Jurnal Mendengar Aktif PDF
Jurnal Mendengar Aktif PDF
ABSTRACT
Interpersonal communication is transactional and two-way direction. Therefore active listening skills
play a key role in interpersonal communication. These active listening skills can have a positive impact on
communication and at the same time creating a better relationship. So it is very useful to improve the skills of
active listening. This paper intends to reveal the important role of active listening skills in interpersonal
communication, identifying the challenges that exist within it both internally and externally as well as indicate
the action that needs to be developed to improve these skills.
ABSTRAK
Komunikasi interpersonal sifatnya transaksional, dua arah. Oleh karena itu, keterampilan
mendengarkan secara aktif memegang peran kunci dalam komunikasi interpersonal. Keterampilan
mendengarkan secara aktif ini dapat memberi dampak yang positif dalam komunikasi dan sekaligus
menciptakan hubungan interpersonal yang lebih baik. Oleh karena itu meningkatkan keterampilan
mendengarkan secara aktif sangat bermanfaat. Tulisan ini bermaksud mengungkapkan peran penting dari
keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal, mengidentifikasi tantangan yang ada
di dalamnya baik secara internal maupun eksternal serta menunjukkan tindakan yang perlu dikembangkan
dalam meningkatkan keterampilan tersebut.
Perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini terjadi di segala bidang termasuk dalam
bidang komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi tersebut sangat membantu manusia dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain melalui komunikasi. Misalnya saja, seseorang dapat
terhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain dalam hitungan waktu sekejap dengan cara yang
sangat praktis dan murah, sesuatu yang sulit dibayangkan pada masa silam.
Dalam konteks hubungan interpersonal, ketika kegiatan komunikasi dilakukan, bukan hanya
terjadi penyampaian dan pertukaran pesan, tetapi juga penentukan kadar hubungan antara personal.
Jadi, ketika berkomunikasi, hal yang utama tidak hanya pada isi komunikasi melainkan juga pada
penentuan hubungan yang diciptakan.
Dari sudut psikologi komunikasi, dikatakan bahwa hubungan interpersonal seseorang dengan
orang lain akan semakin baik jika ada saling keterbukaan untuk mengungkapkan diri dan sekaligus
memberikan umpan balik dalam komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal itu makin tercipta
persepsi yang terang benderang tentang keberadaan orang lain juga sekaligus pengungkapan yang
benar terhadap persepsi diri sendiri.
Akan tetapi ada aspek yang sering luput dari perhatian kita yang justru sangat penting untuk
memperlancar dan membuat komunikasi menjadi berkualitas yaitu sikap mendengarkan secara aktif.
Dalam berkomunikasi kita mungkin bersikap mendengar tetapi belum mendengarkan secara aktif.
Menurut Devito (2013) jika mengukur tingkat kepentingan suatu kegiatan menurut ukuran waktu
maka mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi yang paling penting di samping membaca,
berbicara atau menulis. Ironisnya, kebanyakan dari kita adalah pendengar yang buruk. Memang
mendengarkan secara aktif bukannya sesuatu yang mudah, namun meningkatkan keterampilan ini
akan sangat banyak manfaatnya karena peran pentingnya dalam komunikasi itu sendiri (Janasz, 2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitan ini dirumuskan sebagai berikut: apa saja yang penting diperhatikan dalam meningkatkan
keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal? dan apa hambatan dan
bagaimana cara mengatasi hambatan yang terjadi berkaitan dengan mendengarkan secara aktif
tersebut?
Penelitian ini diharapkan dapat menelaah hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan
mendengarkan yang aktif serta mengidentifikasi hambatan yang berkaitan dengannya. Dengan
demikian, tulisan ini dapat memberi masukan dalam meningkatkan kualitas komunikasi antarpersonal
agar menjadi jauh lebih baik sehingga relasi yang terjalin dapat menjadi lebih mendalam, efektif dan
efisien.
