
P:

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif 1. S:


O:
A:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P:
Risiko Perdarahan 1. S:
O:
A:
P:
Pola Napas Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Infeksi 1. S:
O:
A:
P:
Defisit Nutrisi 1. S:
O:
A:
P:
Ansietas 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perdarahan 1. S:
O:
A:
P:
Pola Napas Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Infeksi 1. S:
O:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
A:
P:
Defisit Nutrisi 1. S:
O:
A:
P:
Ansietas 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perdarahan 1. S:
O:
A:
P:
Pola Napas Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Infeksi 1. S:
O:
A:
P:
Defisit Nutrisi 1. S:
O:
A:
P:
Ansietas 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif 1. S:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
O:
A:
P:
Risiko Perdarahan 1. S:
O:
A:
P:
Pola Napas Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Infeksi 1. S:
O:
A:
P:
Defisit Nutrisi 1. S:
O:
A:
P:
Ansietas 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif 1. S:
O:
A:
P:
Risiko Perdarahan 1. S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Anda mungkin juga menyukai