BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran lima unsur manajemen keperawatan di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi dan menerapkan Sistem
Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP).
1.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan mengidentifikasi metode SP2KP
di RSUD Raden Mattaher Jambi khususnya diruang rawat inap kebidanan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perencanaan (Planning) adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the
first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari
perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk
membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi
ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan. Dalam
perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana
pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang relevan.
Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang
efektif.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time) berhubungan dengan pola
pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya
roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan
kegiatan perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making) adalah suatu hasil atau keluaran dari
proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan.
Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari
pilihan keputusan yang diambil.
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader), manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan
5. Tujuan sosial (Social goal), manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas
dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing) adalah pengelompokan sejumlah aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok
dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertikal.
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan, di dalam manajemen keperawatan
perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan Anda layani.
6
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan bedah yang mengacu pada
visi tersebut di atas:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah secara holistik bio-
psiko-sosio-kultural dan spiritual.
2) Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan manajemen
perawatan luka modern.
3) Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan
luka modern.
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan perkembangan dan trend
perawatan bedah.
7
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktik keperawatan dalam suatu organisasi. Contoh:
1) Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik ( bio-psiko-sosial-
spiritual).
2) Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
mencapainya. Tujuan mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan
keperawatan. Untuk merumuskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat
antara lain:
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah.
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif.
4) Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target.
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi.
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai.
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik
vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan,
siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil
oleh seorang perawat (Sri Mugianti, 2016).
Pengorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode
asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode
yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya
efektif dan efisien. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
Kelebihan Kelemahan
Fokus keperawatan sesuai dengan Beban kerja tinggi terutama jika klien
kebutuhan klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
Memberikan kesempatan untuk Peserta didik sulit untuk memperoleh
melakukan keperawatan yang ketrampilan khusus yang tidak
komprehensif dilakukan pada klien yang menjadi
kelolaannya: misal kateterisasi, NGT
dsb
Memotivasi perawat selalau bersama Pendelegasian tugas tertentu
klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh
bukan perawat
Mendukung penerapan proses Kelanjutan perawatan klien hanya
keperawatan sebagaian selama perawat penagggung
jawab klien bertugas
Kepuasan kerja secara keseluruhan
dapat dicapai
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin.
Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien (Sri Mugianti, 2016).
Model ini memerlukan 26 orang perawat. dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini diperlukan empat orang perawat primer
(PP) dengan kualifikasi Ners, disamping seorang kepala ruangan yang rawat
yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang. Kualifikasi pendidikan
perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3 keperawatan (tiga orang) dan SPK
(18 orang). Pengelompokan tim pada setiap sif jaga terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Model Asuhan Keperawatan Modular
3. Pengarahan (directing)
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
15
a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan
maupun tidak langsung melalui media (Arwani, 2010).
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling
mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara terus-
menerus selama 24 jam bersama pasien. Penguasaan tentang komunikasi
terapeutik dalam praktik keperawatan akan memungkinkan perawat
melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas. Secara umum ada
dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal (Tri Anjaswara, 2016).
1) Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan
kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan.
Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan,
baik langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak
langsung, melalui telepon atau telekonferensi.
Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat seperti saat
menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien,
menjelaskan prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi,
atau melaporkan kondisi klien dan sebagainya. Contoh penerapan
jenis komunikasi tertulis dalam keperawatan adalah dokumentasi
asuhan keperawatan, mencatat intruksi dokter, menulis hasil
kolaborasi, mencatat perkembangan klien, pelaporan, dan
sebagainya.
2) Komunikasi nonverbal
Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata,
ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa
isyarat tubuh waktu bicara, penampilan secara umum, suara dan
16
sikap diam, atau simbol- simbol lain, misalnya model pakaian dan
cara menggunakan.
b. Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan
kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).
1) Motivasi Kerja
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental,
bekerja itu merupakan proses fisik dan mental manusia dalam
mencapai tujuannya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
2) Prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai
a) Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin dalam
upaya memotivasi kerja.
b) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Informasi yang
jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah dimotivasi.
4. Pengawasan (Controlling)
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan
pengembangan fungsi pengawasan (Nursalam, 2014).
a. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat dimengerti oleh
staf, hasilnya dapat diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan baik.
c. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada semua
staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan pertimbangan
memberikan reward kepada mereka yang mampu bekerja profesional.
