Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angina pektoris merupakan keluhan pasien berupa rasa dan sensasi tidak

nyaman di dada, terutama pada saat aktivitas. Hingga saat ini angina pektoris

masih menjadi manifestasi paling umum dari penyakit iskemia jantung. Penyakit

iskemia jantung adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan persediaan

oksigen miokardium dan oksigen yang dibutuhkan miokardium akibat adanya

aterosklerosis di arteri koroner (Lilly, et.al., 2011).

Pendeteksian faktor risiko yang menyebabkan penyakit iskemia jantung

dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas dari penyakit iskemia

jantung. Prevensi sekunder penyakit jantung koroner menjadi salah satu fokus

utama klinisi dalam bidang kardiovaskular (Genest, 2003).

Berkembangnya angina pektoris stabil menjadi tidak stabil dapat dicegah

melalui pengontrolan faktor risiko, pemberian perlakuan, dan terapi yang tepat

pada pasien. Tiga faktor risiko utama penyakit iskemia jantung adalah tingginya

kadar total kolesterol, hipertensi arterial, dan kebiasaan merokok.

Hypercholesterolemia menjadi faktor penting terjadinya aterosklerosis yang

berujung pada penyakit iskemia jantung. Aterosklerosis ditandai dengan adanya

plak pada arteri koroner yang menurunkan kerja otot jantung. Tersumbatnya arteri

koroner ini dapat bermanifestasi sebagai angina pektoris stabil. Jika

tersumbatnya arteri koroner makin parah dan menyebabkan ruptur, bisa

menyebabkan angina pektoris tidak stabil (Lilly, 2011). Rupturnya sumbatan di

1
arteri koroner dapat menyebabkan kejadian kardiovaskular mayor. Rasio kejadian

kardiovaskular mayor pasca PCI pada pasien angina pektoris stabil masih cukup

tinggi, yaitu 14% dalam 1 tahun, 17,6% dalam 3 tahun, dan 25,6% dalam 5

tahun (Kaneko, et.al., 2013).

Penurunan mortalitas dan morbiditas akibat penyakit iskemia jantung

membutuhkan perhatian yang lebih mendalam pada negara-negara maju dan

negara berkembang. Penyakit iskemia jantung menjadi penyebab utama kematian

di negara industrial dan negara-negara maju lainnya (Depkes RI, 2012).

Kemajuan teknologi dan ekonomi negara-negara maju membuat mereka bertahan

dari penyakit-penyakit menular, namun juga membuat penyebab kematian

terbanyak di negara tersebut bergeser menjadi penyakit tidak menular, salah

satunya penyakit iskemia jantung. Pergeseran penyebab kematian juga dialami di

Indonesia. Penyebab kematian di Indonesia yang dahulu kebanyakan disebabkan

oleh penyakit menular telah bergeser ke penyakit tidak menular (Riskesdas

Depkes RI, 2008).

Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi jantung koroner berdasarkan

wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan

terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 permil dan yang

terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil (Riskesdas Depkes

RI, 2013).

Kebanyakan penyakit tidak menular disebabkan oleh gaya hidup yang

tidak sehat dan bisa dicegah. D.I. Yogyakarta adalah provinsi yang memiliki

proyeksi angka harapan hidup tertinggi di Indonesia, yaitu 74,3 untuk periode

2
2010 – 2015 (Badan Pusat Statistik, 2013). Agar angka mortalitas dan morbiditas

akibat penyakit iskemia jantung dapat diturunkan, pencegahan perlu dilakukan.

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, penurunan berat

badan, dan aktivitas fisik (Pasternak, 2003).

1.2 Perumusan Masalah

a. Agar dapat mengerti apa itu angina pectoris tidak stabil

b. Apa penyebab dari angina pectoris tidak stabil

c. Apa factor resiko angina pectoris tidak stabil

d.Agar dapat menjelaskan patofisiologi angina pectoris tidak stabil

e. Agar bisa menjelaskan diagnosis angina pectoris tidak stabil

f. Agar bisa menjelaskan penatalaksanaan angina pectoris tidak stabil

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami serta dapat

membedakan mana angina pectoris tidak stabil, angina pectoris stabil.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa dapat mengetahuidan mengerti apa itu angina pectoris

tidak stabil

b. Apa mahasiswa dapatmenjelaskan penyebab dari angina pectoris tidak

stabil

3
c. Apa mahasiswa dapat menjelaskan factor resiko angina pectoris tidak

stabil

d.Agar mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi angina pectoris tidak

stabil

e. Agar mahasiswa dapat menjelaskan diagnosis angina pectoris tidak stabil

f. Agar mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan angina pectoris tidak


stabil

ikii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Angina pectoris tidak stabil atau Unstable angina (UAP) adalah keadaan
pasien dengan gejala iskemia sesuai dengan sindroma coroner akut tanpa
terjadinya peningkatan enzim penanda iskemia jantung (CKMB, troponin) dengan
atau tanpa perubahan EKG yang menunjukkan iskemia (depresi segmen ST,
inverse gelombang T dan elevasi segmen ST yang transien).

2.2 Epidemiologi

Gangguan mengancam kehidupan ini adalah penyebab utama perawatan


medis di IGD dan ruang rawat di Amerika Serikat. Pada tahun 2004, National
Center for Health Statistic melaporkan rawat inap 1.565.000 untuk primer atau
sekunder diagnosis akut koroner sindrom (ACS), 669.000 untuk UA dan 896.000
untuk infark miokard (MI). Usia rata-rata orang mengalami serangan jantung
pertama adalah 65.8 tahun untuk laki-laki dan 70.4 tahun bagi perempuan dan
43% pasien ACS adalah wanita dari segala usia. Pada tahun 2003, ada 4.497.000
kunjungan ke bagian gawat darurat Amerika Serikat dengan diagnose
Cardiovascular Disease (CVD).

2.3 Etiologi

Beberapa factor risiko koroner turut berperan dalam proses arterosklerosis,


antara lain hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes dan merokok. Adanya infeksi
dan stress oksidatif juga menyebabkan kerusakan endotel. Factor-faktor risiko ini
dapat menyebabkan kerusakan endotel dan selanjutnya menyebabkan disfungsi
endotel. Disfungsi endotel memegang peranan penting dalam terjadinya proses
arterosklerosis. Jejas endotel mengaktifkan proses inflamasi, migrasi dan
proliferasi sel, kerusakan jaringan lalu terjadi perbaikan, dan akhirnya
menyebabkan pertumbuhan plak.

5
Beberapa factor risiko yang ada hubungannya dengan proses
arterosklerosis antara lain adalah :

1. Factor risiko yang tidak dapat diubah : umur, jenis kelamin dan riwayat
penyakit dalam keluarga
2. Factor risiko yang dapat diubah : merokok, hiperlipidemia, hipertensi,
obesitas dan DM

Penilaian stratifikasi resiko dapat digunakan untuk memprediksi kejadian


penyakit jantung akibat tromosis pada jangka pendek dan panjang dan juga dapat
dipakai untuk memandu dalam menentukan strategi tatalaksana terbaik (invasive
atau konservatif) untuk setiap pasien.

2.4 Patofisiologi

Mekanisme yang paling umum melibatkan ketidakseimbangan yang


disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke miokardium, sedangkan dengan
mekanisme yang tertera di bawah ini, ketidakseimbangan ini sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen pada miokard.

1. Ruptur Plak
Ruptur plak arterosklerosis dianggap penyebab terpenting penyebab
angina pectoris tidak stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau
total dari pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan
yang minimal. Plak arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung
banyak lemak dan pelindung jaringan fibrotic (fibrotic cap). Plak yang
tidak stabil terdiri dari inti banyak mengandung lemak dan adanya
infiltrasi sel makrofag. Biasanya rupture terjadi pada tepi plak yang
berdekatan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan
lemak. Terjadinya rupture memyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi
platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya thrombus. Bila thrombus
mentup pembuluh darah 100 % akan terjadi infark dengan elevasi segmen
ST, sedangkan bila thrombus tidak menyumbat 100 % dan hanya
menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tidak stabil.

2. Trombosis dan Agregasi Trombosit

6
Agregasi platelet dan pembentukan thrombus merupakan salah satu dasar
terjadinya angina tidak stabil. Terjadinya thrombosis setelah plak
terganggu disebabkan karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot
polos, makrofag dan kolagen. Inti lemak merupakan bahan terpenting
dalam pembentukan thrombus yang kaya trombosit, sedangkan sel otot
polos dan dan sel busa (foam cell) yang ada dalam plak berhubungan
dengan ekspresi factor jaringan dalam plak tak stabil. Setelah berhubungan
dengan darah, factor jaringan berinteraksi dengan factor VIIa untuk
memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan
thrombin dan fibrin.
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet
dan platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih
luas, vasokontriksi dan pembentukan thrombus. Factor sistemik dan
inflamasi ikut berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan
koagulasi dan berperan dalam memulai thrombosis yang intermiten, pada
angina tak stabil.
3. Vasospasme
Terjadinya vasokontriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak
stabil. Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang
diproduksi oleh platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh
darah dan meyebabkan spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada
angina prinzmetal juga dapat menyebabkan angina tak stabil, dan
mempunyai peran dalam pembentukan thrombus.
4. Erosi pada plak tanpa rupture
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena terjadinya poliferasi
dan migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel
adanya perubahan bentuk dan lesi karena bertambahnya sel otot polos
dapat menimbulkan penyempitan pembuluh dengan cepat dan keluhan
iskemia.

2.5 Diagnosis

Presentasi klinis angina tidak stabil :

7
1. Angina saat istirahat biasanya ≥ 20 menit
2. Onset angina baru CCSC kelas III atau IV dalam waktu 4 minggu
presentasi
3. Peningkatan frekuensi dan intensitas angina sebelumnya stabil untuk
CCSC kelas III atau IV
4. Angina dalam waktu 6 minggu setelah infark miokard.
Beratnya nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan menggunakan
skala dari Canadian Cardiovaskuler Society, seperti pada table di bawah ini :
Kategori Gambaran

Kelas 1 Aktifitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik


tangga 1-2 lantai dan lain-lainnya tidak menimbulkan nyeri
dada, nyeri dada akan timbul bila latihan berat, bekerja
cepat atau terburu-buru dan bepergian.
Aktifitas sehari-hari agak terbatas, misalnya angina
Kelas II
pektoris akan timbul bila melakukan aktifitas lebih berat
dari biasanya seperti berjalan kaki 2 blok, naik tangga lebih
dari 1 lantai dan berjalan menanjak.
Aktifitas sehari-hari nyata terbatas, angina pektoris timbul
Kelas III bisa berjalan 1-2 blok, naik tangga lebih dari 1 lantai
dengan kecepatan biasa.

Kelas IV Angina bisa timbul waktu istirahat sekalipun, hampir


semua kegiatan dapat menimbulkan angina

Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan angina pectoris


tidak stabil / NSTEMI dan STEMI berdasarkan gejala semata-mata. Penanda
biokimia seperti troponin I dan troponin T mempunyai nilai prognostic yang lebih
baik daripada CKMB. Troponin T juga didapatkan selama jejas otot, pada
penyakit otot (misal polimiositis), regenerasi otot, gagal ginjal kronik. Hal ini
dapat mengurangi spesifisitas troponin T terhadap jejas otot jantung. Sehingga
pada keadaan-keadaan tersebut, troposin T tidak lagi dapat digunakan sebagai
penanda biokimia. Troponin C, TnI dan TnT berkaitan dengan kontraksi dari sel
miokard. Susunan asam amino dari troponin C sama antara sel otot jantung dan
rangka, sedangkan pada TnI dan TnT berbeda. Nilai prognostic dari TnI atau TnT
untuk memprediksi resiko kematian, infark miokard dan kebutuhan
revaskularisasi dalam 30 hari adalah sama. Kadar serum kreatinin kinase (CK)

8
dengan fraksi MB merupakan indicator penting dari nekrosis miokard.
Keterbatasan utama dari kedua penanda tersebut adalah relative rendahnya
spesifikasi dan sensitivitas saat awal < 6 jam setelah onset serangan.

2.6 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah koroner


dengan trombolitik/PTCA primer untuk menyelamatkan jantung dari infark
miokard, membatasi luasnya infark miokard dan mempertahankan fungsi jantung.
Penderita SKA perlu penanganan segera mulai sejak diluar rumah sakit sampai di
rumah sakit. Pengenalan SKA dalam kedaan dini merupakan kemampuan yang
harus dimiliki dokter atau tenaga medis karena akan memperbaiki prognosis
pasien. Tenggang waktu antara mulai keluhan – diagnosis dini sampai dengan
mulai terapi reperfusi akan sangat mempengaruhi prognosis. Terapi IMA harus
dimulai sedini mungkin, reperfusi atau rekanalisasi sudah Pasien yang telah
ditetapkan sebagai penderita UAP atau NSTEMI harus istirahat di ICCU dengan
pemantauan EKG kontinyu untuk mendeteksi iskemia dan aritmia. Oksigen
diberikan pada pasien dengan sianosis atau distress pernapasan. Perlu dilakukan
pemasangan oksimetri jari atau evaluasi gas darah berkala untuk menetapkan
apakah oksigenisasi kurang (SaO2 <90%). Morfin sulfat diberikan bila keluhan
pasien tidak segera hilang dengan nitrat, bila terjadi edema paru dan atau bila
pasien gelisah. peng hambat ACE diberikan bila hipertensi menetap walaupun
telah diberikan nitrat dan penyekat B pada pasien dengan disfungsi sistolik faal
ventrikel kiri atau gagal jantung dan pada pasien dengan diabetes. Dapat
diperlukan intra aortic ballon pumpbila ditemukan iskemia berat yang menetap
atau berulang walaupun telah diberikan terapi medic atau bila terdapat instabilitas
hemodinamik berat.

Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan


oksigen jantung antara lain pasien harus berhenti merkok, karena merokok dapat
mengakibatkan takikardi dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah.

9
2.7 komplikasi

Komplikasi tertinggi akut infark adalah aritmia, aritmia yang sering


memberikan komplikasi adalah ventrikel fibrilasi. Ventrikel fibrilasi 95%
meninggal sebelum sampai rumah sakit. Komplikasi lain meliputi disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung dan hipotensi atau syok kardiogenik.

ASUHAN KEPERAWATAN UNSTABLE ANGINA PECTORIS

A. Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth (2002) pengkajian UAP secara teoritis meliputi :
1. Pengkajian Primer

10
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :

Airway

a. Lidah jatuh kebelakang


b. Benda asing/ darah pada rongga mulut
c. Adanya sekret

Breathing

a. Pasien sesak nafas dan cepat letih


b. Pernafasan Kusmaul

Circulation

a. TD meningkat
b. Nadi kuat
c. Disritmia
d. Adanya peningkatan JVP
e. Capillary refill > 2 detik
f. Akral dingin

Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun/ tidak

A : Allert : sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon terhadap suara/ normal

P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd

rangsangan nyeri

U : Unresponsive : kesadaran menurun/ tidak, berespon terhadap suara/

tidak, bersespon terhadap nyeri/ tidak

2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau

penenganan pada pemeriksaan primer.


Pemeriksaan sekunder meliputi :
a. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
b. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang

Anamnese

11
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai

riwayat penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan

adanya keluhan sakit dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :

a. Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum

atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-

kadang menjalar ke lengan kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit

dada juga dapat timbul di tempat lain seperti di daerah epigartrium, gigi

dan bahu.
b. Kualitas sakit dada
Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat

(pressure like), diperas (squeezing), terasa panas (burning), kadang-

kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort) karena

pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada tersebut dengan baik, lebih-

lebih bila pendidikan pasien rendah.


c. Hubungan dengan aktivitas
Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu

melakukan aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau

sedang menaiki tangga. Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi,

makan terlalu kenyang atau emosi juga dapat menimbulkan angina

pektoris. Sakit dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan

aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat timbul pada waktu istirahat

atau pada waktu tidur malam.


d. Lamanya serangan sakit dada
Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit,

walaupun perasaan tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit

dada hilang. Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit,

12
kemungkinan pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan

disebabkan angina pektoris biasa.

Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain

seperti sesak napas, perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada disertai

keringat dingin. Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat

disimpulkan mengenai tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut

menderita angina pectoris stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris

tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri dada tersebut didapat,

pemeriksa membuat kesimpulan dari gabungan berbagai komponen

tersebut. Kesimpulan yang didapat digolongkan menjadi tiga kelompok

yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan

karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri

dirasakan dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas,

dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi

nitrogliserin.

Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria

diatas. Nyeri dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak

memenuhi atau hanya memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina

pectoris. Tetapi pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina

dapat memberikan informasi tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-

mur regurgitasi mitral, split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian

13
menghilang bila nyerinya mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal

lain yangn bisa didapat dari pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya

factor resiko, misalnya tekanan darah tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium


2. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi
3. Cemas b.d. Rasa takut akan kematian
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d. Keterbatasan pengetahuan

penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan,

komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup.

NTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC AKTIVITAS

1 Nyeri akut Kontrol nyeri Managemen a. Lakukan


b.d agen Nyeri pengkajian
Tingkat nyeri
cedera fisik nyeri secara
Kriteria hasil : komprehensi
f meliputi
Setelah dilakukan
lokasi,
asuhan keperawatan
karakteristik,
selama 1 x 24 jam,
durasi,
klien dapat :
frekuensi,
a. Melaporkan nyeri kualitas,
berkurang intensitas
b. Menggunakan
dan factor
analgesik yang
pencetus
direkomendasikan b. Kendalikan
c. Ekspresi wajah
lingkungan
menunjukan tidak
yang panas
ada nyeri
d. Dapat istirahat dan bising
e. Skala nyeri c. Dukung

