PENDAHULUAN
Angina pektoris merupakan keluhan pasien berupa rasa dan sensasi tidak
nyaman di dada, terutama pada saat aktivitas. Hingga saat ini angina pektoris
masih menjadi manifestasi paling umum dari penyakit iskemia jantung. Penyakit
jantung. Prevensi sekunder penyakit jantung koroner menjadi salah satu fokus
melalui pengontrolan faktor risiko, pemberian perlakuan, dan terapi yang tepat
pada pasien. Tiga faktor risiko utama penyakit iskemia jantung adalah tingginya
plak pada arteri koroner yang menurunkan kerja otot jantung. Tersumbatnya arteri
1
arteri koroner dapat menyebabkan kejadian kardiovaskular mayor. Rasio kejadian
kardiovaskular mayor pasca PCI pada pasien angina pektoris stabil masih cukup
tinggi, yaitu 14% dalam 1 tahun, 17,6% dalam 3 tahun, dan 25,6% dalam 5
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi stroke di Indonesia
terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil (Riskesdas Depkes
RI, 2013).
tidak sehat dan bisa dicegah. D.I. Yogyakarta adalah provinsi yang memiliki
proyeksi angka harapan hidup tertinggi di Indonesia, yaitu 74,3 untuk periode
2
2010 – 2015 (Badan Pusat Statistik, 2013). Agar angka mortalitas dan morbiditas
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, penurunan berat
1.3 Tujuan
tidak stabil
stabil
3
c. Apa mahasiswa dapat menjelaskan factor resiko angina pectoris tidak
stabil
stabil
ikii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Angina pectoris tidak stabil atau Unstable angina (UAP) adalah keadaan
pasien dengan gejala iskemia sesuai dengan sindroma coroner akut tanpa
terjadinya peningkatan enzim penanda iskemia jantung (CKMB, troponin) dengan
atau tanpa perubahan EKG yang menunjukkan iskemia (depresi segmen ST,
inverse gelombang T dan elevasi segmen ST yang transien).
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
5
Beberapa factor risiko yang ada hubungannya dengan proses
arterosklerosis antara lain adalah :
1. Factor risiko yang tidak dapat diubah : umur, jenis kelamin dan riwayat
penyakit dalam keluarga
2. Factor risiko yang dapat diubah : merokok, hiperlipidemia, hipertensi,
obesitas dan DM
2.4 Patofisiologi
1. Ruptur Plak
Ruptur plak arterosklerosis dianggap penyebab terpenting penyebab
angina pectoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau
total dari pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan
yang minimal. Plak arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung
banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotic (fibrotic cap). Plak yang
tidak stabil terdiri dari inti banyak mengandung lemak dan adanya
infiltrasi sel makrofag. Biasanya rupture terjadi pada tepi plak yang
berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan
lemak. Terjadinya rupture memyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi
platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya thrombus. Bila thrombus
mentup pembuluh darah 100 % akan terjadi infark dengan elevasi segmen
ST, sedangkan bila thrombus tidak menyumbat 100 % dan hanya
menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tidak stabil.
6
Agregasi platelet dan pembentukan thrombus merupakan salah satu dasar
terjadinya angina tidak stabil. Terjadinya thrombosis setelah plak
terganggu disebabkan karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot
polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting
dalam pembentukan thrombus yang kaya trombosit, sedangkan sel otot
polos dan dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungan
dengan ekspresi factor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah berhubungan
dengan darah, factor jaringan berinteraksi dengan factor VIIa untuk
memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan
thrombin dan fibrin.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet
dan platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih
luas, vasokontriksi dan pembentukan thrombus. Factor sistemik dan
inflamasi ikut berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan
koagulasi dan berperan dalam memulai thrombosis yang intermiten, pada
angina tak stabil.
3. Vasospasme
Terjadinya vasokontriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak
stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh
darah dan meyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada
angina prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil, dan
mempunyai peran dalam pembentukan thrombus.
4. Erosi pada plak tanpa rupture
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi
dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel
adanya perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos
dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan
iskemia.
2.5 Diagnosis
7
1. Angina saat istirahat biasanya ≥ 20 menit
2. Onset angina baru CCSC kelas III atau IV dalam waktu 4 minggu
presentasi
3. Peningkatan frekuensi dan intensitas angina sebelumnya stabil untuk
CCSC kelas III atau IV
4. Angina dalam waktu 6 minggu setelah infark miokard.
Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan menggunakan
skala dari Canadian Cardiovaskuler Society, seperti pada table di bawah ini :
Kategori Gambaran
8
dengan fraksi MB merupakan indicator penting dari nekrosis miokard.
Keterbatasan utama dari kedua penanda tersebut adalah relative rendahnya
spesifikasi dan sensitivitas saat awal < 6 jam setelah onset serangan.
2.6 Penatalaksanaan
9
2.7 komplikasi
A. Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth (2002) pengkajian UAP secara teoritis meliputi :
1. Pengkajian Primer
10
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
Airway
Breathing
Circulation
a. TD meningkat
b. Nadi kuat
c. Disritmia
d. Adanya peningkatan JVP
e. Capillary refill > 2 detik
f. Akral dingin
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
Anamnese
11
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai
adanya keluhan sakit dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :
a. Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum
atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-
dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigartrium, gigi
dan bahu.
b. Kualitas sakit dada
Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat
pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut dengan baik, lebih-
walaupun perasaan tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit
12
kemungkinan pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan
keringat dingin. Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat
yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan
karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri
dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi
nitrogliserin.
diatas. Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak
Pemeriksaan Fisik
mur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian
13
menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal
lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya
NTERVENSI
14
berkurang pasien untuk
f. Tidak ada
istirahat
menyeringai Administrasi d. Ajarkan
g. Tidak ada analgetik
teknik
mengerang dan
relaksasi dan
meringis
terapi music
h. Istirahat dan tidur
alquran
tidak terganggu
e. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesic
f. Ajarkan
metode
farmakologi
untuk
menurunkan
nyeri
g. Berikan
terapi Back
Massage dan
ice massage
a. Cek program
pemberian
analogetik;
jenis, dosis,
dan
frekuensi.
b. Cek riwayat
alergi..
c. Tentukan
analgetik
pilihan, rute
15
pemberian
dan dosis
optimal.
d. Monitor
TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik.
e. Berikan
analgetik
tepat waktu
terutama
saat nyeri
muncul.
f. Evaluasi
efektifitas
analgetik,
tanda dan
gejala efek
samping
2 Penurunan Cardiac Pump Cardiac a. Evaluasi
curah effectiveness Care adanya nyeri
jantung b.d. dada
Circulation Status
Gangguan ( intensitas,l
kontraksi Vital Sign Status okasi,
durasi)
Setelah dilakukan
b. Catat
asuhan keperawatan
adanya
selama 1 x 24 jam,
disritmia
klien dapat :
jantung
Kriteria Hasil : c. Catat
adanya tanda
16
a. Tanda Vital dalam dan gejala
rentang normal penurunan
(Tekanan darah, cardiac
Nadi, respirasi) putput
b. Dapat d. Monitor
mentoleransi status
aktivitas, tidak kardiovaskul
ada kelelahan er
c. Tidak ada edema e. Monitor
paru, perifer, dan status
tidak ada asites pernafasan
d. Tidak ada yang
penurunan menandakan
kesadaran gagal
jantung
f. Monitor
abdomen
sebagai
indicator
penurunan
perfusi
Vital Sign g. Monitor
Monitoring balance
cairan
h. Monitor
adanya
perubahan
tekanan
darah
i. Monitor
respon
pasien
17
terhadap
efek
pengobatan
antiaritmia
j. Atur
periode
latihan dan
istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
k. Monitor
toleransi
aktivitas
pasien
l. Monitor
adanya
dyspneu,
fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
m. Anjurkan
untuk
menurunkan
stress
a. Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
b. Catat
adanya
18
fluktuasi
tekanan
darah
c. Monitor
VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskulta
si TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor
TD, nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
f. Monitor
kualitas dari
nadi
g. Monitor
adanya
pulsus
paradoksus
dan pulsus
alterans
h. Monitor
jumlah dan
19
irama
jantung dan
monitor
bunyi
jantung
i. Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan
j. Monitor
suara paru,
pola
pernapasan
abnormal
k. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
l. Monitor
sianosis
perifer
m. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
n. Identifika
20
si penyebab
dari
perubahan
vital sign
3 Cemas b.d. Anxiety control Anxiety a. Gunaka
Rasa takut Reduction n
Coping
akan (penurunan pendekatan
kematian Setelah dilakukan kecemasan) yang
asuhan keperawatan menenangka
selama 1 x 24 jam n
b. Nyatak
a. Klien mampu
an dengan
mengidentifikasi
jelas harapan
dan
terhadap
mengungkapkan
pelaku
gejala cemas
pasien
b. Mengidentifika
c. Jelaska
si,
n semua
mengungkapkan
prosedur dan
dan menunjukkan
apa yang
tehnik untuk
dirasakan
mengontol cemas
selama
c. Vital sign
prosedur
dalam batas
d. Temani
normal
pasien untuk
d. Postur tubuh,
memberikan
ekspresi wajah,
keamanan
bahasa tubuh dan
dan
tingkat aktivitas
mengurangi
menunjukkan
takut
berkurangnya
e. Berikan
kecemasan
informasi
21
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
f. Dorong
keluarga
untuk
menemani
anak
g. Lakuka
n back /
neck rub
h. Dengar
kan dengan
penuh
perhatian
i. Identifi
kasi tingkat
kecemasan
j. Bantu
pasien
mengenal
situasi yang
menimbulka
n kecemasan
k. Dorong
pasien untuk
mengungkap
kan
perasaan,
ketakutan,
22
persepsi
l. Instruk
sikan pasien
menggunaka
n teknik
relaksasi
m. Barikan
obat untuk
mengurangi
kecemasan
4 Kurang Kowlwdge : disease Teaching : a. Berikan
pengetahuan process disease penilaian
tentang Process tentang
Kowledge : health
penyakit tingkat
Behavior
b/d pengetahuan
keterbatasan Setelah dilakukan pasien
pengetahuan asuhan keperawatan tentang
penyakitnya, selama 1 x 24 jam proses
tindakan penyakit
a. Pasien dan
yang yang
keluarga
dilakukan, spesifik
menyatakan
obat obatan b. Jelaskan
pemahaman
yang patofisiologi
tentang penyakit,
diberikan, dari penyakit
kondisi, prognosis
komplikasi dan
dan program
yang bagaimana
pengobatan
mungkin hal ini
b. Pasien dan
muncul dan berhubungan
keluarga mampu
perubahan dengan
melaksanakan
gaya hidup. anatomi dan
prosedur yang
fisiologi,
dijelaskan secara
dengan cara
benar
yang tepat.
23
c. Pasien dan c. Gambarkan
keluarga mampu tanda dan
menjelaskan gejala yang
kembali apa yang biasa
dijelaskan muncul pada
perawat/tim penyakit,
kesehatan lainnya. dengan cara
yang tepat
d. Gambarkan
proses
penyakit,
dengan cara
yang tepat
e. Identifikasi
kemungkina
n penyebab,
dengna cara
yang tepat
f. Sediakan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi,
dengan cara
yang tepat
g. Hindari
harapan
yang kosong
h. Sediakan
bagi
keluarga
atau SO
24
informasi
tentang
kemajuan
pasien
dengan cara
yang tepat
i. Hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi
di masa yang
akan datang
dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
j. Diskusikan
pilihan
terapi atau
penanganan
k. Dukung
pasien untuk
mengeksplor
asi atau
mendapatka
n second
opinion
dengan cara
yang tepat
atau
25
diindikasika
n
l. Eksplorasi
kemungkina
n sumber
atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
m. Rujuk pasien
pada grup
atau agensi
di komunitas
lokal,
dengan cara
yang tepat
n. Instruksikan
pasien
mengenai
tanda dan
gejala untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 62 th
No MR : 061911
Agama : Islam
Alamat : Tapus
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Minang / Indonesia
Tgl/jam datang : 20-04-2019 / 11.45 wib
Diagnosa medis : UAP (Unstable Angina Pectoris)
27
kepala terasa pusing, mual, badan lemas, nyeri dirasakan hilang timbul
durasi ± 10 menit lalu pasien di bawa ke RSI ibnu sina Panti.
B. PRIMARY SURVEY
AIRWAY :
Jalan nafas paten, sumbatan jalan tidak ada, snoring ( - ), gurgling ( - )
BREATHING :
Gerakan dinding dada simetris, nafas regular, cepat dan dangkal. RR: 30
x/mnt
Rh -/-, wh -/-
Nafas: menggunakan otot bantu pernafasan
CIRCULATION :
Akral hangat, cyanosis perifer ( + ), irama regular teraba kuat.
DISABILITY :
C. SECONDARY SURVEY
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum sedang, klien tampak lemah dan gelisah, tampak klien
meringis kesakitan memegangi dadanya, nyeri dada menjalar
kepunggung, tengkuk serta lengan atas terasa kesemutan, dada terasa
sesak untuk bernafas, kepala terasa pusing, mual, badan lemas, skala
nyeri 8 nyeri hilang timbul selama ± 10 menit,.
P: dada kiri terasa nyeri setelah makan pagi.
Q: nyeri dada terasa seperti tertimpa benda berat sampai terasa sulit
bernafas.
R: Nyeri menjalar ke punggung, tengkuk serta lengan atas terasa
kesemutan.
S: skala nyeri 8 (nyeri berat)
T: nyeri dirasakan pada pagi hari, nyeri hilang timbul durasi ±10
menit
2. Riwayat Penyakit Dahulu
28
klien mengatakan pernah nyeri dada seperti ini 1 tahun yang lalu dan
hilang dengan sendirinya. Riwayat Hipertensi (+) sejak 4 tahun yang
lalu
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua klien meninggal dengan riwayat hipertensi.
4. Pemeriksaan Fisik
S : 36,8 ˚C
Head to toe
1. Kepala
Anemis ( - ), Icterik ( - ), pupil isokor lateralisasi -, Bibir kering tidak
cyanosis
2. Leher
Pembesaran vena jugularis tidak ada
3. Dada
Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, murmur ( - ),gallop ( - ), BJ
I/II ( normal ), Rh -/-, wh -/-
4. Abdomen
BU ( + ) 16x/menit, suara perkusi timpani, pernafasan abdominal,
hepar tidak teraba, lien tidak teraba
5. Genetalia
Terpasang DC produksi urin ± 200 CC
6. Ekstermitas
Edema ekstermitas atas maupun bawah tidak ada, akral hangat,
diaphoresis, Cyanosis.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDS : 150 mg/dl
Hb : 13,2 mg/dl
Leukosit : 7300 /mm3
Trombosit : 243000/mm3
Troponin I : negatif
EKG : tidak ada ST elevasi dan T invented, terdapat ST
depresi di lead II, III, AVF
E. PENATALAKSANAAN:
29
Infus Ringer Laktat 12 jam/kolf
Oksigen 4-5x/mnt
Loading aspilet 160mg (kunyah), lanjut Aspilet 1x80mg
Loading Clopidogrel 300mg, lanjut Clopidogrel 1x75mg
Ranitidine 2x1ampul
ISDN 3x10mg sublingual
EKG
Consul SpPD
DATA FOKUS
ANALISA DATA
30
1 Ds ; Iskemik Miokard Nyeri Akut
Pasien mengeluh dada
kiri terasa panas dan
nyeri, kepala terasa
pusing, mual, badan
lemas, mulai jam 09.00
nyeri dada semakin
bertambah dan menjalar
ke punggung, tengkuk
serta lengan atas terasa
kesemutan, dada terasa
sesak untuk bernafas,
badan semakin terasa
lemas
Do :
- Skala nyeri 8
- TD : 100/70 mmHg
2 - RR : 30 X/menit Ansietas
- N: 100 X/menit Ancaman terhadap
- S : 36,8 ˚C kematian
- klien lemah
- klien gelisah
- Klien meringis
kesakitan sambil
mengusap dadanya
- Dyaforesis (+)
DS:
- Klien sering bertanya
tentang penyakitnya
- Klien bertanya
apakah penyakit nya
bisa disembuhkan
- Klien mengatakan
3 bahwa orang tua nya
Resiko perfusi
meninggal karena
31
penyakit jantung sindrom koroner akut. miokard tidak
- Klien mengatakan efektif
badan terasa lemas.