SOP dan rekam medik); serta pelanggan (internal maupun eksternal). Standar
dan indikator diukur dengan menggunakan cek list.
b. Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan
untuk menentukan apakah standar keperawatan telah tercapai. Pemeriksaan
dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah
audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah
mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peerreview
adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
c. Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan
pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi
serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa BOR, aLOS, TOI,
angka infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus. Pada ruang perawatan
yang menerapkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP),
pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan pengukuran yang
menggunakan indikator umum, indikator mutu pelayanan, indikator pasien
dan SDM seperti berikut ini:
b. Jenis Kelamin
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki.Alasan yang paling logis adalah
karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan
keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian
tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja (Robbins,
2008).
c. Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas.Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut.Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan (Suyanto,
2009).
d. Pendidikan
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah
melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.Sebagian
besar pendidikan perawat adalah D3 Keperawatan (Munanjaya, 2004).
e. Pelatihan Kerja
Raimond (2013), menyatakan bahwa “Pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
20
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.”
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
3) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan
maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% × jumlah hari cuti hamil × jumlah jam kerja/hari
Tambah tenaga:
5% × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑐𝑢𝑡𝑖 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Catatan:
a) Jumlah hari tak kerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12hari) + hari besar (12 hari) +
cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/tahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari
21
b) Metode Douglass
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan Metode
Douglas ( 1984 ) (dalam Agus Kuntoro, 2010)
Tabel 2.4 Tingkat Ketergantungan Pasien
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi =
12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang perawat).
24
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
Dalam Kuntoro (2010), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang
jelas antara PP dan PA.performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer
yang efektif dan pemimpin yang efektif.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang
perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu
member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
2. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat
28
Di Bed Pasien
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan timbang terima
menurut Nursalam (2014), antara lain:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
b. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
30
Situasion
Background
Riwayat Keperawatan
Assessment:
k/u,TTV,GCS, Skala Nyeri,Skala
Risiko Jatuh. dan ROS
Rekomendation
1. Tindakan yang sudah
dilakukan,
2. Tindakan yang dilanjutkan
3. Tindakan yang di stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru
Nursalam (2014)
3. Ronde Keperawatan
Adapun konsep konsep dari pelaksanaan ronde keperawatan menurut Nursalam
(2012), adalah sebagai berikut:
a. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
b. Tujuan
1) Tujuan umum : menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
31
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berfikir dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai kerja.
c. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunikasi keperawatan yanag profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.
d. Kriteria pasien
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e. Metode
Diskusi
f. Alat bantu
1) Sarana diskusi: buku, pulpen
2) Status/dokumentasi keperawatan pasien
3) Materi yang disampaikan secara lisan.
4. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2012). Adapun teknik sentralisasi obat adalah sebagai berikut:
33
a. Penerimaan resep/obat
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruang yang dapat
didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (perawat primer atau ketua
Tim).
2) Ke bed pasien/keluarga; Penjelasan dan permintaan persetujuan tentang
sentralisasi obat.
3) Format sentralisasi obat berisi: nama, no. register, umur, ruangan.
b. Pemberian obat
Perhatikan 6 tepat(pasien, obat, dosis, cara, waktu, dokumentasi) dan
1W (Waspada/monitoring).
c. Mekanisme penyimpanan
1) Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan.
2) Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
dan obat luar.
aturan rumah sakit, perkenalan ruangan pasien baru dengan pasien lain yang
sekamar.
g. Metode yang digunakan adalah dengan penjelasan, diskusi dan tanya jawab.
h. Media menggunakan lembar pasien masuk RS, lembar dokumentasi
pengkajian asuhan keperawatan, nursing kit, lembar informed consent
sentralisasi obat, lembar tingkat kepuasan pasien dan kartu penunggu pasien.
6. Discharge Planning
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan dicharge planning
antara lain:
a. Persiapan
Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan psikologis;
bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem
yang ada di masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah; kebutuhan
perawatan dan supervisi di rumah.
b. Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta disesuaikan dengan sumber
daya dan fasilitas yang ada.
