1. Pendahuluan
Manajemen merupakan proses penatalaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan
merupakan pengalokasian aktifitas keperawatan yang dilaksanakan oleh para perawat
dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak dapat bekerja sendiri,
tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi klien. Kerjasama tersebut harus ditata sehingga menghasilkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah
pengorganisasian segala sumber yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan.
Pengorganisasian adalah langkah kedua dalam manajemen yang sangat penting
dilakukan oleh setiap unit kerja / unit organisasi ( Subur, 1997 ). Pengorganisasian
dalaam keperawatan dimaksudkan untuk mengelompokkan aktifitas - aktifitas dengan
sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penugasan masing - masing
kelompok diberikan kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi sekaligus
melakukan koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertikal.
2. Pengertian
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat - alat, tugas - tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana
operasional sehingga suatu organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Subur,1997 ).
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan
untuk obyektif divisi keperawatan, departemen, pelayanan atau unit. Setiap unit harus
melalui tipe pekerjaan , yang langsung dilakukan terhadap klien, macam perawat sesuai
dengan pekerjaan , serta jumlah pengelola atau supervisi yang diperlukan ( Swanburg,
2000 ).
Proses pengorganisasian dapat dirinci sebagai berikut :
1. Memahami tujuan
2. Menetapkan tugas pokok dan merinci kegiatan
3. Mengelompokkan tugas / jabatan
4. Menyusun struktur organisasi dan departementasi
5. Menyusun otoritas organisasi
6. Mengisi jabatan / staffing
7. Fasilitating
3. Konsep Pengorganisasian
Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar
komunikasi antara para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:
1. Peran
Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari seseorang
oleh mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh harapan -
harapan orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan mereka bagi
aspek identitas pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang serangkaian
peran, yang berubah dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai pekerja sebuah
departemen keperawatan, perawat dapat memegang beberapa peran jabatan pada
waktu yang sama. Kepala perawat tertentu merupakan bawahan bagi atasannya,
seorang supervisor bagi staf perawatnya, rekan kerja kepala perawat lainnya dan
mungkin kepala panitia atau konsultan bagi para pekerja di divisi lain dalam
organisasinya. Karena perbedaan sikap dan perilaku diperlukan dalam pelaksanaan
masing - masing peran, kepala perawat yang telah diuraikan di atas harus sering "
merubah seragam " selama hari kerjanya, penyesuaian dan penyesuaian ulang
ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara dan bahasa untuk memenuhi harapan
pihak yang berkepentingan lainnya yang telah mengartikan setiap peran.
2. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap
sesuai dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi
manusia, kekuasaan tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan
kekuasaan oleh perawat perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan
yang lebih besar dalam situasi yang sama. Kemungkinan karena
meningkatnya jumlah komunikasi dengan yang lain atau perubahan dalam kualitas
komunikasi tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan kekuasaan seorang pekerja
bisa mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lain sehingga membuatnya
terus menerus kehilangan kekuasaan seiring dengan waktu. Kekuasaan terdiri dari
beberapa jenis yaitu: kekuasaan memberikan penghargaan ( Reward power ) adalah
kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap yang lain, kekuasaan
paksaan ( Coercive power ) adalah kesanggupan untuk menerapkan hukuman
kepada yang lain. Menejer perawat dapat menghukum seorang pegawai melalui
penurunan pangkat, skors, atau pemecatan. Kekuasaan referensi ( Referent power )
adalah kemampuan mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga
mereka berharap untuk mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan obyek
kekaguman mereka. Kekuasaan ahli ( Expert power ) merupakan kemampuan untuk
meyakinkan yang lain supaya seseorang memiliki derajat pengetahuan dan keahlian
tinggi dalam area spesialisasi.
3. Status
Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat diartikan
sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang sesuai
dengan penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status yang
diberikan kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki
organisasi tingkat atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
kerja tersebut, derajat pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi
tersebut, tingkat tanggung jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan
kerja dan gaji yang didapat dari jabatan tersebut. Status masing - masing perawat
tergantung pada posisi dari departemen kesehatan dalam tabel organisasi unit
kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan dengan kemampuannya dalam
mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan bagi perawatan klien dan
kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien seperti juga
dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.