METODE
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library Research) sebagai metode penelitian
untuk mengembangkan topik yang dibahas. Studi kepustakaan merupakan metode yang dilakukan oleh
peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dan berkaitan dengan topik tersebut. Penelitian ini
menggunakan bahan-bahan yang bukan berasal dari sumber pertama sebagai sarana untuk
memperoleh data dan informasi. Informasi diperoleh dan dikaji dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan,
buku tahunan, ensiklopedia, kamus dan sumber-sumber tertulis lainnya baik yang tercetak maupun
elektronik (Sarwono, 2006)
Komunikasi Interpersonal
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa berhubungan dengan makhluk lainnya. Hubungan
itu diwujudkan dalam bentuk-bentuk komunikasi baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi tersebut terjadi tidak dalam ruang hampa-sosial melainkan dalam suatu konteks atau
situasi tertentu. Dalam arti luas, konteks itu berarti semua faktor yang terkait dalam komunikasi
tersebut. Seperti misalnya, hal yang berkaitan dengan faktor internal yaitu aspek psikologis, sikap dan
emosi. Lalu aspek eksternal yang berkaitan dengan lingkungan seperti tempat, cuaca, alat
perlengkapan, dan waktu. Juga yang berkenaan dengan sosial budaya seperti nilai dan norma, adat
istiadat dan semacamnya (Deddy, 2009)
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah bahwa pihak-pihak yang bekomunikasi mengirim dan
menerima pesan secara simultan dan spontan baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.
Keberhasilan dalam komunikasi ini menjadi tanggung jawab dari seluruh kedua belah pihak peserta
komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi akan tercermin dari
jenis-jenis pesan atau respon nonverbal yang terjadi, seperti sentuhan fisik, tatapan mata, ekspresi
wajah dan tubuh, maupun lewat jarak fisik ketika berkomunikasi yang sangat dekat.
Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan
penting sepanjang waktu. Komunikasi antarpribadi yang ditandai dengan kedekatan ini dapat membuat
hubungan antara pribadi semakin dekat. Keakraban antara pribadi dapat semakin meningkat dengan
terciptanya komunikasi antarpibadi yang berkualitas.
Unsur yang pertama adalah sumber (source). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau yang
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat berupa individu, kelompok, organisasi,
perusahaan atau institusi. Kebutuhan dapat bervariasi dari hal yang biasa sampai ke hal yang penting.
Dalam proses penyampaian pesan, sumber harus melakukan proses penyandian (encoding) yaitu
mengubah perasaan atau pikirannya ke dalam seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang harus
dipahami oleh penerima pesan.
Unsur yang kedua adalah pesan (message). Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan
atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber. Pesan mempunyai
tiga komponen yang harus dimiliki yaitu: makna, simbol dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol
yang terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang akan mempresentasikan objek (benda), gagasan, dan
perasaan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal
seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (misalnya acungan jempol, anggukan, ekspresi
wajah dan sebagainya).
Untuk dapat mengantar pesan tersebut diperlukan suatu saluran atau media. Unsur ketiga dari
komunikasi ini memungkinkan diterimanya pesan oleh penerima (receiver). Saluran atau media
menjadi alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan. Pada dasarnya
komunikasi manusia menggunakan dua saluran yakni cahaya dan suara. Namun dalam penerimaan
hanya suara yang dapat ditangkap oleh panca indera. Saluran/ media dapat juga merujuk pada cara
penyampaian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau melalui media lain seperti media elektronik,
multimedia dan sebagainya. Pengirim pesan akan memilih saluran-saluran tergantung dari situasi dan
tujuan yang hendak dicapai. Dalam suatu peristiwa komunikasi dapat saja terjadi bahwa media atau
saluran yang digunakan lebih dari satu jenis.