7. Supervisi
Langkah-langkah pelaksanaan supervisi menurut Nursalam (2014), antara
lain:
a. Prasupervisi: Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja dari tim
(ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melaksanakan ASKEP.
b. Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab, kemampuan, dan
kepatuhan dalam menjalankan delegasi.
c. Pascasupervisi-3F:
1) penilaian (fair),
2) feedback dan klarifikasi,
3) reinforcement dan follow up perbaikan.
35
8. Dokumentasi
Menurut Nursalam (2014), pendokumentasian memiliki prinsip yaitu:
a. Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian dan catatan asuhan
keperawatan).
b. Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat, relevan, baru (LLARB).
2. Reward
Kuntoro (2010) mendefinisikan reward yaitu hadiah dalam situasi kerja,
hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan perbuatan.
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa ada kendali
langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya sesuai evaluasi
kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang dapat
meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan.
3. Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak
tercapai/pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap
orang pasti beda persepsi dan beda pendapat. Punishment merupakan
penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam perusahaan.punishmentyang
di maksud disini adalah tidak seperti hukuman dipenjara atau potong tangan,
tetapi punishment yang bersifat mendidik.Selain itu punishmentjuga
merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini digunakan
sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada hal-hal yang benar
(Simanjuntak, 2005).
36
c. Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medications).
1) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu
diwaspadai.
2) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan.
4) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict
access).
2 Kepuasan Pasien
Menurut Nursalam (2014), pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-
Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan
dan harapan dari aspek biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), aspek
sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan dan afiliasi sosial), dan aspek budaya.
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan,
harapan pelanggan dapat terpenuhi, maka pelanggan akan puas. Kepuasan
pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan
kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak
lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
Menurut Nursalam (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
adalah:
39
a. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang yang
digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang
adalah performance, reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-
lain.
b. Service Aquality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah dikonsumsinya.
Dimensi service qulity yang lebih dikenal dengan servqual meliputi 5
dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy, responsiveness.
Skala nilai dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah tidak puas dan skala
5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor (skor = jumlah n
pengukuran dikatakan skala).
c. Emotional Factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan
dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best score,
artinya persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.
d. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah
harga pelayanan medis (medical care) yang harus dibayar konsumen (Price
is that which is given in an exchange to aquire a good or service).
e. Cost of Aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM & HASIL
PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah
Sakit Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi,sebagai pengganti Perda No. 13 Tahun
1994.Kedudukan RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi merupakan Lembaga Teknis
Daerah sebagai unsur penunjang Pemerintah Daerah,dipimpin oleh seorang Direktur dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.Kemudian Perda No.06
Tahun 2010 struktur organisasi RSUD Raden Mattaher berkembang dengan lembaga
tehnis daerah yang dipimpin oleh seorang Direktur utama dan 3 orang Direktur.Pada saat
ini RSUD Raden Mattaher telah menjadi tempat mahasiswa kepaniteraan klinik senior
PSIK UNJA yang melaksanakan pendidikan profesi kedokteran.Selain itu ada mahasiswa
kepaniteraan klinik junior dan program pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
RSUD Raden Mattaher Jambi telah menjadi tempat mahasiswa kepaniteraan klinik
Keperawatan Universitas Jambi yang melaksanakan pendidikan profesi Ners.Selain itu,
mahasiswa kepaniteraan klinik dari berbagai institusi kesehatan khususnya di Provinsi
Jambi.
1. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
Rumah Sakit pilihan dengan pelayanan kesehatan paripurna dan Rumah Sakit
pendidikan yang berkualitas.
2. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan unggulan dan paripurna serta memberikan
pelayanan kesehatan individu yang berkeadilan sesuai standar.
b. Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan untuk
menjamin kepastian pelayanan dan pendidikan kesehatan.
c. Mengembangkan potensi dalam sikap, perilaku, keterampilan, dan ilmu
pengetahuan seluruh Sumber Daya Manusia secara berkesinambungan sesuai
standar kompetensi nasional dan internasional.
d. Menyelesaikan administrasi dan pengelolaan keuangan secara transparan,
akuntabel, dan terintegrasi, serta mengembangkan sistem informasi manajemen
Rumah Sakit yang terintegrasi.
e. Mewujudkan Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi sebagai Rumah Sakit
pendidikan yang terakreditasi melalui penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan
penelitian, untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas.
