Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Lia. 2019. Makalah Terapi Kiropraksi. https://id.scribd.com › document

MAKALAH TERAPI KIROPRAKSI - Scribd

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
D. Metode Penulisan ................................................................................ 2
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Terapi Komlementer ............................................................................ 3


B. Definisi Terapi Kiropraksi.................................................................... 3
C. Teknik Terapi Kiropraksi ..................................................................... 5
D. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika Kiropraksi ............................. 6
E. Dasar-dasar Hukum Kiropraksi ............................................................ 6
F. Pengetahuan Seorang Kiropraktor ........................................................ 7
G. Cara Kerja Kiropraksi .......................................................................... 9
H. Koreksi Kiropraksi ............................................................................... 9
I. Izin praktek Kiropraksi .......................................................................... 10
J. Tips Sebelum mendapatkan Kiropraksi................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11

i
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

LAMPIRAN

ii
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional (WHO).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang
penggunaan pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer
- alternatif yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010
telah digunakan oleh 40% dari penduduk Indonesia.
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem - sistem
tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik lengkap
serta perawatan yang tepat.
Jenis-jenis terapi komplementer itu sendiri terdiri dari berbagai macam salah
satunya adalah terapi kiropraksi yaitu sejenis terapi pembetulan tulang belakang agar
fungsi saraf yang terganggu kembali normal.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dari Terapi Kiropraksi dalam komplementer terapi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komplementer Terapi pada semester VII,
dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang bentuk terapi
komplementer khususnya terapi kiropraksi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang terapi komplementer
b. Mampu menjelaskan tentang terapi kiropraksi

2
c. Mampu menjelaskan tentang teknik terapi kiropraksi
d. Mampu menjelaskan tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika kiropraksi
e. Mampu menjelaskan tentang dasar-dasar hukum kiropraksi
f. Mampu menjelaskan tentang pe

3
g. ngetahuan seorang kiropraktor
h. Mampu menjelaskan tentang cara kerja kiropraksi
i. Mampu menjelaskan tentang koreksi kiropraksi
j. Mampu menjelaskan tentang izin praktek kiropraksi
k. Mampu menjelaskan tentang tips sebelum mendapatkan kiropraksi

D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan
internet, kemudian diskusi kelompok.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pembahasan yang terdiri dari konsep dasar teori terapi kiropraksi.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II

PEMBAHASAN

1
A. Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Terapi komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference,
1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Terapi Komplementer, pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan
lengkap serta perawatan yang tepat.
B. Definisi Terafi Kiropraksi
Kata ‘Kiropraksi’ berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata ’chiros’ yang berarti
tangan, dan ’praktikos’ yang artinya praktis. Jika diartikan secara harfiah
’Chiropractic’ berarti ‘menggunakan tangan’.
Chiropractice atau kiropraksi adalah pembetulan tulang belakang, yakni keahlian
khusus menganalisis dan memperbaiki pergerakan pada sendi tulang belakang yang
tidak normal (subluxation). Konsep pengobatan kiropraksi adalah mengaktifkan tubuh

2
untuk sanggup melakukan penyembuhan sendiri sepanjang tubuh cukup istirahat,
nutrisi, dan jaringan urat saraf yang bersemestinya serta tidak ada kerusakan permanen
pada jaringan. pengobatan ini terfokus pada tulang belakang, hampir seluruh urat saraf
berasal dari tulang belakang.
Fokus Kiropraksi adalah melihat hubungan antara sistem saraf dengan semua
sistem dalam tubuh. Terutama persendian dan otot di sekitar tulang belakang. Gerakan
pada persendian sangat berpengaruh pada seluruh saraf dan struktur yang berhubungan
dengan saraf itu, termasuk otot, organ tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan sistem saraf
keseluruhan.
Kiropraksi merupakan sebuah kaedah perawatan atau pembetulan tulang belakang
dengan menggunakan manipulasi tangan. Dengan berdasarkan ilmu pengetahuan yang
membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel tubuh, organ dan sistem
tubuh, maka kiropraksi memusatkan perhatian kepada sistem saraf secara menyeluruh.
Awalnya kiropraksi hanya dilakukan untuk memperbaiki postur dan mengurangi
sakit punggung, ternyata kiropraksi juga bisa mengurangi keluhan penyakit di seluruh
tubuh. Sehingga sejak beberapa tahun terahir kiropraksi dipilih sebagai salah satu
metode penyembuhan penyakit.
Chiropractic ditemukan pada tahun 1895, dan dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel
tubuh, organ dan sistem tubuh, maka chiropractor memusatkan perhatian kepada
sistem saraf secara menyeluruh. Otak dan saraf tulang belakang (spinal cord)
dilindungi oleh tengkorak dan tulang belakang. Sehingga kalau pergerakan salah satu
dari sendi tulang belakang berkurang maka akan mengiritasi sistem saraf, iritasi ini
akan menyebabkan penurunan suplai neuron ke jaringan dan organ. Hal ini
mengakibatkan fungsi jaringan dan organ yang tidak optimal. Dengan contoh otot
yang berkembang tidak simetri, otot yang cepat lelah (fatigue). “Penurunan fungsi
saraf” ini dinamakan: “Vertebra Subluxation Complex” (Subluksasi adalah dimana
sendi tulang yang tidak bergerak dengan normal).

C. Teknik Terapi Kiropraksi


Terapis chiropractic melakukan pemeriksaan yang seksama untuk mengetahui
fungsi sendi/pergerakan, fungsi otot & saraf. Jika dari pemeriksaan menunjukkan

3
adanya subluksasi (sendi yang bergerak tidak normal) maka perlu diadakan koreksi
chiropractic.
“Koreksi” adalah membantu tulang dan sendi ke posisi normal, menormalkan
gerakan dan menghilangkan iritasi yang kadang menyebabkan sakit dan malfungsi
dari organ bila didiamkan terlalu lama.
Ada banyak cara untuk mengadakan “koreksi” tulang belakang. Terapis
chiropractic menggunakan tangan atau alat yang didesain khusus untuk mengkoreksi
sendi yang bersangkutan juga menyesuaikan teknik yang digunakannya dengan usia
pasien serta tergantung kasus yang ditanganinya. Koreksi membantu menormalkan
fungsi tulang belakang dan menghindari kerusakan jaringan di kemudian hari. Dan
jika fungsi saraf kembali normal, ini akan membantu tubuh untuk menyembuhkan
dengan sendirinya (self healing).
Terapi ini aman untuk bayi dan anak-anak. Biasanya, subluxation pada anak
disebabkan karena tekanan pada tulang belakang ketika anak terjatuh, permainan
berisiko seperti memanjat atau membawa beban berat di pundaknya, yaitu tas yang
terlalu berat. Pergerakan yang tidak normal pada tulang belakang ini dapat
mempersempit urat saraf sehingga mengganggu aliran darah ke jaringan tubuh.
Umumnya gejalanya tidak langsung dirasakan, jika dibiarkan maka anak akan merasa
tidak nyaman dan timbul keluhan sakit telinga, rewel, dan migrain.
Tidak semua penyakit yang dialami anak dapat diatasi terapi kiropraksi. Umumnya
sebelum memberikan tindakan seorang kiropraktor menganalisa terlebih dahulu
keluhan pasien. Misalnya dari sejarah kesehatan dan penyakit pasien atau pernah
mengalami kecelakaan.
Pengecekan tak hanya menggunakan keahlian tangan, tapi juga secara lengkap
meliputi cek postur, analisa tulang yang spesifik, ortopedi, dan tes neurologi,
termografi, dan x-ray untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit lain. Misalnya,
ketika anak mengalami demam, dilihat penyebabnya akibat terbentur atau infeksi. Jika
dikarenakan infeksi, sebaiknya tidak dilakukan kiropraksi. Setelah melakukan
assessment, dilakukakan prosedur adjustment dengan menggunakan metode
kiropraksi untuk memperbaiki struktur tulang belakang dan jaringan saraf yang
teriritasi.

