pemeliharaan larva di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan
membuang kotoran serta lumut yang menempel pada bak, serta di lakukan juga
sterilisasi untuk membuang kandungan asam yang terlalu tinggi karena bak yang
atau dasar bak, setelah itu disiram dengan air tawar dan kemudian bak
peralatan pendukung seperti, jaringan aerasi (pipa, selang, dan batu aerasi), dan
terpal untuk menutup bagian atas bak pemeliharaan nauplius. Pengisian air
dilakukan setelah bak telah bersih dan semua peralatan pendukung terpasang.
sebelumnya air laut tersebut telah disaring terlebih dahulu dengan menggunakan
kain satin (filter back) yang di ikatkan pada ujung pipa pemasukan air.
dahulu air ditreatment atau diberi perlakuan khusus dengan tujuan untuk
menghasilkan kualitas air yang baik dan steril atau terbebas dari berbagai
macam kotoran, kuman, bakteri, virus dan segala sesuatu yang dapat
Dalam treatment sand filter terdapat pasir silica dan arang batok kelapa.
ppm.
mudah terlarut.
32
mengendap
Air laut didiamkan selama dua hari atau sampai kelihatan jernih dan tidak
Setelah proses treatment air laut selesai, air yang ada dibak pengolahan
celup.
air kedalam bak pemeliharaan larva dengan ketinggian awal 80 cm. air
filterbag.
Sumber Naupli yang ditebar didapat dari hasil produksi sendiri dengan
kualitas F1. Penebaran naupli dilakukan pada sore hari hal ini dilakukan dengan
Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan padat tebar 1.800.000 dalam
Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan ini penebaran naupli
dilakukan pada pukul 15:00 WIB, hal ini dilakukan dengan tujuan supaya
perbedaan baik suhu dan salinitas tidak terlalu tinggi. Cara aklimatisasi yang
dilakukan di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan adalah
sebagai berikut:
33
Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto dan Eny (2009) cara adaptasi
ekor/ liter.
d. Memasukkan sedikit demi sedikit air bak ke dalam kantong dengan tujuan
Untuk lebih jelasnya proses penebaran dapat dilihat seperti tampak pada
Gambar 4.
34
budidaya udang vannamei menyerap 60 - 70% dari total biaya operasional Pakan
yang diberikan pada larva udang vannamei dapat berupa pakan alami dan pakan
bisa ditingkatkan.
Laut Wilayah Selatan berbeda-beda menurut stadia larva dan jenis pakan
hidup yang diberikan. Untuk pakan yang berupa Skeletonema, diberikan pada
larva saat memasuki stadia Zoea 1 sampai Mysis 3. Skeletonema yang telah
disaring siap untuk diberikan pada larva udang, dosis pemberian pakan berupa
sebanyak 2 kali jadi setiap pemberian sebanyak 130 liter waktu pemberian
skeletonema yakni pada pukul 06.00,18.00. Untuk pakan yang berupa artemia,
kista di tetaskan 35 gram untuk diberikan pada larva udang stadia PL 1 dalam
sehari dan akan bertambah pada hari berikutnya. Setelah memasuki PL 6 dosis
35
Payau dan Laut Wilayah Selatan dengan menggunakan bak beton yang
berukuran 2 x 1,5 x 1 m. Alat dan bak harus dalam keadaan steril. Setelah
kultur pakan hidup setinggi 15 cm, air laut bersalinitas 35 ppt setinggi 80 cm
dan air tawar setinggi 10 cm. Kemudian masukkan pupuk ke dalam bak kultur,
dengan cara melarutkan dengan air tawar di ember. Pupuk yang digunakan
adalah pupuk NPK Tawon dan Mutiara yang sudah dicampur dengan kadar
Nitrogen (N) 16 %, Phospat (P) 16%, Kalium (K) 16%, Kalsium (CaO) 6%,
ton. Setelah itu aerasi dinyalakan agar bibit dan pupuk tercampur merata
dengan air media. Panen dapat dilakukan setelah sehari setelah proses
Parsiapan bak, bak yang akan digunakan untuk kultur pakan hidup harus
masukan ke dalam bak yang telah terisi air yang sudah steril dengan
terlebih dahulu disaring menggunakan seser tujuanya agar kotoan tidak ikut
Gambar 6.
Kultur Artemia
Pada stadia post larva pakan hidup yang diberikan berupa naupli Artemia.
Artemia adalah barang impor yang relative mahal harganya. Artemia ini dibeli
dalam bentuk telur atau biasa disebut cysts Artemia. Untuk mendapatkan larva
Air media yang digunakan adalah air laut bersalinitas 35 ppt bersuhu 290C.
Kemudian larutkan tiap 4 gram Cyst Artemia dalam 1 liter air dan diberi aerasi
kuat. Artemia dapat dipanen setelah 24 jam dari awal pengkulturan. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Kordi (2010), telur ditetaskan dalam bak berbentuk
Kemudian bagian atas bak kultur ditutup selama 15 menit agar naupli artemia
dan cangkangnya terpisah. Apabila Bagian atas bak kultur ditutup, cangkang
akan naik ke atas sementara naupli Artemia akan turun ke bawah, dikarenakan
conical tank bagian bawah dapat ditembus oleh cahaya dan sifat dari Artemia
adalah phototaksis atau hewan yang peka terhadap adanya cahaya, sehingga
bak kultur dibuka dan larva Artemia disaring menggunakan seser ukuran mata
saringan 40 µm. Bilas larva Artemia dengan menggunakan air laut sebelum
dimasukkan ke dalam bak penampungan. Setelah itu larva Artemia siap untuk
diberikan pada larva udang pada stadia PL 1 dosis awal 35 gram dan akan
tetap. Waktu pemberian pakan hidup di berikan pada saat pukul 02.00, 10.00 ,
17.00,
Pada Hatchery Di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan
Jenis pakan buatan yang diberikan pada larva selama proses pemeliharaan
a. Stadia Naupli
Pada stadia ini naupli belum diberi pakan buatan karena naupli masih
b. Stadiap Zoea
Pada stadia ini kandungan gizi pakan buatan yang diberikan kepada zoea
c. Stadia Mysis
Pada stadia ini kandungan gizi pakan buatan yang diberikan kepada larva
Kandungan gizi pakan buatan yang diberikan kepada larva dapat dilihat
pada Tabel 7.
Dari beberapa jenis pakan buatan yang diberikan pada setiap stadia larva udang
Pemberian pakan buatan diberikan mulai dari stdia Zoea 1 hingga panen
dengan kata lain pemberian pakan buatan diberikan menyeluruh dari awal
pakan buatan terlebih dahulu ditakar sesuai dengan kebutuhan larva, kemudian
dimasukkan pada wadah untuk pemberian pakan berupa bak, setelah itu pakan
buatan dilarutkan kedalam air yang berisikan ± 5 liter air dengan diberikan secara
merata kedalam air tersebut agar benar-benar larut dan mudah dicerna oleh
saringan. Pemberian pakan hidup dan buatan ini dilakukan dengan cara
penebaran secara merata kedalam bak larva agar tidak terjadi kompetisi dalam
40
mendapatkan pakan. Syarat yang mutlak untuk terpenuhinya pakan yang baik
adalah penebaran secara merata, dalam arti dapat diusahakan agar udang
memperoleh bagian pakan yang sama dengan yang lainnya. Setiap harinya akan
di tambah 1 ppm setiap harinya. Pada zoea II sampai panen, larva diberikan
tambahan berupa vitamin berupa elkoso dan CVC dengan dosis 0,6 ppm dan
1,25 ppm. Pemberian elkoso ini dilakukan setiap jam 6 pagi dan malam.
Sedangkan CVC diberikan hanya jam 6 malam saja. Untuk lebih rincinya bisa
Air sebagai media hidup bagi larva harus memiliki kualitas air yang baik
dan sesuai dengan standar. Pengelolaan air yang dilakukan pada Di UPTD
Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan adalah dengan treatment air
pengendalian kondisi air sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat secara fisik
dan kimiawi bagi kehidupan dan pertumbuhan larva udang yang dipelihara. Di
antaranya yang termasuk dalam variabel fisik air adalah suhu dan kekeruhan.
Sedangkan variabel kimiawi air yang terpenting adalah salinitas, pH, DO,
pemantauan kualitas air seperti suhu dan salinitas dilakukan tiap pagi (08.00),
41
dan sore hari (17.00). ini bertujuan menghindari adanya fluktuasi air yang begitu
tinggi sehingga larva dapat tumbuh secara optimal. selain itu pemantauan air
juga bertujuan agar mencegah adanya penyakit yang menyerang larva udang
1). Suhu
dilakukan pagi dan sore. Pada awal tebar suhu pada air pemeliharaan
adalah 29 - 32 oC, setelah benih udang mencapai stadia zoea suhu air
Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan bak pemeliharaan larva
suhu yang tidak stabil dengan cara bak ditutup dengan terpal.
dianggap baik bagi budidaya udang. Udang akan kurang aktif apabila suhu
air turun dibawah 18 oC dan pada suhu 15 oC atau lebih rendah akan
2). pH
untuk budidaya udang vannamei adalah sekitar 7,0 ─ 8,5. Selain itu
Apabila nilai pH tidak terjaga dengan baik maka secara tidak langsung
42
akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Hal ini juga berpengaruh pada
kesehatan udang..
3). Salinitas
air yang baru tidak telalu jauh dengan salinitas air yang lama. Salinitas
yang terdapat pada bak larva cenderung stabil pada kisaran 30 – 34 ppt.
Kestabilan salinitas ini diharapkan udang dapat tumbuh dengan baik. Hal
berada pada kisaran 0,5 – 35 ppt. Hal ini mengakibatkan energi lebih
pertumbuhan.
b. Penyiponan
penyiponan pada dasar bak pada saat larva mulai masuk stadia zoea selama
termakan dan hasil metabolisme yang berupa feses sehingga pada dasar kolam
ke dalam kolam yang ujungnya selang dimasukkan ke dalam pipa yang diberi
pasang happa agar larva yang ikut tersedot bisa diambil lagi menggunakan
seser.
b. Pergantian air
43
agar larva tidak ikut tersedot. Kemudian penambahan air, air yang
ditambahkan berasal dari air penampungan air laut yang telah disterilkan terlebih
dahulu yang selanjutnya disalurkan melalui selang yang ujungnya telah diberi
filterbag agar kotoran tidak ikut masuk. Pergantian air dilakukan bertujuan agar
tetap terjaga kualitas air. Pergantian air ini di lakukan seminggu sekali.
Untuk lebih jelasnya, pengurangan air dan penambahan air dapat dilihat
pada Gambar 8.
ruangan.
a. Sanitasi Alat
b. Sanitasi Ruangan
Untuk menjaga ruangan tetap bersih dan terbebas dari berbagai macam
kuman dan bakteri, maka ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu :
2. Adanya footbath yang berisi larutan kaporit 1000 ppm yang diganti setiap
hari
5. Dinding bak dibilas dan dilap dengan larutan formalin 100 ppm
7. Desinfeksi pipa air laut dan selang algae dengan kaporit secara rutin
Permanganat (PK) sebanyak 1,5 ppm yang ditempatkan pada awal pintu masuk
pemakaian peralatan dengan cara diping menggunakan formalin 100 ppm pada
setiap bak.
Vannamei.
45
larva yang dapat dilihat pada isi perut larva dengan adanya makanan atau tidak.
Dengan adanya pengamatan yang dilakukan rutin setiap harinya larva udang
menyerang, karena dilakukan setiap harinya jika ada penyakit yang menyerang,
4. Larva masuk stadia PL apabila badan lurus, berenang maju dan sudah
Adanya kotoran atau fases panjang pada ekor larva pada stadia zoea
yang bentuknya seperti benang, hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa
larva mendapat cukup makanan untuk dimakan. Banyak tidaknya jumlah pakan
46
dalam air menunjukkan apakah larva tersebut nafsu makan atau tidak, dengan
5.2.1. Panen
Panen benur dilakukan pada stadia PL8 atau sesuai permintaan pembeli.
Panen dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Di UPTD Perikanan Air
halus sehingga benur tidak bisa lolos pada saluran pembuangan. Saringan ini
pembuangan. Jadi benur yang keluar dari pipa pembuangan akan langsung
PL10 atau ukuran PL telah mencapai ukuran 1 cm dan yang telah memenuhi
kriteria – kriteria benur yang siap dipanen. Data yang diperoleh dilapangan
Sebelum dilakukan proses pemanenan benur, mula – mula air dalam bak
diturunkan terlebih dahulu. Selama proses penurunan air ini, saringan ganti air
tetap terpasang sehingga benur tidak ikut keluar bersama air. Setelah itu pipa
pada outlet di buka dan benur akan keluar menuju saringan. Lalu benur dapat
mulai diseser. Kemudian benur dibawa ke bak penampungan yang terbuat dari
fiber glass sebelum dilakukan pengepakan. Ketika air dalam bak sudah mulai
47
habis, terkadang masih banyak benur yang tersangkut di dinding dan lantai bak.
Untuk itu dilakukan pembilasan dinding dan lantai agar benur yang menyangkut
scoup yang mempunyai diameter atau ukuran tertentu. Kebetulan pada panen
kali ini menggunakan scoup yang berdiameter 3 cm yang rata – rata berisi 3000
diisi air yang mempunyai suhu 22 – 23oC sebanyak 2 liter. Tidak lupa juga
transportasi, biasanya setiap kantong berisi 2000 – 4000 ekor PL10. Namun,
suhu menyesuaikan jarak pengiriman, semakin jauh dan lama maka es balok
akan di tambahkan agar suhu tetap terjaga. Tujuan dari penurunan suhu adalah
48
agresif dan tidak kanibal.Kantong plastik benur yang sudah siap kemudian
dimasukkan ke dalam kardus. Satu kardus berisi 4 kantong plastik. Lalu kardus
Survival Rate (SR) larva di Di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut
dapat diperoleh selama satu siklus. Rata-rata hasil panen larva yang dapat
diperoleh dalam satu bak adalah 400.000 benur dengan total penebaran
Survival Rate ( SR ) :
b. Pengemasan
tersebut sebelumnya diisi dengan satu liter air media. Satu kantong tersebut
diisi dengan satu canting benur dengan kepadatan 3000 benur. Kemudian
kantong plastik diisi oksigen dengan perbandingan oksigen dan air media
adalah 2 : 1.
5.2. Pemasaraan
pengiriman lokal harga berkisar antara Rp. 7,- - Rp. 10,- , sedangkan untuk
pengiriman luar wilayang Pangandaran harga berkisar antara Rp. 10,- - Rp. 15,-.
Dalam pemasarannya UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan
Hal itu sesuai pendapat Aquaculture (2010) yang menyatakan bahwa tipe
pembenihan untuk membeli benur yang diinginkan. Atau juga dapat melalui
peran agen.