3.2.2 Denah
Bagan 2.1 Denah Ruangan Rawat Inap Kebidanan
RSUD Raden Mattaher Provnsi Jambi
Lantai I
TANGGA
Apotik
Ruang Kepala
Ruangan&Dokter
Nurse Ruang
Station Mahasiswa
Profesi Ners
Gudang
Ruang Ruang
Kemoterapi Ginekologi II
\
Ruang GUDANG
Kemoterapi
ADM TANGGA
Total ruangan di ruang rawat inap kebidanan adalah 15 ruangan yang terdiri dari 8 ruang
perawatan rawat inap, 1 ruang gudang, 1 ruang nurse stasion kebidanan,1 ruang administrasi,
dan 1 ruang mahasiswa, 1 ruang kepala ruangan dan dokter, dan 2 ruangan kemoterapi .
44
KEPALA
INSTALASI RAWAT INAP
Dr. Niza Febrida
KOORDINATOR IRIN
Ns. Endah pramukti, S.Kep
KEPALA RUANGAN
Neliwati, S.ST
BIDAN PELAKSANA
Koordinator IRIN
Ns. Endah Pramukti, S.Kep
Kepala Ruangan
Neliwati, S.ST
Ketua Tim I (Pagi) Ketua Tim II (Pagi) Ketua Tim Sore Ketua Tim Malam
Yurlina, Am. Keb Rita Marsaulina, SST Yuli andini, SST Yeni Safitri, Am. Keb
Asuransi: Umum
BPJS
JAMKESMAS
SKTM
BPJS Ketenagakerjaan
Perusahaan
TPRI
(Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Inap)
Admisi: Pendaftaran :
2) Non-Bidan
3) Tabel 3.2 Pegawai Non- di Ruang Rawat Inap BangsalKebidanan RSUD Raden
Mattaher Jambi
3 Dokter Umum 2
4 Dokter Spesialis 12
4 Prakarya 1
5 Tenaga administrasi 1
Jumlah 21
c. Pengaturan Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 1 Juli 2019 kepada kepala
ruangan Rawat Inap Kebidanan mengenai tingkat ketergantungan pasien, diketahui
bahwa pembagian tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga bidan yang
digunakan di Ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi adalah perhitungan
berdasarkan Depkes RI 2011. Setiap pagi ketua tim menghitung tingkat
ketergantungan klien.Pembagian tingkat ketergantungan pasien menurut Depkes RI
tahun 2011 berdasarkan 4 kategori yaitu: Minimal (2 jam perawatan), Sedang (3,08
jam perawatan), Agak Berat (4,15 jam perawatan), dan Askep Berat (6 jam
perawatan).
Berikut ini datamengenai kebutuhan tenaga Bidan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dalam satu hari, pada tanggal 3 Juli 2019:
Tabel 3.3 Analisa Tingkat Ketergantungan Pasiendi Ruang kebidanan
Jumlah jam
Rata-Rata Jumlah Jam
perawatan
Data Jumlah Pasien / Perawatan /
ruangan
Hari Hari
/hari
Askep minimal 4 2 jam 8,00 jam
Askep Sedang 2 3,08 jam 36 jam
Askep agak berat 3 4,15jam 30 jam
Askep Maksimal Berat 0 6 jam 0
JUMLAH 9 11,8 jam 26,61
50
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD
Raden Mattaher dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan
kepala ruangan. Hasil wawancara dengan kepala ruangan kinerja bidan diruangan sudah
cukup baik, namun 73,91% masih berlatar Pendidikan D III (Am.Keb).Kepala ruangan
juga mengatakan bahwa RS telah memberikan kesempatan untuk kuliah bagi bidan yang
ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang D IV.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruang Rawat Inap
Kebidanan dipimpin oleh kepala rungan dan dibantu oleh 3orang terdiri dari
penanggung jawab pelayanan, danpenanggung jawab inventaris, penanggung jawab
kemoterapi dan 19 orang bidan pelaksana, 1 orang petugas administrasi, 4 orang
bertugas sebagai CS.Dari hasil kuesioner yang disebar kepada bidan di ruang rawat inap
kebidanan tanggal 2juli 2019 didapatkan hasil bahwa: Distribusi frekuensi tenagabidan
berdasarkan jenis kelamin diruang rawat inap kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
yang tertinggi adalah perempuan berjumlah 23 orang (100%). Distribusi frekuensi
tenaga bidan berdasarkan pendidikan di ruang rawat inap kebidanan didapatkan hasil
terbanyak adalah D3 yaitu sebanyak 17 orang (73,91%), D4 yaitu sebanyak 6 orang
(26,09%). Distribusi frekuensi tenaga bidan berdasarkan status kepegawaian didapatkan
PNS berjumlah 20 orang (86,95%) dan kontrak berjumlah 3 orang (13,05%) yang
dibagi menjadi tiga shift (waktu/gilir dinas) yakni, shift pagi (08.00-14.00), shift sore
(14.00-20.00), dan shift malam (20.00-08.00). Bidan mendapatkan kesempatan libur 1
hari setelah shift malam.
Pada tanggal 3 Juli 2019, sekitar 4 pasien di Ruang Rawat Inap Kebidanan memiliki
tingkat ketergantungan minimal, 2 dengan tingkat ketergantungan sedang, dan 3 dengan
tingkat ketergantungan agak berat, sedangkan tingkat ketergantungan berat tidak ada.
Saat ini jumlah tenaga bidan di Ruang Rawat Inap Kebidanan berjumlah 23 orang sudah
termasuk 1 kepala ruangan dan 3 ketua tim. Sedangkan menurut perhitungan jumlah
kebutuhan tenaga diatas, kebutuhan tenaga bidan berdasarkan Depkes 2011 di atas
berjumlah 6 orang sehingga pada saat ini bidan di ruang kebidanan sudah mencukupi
kebutuhan. Dan berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan mengatakan
jumlah tenaga bidan sudah mencukupi.
52
ditentukan setiap hari oleh karu berdasarkan dari jadwal dinas yang telah di
tentukan berdasarkan jenjang Bidan Klinis (BK), pendidikan, lamanya bekerja di
rumah sakit.
1 2 3 4 5
c. Ronde Kebidanan
Ronde kebidanan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah kebidanan klien yang dilaksanakan di ruang kebidanan oleh bidan,
disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan satuan asuhan
kebidanan akan tetapi pada kasus tertentu perlu dilakukan pelibatkan seluruh
anggota tim.
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada kepala ruangan, didapatkan hasil
kepala ruangan mengatakan bahwa ronde pernah dilakukan, pada bulan Maret lalu,
sebelum akreditasi rumah sakit. Tetapi setelah itu tidak dilakukan bersama tim
medis lainnya. Sedangkan berdasarkan kuesioner 100% bidan mengatakan ronde
diruangan telah optimal.
d. Penerimaan Pasien Baru
Pada saat penerimaan pasien baru bidan pelaksana maupun katim yang
melakukan serah terima dengan bidan VK maupun dari IGD ataupun dari kamar
operasi, selanjutnya bidan yang bertanggung jawab akan mempersiapkan
kebutuhan pasien seperti ruangan dan tempat tidur yang telah di rapikan, setelah
serah terima tersebut pasien baru akan di masukkan ke dalam ruangan dan bidan
akan memperkenalkan diri sebagai penanggung jawab dan menjelaskan tentang
peraturan rumah sakit seperti waktu kunjungan dan banyaknya orang yang boleh
masuk ruangan serta usia pengunjung. Bidan juga menjelaskan kegunaan gelang
sebagai tanda pengenal berupa gelang berwarna biru untuk laki-laki dan berwarna
merah muda untuk perempuan yang tertulis di gelang pasien adalah Nama, tanggal
lahirdan No.RM.
e. Discharge Planning
Pada perencanaan pulang bidan mengidentifikasi kebutuhan pemulangan
pasien. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul saat pasien
pulang atau hal-hal yang perlu dilakukan pasien dalam hal perawatan mandiri,
antara lain: pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit, kebutuhan psikologis;
bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah; dan kebutuhan perawatan.
57
f. Dokumentasi
Berdasarkan observasi pada tanggal tanggal 24 Juni- 2 Juli 2019 dan wawancara
tanggal 1 Juli 2019 di ruang rawat inap kebidanan ditemukan bahwa dokumentasi
asuhan kebidanan pasien dilakukan sesuai dengan ketetapan standar
pendokumentasian berupa pengkajian, diagnosis, implementasi, evaluasi serta
catatan perkembangan. Setiap masing-masing pasien memiliki
dokumentasi.Dokumentasi dibuat berdasarkan buku panduan, dandalam lembar
evaluasi berupa SOAP (Subjective – Objective – Analysis – Planning).
