02 TK 2 Konsep Penyakit TB Paru KMB I
02 TK 2 Konsep Penyakit TB Paru KMB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
miobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja, dan
dimana saja. Setiap tahunnya, kasus TBC di Indonesia bertambah 25% dan
sekitar 140.000 terjadi kematian. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam provinsi pada tahun 1983-
1993 menunjukan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2% –
0,65%. Sedangkan menurut laporan penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insiden TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
merupakan kasus baru.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru penyakit TBC paru yang menular, bahkan
setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di
Indonesia.Sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan informasi
lengakap tentang TBC.
B. Rumus Masalah
1
4. Apa tanda dan gejala seseorang menderita TBC ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktorius (penciuman) karena reseptor
olfaksi terletak dalam mukosa hidung dan hidung juga membantu dalam
persengauan.
2. Faring
3. Laring
4
Membran mukosa : menghubungkan kartilago satu dengan lainnya dan
dengan os hioideus. Pita suara ; ligament yang dikontrol oleh gerakan otot
yang menghasilkan bunyi suara ; pita suara melekat pada lumen laring.
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, terbenam dalam
kulit, kelenjar tiroid dan beberapa otot kecil, serta pada bagian depan laring
ofaringeus dan bagian atas esophagus.
4. Trakhea
1) Bronkhus
5
Bronkhus segmental kemudian akan membentuk percabangan menjadi
bronkhiolus, yang tidak mempunyai kartilago di dalam dindingnya. Patensi
bronkhiolus seluruhnya tergantung pada recoil elastic otot polos sekelilingnya
dan pada tekanan alveolar. Bronkhiolus mengandung kelenjar sub mukosa,
yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
lapisan bagian dalam jalan nafas. Bronkhus dan bronkhiolus juga dilapisi oleh
sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut sillia.
Sillia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
2) Bronkhiolus
3) Alveolus
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam
klaster antara 15-20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika
mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter
persegi.
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang
aktif secara metabolic, mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agak tidak kolaps. Sel alveoli tipe
III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositis yang besar yang
memakan benda asing (lendir, bakteri dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting).
6
Fisiologi Pernafasan
Ventilasi
Difusi
7
Pertukaran gas dalam jaringan
a. Oksigen
b. Karbondioksida
C. Etiologi
8
D. Patofisologi
E. Penularan
Tuberculosis primer
Jika kuman tuberculosis menyerang paru orang sehat, reaksi
radang akut akan terjadi. Monosit akan menggantikan sel-sel
9
lekosit polimorfonuklear. Basil tuberculosis yang mengalami
fagositosis, ternyata maupun berkembangbiak didalam sel sebaik
kemampuannya berkembangbiak ekstraseluler, bahkan kerusakan
sel dapat terjadi pada masa ini. Penumpukan sel-sel monosit ini
kemudian diikuti dengan pembentukan sel-sel epitelioit dan sel
raksasa langhan. Akhirnya terjadi nekrosis pengijuan dibagian
tengah dari granuloma, salah satu yang mempengaruhi terjadinya
adalah reaksi hipersensitif yang lambat. Jika keadaan tuan rumah
baik maka proses penyakit akan diakhiri dengan pembentukan
kapsul disekitar lesi oleh elemen-elemen limposi dan fibrobas.
Sebaliknya jika kondisi tuan rumah buruk, maka tuberkel akan
tumbuh dan berkembang ke jaringan di sekitarnya termasuk
saluran limfe, pembuluh darah dan bronki. Dengan demikian akan
terjadi penyebaran yang luas, tuberculosis milier, atau mengenai
satu organ yang jauh dari lesi primer. Yang disebut lesi primer
adalah daerah terbatas tempat masuknya basil ke dalam jaringan
untuk pertama kalinya beserta modus limfe regional. Seringkali
lesi primer ini terjadi didalam paru-paru beserta daerah subpleura
dari lobus atas paru dan nodus limfe regional. Semuanya ini
disebut Ghon complex. Primer kompleks ini juga dapat tejadi pada
tonsil dan nodus limfe servikal atau pada nodus limfe mesenteric
di dalam usus halus.
Tuberculosis pascaprimer
10
Gambaran klinik tuberculosis tergantung pada jenis
proses tuberculosis, lokalisasi proses dan beratnya kelainan. Oleh
karena itu gejala-gejala dan keluhan penderita sangat berbeda-beda
tergantung pada lokalisasi dan parahnya penyakit. Meskipun
demikian pada umunya setiap penderita tuberculosis akan
mengalami gejala-gejala umum berupa lemah badan, penurunan
berat badan, meningkatnya suhu tubuh, keringat malam sering
terjadi, berubahnya gambaran hitung lekosit darah Perifer dan
meningkatnya laju endap darah. Remisi dan relaps sering terjadi
terutama pada tuberculosis paru.