4
Sampai sekarang di Indonesia chiropractic masih dianggap metode penyembuhan
tradisional. Sementara di luar negeri, chiropractic merupakan penyembuhan
komplementer yang dapat dijalani berbarengan dengan perawatan medis.
D. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika Kiropraksi
1. Berat tekanan yang dilakukan
2. Lokasi yang dipilih
3. Melakukan perenggangan terlebih dahulu
4. Dalam keadaan relax/santai
5. Tubuh pesakit tidak kering.
6. Tidak ada besi dalam tulang
7. Tidak ada kecederaan berdarah yang masih baru
8. Menyediakan tempat yang sesuai
9. Jangan melakukan dengan kasar.
E. Dasar-dasar Hukum Kiropraksi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003, chiropractor adalah seseorang yang melakukan
pengobatan kiropraksi (Chiropractie) dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot
dan persendian. Kiropraksi sendiri digolongkan dalam pengobatan tradisional
komplementer.
Ada perbedaan antara pengobatan tradisional pada umumnya termasuk
akupunktur yang bisa dilakukan dengan menempuh pendidikan relatif singkat,
seorang chiropractor sebelum praktik harus menempuh pendidikan layaknya seorang
dokter, seperti di negara Kanada, untuk memperoleh gelar Doctorate in Chiropractic
(D.C) atau Doctor of Chiropractic minimal harus menempuh pendidikan 7 tahun. Hal
ini juga dijalankan di negara-negara Eropa seperti Amerika Serikat, Australia.
Seorang chiropractor harus benar-benar memahami tentang anatomi tubuh
manusia terutama tulang belakang artinya sangat memungkinkan seorang dokter yang
mengambil keahlian kiropraksi. Di Indonesia sendiri, ada pendidikan kiropraksi
dengan syarat minimal seorang dokter, baik dokter umum atau spesialis.

F. Pengetahuan Seorang Chiropractor

5
Menurut WHO guidelines on basic training and safety in chiropractic,
seorang chiropractor harus mampu:
1. Menerapkan pengetahuan saintis fundamental mengenai tubuh manusia;
2. Memahami sifat biomekanik dan postur normal atau abnormal, serta patopisiologi
dari sistem neuromuskulo-skeletal dan hubungannya dengan struktur anatomi
lainnya
3. Menjalin sebuah hubungan yang memuaskan dengan pasien
4. Mengumpulkan dan mencatat informasi klinis dan mengkomunikasikan informasi
tersebut
5. Secara akurat menafsirkan temuan laboratorium klinis dan pencitraan diagnostik
dari sistem neuromuskulo-skeletal
6. Membuat sebuah diagnosa klinis yang akurat
7. Menerapkan penilaian yang sehat dalam memutuskan perawatan yang sesuai
8. Memberikan perawatan yang berkompeten
9. Memberikan perawatan kesehatan berlanjut yang kompeten
10. Memahami penerapan dari metode-metode dan teknik-teknik kontemporer dalam
bidang kesehatan
11. Menerima tanggungjawab dari seorang chiropraktor
12. Memahami keahlian dan cakupan chiropraktik dan profesi perawatan kesehatan
lainnya guna memfasilitasi kerjasama dan penghormatan intra-disipliner dan inter-
disipliner
13. Memilih subyek-subyek riset, merancang proyek riset sederhana, secara kritis
menilai penelitian-penelitian klinis dan berpartisipasi dalam program-program riset
multi-disiplin
14. Berkomitmen terhadap kebutuhan pembelajaran seumur hidup dan pengembangan
profesional terus menerus.
Di luar negeri ilmu chiropractic merupakan bagian dari departemen ilmu
kesehatan (health science), yang lulusannya menyandang gelar doctor of chiropractic
(DC) di belakang nama mereka.
Seorang chiropractor mirip seperti engineer khusus tubuh manusia. Dia
membetulkan posisi tulang belakang yang tidak selaras atau bengkok ke posisinya
yang benar. Koreksi yang kita lakukan seperti melakukan ketok magic.