Pelanggaran Etik/Disiplin
Kepala Instalasi
Direksi
akan diberikan obat, serta menjelaskan secara singkat tujuan tindakan. Namun, hal
yang jarang dilakukan ialah mengecek gelang identitas pasien. Biasanya hal seperti
itu tidak dilakukan karena untuk mempersingkat waktu tindakan dan untuk pasien
yang sudah lama dirawat, perawat merasa sudah mengenal nama pasiennya satu-
persatu.
b. Komunikasi efektif
Menurut International Patient Safety Goals untuk meningkatkan komunikasi
yang efektifdengan cara: melakukan proses feedback saat menerima instruksi per
telepon melakukan hand over saat serah terima pasien, melakukan critical result
dalam waktu 30 menit dan menggunakan singkatan yang dibakukan.
Ruangan memiliki prosedur dalam komunikasi efektif secara lisan berdasarkan
surat keputusan direktur utama tentang sasaran keselamatan pasien No.2 tentang
peningkatan komunikasi.
c. Peningkatan keamanan obat (High alert medications)
Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan
perhatian (Improve the safety of High-Alert Medications) dengan cara tidak
menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan (termasuk potassium
chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%)
Dari hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 1 Juli 2019, ruang
kebidanan memiliki kebijakan prosedur untuk mengatur identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai. Prosedur
tersebut sudah diimplementasikan diruangan.
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan (Ensure
Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery) dengan cara: melakukan
site marking, menggunakan dan melengkapi surgical checklist dan melakukan time
out.
e. Pengurangan risiko infeksi
Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
Dari hasil observasi di ruang kebidanan didapatkan:
1) Setiap ruang perawatan terdapat handrub disamping pintu masuk ruangan beserta
prosedur cuci tangan.
2) Sebagian besar pasien dan keluarga tidak menggunakan masker.
63
3) Keluarga yang menjaga pasien bisa lebih dari 2 orang dan memenuhi ruang
perawatan. Beberapa keluarga pasien membentang alas tidur didalam ruang dan
di luar ruangan. Beberapa keluarga pasien tidur bed pasien dan bed kosong serta
meletakkan pakaian di tempat tidur pasien.
4) Kesadaran untuk cuci tangan pada keluarga dan pengunjung masih kurang
ditandai dengan keluarga tidak mengetahui prosedur cuci tangan yang efektif.
5) Setiap sebelum melakukan tindakan ke pasien, petugas kesehatan melakukan cuci
tangan.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh (Reduce the risk of patient harm
resulting from falls) dengan cara: melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai
risiko pasien jatuh dan melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang
teridentifikasi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1 Juli 2019 kepada kepala ruangan
assesment risiko jatuh terdiri atas:
1) Memonitor pasien sejak masuk
2) Mengidentifikasi dengan ketat pasien yang mempunyai risiko jatuh yaitu pasien
dengan tanda/alert warna kuning pada gelang identitas pasien.
3) Memberitahukan keluarga mengenai kemungkinan risiko jatuh dan cara
pencegahannya.
4) Melaporkan peristiwa pasien jatuh ke Instalasi Rawat Inap setiap bulannya.
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa dari 10 orang pasien dengan
pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga (70%), Pegawai 1 orang (10%),
Pedagang (20%).
2) Frekuensi Pasien Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase
(%)
1 SD 0 0%
2 SMP 2 20 %
3 SMA 6 60 %
4. D3 1 10%
5. SI 1 10 %
Total 10 100%
Dari 10 pasien didapatkan hasil sebanyak 60% puas dengan pelayanan yang ada
diruang rawat inap bangsal Kebidanan, dan sebanyak 10% pasien kurang puas
dengan pelayanan di ruang rawat inap bangsal kebidanan.
65
BAB IV
ANALISA SWOT
4.1 ANALISA DATA
Faktor Internal Faktor Eksternal
M1 (MAN)
1. Sudah merasa baik 1. Berdasarkan hasil 1. Adanya kesempatan 1. Harga alat kesehatan
dalam tata letak di kuesioner didapatkan untuk penggantian yang cukup tinggi.
ruangan. 80% mengatakan alat-alat yang tidak 2. Ada tuntutan tinggi
2. Berdasarkan peralatan untuk layak pakai. dari masyarakat
kuesioner terdapat perawatan belum 2. Adanya mahasiswa untuk melengkapi
60% bidan lengkap. Serta Profesi Ners yang sarana dan
mengatakan jumlah berdasarkan melakukan praktik prasarana.
alat yang tersedia Observasi alat yang manajemen 3. Adanya kesenjangan
belum sesuai dengan tidak ada seperti keperawatan. antara jumlah pasien
rasio pasien. tourniquet, dan 3. Adanya dukungan dengan peralatan
3. Berdasarkan hasil stetoskop. dari kepala ruangan yang diperlukan.
kuesioner terdapat 2. Tidak adanya label pada mahasiswa.
sebanyak 80% bidan nama bidan 4. Adanya hubungan
mengatakan mengerti penanggung jawab di yang baik antara
cara menggunakan Bed atau ruangan mahasiswa dan
alat-alat perawatan. pasien. bidan ruangan
4. Mempunyai sarana 3. Tidak berfungsinya kebidanan.
dan prasarana untuk bel di ruangan pasien
pasien dan tenaga dan ruang
kesehatan. kemoterapi.
5. Terdapat administrasi 4. Adanya Papan
penunjang (seperti: Struktur / Bagan
SOP, lembar Organisasi Metode
dokumentasi dan buku Tim tetapi tidak
timbang terima). dilakukan pergantian
6. Memiliki tempat nama setiap hari.
pembuangan bahan
habis pakai yang
dipisahkan dengan
sampah lainnya.
7. Tersedianya nurse
station.
8. Tersedianya APD
diruangan.
9. Tersedianya hand rub
di ruang bidan dan
ruang pasien
10. Kursi roda ada 3
dengan kondisi layak
pakai.
M3 (Metode)
1. Model asuhan 1. Model asuhan
kebidanan kebidanan
67
M5(Mutu)
1. Terdapat SPO - - -
identifikasi pasien
sebelum tindakan
seperti mengambil
darah, memasang infus,
melakukan transfusi,
dll.
2. Telah ada kebijakan
yang mengatur
identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan
penyimpanan obat-
69
No. MASALAH
M1 MAN :
Menurut perhitungan Depkes 2011, jika rata-rata jumlah pasien di ruang kebidanan
sebanyak 9 pasien, tenaga bidan yang dibutuhkan sebanyak 6 bidan.
M2 MATERIAL :
1. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 80% mengatakan peralatan untuk
perawatan belum lengkap. Serta berdasarkan Observasi alat yang tidak ada
seperti tourniquet, stetoskop, dan gunting.
2. Adanya Papan Struktur / Bagan Organisasi Metode Tim tetapi tidak dilakukan
pergantian nama setiap hari.
3. Tidak adanya label nama bidan penanggung jawab di Bed/ruang pasien
4. Tidak adanya bel dalam ruang pasien.
M3 METHODE :
1. Timbang Terima dilakukan di nurse station, pre conference dilakukan setiap
hari. Didahulukan pengecekan oleh karu dan katim.
2. Post conference dan timbang terima siang sering kali dilakukan antar katim
dan keseringan post conference siang tidak diikuti oleh semua bidan
pelaksana.
3. Sebanyak 80% bidan mengatakan job describtion selama ini belum cukup
jelas.
4. Sebanyak 100% bidan mengatakan ronde diruangan telah optimal namun
berasarkan observasi belum pernah ditemui adanya kegiatan ronde.
5. Sebanyak 100% bidan mengatakan saat overan semua bidan yang
berkepentingan ikut hadir namun berdasarkan observasi ada beberapa bidan
yang tidak mengikuti overan seperti hanya antar Katim pada shift sore atau
malam.
71
6. Sebanyak 80% bidan mengatakan selalu ada interaksi dengan pasien saat
overan berlangsung namun berdasarkan observasi selama ± 2 minggu
ditemukan hanya 3 kali overan yang berinteraksi dengan pasien yaitu pada
hari Jumat 28 Juni, Selasa 2 Juli dan Kamis 4 Juli 2019.
7. sebanyak 60% bidan mengatakan sudah ada format baku untuk supervisi
disetiap tindakan. Sedangkan 40% bidan mengatakan tidak ada format baku
supervisi. Namun berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan supervisi
dilakukan setiap hari, hanya saja dalam penilaiannya dilakukan 2x sebulan.