Selain itu, orang yang sudah mulai terinfeksi terhadap TBC akan
mengalami penurunan sistem imun. Secara rinci tanda dan gejala TB
paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan yaitu gejala respiratorik
dan gejala sistemik.
a. Batuk
11
b. Batuk Darah
c. Sesak Nafas
d. Nyeri Dada
a. Demam
b. Malaise
12
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
a. Aktivitas / istirahat :
Keluhan umum dan kelemahan.
Dispnea saat kerja maupun istirahat.
Kesulitan tidurpada malam hari atau demam pada malam hari,
menggil dan atau berkeringat dimalam hari.
Takikardi, takipnea / dispnea pada saat kerja.
Kelelahan otot, nyeri, sesak ( tahap lanjut ).
b. Sirkulasi :
Palpitasi
Takikardia, distritemia
Adanya S3 dan S4 bunyi gallop ( gagal jantung akibat effusi ).
Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan udara
mediastinal.
Tanda hormman ( bunyi rendah denyut jantung akibat adanya
udara dalam mediatinum ).
TD : hipertensi / hipotensi.
Ditensi vena jagularis.
c. Integritas ego :
Gejala-gejala stress yang berhubungan lamanya perjalanan
penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya / atau putus
asa, menurunnya reproduktivitas.
Menyangkal ( khususnya tahap dini ).
Ansietas, ketakutan, gelisah, irritable.
Perhatiaan menurun, perubahaan mental ( tahap lanjut ).
d. Makanan dan cairan :
13
Kehilangan nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Tugor kulit buruk, kering, dan bersisik.
Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan
e. Nyeri dan kenyamanan :
Nyeri dada meningkat karena pernafasan, dan batuk berulang.
Nyeri tajam / menusuk di perberat oleh nafas dalam, mungkin
menyebar kebahu, leher atau abdomen.
Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distrasi, dan gelisah.
f. Pernafasan :
Batuk ( produktif atau tidak peroduktif ).
Nafas pendek.
Riwayat tuberculosis dengan individu terinfeksi.
Peningkatan frekuensi pernafasan.
Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan pada
dada, leher, tereaksi intercostal, ekspirasi abdominal kuat.
Pengembangan dada tidak simetris.
Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax,
perkusi hiperresonan di atas area yang terlibat.
Bunyi nafas menurun / tidak ada secara bilateral atau unilateral.
Bunyi nafas tubuler atau pectoral di atas lesi.
Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek ( crackels posttussive ).
Karaktristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau berbacak
darah.
Deviasi trakeal.
g. Keamanaan :
14
Kondisi penurunan imunnitas secara umum memudahkan infeksi
sekunder.
Demam ringan atau demam akut.
G. Panatalaksanaan Medis
Diberikan untuk:
Diberikan untuk:
Diberika untuk :
15
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemerikasaan Laboratorium:
Darah.
Pada TB paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit
dan laju endap darah (LED).
Sputum BTA.
Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan
kuman teberkulosis.Diagnosa pasti ditegakan bila pada biakan
ditemukan kuman tuberculosis.Pemeriksaan penting untuk
diagnosa definitive dan berturut-turut dan biakan/kultur BTA
selama 4-8 minggu.
b. Test Tuberculin (Mantoux Test).
Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakan
diagnosa terutama pada anak-anak.Biasanya diberikan suntikan
PPD (Protein Perified Derivation) secara intra cutan 0,1cc.
Lokasi penyuntikan umumnya pada 1 / 2 bagian atas tengah
bawah sebelah kiri bagian depan. Penilaian test tuberculosis
dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan dengan mengukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi pada lokasi
suntikan.
16
Tuberculosis dapat memberikan gambaran yang bermacam-
macam pada foto rontgen toraks, akan tetapi terdapat beberapa
gambaran yang karakteristik untuk tuberculosis paru yaitu:
17
toplordotik, tomogram dan bronkografi. Penting sekali melakukan
evaluasi foto dan membandingkan hasilnya, untuk mengetahui
apakah ada kemajuan, perburukan atau terdapat kelainan yang
menetap.
I. Komplikasi
a. Malnutrisi.
b. Empiema.
c. Efusi pleura.
d. Hepatitis , ketulian dan gangguan gastrointestinal (sebagai efek
samping obat-obatan).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anatomi pernafasan pada bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring,
trakhea dan anatomi pada bagian bawah terdiri dari bronchus, bronkhiolus,dan
alveolus. Adapun fisiologi pernafasan terdiri dari ventilasi paru, difusi,
transport, dan metabolism jaringan. TBC adalah suatu penyakit infeksi yang
menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma
dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat
menular dari penderita kepada orang lain.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20