Unsur komunikasi yang keempat adalah penerima (receiver). Sering disebut sebagai sasaran
(destination), pendengar (listener) atau penyandi balik (decoder), yakni pihak yang menerima pesan
dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, nilai-nilai rujukan, pengetahuan, persepsi, pola pikir
dan perasaan yang dimiliki, penerima pesan mengolah pesan dalam bentuk menerjemahkan atau
menafsirkan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang diterimanya. Selanjutnya hal itu menjadi
gagasan yang dipahaminya. Di sinilah peran penting feedback atau umpan balik dari penerima untuk
diberikan kepada sumber. Umpan balik inilah yang menciptakan komunikasi dua arah. Umpan balik
merupakan suatu tanggapan yang sangat berpengaruh pada kelanjutan komunikasi tersebut. Umpan
balik dapat berbentuk verbal seperti menegaskan, bertanya, mengulangi pernyataan ataupun dalam
bentuk nonverbal misalnya menganggukkan kepala, gestur badan dan lain sebagainya (Janasz, 2009).
Unsur yang terakhir adalah efek. Efek adalah hasil dari apa yang didapatkan dari penerima
setelah menerima pesan tersebut. Setelah peristiwa komunikasi tersebut ada perubahan yang dialami
oleh pelaku komunikasi dapat berupa penambahan pengetahuan, perubahan sikap, atau tujuan-tujuan
lainnya yang ingin dicapai dari peristiwa komunikasi tersebut.
Di sini terlihat unsur penting dari umpan balik (feed back) seperti yang disampaikan di atas.
Umpan balik ini adalah apa yang disampaikan oleh penerima kepada sumber, dari pihak pertama
Keterampilan Mendengarkan
Kegiatan mendengarkan tidak jarang dipahami secara samar, bahkan tidak jarang dianggap
sebagai kegiatan pasif dalam proses komunikasi. Menurut Devito (2013) kegiatan mendengarkan
dapat diartikan sebagai suatu proses aktif dari menerima rangsangan (stimulus) pada telinga (aural).
Mendengarkan merupakan tindakan tidak terjadi begitu saja tanpa kesadaran melainkan harus dengan
sengaja dilakukan. Mendengarkan menuntut energi dan komitmen terutama dalam komunikasi
interpersonal. Oleh karena itu perlu diperjelas dengan membedakan antara kegiatan mendengar
(hearing) dan mendengarkan (listening).
Dalam penginderaan, proses mendengarkan artinya memperhatikan kata-kata dari isi pesan
yang mau disampaikan dan juga sekaligus menerima tanda-tanda nonverbal seperti bahasa tubuh,
ekspresi wajah dan semacamnya. Dalam dimensi pengolahan/evaluasi proses mendengarkan
melibatkan aktivitas mengerti makna yang disampaikan, menafsirkan makna, mengevaluasi bahasa
nonverbal serta mengingat pesan yang disampaikan. Sementara dimensi respon berarti pendengar
memberi signal verbal dan nonverbal kepada pengirim pesan atas apa yang telah didengarnya.
Untuk dapat mendengarkan secara aktif dan terlibat langsung dalam proses komunikasi
interpersonal, Devito (2013) menunjuk beberapa hal berikut yang dapat dilakukan:
Kunci untuk dapat mendengarkan secara aktif adalah sikap partisipatif. Dalam hal ini
persiapan fisik dan mental sangat diperlukan. Posisi tubuh yang baik akan mendukung kegiatan
mendengarkan dan menerima sinyal-sinyal yang disampaikan lewat komunikasi nonverbal secara
baik. Selain itu kesiapan mental juga memberi dorongan untuk dapat berpartisipasi dalam
mendengarkan secara aktif. Sebagai pendengar, partisipasi dalam kegiatan komunikasi adalah setara
dengan pembicara atau sumber informasi. Pendengar secara emosional dan intelektual harus siap
untuk terlibat dalam proses berbagi makna dalam komunikasi.
Namun sikap partisipatif ini bukan berarti sikap tegang dan tidak nyaman ketika
mendengarkan. Tubuh tetap rileks dalam menyimak pesan yang mau disampaikan sambil menangkap
pesan lewat kata-kata yang diucapkan dan bahasa tubuh yang menyertainya.
