Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. PENGERTIAN

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan

kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Penyebab utama

kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit

melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi dan

infeksi. Golongan umur yang paling banyak menderita akibat diare adalah

anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih rendah (Widoyono, 2009).

Diare adalah perubahan frekuensi dan kosistensi tinja. WHO pada

mendefiniskan bahwa diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam

sehari semalam (24 jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri

untuk diare seperti berak lembek, cair, berdarah, berlendir atau dengan

muntah (muntaber) (Widoyono, 2009).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan

dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali

atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

1
B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Faktor Presipitasi dan Predisposisi

a. Etiologi menurut Mansjoer (2009) :

1) Infeksi internal

Infeksi internal adalah infeksi pencernaan yang merupakan penyebab

diare pada anak disebabkan oleh bakteri shigella, enterobacter aerogenes

dan E. colli.

2) Infeksi parentral

Infeksi parentral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

(OMA) otitis media akut yang banyak terdapat pada anak dibawah dua

tahun.

b. Faktor Predisposisi

1) Faktor Malaborsi

Malaborsi karbohidrat, disakarida (intoransi, laktosa maltosa dan

subkorosa) dan monosakarida (intoleransi glukosa, frugtosa dan glaktosa)

pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malaborsi lemak dan

protein.

2) Faktor makanan

Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi, dan alergi

terhadap makanan yang dimakan.

3) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi pada anak).

2
2. Psiko Patologi/Patofisiologi

Gambar 1: Pathway Diare (Manggiasih, 2016) :

Faktor Infeksi Faktor Malaborsi Faktor Makanan Faktor Psikologis


Karbohidrat, Lemak,
Protein.

Masuk dan peningkatan Toksin tak Cemas


berkembang tekanan osmotik dapat diserap
dalam usus

Pergeseran air
Hiperperistaltik menurun
Hiperereksi air dan elektrolit ke
kesempatan usus
dan elektrolit rongga usus
menyerap makanan

DIARE

Frekuensi buang Distensi


Kerusakan abdomen
air besar Dampak
Rongga usus
meningkat Hospitalisasi

Mual,
Cemas Proses Muntah
Infeksi
Kekurangan
Volume Cairan
dan Elektrolit Info tentang Nafsu makan
penyakit kurang Hipertermi menurun

Kurang Gangguan nutrisi


Pengetahuan kurang dari
kebutuhan

3
Diare disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor infeksi, faktro

malaborsi, faktor makanan dan faktor psikologis. Peningkatan cairan intra

luminal menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena

meningkatnya volume, sehingga motolitas usus meningkat. Sebaliknya

bila waktu henti makanan diusus terlalu cepat akan menyebabkan waktu

sentuh makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air

dan zat-zat lain terganggu. Sehingga transport cairan dan elektrolit

intestinal tidak normal dan menurunnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan dan menyebabkan diare (Manggiasih, 2016).

Diare menyebabkan frekuensi BAB meningkat dan nyeri pada

abdomen sehingga bagian tubuh kehingan cairan dan elektrolit. Tubuh

juga akan mersakan mual, muntah, dan nafsu makan yang menurun

(Manggiasih, 2016).

3. Manifestasi Klinik

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin

lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.

Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin

lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal

dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

4
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak

kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat

badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar

menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi

ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat

dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik (Mansjoer,

2009).

Tabel 1: Tanda dan Gejala Diare (Mansjoer, 2009)


No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
Gejala Ringan Sedang
1. Keadaan Sadar, gelisah, Gelisah, Mengantuk, lemas,
Umum haus mengantuk. anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.
2. Denyut nadi Normal kurang Cepat dan Cepat, haus,
dari 120/menit lemah kadangkadang tak
120140/menit teraba, kurang dari
140/menit
3. Pernafasan Normal Dalam, Dalam dan cepat
mungkin cepat
4. Ubunubun Normal Cekung Sangat cekung
besar
5. Kelopak Normal Cekung Sangat Cekung
Mata
6. Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7. Selaput Lembab Kering Sangat kering
lendir
8. Elastisitas Pada Lambat Sangat lambat (lebih
kulit pencubitan dari 2 detik)
kulit secara
elastis kembali
secara normal

5
4. Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan penunjang menurut Manggiasih (2016) :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida.

2) Serum elektrolit : Hiponatremi, hipernatremi, hipokalemi

3) AGD : Asidosis metabolic (Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2

meningkat, HCO3 menurun).

4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA).

b. Pemeriksaan Darah

1) Darah Lengkap: Hb, Ht, Leukosit

2) Elektrolit: Na, K, Ca dan Protein serum pada diare yang disertai

kejang.

3) Ph, cadangan alkali dan elektrolit untuk menemukan gangguan

keseimbangan asam basa

c. Radiologi

Mungkin ditemukan bronchopemoni.

5. Komplikasi

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa

hal sebagai berikut :

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input),merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

6
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme

lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh,

terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na

dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita kekurangan kalori protein

(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga

40 % pada bayi dan 50 % pada anak–anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan

dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,

makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

7
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak

segera diatasi klien akan meninggal.

6. Penatalaksanaan

Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses

normal atau fisiologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus

berbagai pertimbangan profesional dalam setiap membuat suatu keputusan

(Dewi Sekar, 2009).

a. Tujuan dari penalataksanaan diare terutama pada balita adalah:

1) Mencegah dehidrasi.

2) Mengobati dehidrasi.

3) Mencegah ganngguan nutrisi dengan memberikan makan selama

dan sesudah diare.

4) Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

b. Prinsip dari penatalaksanaan diare

Prinsip dari tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE, yang

didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan

rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi

diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/

menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

juga menjadi cara untuk mengobati diare untuk itu Kementrian

Kesehatan telah menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS

DIARE) yaitu:

1) Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah

8
2) Zinc selama 10 hari berturut-turut

3) Pemberian ASI dan makanan

4) Pemberian antibiotik sesuai indikasi

5) Nasihat pada ibu/ pengasuh anak

c. Oralit

Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium klorida

(NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa. Oralit osmolaritas

rendah telah direkomedasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations

International Children's Emergency Fund).

1) Manfaat Oralit

Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengobati

dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elekrolit yang terbuang saat

diare. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit

osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas

rendah diberikan kepada penderita diare akan:

a) Mengurangi volume tinja hingga 25%.

b) Mengurangi mual muntah hingga 30%.

c) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena

sampai 33%.

2) Membuat dan Memberikan Oralit

a) Cara membuat larutan Oralit:

Cuci tangan dengan air dan sabun.

a. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc).

9
b. Masukkan satu bungkus Oralit 200cc.

c. Aduk sampai larut benar.

d. Berikan larutan Oralit kepada balita.

b) Cara memberikan larutan Oralit

a. Berikan dengan sendok atau gelas.

b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak

kelihatan haus.

c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan

dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.

d. Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan.

e. Bila larutan Oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan

Oralit berikutnya.

d. ZINC

Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil penelitian

Departement of Child and Adolescent Health and Development, World

Health Organization yaitu:

a) Zinc sebagai obat diare

1) 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (Penelitian

di India).

2) 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang.

3) 18%-59% mengurangi jumlah tinja.

4) Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan.

b) Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah

10
Pemberian Zinc terbukti menurunkan kejadian diare berdarah

c) Zinc aman diberikan pada anak.

1) Cara Pemberian Obat Zinc

a) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat

Zinc selama 10 hari berturut-turut.

b) Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet

mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak).

c) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian

obat Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil

dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

d) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan

infus, tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa

minum atau makan.

e. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika

hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar

karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak

dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal.

11
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit

(amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

f. Penentuan rencana terapi

Rencana pengobatan diare dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan derajat

dehidrasi yang dialami penderita.

a. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi

yaitu diare yang jika terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda

berikut yaitu: Keadaan umum baik, sadar, mata tidak cekung, minum

biasa,tidak haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali segera.

b. Rencana Terapi B, jika penderita mengalami dehidrasi ringan –

sedang yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda

di bawah ini yaitu: Gelisah dan rewel, mata cekung, ingin minum

terus, ada rasa haus dan cubitan kulit perut/turgor kembali lambat.

c. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat

yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda di

bawah ini yaitu: Lesu dan lunglai/tidak sadar, mata cekung, malas 24

minum dan cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2

detik. (Panduan Sosialisasi Tatalaksanan Diare pada Balita

Kemenkes RI 2011).

12
C. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/ BAB
sering.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

D. Intervensi Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Fluid Management
a. Timbang popok/ pembalut jika diperlukan.
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
d. Monitor vital sign.
e. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
f. Kolaborasikan pemberian cairan intravena.
g. Monitor status nutrisi.
h. Dorong masukan oral.
i. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
j. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
k. Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
l. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
m. Atur kemungkinan tranfusi.
n. Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
b. Pelihara IV line.
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit.
d. Monitor tanda vital

13
e. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.
f. Monitor berat badan
g. Dorong pasien untuk menambah intake oral.
h. Pemberian cairan inravena
i. Monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan.
j. Monitor adanya tanda gejala ginjal.
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/ BAB
sering.
Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
b. Hindari kerutan pada tempat tidur.
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
e. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
f. Oleskan lotion atau minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan.
g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
h. Monitor status nutrisi pasien.
i. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan.
Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
e. Berikan substansi gula.
f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
g. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi).

14
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
k. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal.
b. Monitor adanya penurunan berat badan.
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan.
d. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
e. Monitor lingkungan selama makan.
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
h. Monitor turgor kulit.
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah.
j. Monitor mual dan muntah.
k. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
l. Monitor makanan kesukaan.
m. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
n. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
o. Monitor kalori dan intake nutrisi.
p. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral.
q. Catat jika lidah bewarna magenta, scarlet.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang menenagkan.
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress.

15
e. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
f. Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis.
g. Dorong keluarga untuk menemani anak.
h. Lakukan back/ neck rub.
i. Dengarkan dengan penuh perhatian.
j. Identifikasi tingkat kecemasan.
k. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
l. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.
m. Intruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.
n. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Cv. Trans Info Media
Departemen Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Diare Edisi 2011. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Manggiasih, Vidia, Atika. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta :Trans Info Media.

Mansjoer, arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK


UI.

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Wong, Dona, L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Edisi 6.


Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai