Anda di halaman 1dari 3

2.

Pengertian Majas
“Majas adalah cara mengungkapkan bahasa secara imajinatif bukan dalam
pengertian yang benar-benar secara alamiah” (Tarigan, 1985 : 5). Ada pengertian lain yakni
“majas merupakan cara menuliskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu
yang lain” (Poerwadarminta, 1993 : 545). Pendapat itu sejalan dengan pendapat Soedjito
(1990 : 114) yang menyatakan bahwa “majas yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu”.
“Majas merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan
menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca” (Tarigan, 1985 : 5).
Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau ahli pidato. Pada
masa Yunani kuno retorik merupakan bagian penting dari suatu pendidikan dan oleh karena
itu, aneka ragam gaya bahasa sangat penting dan harus dikuasai benar oleh orang Yunani.
Gaya bahasa dan kosa kata mempunyai hubungan yang erat, hubungan timbal balik,
semakin banyak kosa kata yang dimiliki semakin beragam pulalah gaya bahasa atau majas
yang digunakannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa “majas merupakan cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian seseorang, sebuah gaya bahasa atau majas yang baik harus mengandung tiga
unsur berikut yakni kejujuran, sopan-santun, dan menarik” (Keraf, 1985 : 5).

3. Majas Pertentangan
Majas pertentangan merupakan suatu majas yang mengungkapkan makna yang
berlawanan dengan arti yang sebenarnya.

4. Macam-macan Majas Pertentangan


Ke dalam kelompok gaya bahasa pertentangan ini paling sedikit termasuk dua puluh
jenis gaya bahasa (Tarigan, 1985 : 55). Di sini peneliti hanya menampilkan beberapa jenis
saja, karena pertimbangan tertentu, yaitu “majas yang terdapat dalam materi pelajaran di
kelas IX saja. Jenis majas tersebut adalah majas antitesis, majas paradoks, majas hiperbola,
majas litotes”.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a) Majas Antitesis
Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan
artinya.
Contoh :
1) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
2) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
“Majas antitesis berarti lawan yang tepat atau pertentangan yang benar-benar”
(Poerwadarminta, 1976 : 52). Sedangkan menurut Tarigan (1985 : 27) adalah “sejenis
gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim”. Jadi
majas antitesis merupakan pemaduan kata-kata yang berlawanan arti untuk
menegaskan maksud.
Contoh majas atitesis :
1) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
2) Miskin Kaya, Cantik buruk sama saja di mata Tuhan.
3) Dia gembira atas kecelakaan yang menimpaku.
4) Gadis secantik Ani diperistri oleh si Badu yang jelek.

b) Majas Paradoks
“Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena
kebenarannya” (Keraf, 1985 : 136). “Majas paradoks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada” (Tarigan, 1985 : 77).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa majas paradoks adalah pengungkapan yang
seolah-olah pertentangan, dengan kata lain Paradoks adalah majas yang mengandung
pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh majas paradoks :
1) Dia tertawa meski hatinya menangis.
2) Di tengah kemewahan ia selalu merasa kurang.
3) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
4) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

c) Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari
kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Kata hiperbola berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemborosan, berlebih-lebihan dan
diturunkan dari hyper yang berarti melebihi dan ballien yang berarti melemparkan.
“Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-
lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya”
(Tarigan, 1985 : 55). Dengan kata lain hiperbola adalah “ungkapan yang melebih-lebihkan
apa yang sebenarnya dimaksudkan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya” (Moeliono, 1984 : 3
).
Hiperbola merupakan suatu cara yang berlebih-lebihan untuk mencapai suatu efek,
dan di dalamnya terdapat kebenaran yang direntang panjangkan.
Contoh mohos hiperbola :
1) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
2) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.
3) Darahnya mengalir menganak sungai dari lukanya.
4) Dunia terasa runtuh, saat aku menghadapi kenyataan seperti itu.

d) Majas Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari
kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
“Litotes berasal dari kata Yunani Litos yang berarti sederhana” (Tarigan, 1985 : 59). “Litotes
merupakan kebalikan dari hiperbola. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan
yang sebenarnya” (Moeliono, 1984 : 3 ). Sedangkan menurit Tarigan (1985 : 58) “Litotes
merupakan jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari
kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri”. Jadi dapat disimpulkan bahwa
litotes merupakan pengungkapan yang berkebalikan dengan keadaan yang sebenarnya untuk
merendahkan diri.
Contoh majas litotes.
1) Mampirlah ke gubuk saya.
2) Hanya sepiring nasi yang bisa saya sajikan.
3) Hanya uang seribu rupiah ini yang bisa kuhasilkan.
4) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
5) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya ini?

Anda mungkin juga menyukai