DO :
- klien lemah
- klien gelisah
- TD : 160/100 mmHg
- RR : 30 X/menit
- N: 100 X/menit
- GDS : 327 mg/dl
- muka pucat
- Klien berorientasi
pada masa lalu
DS :
- Klien mengatakan
nyeri dada
- Klien mengatakan
nafas sesak
- Klien mengatakan
kepala terasa pusing
- Klien mengatakan
badan terasa lemas.
DO:
- TD : 160/100 mmHg
- RR : 30 X/menit
- N: 100 X/menit
- Skala nyeri 8
32
INTERVENSI KEPERAWATAN
33
administration Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Monitor vital sign
sebelum dan setelah
pemberian analgesic.
Gunakan pendekatan
2 II - Anxiety self Anxiety yang menenangkan
control Reduction Nyatakan dengan jelas
- Anxiety Level harapan terhadap
prilaku klien
- Coping
Jelaskan semua
Kriteria Hasil : prosedur dan apa yang
dirasakan selama
Klien mampu
prosedur
mengindentifika Temani klien untuk
si dan memberikan
mengungkapkan keamanan dan
gejala cemas mengurangi takut
Mengidentifikasi Dengarkan dengan
, mengungkap penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kan dan
kecemasan
menunjukkan
Dorong klien
tekhnik untuk mengungkapkan
mengontrol nyeri perasaan, ketakutan
Vital sign dalam dan persepsi
batas normal Bantu klien
mengidentifikasi hal
yang menimbulkan
kecemasan.
Instruksikan pasien
menggunakan tekhnik
relaksasi
34
dalam rentang
yang diharapkan
Nadi perifer
Fluid Pertahankan catat
Mangement intake dan output yang
kuat adekuat
Tidak ada udem Monitor status hidrasi
perifer dan Pantau adanya edema
ascites Monitor vital sign
Nyeri dada tidak Monitor indikasi
ada retensi dan kelebihan
Bunyi jantung cairan
abnormal tidak
ada
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
35
dalam pemberian A:
therapi Masalah Nyeri
farmakologi akut belum teratasi
Mencek instruksi
dokter tentang P:
jenis obat, dosis Intervensi
dan frekuensi dilanjutkan
mencek riwayat
alergi
Menentukan
pilihan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Monitor vital sign
sebelum dan
setelah pemberian
analgesic.
S:
2 20/1/2019 II menggunakan 20/1/2019
pendekatan yang - klien
12.00 wib menenangkan 12.30 wib mengatakan
menyatakan cemas
dengan jelas berkurang
harapan terhadap - Klien
prilaku klien
mengatakan
menjelaskan semua
prosedur dan apa mulai
yang dirasakan mengerti
selama prosedur tentang
menemani klien penyakitnya
untuk memberikan
keamanan dan O:
mengurangi takut - TD;
mendengarkan 150/85mmH
dengan penuh g
perhatian - HR :
mengidentifikasi
96x/menit
tingkat kecemasan
- RR :
mendorong klien
mengungkapkan 26x/menit
perasaan, - Klien mulai
ketakutan dan tenang
persepsi A:
membantu klien Masalah Ansietas
mengidentifikasi belum teratasi
hal yang
menimbulkan P:
36
kecemasan. Intervensi
Instruksikan pasien dilanjutkan
menggunakan
tekhnik relaksasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
37
38
39