Beberapa cara untuk membantu meningkatkan partisipasi dalam komunikasi adalah dengan
berusaha secara maksimal untuk mendengar dengan mengaktifkan panca indera. Lawan dan hindari
hal-hal yang mengganggu atau mengintervensi komunikasi yang sedang dilakukan. Selain itu, tidak
membiarkan diri untuk melamun atau membiarkan pikiran melantur jauh dari pokok pembicaraan,
tetapi berusaha membangun asumsi bahwa pesan yang disampaikan mempunyai nilai dan bermanfaat.
Berempati berarti ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, memandang sesuatu dari
sudut pandang orang lain. Hanya dengan empati seseorang dapat memahami maksud sepenuhnya dari
orang lain. Mendengar secara empati berarti melibatkan tidak hanya pikiran saja melainkan juga
menempatkan perasaan secara proporsional dalam komunikasi tersebut.
Dalam mendengarkan secara empati harus diingat bagaimana sudut pandang dari mitra
komunikasi. Mencoba menyelami pikiran dan perasaan merupakan langkah yang baik dalam
mendengarkan secara aktif. Untuk mendorong keterbukaan dan empati, setiap penghambat fisik dan
psikologis atas kesetaraan harus dihilangkan dan dihindari misalnya dengan tidak memotong
pembicaraan atau juga menjaga jarak fisik dengan lawan bicara.
Mendengarkan perlu dilakukan dengan sikap kritis untuk menciptakan komunikasi yang
bermakna. Mendengarkan secara terbuka akan sangat baik dalam memahami pesan yang mau
disampaikan sementara sikap kritis akan membantu dalam menganalisan dan mengevaluasi pesan
tersebut. Dalam hal ini perlu untuk menyadari bias yang dapat terjadi dalam menangkap pesan. Bias-
bias itu dapat mengganggu tindak mendengarkan secara aktif dalam merespon balik secara akurat.
Bias tersebut dapat menyebabkan distorsi dari makna sebenarnya.
Dalam sebagian besar pesan terdapat makna yang jelas dan dapat ditangkap secara harfiah
makna yang terkandung dari pesan yang disampaikan tersebut. Walau demikian, tidak jarang terdapat
Ketika mendengarkan secara mendalam seseorang harus peka dengan berbagai tingkat makna.
Jika hanya coba memahami makna tingkat permukaan, maka akan kehilangan kesempatan untuk
membuat kontak lebih mendalam dan menyadari sepenuhnya dari makna pesan yang mau
disampaikan. Oleh karena itu perlu untuk memusatkan perhatian terutama pada pesan-pesan nonverbal
yang mengikuti pesan verbal. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan jika ada keraguan di
dalamnya.
Ada beberapa tantangan dalam mendengarkan secara aktif. Dengan mengantisipasi tantangan
tersebut, maka komunikasi interpersonal yang berjalan lancar dapat diciptakan dan menjadi bermakna.
Tantangan dalam mendengarkan secara aktif antara lain: (1) Keterbatasan fisiologis. Mendengarkan
secara aktif membutuhkan energi. Kegiatan mendengarkan yang dilakukan secara terus menerus dalam
waktu yang lama akan membuat konsentrasi dan fokus semakin berkurang; (2) Latar belakang
informasi yang dimiliki masih kurang memadai. Ketika seseorang kurang memahami latar belakang
hal yang dibicarakan, maka sulit untuk aktif terlibat dalam komunikasi tersebut. Persiapan yang
kurang memadai akan membuat penerima pesan menjadi pasif dan hanya mendengar saja tanpa
memberi feedback yang memadai; (3) Sikap terhadap pembicara. Sikap sebagai kawan atau lawan bagi
pembicara sering membuat kegiatan mendengarkan secara aktif menjadi bias dan ini berarti tidak
bersikap netral dalam menerima pesan yang disampaikan sumber; (4) Mendengar apa yang
diharapkan. Seringkali terjadi orang terkesan dengan pesan-pesan yang disampaikan pembicara.
Namun pendengar tidak mendengarkan apa yang sebenarnya mau disampaikan, malah sebaliknya
mendengar apa yang diharapkan saja; (5) Mendengarkan secara setengah-setengah dan terselingi
Hanya kata-kata saja yang didengarkan tanpa memperhatikan konteks pembicaraan itu, ekspresi yang
ditampilkan, tinggi rendahnya suara atau pesan nonverbal lainnya; (6) Gangguan emosional. Meski
dalam komunikasi sangat baik untuk mengekspresikan emosi namun tidak setiap orang dapat
mengerti, mengontrol atau menjelaskan perasaan yang sesungguhnya; (7) Situasi dan keadaan sekitar.
Lingkungan/tempat berkomunikasi menentukan seseorang dapat atau tidak dapat mendengarkan
secara aktif. Gangguan yang cukup serius dari lingkungan akan membuat kelancaran komunikasi
semakin terhambat.
Memang faktor-faktor ini dapat menjadi tantangan dalam mendengarkan secara aktif. Karena
itu perlu strategi dan persiapan yang cukup sebagai latar dalam berkomunikasi sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Sebenarnya mendengarkan secara aktif dapat memperlihatkan kesan kepada pembicara atau
pengirim pesan bahwa lawan bicaranya benar-benar terlibat dalam komunikasi tersebut. Selain itu,
dengan perhatian penuh kepada pembicara, pendengar yang aktif dapat lebih fokus pada inti dari pesan
yang disampaikan dan memberi umpan balik berupa tanggapan atau pertanyaan agar pendengar lebih
memahami tentang apa yang dibicarakan. Dengan demikian komunikasi transaksional telah terjadi.
Umpan balik dalam berbagai bentuk dapat menjadi bagian penting untuk komunikasi lebih
jauh. Dalam mendengarkan secara pasif, komunikasi yang terjadi hanya ada satu arah. Sementara
dalam komunikasi dengan mendengarkan secara aktif, kedua pihak saling menanggapi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terjadi pertukaran ide atau pesan dengan baik sehingga dapat
meningkatkan relasi yang ada. Dalam mendengarkan secara aktif, terjadi situasi saling mendukung dan
saling pengertian antara pihak-pihak yang terlibat. Di sana terjadi saling menguatkan dan saling
percaya antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam menyampaikan umpan balik setidaknya harus
Selain manfaat di atas, mendengarkan secara aktif sebenarnya mengundang orang lain untuk
juga melakukan hal yang sama. Dengan mendengarkan secara aktif dapat menjadi contoh bagi orang
lain. Sebaliknya jika orang tidak saling mendengarkan, maka kecenderungan terjadi kekacauan dan
konflik. Jadi lebih menguntungkan dapat mendengarkan secara aktif karena dapat menciptakan
suasana yang lebih akrab dan komunikasi berjalan baik.
Mendengarkan secara aktif juga dapat memperdalam relasi yang ada sekaligus dapat
melahirkan pemecahan masalah. Kita adalah manusia yang mudah untuk berbuat salah dalam
memersepsikan apa yang disampaikan orang lain. Dengan mendengarkan secara aktif dan memberikan
umpan balik yang baik, maka baik pengirim maupun penerima pesan dalam komunikasi saling
mendukung dan bahkan menghasilkan pemecahan masalah bagi mereka.
Mendengarkan secara aktif adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan dalam suatu
komunikasi, tetapi karena keterampilan itu sangat bermanfaat maka perlu untuk ditingkatkan. Oleh
karena itu, selain jadi pembicara yang efektif, maka akan menjadi lengkap jika kemampuan
mendengarkan dapat ditingkatkan secara aktif.