6
chiropractor mengoreksi dengan kedua tangannya melalui teknik- teknik tertentu,
terkadang dibantu dengan peralatan khusus. Kata chiropractic berarti "dikerjakan
dengan tangan" sehingga obat dan operasi bukanlah tindakan yang diambil
chiropractor.
Salah satu teknik yang digunakan-secara awam-tampak seperti penekanan-
penekanan pada bagian-bagian tertentu tubuh. Acap kali chiropractor juga
memerlukan foto rontgen tulang belakang untuk memperjelas kondisi pada tulang
belakang yang bermasalah.
Chiropractor tidak menyembuhkan penyakit, melainkan sekadar membantu tubuh
dengan membuatnya dalam kondisi optimum untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Penyelarasan tulang belakang itulah yang membuat tubuh pada kondisi optimum
karena saraf-saraf pusat yang keluar dari susunan tulang belakang berfungsi maksimal
untuk menyuplai neuron ke jaringan dan organ tubuh.
Masih menurut WHO, bila digunakan secara trampil dan benar, perawatan
chiropraktik adalah aman dan efektif untuk pencegahan dan manajemen sejumlah
masalah kesehatan. Namun, terdapat risiko dan kontraindikasi yang diketahui dari
protokol perawatan manual dan lainnya yang digunakan dalam praktek kiropraktik.
Praktek kiropraktik melibatkan suatu kisaran umum dan khusus dari metode-metode
diagnostik, termasuk pencitraan skeletal, uji laboratorium, evaluasi ortopedik dan
neurologis, serta penilaian observasional dan penilaian taktil. Manajemen pasien
melibatkan penyesuaian tulang belakang dan terapi manual lainnya, latihan
rehabilitatif, langkah-langkah pendukung dan penguat, pendidikan dan bimbingan
pasien. Praktek kiropraktik menekankan manajemen konsertatif dari sistem
neuromuskulo-skeletal, tanpa penggunaan obat-obatan dan pembedahan.
Ada banyak cara praktek-praktek kiropraktik yang tidak benar seperti:
• Kebiasaan diagnostik yang tak memadai
• Evaluasi pencitraan diagnostik yang tak memadai
• Keterlambatan memberi rujukan
• Keterlambatan dalam melakukan evaluasi ulang
• Kurangnya kerjasama antarprofesional
• Kegagalan memperhitungkan batas toleransi pasien
• Pemilihan atau implementasi teknik yang buruk

7
• Penggunaan manipuasi yang berlebihan atau tidak perlu

Penyebab-penyebab komplikasi dan reaksi-reaksi yang merugikan


• Kurangnya pengetahuan
• Kurangnya ketrampilan
• Kurangnya sikap rasional dan teknik

G. Cara Kerja Kiropraksi


Ilmu yang dikenalkan pertama kali oleh DD Palmer dari Amerika Serikat
ini adalah dengan mengoreksi atau membetulkan persendian secara sederhana,
kiropraksi adalah salah satu pengobatan alternatif dengan memperbaiki kesalahan
pada susunan tulang belakang agar tidak mengganggu fungsi saraf, sehingga tubuh
bisa menyembuhkan dirinya sendiri tanpa obat atau operasi.
Tulang belakang mulai dari leher sampai dengan tulang ekor berisi syaraf-syaraf
yang mempersyarafi seluruh bagian tubuh. Jika ada gangguan seperti subluksasi bisa
akan berefek gangguan di bagian tubuh yang dipersyarafinya.

H. Koreksi Kiropraksi
Chiropractor terlebih dahulu melakukan pemeriksaan yang seksama untuk
mengetahui fungsi sendi/pergerakan, fungsi otot, dan saraf. Jika dari pemeriksaan
menunjukkan adanya subluksasi (sendi yang bergerak tidak normal) maka perlu
diadakan koreksi kiropraksi.
Koreksi adalah membantu tulang dan sendi ke posisi normal, menormalkan
gerakan dan menghilangkan iritasi yang kadang menyebabkan sakit dan malfungsi
dari organ bila didiamkan terlalu lama.
Ada banyak cara untuk mengadakan koreksi tulang belakang. Koreksi
membantu menormalkan fungsi tulang belakang dan menghindari kerusakan jaringan
di kemudian hari. Misalnya pada kasus subluksasi perlu tindakan kiropraksi untuk
mengembailkan posisis tulang belakang pada anatomi yang sebenarnya. Dan jika
fungsi saraf kembali normal, ini akan membantu tubuh untuk menyembuhkan dengan
sendirinya.
Ada beberapa penyebab masalah (subluksasi):

8
1. Posisi tidur, duduk atau berdiri yang tidak benar.
2. Proses kelahiran.
3. Kecelakaan.
4. Mengangkat barang dengan posisi yang tidak benar.
5. Olahraga yang tidak sesuai.
Subluksasi tidak selalu menyebabkan rasa sakit pada mulanya, dan biasanya
orang tidak menyadarinya dan tidak perduli dengannya. Tetapi subluksasi itu akan
menimbulkan kerusakan tubuh yang lebih besar dan pada saat itulah baru orang
tersebut merasa sakit.
Dari penelitian diketahui bahwa tubuh punya cara untuk menyembuhkan secara
sendirinya. Dengan mengkoreksi sistem tubuh yang tidak benar (dalam hal ini sendi
dan saraf) maka akan memungkinkan tubuh bekerja secara optimal.
I. Izin Praktek Kiropraksi
Karena pentingnya dalam pengawasan tindakan kiropraksi maka mereka yang
akan berpraktek harus mendapat izin. Izin untuk klinik kiropraksi dikeluarkan oleh
Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP). BPTSP merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang melayani perizinan dan non perizinan. Dalam lingkup
wilayah Propinsi, yang mengeluarkan izin klinik kiropraksi adalah BPTSP Pemprov.
Sedangkan Dinas Kesehatan hanya memberikan rekomendasi.
J. Tips Sebelum Mendapatkan Tindakan Kiropraksi
Ada beberapa tips yang harus dipahami sebelum berobat dengan kiropraksi ada
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
1. Konsulkan terlebih dahulu dengan dokter ahli tentang penyakit yang diderita
apakah memang memerlukan tindakan kiropraksi atau tidak.
2. Carilah tempat praktek kiropraksi yang benar-benar memperkerjakan tenaga yang
profesional.
3. Jangan memilih tempat karena biaya murah tapi pilihlah tempat yang baik dan
mempunyai izin resmi.
4. Sebaiknya pahami penyakit yang diderita baik dengan konsultasi dengan dokter
ahli dan mencari rujukan-rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan.

BAB III
9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kiropraksi merupakan sebuah kaedah perawatan atau pembetulan tulang
belakang dengan menggunakan manipulasi tangan. Dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang membuktikan bahwa sistem saraf mengontrol fungsi setiap sel
tubuh, organ dan sistem tubuh, maka kiropraksi memusatkan perhatian kepada sistem
saraf secara menyeluruh.

B. Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini bisa menambah pengetahuan
mengenai salah satu bentuk terapi komplementer, yaitu terapi kiropraksi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies[Online], Tersedia:
http://dwimarista.blogspot.co.id/2015/03/terapi-komplementer-untuk-
menghilangkan.html

Argitya. (2010, 21 Desember). Terapi Komplementer. [Online]. Tersedia:


http://argitauchiha.blogspot.co.id/2010/12/terapi-komplementer.html

Boediono. (2016, 25 Januari). Tips Kiropraksi yang Aman[Online]. Tersedia:


http://www.lktm-palembang.com/berita-180-tips-kiropraksi-yang-aman.html

Prayogi, Aan Aji .(2012, 7 Juni). Materi Terapi Komplementer. [Online]. Tersedia:
https://aanborneo.blogspot.co.id/2012/07/terapi-komplementer.html.

Syaheed, Biru Hati. (2011, 14 Juni). Kiropraksi (Pembetulan tulang belakang) [Online].
Tersedia: http://joe-wardoyo.blogspot.co.id/2011/06/kiropraksi-pembetulan-tulang-
belakang.html

11
TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN
Widyatuti

Abstrak
Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara.
Masyarakat menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat
kimia dan tingkat kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini,
tetapi memerlukan dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based practice). Pada
dasarnya terapi komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale,
Roger, Leininger, dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai
level pencegahan. Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
Kata kunci: keperawatan, terapi alternatif, terapi komplementer