4. Wewenang
Konsep wewenang secara berbelit - belit dihubungkan dengan konsep tanggung
jawab. Jabatan pada hierarki keperawatan puncak dihubungkan dengan lapisan atas
dari tanggung jawab dan wewenang. Jadi status yang tinggi dihubungkan dengan
wewenang yang memberi status pekerjaan tinggi bagaimanapun dapat diserahkan
pada jabatan di lapisan rendah struktur organisasi.
5. Kepusatan ( Centrality )
Konsep sentralisasi / kepusatan organisasi mengacu pada kenyataan bahwa
beberapa jabatan ditempatkan sedemikian rupa dalam struktur organisasi sehingga
melibatkan si pemegang jabatan ke dalam seringnya komunikasi dengan sejumlah
besar pekerja lainnya. Sebaliknya, jabatan lainnya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga terjadi sedikit komunikasi di antara pemegang jabatan dengan yang
lainnya. Dengan menggunakan skema organisasi lembaga tersebut, adalah mungkin
untuk menghitung jumlah langkah atau pertukaran pembicaraan yang diperlukan
guna menyampaikan informasi kepada jabatan yang diberikan dari setiap posisi lain
dalam jaringan kerja tersebut. Jumlah langkah bagi orang atau jabatan tertentu
disebut total jarak organisasi. Penambahan jarak perseorangan bagi semua pegawai
dalam organisasi dan membaginya dengan jumlah pegawai akan menghasilkan jarak
rata - rata organisasi ( Average organizational distance ) bagi semua jabatan dalam
struktur itu. Dengan membandingkan total jarak organisasi seseorang dengan jarak
rata - rata bagi seluruh struktur, seseorang dapat menentukan setiap jarak relatif
organisasi ( Relative organizational distance ) pegawai. Para pegawai dengan jarak
relatif organisasi yang terkecil adalah yang paling pokok dalam struktur tersebut.
Mereka lebih banyak menerima informasi yang berhubungan dengan kerja di
banding pekerja pokok. Terhadap pekerja yang berpengetahuan, informasi adalah
bahan mentah untuk produksi. Karena pekerja yang lebih terpusat secara organisasi
seharusnya lebih produktif dibanding pekerja yang kurang terpusat.
6. Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan karena
komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi
dan opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan
persepsi pesan yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi
percaya bahwa penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari
proses dan usaha memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai
dengan mengajari manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh
dan kritis terhadap semua aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih
pengirim pesan agar mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga
memaksimalkan pengertian oleh si penerima pesan. Pengirim pesan dapat
diajari memperkuat isi verbal setiap pesan dengan ekspresi yang sesuai dan gerak
isyarat untuk menekankan konsep kunci serta untuk mendapatkan masukan dari si
penerima pesan sebagai tanda atas keefektifan komunikasi.
Dalam pembagian kerja ada beberapa dasar yang perlu diperhatikan yang dapat
dipakai sebagai pedoman :
a. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau teritorial, misalnya koordinator
perawatan yang berada di lantai dua rumah sakit yang terdiri dari ruang penyakit
dalam kelas dua, ruang bedah umum kelas dua, dan sebagainya.
b. Pembagian kerja atas jenis barang atau jasa yang diproduksi. Misalnya
koordinator asuhan keperawatan ruang unit bedah, koordinator pendidikan
keperawatan, koordinator pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
c. Pembagian kerja berdasarkan waktu / shift pagi, siang, dan malam.
d. Pembagian atas dasar konsumer yang dilayani, misalnya perawat yang khusus
merawat klien dengan penyakit kulit, THT, dan lain - lain.
6. Prinsip pendelegasian
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang atau kekuasaan. Kekuasaan
merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan
fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik. Wewenang atau kekuasaan itu terdiri
dari berbagai aspek antara lain wewenang mengambil keputusan , menggunakan
sumber daya, memerintah, dan menggunakan batas waktu tertentu. Adapun manfaat
pendelegasian adalah :
a. Pimpinan dapat melakukan tugas pokok saja.
b. Setiap staf atau perawat memiliki wewenang sesuai dengan tugasnya.
c. Meningkatkan kemampuan staf.
d. Kegiatan tetap berjalan walaupun pimpinan tidak ada.
e. Pelatihan dan kaderisasi untuk meningkatkan jenjang karir.
2. Alokasi pasien
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk beberapa klien / satu klien
oleh satu perawat saat berjaga.
5. Penutup
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan
seseorang. Hal tersebut berjalan bilamana perawat mau belajar dan menggunakan ilmu
yang ditunjukkan oleh pengalaman dan penelitian yang dikembangkan agar fungsi
organisasi dalam manajemen keperawatan semakin berkembang.
Perawat manajer perlu bekerja untuk struktur organisasi ideal. Mereka harus
membangun, menguji, mengakui kesalahan, berkompromi, dan menerima. Mereka harus
merancang organisasi yang sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Organisasi
adalah produktif jika orang memberikan perhatian yang memenuhi kebutuhan klien dan
setiap karyawan merasakan kepuasan.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien tidak dapat
bekerja sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Kerja sama antar perawat
dengan tim kesehatan tersebut harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sullivan, E.J.et al. ( 1990 ). Management and leadership for nurse manager. Jones and
Barlett Publisher. Boston.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah tentang Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip Pengorganisasian dan Jenis
Struktur Organisasi dalam Keperawatan untuk mata kuliah manajemen keperawatan dapat
terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami sebagai
mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasnuddin.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun isi dari
makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen pembimbing
dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Makassar, 02 Mei 2017
Kelompok
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Organisasi
B. Tujuan Pengorganisasian
C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
D. Organisasi Sebagai Sistem Sosial
E. Struktur Organisasi
F. Tipe Struktur Organisasi
Faktor penyebab perbedaan struktur organisasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengorganisasian adalah hal penting untuk dipelajari, pengorganisasian mencakup hal-hal
yang diatur untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Antara pimpinan dan bawahan, atau
antara ketua dan staf memiliki saling keterkaitan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
bersama. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan
penting seperti halnya fungsi perencanaan. Dengan fungsi pengorganisasian, seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh intitusi pelayanan kesehatan (manusia dan bukan manusia) diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan institusi.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur
berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk mencapai tujuan organisasi.
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk melancarkan suatu tujuan dengan
sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak
dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan pelayanan yang optimal.
Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting,
antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk
sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar suatu pengorganisasian?
2. Apa tujuan dari suatu pengorganisasian ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dari suatu pengorganisasian ?
4. Bagaimana organisasi sebagai sistem sosial?
5. Bagaimana struktur dan jenis-jenis struktur dari sebuah organisasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar suatu
pengorganisasian?
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari suatu pengorganisasian
?
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip dari suatu
pengorganisasian
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan organisasi sebgai sisatem sosial?
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur dan jenis-jenis struktur dari
sebuah organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Organisasi
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relatif dapat diidentifikasikan untuk mencapai tujuan. Akibat terjadinya interaksi
dengan karakteristik masing-masing serta banyak kepentingan yang membentuk gaya hidup,
pola perilaku, dan etika kerja, yang semuanya akan mencirikan kondisi suatu organisasi.
(Marquis & Huston, 2010).
Fungsi pengorganisasian akan dapat dilaksanakan dengan baik kalau manajer pelayanan
kesehatan memahami prinsip-prinsip pengorganisasian. Pengorganisasian adalah langkah
untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf
untuk mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan batasan tersebut maka fungsi organisasi ialah alat untuk memadukan dan
mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel, finansial, material dan tata
cara pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan pandangan tersebut
maka organisasi dipandang sebagai wadah kerjasama antar orang-orang (organisasi bersifat
statis). Organisasi juga dapat ditinjau dari kerjaan dan pembagian tugas para staf untuk
mencapai tujuan (organisasi bersifat dinamis). Organisasi dapat juga dilihat dari strategi
pimpinan untuk mengelolah organisasi (organisasi sebagai instrument pimpinan).
B. Tujuan Pengorganisasian
1. Tujuan dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
2. Mempermudah pelaksanaan tugas.
3. Mempermudah pimpinan melakukan pengendalian.
4. Agar kegiatan-kegiatan para bawahan terarah ke satu tujuan yang telah ditentukan.
5. Agar dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang ada.
C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Beberapa prinsip pokok dari pengorganisasian adalah sebagai berikut:
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
1. Membagi habis pekerjaan kedalam kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
2. Mengolompokkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang lebih operasional
(elemen kegiatan)
3. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan fasilitas
pendukungnya.
4. Penugasan personel yang cakap.
5. Mendelegasikan wewenang
6. Dalam pembagian tugas harus diperhatikan keseimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab. Wewenang yang terlalu besar pada staf mendorong terjadinya
kasus korupsi akibat peluang yang besar tetapi pengawasan yang kurang.
1. Subsistem administrasi
Fokus kajian terhadap subsistem administrasi dalam institusi peayanan kesehatan lebih
banyak diarahkan untuk mengkaji tipe gaya kepemimpinan, proses pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab yang diberikan kepada staf, dan mekanisme kerjasam yang
dikembangkan untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam pengembangan subsistem ni
harus jelas: “siapa mengerjakan apa, unutk siapa, “siapa menyuruh siapa untuk mengerjakan
apa”, “kapan dan mengapa” tugas tersebut harus dilaksanakan.
2. Subsistem informasi
Kajian terhadap subsistem informasi dan penagambilan keputusan diarahkan untuk
mempelajari proses pengambilan keputusan strategis dalam sebuah organisasi kegiatan
(keputusan kunci). Untuk pengambilan keputusan strategis, diperlukan informasi yang akurat
dan menyeluruh tentang organisasi, terutama tentang bagaimana sistem yang ada dalam
organisasi berkembang sesuai dengan misinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Subsistem ekonomi
Untuk mengkaji subsistem ekonomi institusi peayana kesehatan diperlukan kejelasan tugas
pokok staf untuk mencapai tujuan organisasi dalam batas-batas kemampuan anggaran yang
tersedia(cost effectiveness) dan disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing.
4. Subsistem sosial
Di dalam kajian subsistem sosial, seseorang akan mempelajari lebih jauh tentang proses
pengembangan motivasi staf dan kepemimpinan yang efektif yang dilakoni para manajer
organisasi, terutama manajer personalia. Meskipun semua subsistem nampaknya berdiri
sendiri, tetapi perubahan yang terjadi pada salah satuu subsistem akan dirasakan
pengaruhnya pada subsistem lainnya. Jika keseluruhan sistem berjalan sehat dan bekerja
secara normal, setiap subsistem akan berinteraksi secara efektif satu sama lain.
Karenanya, pengembangan organisasi jangka panjang hanya akan terjadi kalau semua
subsistem dikembangkan dantidak mengorbankan salah satu subsistem untuk kepentingan
suubsistm yang lain. Pada saat bersamaan, sistem manajemen di dalam sebuah organisasi
kesehatan juga tidak mungkin mengabaikan pengatuh dan tekanan yang tersumber dari
lingkungan di luar organiasi.
E. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi (Organizational Structure) menentukan bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi sebagai penentuan
bagaimana pekerjaan dibagi-ibagi, dan dikelompokkan secara formal (Robbins,2007)
Menurut Robbins (2007) ada elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manager ketika
mereka hendak mendesain struktur organisasi. Keenam elemen tersebut adalah spesialisasi
kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi, desentralisai dan
formalisasi.
1. Spesialisasi Kerja
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian kegiatan dalam organisasi
dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan tersendiri. Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah
bahwa ketimbang seluruh pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, pekerjaan itu dipecah-
pecah menjadi sejumlah tahap, dengan masing-masing tahap diselesaikan oleh seorang
individu tersendiri. Intinya, individu mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu
kegiatan ketimbang seluruh kegiatan.
2. Departementalisasi
Setelah memecah pekerjaan melalui spelisasi, langkah selanjutnya yaitu
mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat dikoordinasikan
dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan ini disebut Departementalisasi
(departementalizational).
Departementalisasi berdasarkan fungsi dapat digunakan di semua jenis organisasi, hanya
saja fungsi tersebut bisa berubah guna mencerminkan tujuan dan aktivitas organisasi.
Contohnya sebuah rumah sakit mungkin memiliki departemen yang dikhususkan untuk
penelitian, perawatan pasien, pembukuan, dan sebagainya.
3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari puncak
organisasi ke eselom paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
Jika membahas rantai komando ada dua konsep lain yang harus dibahas agar saling
melengkapi yaitu:
a. Wewenang (authority)
Wewenang ini mengacu pada hak-hak yang melekat dalam sebuah posisi manajerial untuk
memberikan perintah dan berharap bahwa perintah itu dapat dipatuhi. Untuk memfasilitasi
koordinasi, tiap posisi manajerial diberi sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap
manajer diberi tingkat wewenang untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Menurut (Huber, 2000; Marquis & Huston, 2003) dalam (Jones, 2007) Pengambilan
keputusan desentralisasi terjadi ketika keputusan dibuat di seluruh organisasi, pada tingkat
terendah dalam organisasi. Dalam pengambilan keputusan desentralisasi, wewenang,
tanggung jawab, dan akuntabilitas yang diberikan kepada orang yang paling dekat dengan
masalah untuk menyelesaikan masalah. Metode ini meningkatkan semangat kerja karyawan
dan kepuasan kerja. Karyawan diberi kewenangan tersebut cenderung lebih termotivasi dan
merasa dihargai sebagai anggota organisasi.
6. Formalisasi
Formalisasi mengacu sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan. Jika
sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku organisasi pekerjaan akan memiliki sedikit sekali
kebebasan untuk memiliki apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan
bagaimana dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk selalu menangani output yang konsisten
dan seragam.
Organisasi yang tingkat formalisasinya tinggi, memiliki deskripsi tugas yang jelas, beragam
aturan organisasi dan prosedur yang didefinisikan secara tegas. Sedangkan organisasi yang
tingkat formalisasinya rendah memiliki perilaku pekerjaan yang relative tidak terprogram dan
karyawannya memiliki banyak kebebasan untuk menjalankan diskresi mereka terkait
pekerjaan. Karena kebebasan seorang individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan
jumlah perilaku dalam pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin besar
standarisasi semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengenai bagaimana suatu pekerjaan
harus dijalankan.
1. Bureaucratic
Desain organisasi birokrasi biasa disebut dengan line structures atau line organization.
Pengambilan keputusan dan kekuasaan dipegang oleh beberapa orang dalam tingkat atas.
Setiap orang yang memiliki beberapa kekuatan dan otoritas yang bertanggung jawab untuk
hanya beberapa orang. Ada banyak lapisan departemen, dan komunikasi cenderung bergerak
lambat pada jenis sistem ini. Banyak orang yang telah mengenal struktur ini sehingga tidak
sulit untuk mengorientasikan seseorang ke dalam struktur ini. Dalam struktur ini, wewenang
dan tanggung jawab diatur dengan sangat jelas.
Masalah terkait struktur ini adalah kepatuhan terhadap rantai komando komunikasi, yang
membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang baik mendorong komunikasi ke atas untuk
mengkompensasi kerugian. Namun, ketika garis posisinya sudah jelas terdefinisi, keluar dari
rantai komando komunisasi dengan melakukan komunikasi ke atas biasanya tidak pantas.
Menurut Robbins (2007), birokrasi (bureaucracy) dicirikan dengan tugas-tugas operasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal,
tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang
terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai
komando.
2. Ad Hoc Design
Ad Hoc Design adalah modifikasi dari struktur birokrasi dan terkadang digunakan sementara
untuk memudahkan penyelesaian sebuah proyek dengan garis organisasi formal. Struktur ad
hoc adalah sarana untuk mengatasi ketidakfleksibelan dari garis struktur. Struktur ad hoc
menggunakan proyek tim atau pendekatan tugas dan biasanya dibubarkan saat proyek
tersebut selesai. Kerugian dari struktur ini adalah menurunnya kekuatan dalam rantai
komando formal dan menurunkan loyalitas karyawan terhadap organisasi induk.
3. Matrix Structure
Matrix organization structure dirancang untuk fokus terhadap produk dan fungsi. Fungsi
digambarkan sebagai semua tugas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk, dan produk
merupakan hasil akhir dari fungsi tersebut. Sebagai contoh, kriteria hasil pasien yang baik
adalah produk sedangkan staf yang memadai adalah sebuah fungsi yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang baik. Struktur organisasai matrik mempunyai rantai komando
vertikal dan horisontal. Meskipun begitu, terdapat aturan yang kurang formal dan tingkat
hirarki yang lebih sedikit. Dalam struktur ini, membuat keputusan bisa menjadi lebih lama
karena kebutuhan untuk bertukar informasi, dan hal itu dapat menyebabkan kebingungan bagi
pekerja karena desain dari dua wewenang. Keuntungan utama dari struktur ini adalah
keahlian yang terpusat seringkali sebanding dengan kompleksitas komunikasi yang
dibutuhkan dalam perancangan.
4. Flat design
Flat organizational design adalah sebuah usaha untuk memindahkan lapisan hirarki dengan
perataan rantai komando dan desentralisasi organisasi. Pada waktu yang tepat, ketika
finansial organisasi kaya, merupakan hal yang mudah untuk menambahkan lapipsan dalam
sebuah organisasi untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tapi ketika organisasi mulai
merasa finansialnya menurun, mereka sering melihat hirarki mereka untuk mengetahui posisi
apa yang dapat dihilangkan. Dalam desain ini, terdapat kelangsungan garis kebijakan, dan
karena struktur organisasi iini, pembuat kebijakan dan wewenang menjadi lebih banyak.
Banyak manajer yang kesulitan untuk melepaskan kontrolnya, dan walaupun struktur ini
menahan banyak karakteristik dari birokrasi
2. Ukuran organisasi
Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi
tersebut. Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi
secara signifikan mempengaruhi strukturnya.
3. Teknologi
Teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap
organisasi memiliki paling tidak satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM,
dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
4. Lingkungan
Ligkungan sebuah organisasi dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar
organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Struktur sebuah organisasi
dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi
menghadapi lingkungan yang statis tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah.
Sedangkan organisasi yang menghadapi lingkungan yang sangat dianamis, dimana peraturan
pemerintah yang cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan
dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk
dan sebagainya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit
ketidakpastian bagi para menejer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian
adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan mencoba
menimalkannya, dengan cara mengurangi ketidakpastian lingkungan melalui penyesuaian
struktur organisasi.
5. Keefektifan Organisasi
Tidak ada cara “terbaik” untuk membuar struktur organisasi. Seseorang harus selalu
mempertimbangkan variable, misalnya ukuran organisasi, kemampuan sumber daya
manusia, dan tingkat komitmen pekerja. Tanpa mempertimbangkan tipe struktur organisasi
yang digunakan, persyaratan minimal tertentu dapat diidentifikasi:
1. Struktur harus ditetapkan dengan jelas sehingga pegawai mengetahui tempat
mereka dan siapa yang dapat diminta bantuan
2. Tujuan seharusnya adalah membangun tingkat manajemen yang paling sedikit dan
memiliki rantai komando yang paling pendek. Hal ini menghilangkan gesekan, stress,
dan inersia
3. Staf unit juga perlu mampu melihat dimana tugas mereka yang paling cocok dengan
tugas umum organisasi
4. Struktur organisasi seharusnya meningkatkan, bukan mengambat komunikasi
5. Struktur organisasi seharusnya memfasilitasi pengambilan keputusan yang
menghasilkan performa kerja terbaik
6. Staf harus diatur dengan cara yang mampu mendorong kelompok informal untuk
mengembangkan rasa bermasyarakat
7. Layanan keperawatan harus diatur untuk memfasilitasi munculnya pemimpin masa
depan. (Marquis & Huston, 2010)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan
mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Suatu pengorganisasia
memiliki tujuan dan prinsip pokok tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Saran
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian secara
jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya. Hubungan
yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga dengan hubungan
yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan organisasi lambat terwujud
bahkan gagal tercapai