8. Sebanyak 80% bidan menganggap model dokumentasi yang digunakan
menambah beban kerja dan menyita banyak waktu.
M4 Money : -
M5 Mutu : -
72
BAB V
IMPLEMANTASI DAN EVALUASI
4.1. Implementasi
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan dari
perencanaan yang telah direncanakan di POA (Planning Of Action) sebelumnya. Implementasi
dalam manajemen keperawatan di ruang Bangsal Kebidanan memerlukan kerja sama dari
berbagai pihak agar tercapainya suatu tujuan atau hasil yang optimal sesuai dengan kriteria hasil
dari perencanaan. Implementasi merupakan suatu yang bersifat tekstual menjadi faktual atau
dari persepsi menjadi sebuah aksi.
Berdasarkan hasil lokakarya satu pada tanggal 10 Juli 2019 dengan kesepakatan dengan
kepala ruangan dan CI lahan dan akademik RSUD Raden Mattaher Jambi didapatkan beberapa
hal Di POA yang disepakati. Oleh karena itu, kelompok 1 melakukan implementasi sesuai
dengan POA dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh kelompok. Berikut ini disajikan
tabel perencanaan yang sudah disepakati dan di implementasikan.
METHODE :
1. Melakukan Desiminasi Peserta yang hadir pada Tanggal 18 Juli
Ilmu tentang timbang
saat destimasi ilmu 2019
terima
mendapatkan nilai pre test Melakukan
dan post test ≥ 60 Destiminasi Ilmu
mengenai timbang
terima
4. MONEY : - - -
5. MUTU : - -
74
4.2. Evaluasi
Setelah melakukan Implementasi dari tanggal 15 – 18 Juli 2019 di bangsal kebidanan
kemudian di evaluasi bersama oleh kelompok sebagai berikut:
1. MATERIAL
a. Diruang bangsal kebidanan tidak terdapat lebel nama bidan penanggung jawab di bed
pasien, nama bidan penanggug jawab sangat penting untuk diketahui oleh pasien dan
keluarga pasien, hal ini dikerenkan akan efektifnya dan terfokus dalam pemberian
asuhan kebidanan.
Before
After
75
b. Ruang bangsal kebidanan memiliki bagan metode tim namun tidak dilakukan pergantian
setiap harinya sehingga dalam lokmin satu disepakati untuk memperbaiki dan memodifikasi
bagan metode tim yang telah ada untuk digunakan semestinya. Sekarang ruang bangsal
kebidanan RSUD Raden Mattaher sudah bias melakukan pergantian metode tim setiap
harinya.
Before
After
76
2. METHODE
a. Desiminasi Ilmu tentang Timbang Terima
Pada saat melakukan destiminasi ilmu dilakukan pre dan post test. Hasil pre test
didapatkan 17% diantara 100% bidan yang hadir mendapatkan nilai 60 sedangkan
sisanya 83% bidan mendapatkan nilia dibawah rata-rata. Pada hasil post test didapatkan
100% bidan yang hadir mendapatkan nilai diatas rata-rata (≥60).
77
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian diruangan bangsal kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
terhadap lima dimensi manajemen didapatkan masalah sebagai berikut :
a. Adanya papan metode tim, tetapi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Tidak adanya label nama perawat di Bed pasien.
c. Tidak berfungsinya bel diruangan pasien
2. Operan diruangan bangsal kebidanan dilakukan dengan 3 tahap meliputi tahap
persiapan, pelaksanaan dan tahap post operan, dimana pada 3 tahap operan ini sudah
sesuai namun dalam pelaksanaan kurang tepat dengan teori yang ada.
3. Berdasarkan prioritas, ditemukan masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu secara
berurutan adalah Metode dan Material.
4. Membuat Plans Of Action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan dan
mengimplementasikan perencanaan tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan
yaitu:
a) Memperbaiki Papan Struktur / Bagan Organisasi ruang bangsal kebidanan
b) Pembuatan Label identitas pasien dan bidan penanggungjawab setiap bed pasien.
c) Melakukan destiminasi ilmu mengenai timbang terima sesuai dengan teori yang
ada.
5. Implementasi dan evaluasi di laksanakan sesuai prioritas selama 7 hari mulai tanggal 12
sampai dengan 19 Juli 2019
5.2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
DAFTAR PUSTAKA