Abstract
Complementary therapy has emerged as a common health issue in the
countries worldwide. People choose the complementary therapy based on many
reasons such as belief, financial, avoiding the chemical reaction from medicine, and
positive healing outcome. Nurse has great opportunity to deliver and develop
complementary therapy supported by scientific evidences. Basically, the
complementary therapy theoretical justification has been established by several
nursing theory, as the Nightingale’s, Roger’s, Leininger’s and many others.
Complementary therapy can be delivered in various prevention level. In accordance
to the purpose, nurse should perform his/her role based on particular client’s needs.
Key words: alternative therapy, complementary therapy, nursing

PENDAHULUAN
Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data

12
lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di
Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah
satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan
lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan
dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien
melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima
menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif
dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas
kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini
sudah ada. Sebagai contoh yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA),
Nurse Healer Profesional Associates (NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula
National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) yang
berdiritahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai
kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam
memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based
practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.

13
TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu
untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al.,
2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference,
1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk
didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan
terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang
mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.
Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga
sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan
yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan
spiritual).
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat
dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-
teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang
manusia sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi.
Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi
misalnya tai chi, chikung, dan reiki.

14
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini
didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi
seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer
meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder &
Lindquis, 2002).
Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak
dijelaskan dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan
secara ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan
nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi
kontribusi positif pada perubahan psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi
pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan,
memperpendek hari rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada
anak autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan
pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada anak susah
makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat menurunkan nyeri haid dan
level plasma prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).
Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu
aromaterapi berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi
bakteri dan jamur (Buckle, 2003). Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri
streptokokus, stafilokokus dan tuberkulosis (Smith et al., 2004). Tanaman lavender
dapat mengontrol minyak kulit, sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan
membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr. Carl menemukan bahwa penderita kanker
lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan imagery (Smith
et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai oksigen,
perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, dan
mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma
baru (Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer
ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan

15
holistik mengacu pada integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan,
perilaku positif, memiliki tujuan hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al.,
1999).
Terapi komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level
pencegahan penyakit.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat,
seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh.
Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder,
tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk
strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat
selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah.
Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit
kronis yang harus rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya meng-
gunakan terapi modern menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300
dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin,
2007).
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang
masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung
praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat. Selain itu, sekolah-
sekolah khusus ataupun kursus- kursus terapi semakin banyak dibuka. Ini dapat
dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut
(Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik
keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya
kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan
keperawatan.

16
MACAM TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi komplementer ada yang invasif dan non- invasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi
energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan
modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock
et al., 1999)
National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori.
Kategori pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai
teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan
fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa,
journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan
yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi
biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal,
makanan).
Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini
didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi,
macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. Terakhir,
terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields)
atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya
dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik
(Snyder & Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan
holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik,
akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery,
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan

17
sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki
beberapa indikasinya seperti meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri,
menurunkan kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan
kenyamanan dalam proses kematian (Hitchcock et al., 1999).
Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu mengetahui
pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi komplementer
diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien,
menjawab pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk
mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan terapis yang kompeten,
ataupun memberi sejumlah terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Selain
itu, perawat juga harus membuka diri untuk perubahan dalammencapai tujuan
perawatan integratif (Fontaine, 2005).

PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat
menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan
informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan,
perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti
yang berkembang diAustralia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya
dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil- hasil evidence-
based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder
& Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer
terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).

18
PENUTUP
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu
yang telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang
pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi
secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya
profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi
komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi
lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-
peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung
untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada
kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif
atau tradisional terapi.
Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat
(HH, TH).
* Staf Akademik Keperawatan Komunitas FIK UI

KEPUSTAKAAN
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s
handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania:
Springhouse.

19
Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http//.www.naturalhealthweb.com/articles,
diperoleh 25 Januari 2008.
Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice.
2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
Caring in action. USA: Delmar Publisher.
Key, G. (2008). Aromatherapy beauty tips. http//.www.naturalhealthweb.
com/articles/ georgekey3.html, diperoleh 25 Januari 2008.
Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using
them.http//.www.naturalhealthweb.com/articles/ Nezabudkin1.html,
diperoleh 25 Januari 2008.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004).Clinical nursing skills: Basic to advanced
skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002).Complementary/alternative therapies in nursing.
4th ed. New York: Springer.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St.
Louis: Mosby Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai