Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN ANALISA SINTESIS TINDAKAN

PADA TN. S DENGAN PNEUMOTHORAX


DI RUANG ANGGREK 1 RSUD DR. MOEWARDI

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners 11

Oleh :

INTAN INDAH BAGASTRI

SN191072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


ANALISA SINTESA TINDAKAN PEMASANGAN OKSIGEN NASAL
KANUL PADA Tn. S
DI RUANG ANGGREK 1 RSUD DR. MOEWARDI

Hari : Selasa
Tanggal : 22 Oktober 2019
Jam : 11:00 WIB

A. Keluhan Utama
Sesak napas ± 2 bulan
B. Diagnosa Medis
Pneumothorax dextra
C. Diagnosis Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
D. Data yang mendukung
DS : Pasien mengatakan sesak napas
DO : Tekanan darah : 130/80 mmHg, HR: 88 kali/menit, RR : 25
kali/menit, SPO2 98%
E. Dasar Pemikiran
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat
dapat ditemukan pneumotorak bilateral, (Wijaya & Putri, 2013). Penumotorak
hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price, 2006).
Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga
paru pleura (Muntaqqin, 2008). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pneumothorak adalah keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura.
Pneumothorak dapat terjadi setiap kali permukaan paru-paru pecah dan
memungkinkan udara keluar dari paru-paru ke rongga pleura. Hal ini dapat
terjadi ketika luka beberapa tusukan dinding dada yang memungkinkan udara
luar masuk ke ruang pleura. Pneumothorak spontan dapat terjadi tanpa trauma
dada, dan biasanya disebabkan oleh kista kecil pada permukaan paru-paru. Kista
tersebut dapat terjadi tanpa penyakit paru-paru yang berhubungan, atau mereka
dapat berkembang karena gangguan paru-paru yang mendasari, emfisema yang
paling umum, (Alsagaf, 2010)
F. Prinsip tindakan Keperawatan
Standar Operasional Prosedur (SOP) pemasangan oksigen yaitu :
a. Persiapan Alat
1. Tabung oksigen berisi oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
yang berisi aqudes sampai batas pengisian
2. Pemilihan alat sesuai kebutuhan (O2 nasal kanul)
b. Persiapan perawat
1. Mengkaji data – data mengenai kekurangan oksigen
2. Mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
c. Persiapan pasien
1. Menyapa pasien
2. Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Pasien diatur posisi aman dan nyaman (semi fowler)
d. Prosedur Kerja
1. Siap simpel mask dan tabung oksigen
2. Hubungkan simple mask dengan flowmeter pada tabung oksigen
3. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan tissu
4. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsentrasi oksigen dan
mengamati adanya gelembung udara dalam humidifier
5. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul ke
punggung tangan perawat
6. Pasang nasal kanul sampai menutupi hidung dan mulut dengan tepat dan
benar
7. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigen terasa udara atau tidak
8. Atur pengikat nasal kanul, jangan sampai kencang dan jang terlalu kendor
9. Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman dan benar
10. Atur aliran oksigen sesuai dengan program
11. Alat – alat dikembalikan ditempat semula
12. Perawat mencuci tangan setelah tindakan
13. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam
e. Evaluasi
1. Respon pasien 15 menit setelah dilakukan tindakan
2. Dokumentasi
G. Analisa tindakan
Terapi oksigen merupakan salah satu dari terapi pernapasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama
pemberian O2 adalah untuk mengatasi keadaan hipoksia, menurunkan kerja nafas
dan miokard. Saat dilakukan pemasangan O2 nasal kanul tidak ada kendala dan
pasien kooperatif sehingga pemasangannya cepat dan tepat.
H. Bahaya dilakukannya tindakan
Bahaya pemberian oksigen apabila dosis tidak sesuai menurut (Asmadi,
2010) yaitu bahaya kebakaran, pemberian oksigen pada klien dengan retensi
karbon dioksida bila tidak di monitor, baik konsentrasi maupun alirannya, dapat
mengakibatkan penekanan pada pusat pernapasan.Keracunan oksigen terjadi
apabila terapi oksigen diberikan dengan konsentrasi yang tinggi dalam jangka
waktu yang lama. Hal terebut kemudian dapat menyebab kan kerusakan struktur
jaringan paru seperti atelectasis.
Menurut teori Pooter and Perry (2005) pemberian oksigen tidak hanya
memberikan efek terapi tetapi jika penggunaannya tidak tepat dapat
menyebabakan efek seperti depresi ventilasi, keracunan oksigen. Keadaan yang
trerjadi di atas dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan
kerusakan surfaktan, akibatnya proses difusi diparu akan terganggu bila kita tidak
sering mengontrol satura sioksigen.
I. Tindakan Keperawatan lain yang dilakukan
Airway Management:
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
3. Atur intake/output untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
4. Monitor respirasi dan status O2
J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S : Pasien mengatakan sesak napas
O : Tekanan darah : 130/80 mmHg, HR: 88 kali/menit, RR : 25 kali/menit,
SPO2 98%.
A : Masalah ketidakefektifan pola napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Airway management :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
3. Atur intake/output untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
4. Monitor respirasi dan status O2
K. Evaluasi diri
Pada saat melakukan pemasangan oksigen nasal kanul 3L pada Tn.S yang
dilakukan semua langkah tindakan sudah sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) dari mencuci tangan hingga mendokumentasikan asuhan
keperawatan yang diberikan.
L. Daftar pustaka

Alsagaff, Hoodand Mukty, Abdul. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.


Surabaya: Airlangga University Press.

Asmadi. (2010). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi


kebutuhandasar klien Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Yasmin Asih,
Penerjemah). Jakarta: EGC

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2; Konsep Kllinis Proses-proses


Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Mengetahui,
Mahasiswa Praktikan, Pembimbing Klinik/CI

(Intan Indah Bagastri)


NIM.SN191072

Anda mungkin juga menyukai