Komunikasi Nonverbal
Untuk membangun presepsi yang baik dalam komunikasi selain memperhatikan unsur bahasa
verbal, unsur bahasa nonverbal juga harus diperhatikan. Secara sederhana pesan nonverbal adalah
semua isyarat yang tidak dalam bentuk kata-kata. Pesan nonverbal adalah suatu komunikasi yang
mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima pesan (Deddy 2009). Jadi ini dapat berarti sesuatu yang
disengaja maupun tidak disengaja. Dalam komunikasi ada pesan nonverbal yang disadari untuk
memperjelas pesan yang ingin disampaikan namun ada juga yang muncul dengan sendirinya.
Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh terhadap pesan verbal yang disampaikan. Pesan
yang disampaikan lewat gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, cara berpakaian, tata letak
ruang, dekorasi, kecepatan dan volume bicara atau bahkan jeda dalam komunikasi dapat dikategorikan
sebagai pesan nonverbal. Fungsi dari pesan nonverbal adalah sebagai tekanan dari pesan verbal,
pelengkap, penunjuk kontradiksi, pengatur alur, pengulangan ataupun sarana untuk menggantikan
pesan verbal.
Sebagaimana pesan verbal, pesan nonverbal juga kebanyakan tidak bersifat universal. Artinya
bahwa pesan nonverbal tersebut tidak berlaku sama di semua tempat di dunia ini. Pesan nonverbal
tersebut kebanyakan terikat oleh budaya tertentu. Misalnya setiap budaya mempunyai bahasa
tubuhnya masing-masing untuk mengungkapkan perjumpaan. Oleh karenanya pesan nonverbal
tersebut harus dipelajari maksudnya secara kontekstual.
Meskipun pesan nonverbal dapat dibedakan dari pesan verbal, namun dalam kenyataannya
kedua macam bentuk komunikasi ini tidak dapat dipisahkan. Dalam komunikasi sehari-hari
rangsangan verbal maupun rangsangan nonverbal hampir selalu berlangsung bersamaan dan
terkombinasi. Oleh karena itu, kedua hal tersebut penting untuk diperhatikan dalam mendengarkan
secara aktif. Artinya dalam proses mendengarkan tidak hanya memperhatikan pesan verbal melainkan
juga pesan nonverbal yang menjadi satu kesatuan.
Keterampilan mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal ternyata tidak hanya
memperlancar komunikasi tetapi juga memberi efek yang positif terhadap hubungan di dalamnya.
Bahkan keterampilan ini dapat menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
berbagai kepentingan misalnya dalam bisnis, pendidikan, agama, politik ataupun yang lainnya.
Keterampilan mendengarkan secara aktif menjadi kunci dalam komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif hanya dapat terjadi secara dua arah karena komunikasi itu bersifat
transaksional. Dengan kata lain, komunikasi seperti ini dapat lebih berkembang jika dua belah pihak
dalam komunikasi dapat saling memberi umpan balik satu kepada yang lainnya.
Keterampilan mendengarkan secara aktif tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Sama seperti
keterampilan lain dalam berkomunikasi seperti berbicara, menulis ataupun membaca, keterampilan
mendengarkan harus dilatih dan dikembangkan sedemikian rupa. Adapun yang harus diperhatikan
dalam mendengarkan secara aktif adalah kesiapan fisik dan mental dalam kegiatan komunikasi
tersebut. Keterlibatkan empati dan pikiran yang terbuka dapat menumbuhkan sikap mendengarkan
yang aktif. Hal ini juga sekaligus dapat mengatasi tantangan di dalamnya.
Ungkapan manusia diberikan dua telinga dan hanya satu mulut dapat senantiasa mengingatkan
betapa penting sikap mendengarkan. Kesediaan mendengarkan orang lain secara aktif dapat
menjadikan hubungan dengan orang lain menjadi lebih nyaman dan tenteram.
DAFTAR PUSTAKA
De Janasz, S. C., Dowd, K. O., Schneider, B. Z. (2009). Interpersonal Skills in Organizations. 3rd
Edition. New York: McGraw Hill.
DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. 13th Edition. New Jersey: Pearson
Education.
Robbins, S. P, Hunsaker, P. L . (2006). Training nn Interpersonal Skills: Tips for Managing People at
Work. 4th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.