14
berkurang pasien untuk
f. Tidak ada
istirahat
menyeringai Administrasi d. Ajarkan
g. Tidak ada analgetik
teknik
mengerang dan
relaksasi dan
meringis
terapi music
h. Istirahat dan tidur
alquran
tidak terganggu
e. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesic
f. Ajarkan
metode
farmakologi
untuk
menurunkan
nyeri
g. Berikan
terapi Back
Massage dan
ice massage

a. Cek program
pemberian
analogetik;
jenis, dosis,
dan
frekuensi.
b. Cek riwayat
alergi..
c. Tentukan
analgetik
pilihan, rute

15
pemberian
dan dosis
optimal.
d. Monitor
TTV
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgetik.
e. Berikan
analgetik
tepat waktu
terutama
saat nyeri
muncul.
f. Evaluasi
efektifitas
analgetik,
tanda dan
gejala efek
samping
2 Penurunan Cardiac Pump Cardiac a. Evaluasi
curah effectiveness Care adanya nyeri
jantung b.d. dada
Circulation Status
Gangguan ( intensitas,l
kontraksi Vital Sign Status okasi,
durasi)
Setelah dilakukan
b. Catat
asuhan keperawatan
adanya
selama 1 x 24 jam,
disritmia
klien dapat :
jantung
Kriteria Hasil : c. Catat
adanya tanda

16
a. Tanda Vital dalam dan gejala
rentang normal penurunan
(Tekanan darah, cardiac
Nadi, respirasi) putput
b. Dapat d. Monitor
mentoleransi status
aktivitas, tidak kardiovaskul
ada kelelahan er
c. Tidak ada edema e. Monitor
paru, perifer, dan status
tidak ada asites pernafasan
d. Tidak ada yang
penurunan menandakan
kesadaran gagal
jantung
f. Monitor
abdomen
sebagai
indicator
penurunan
perfusi
Vital Sign g. Monitor
Monitoring balance
cairan
h. Monitor
adanya
perubahan
tekanan
darah
i. Monitor
respon
pasien

17
terhadap
efek
pengobatan
antiaritmia
j. Atur
periode
latihan dan
istirahat
untuk
menghindari
kelelahan
k. Monitor
toleransi
aktivitas
pasien
l. Monitor
adanya
dyspneu,
fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
m. Anjurkan
untuk
menurunkan
stress

a. Monitor
TD, nadi,
suhu, dan
RR
b. Catat
adanya

18
fluktuasi
tekanan
darah
c. Monitor
VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
d. Auskulta
si TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
e. Monitor
TD, nadi,
RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
f. Monitor
kualitas dari
nadi
g. Monitor
adanya
pulsus
paradoksus
dan pulsus
alterans
h. Monitor
jumlah dan

19
irama
jantung dan
monitor
bunyi
jantung
i. Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan
j. Monitor
suara paru,
pola
pernapasan
abnormal
k. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
l. Monitor
sianosis
perifer
m. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan
nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
n. Identifika

20
si penyebab
dari
perubahan
vital sign
3 Cemas b.d. Anxiety control Anxiety a. Gunaka
Rasa takut Reduction n
Coping
akan (penurunan pendekatan
kematian Setelah dilakukan kecemasan) yang
asuhan keperawatan menenangka
selama 1 x 24 jam n
b. Nyatak
a. Klien mampu
an dengan
mengidentifikasi
jelas harapan
dan
terhadap
mengungkapkan
pelaku
gejala cemas
pasien
b. Mengidentifika
c. Jelaska
si,
n semua
mengungkapkan
prosedur dan
dan menunjukkan
apa yang
tehnik untuk
dirasakan
mengontol cemas
selama
c. Vital sign
prosedur
dalam batas
d. Temani
normal
pasien untuk
d. Postur tubuh,
memberikan
ekspresi wajah,
keamanan
bahasa tubuh dan
dan
tingkat aktivitas
mengurangi
menunjukkan
takut
berkurangnya
e. Berikan
kecemasan
informasi

21
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
f. Dorong
keluarga
untuk
menemani
anak
g. Lakuka
n back /
neck rub
h. Dengar
kan dengan
penuh
perhatian
i. Identifi
kasi tingkat
kecemasan
j. Bantu
pasien
mengenal
situasi yang
menimbulka
n kecemasan
k. Dorong
pasien untuk
mengungkap
kan
perasaan,
ketakutan,

22
persepsi
l. Instruk
sikan pasien
menggunaka
n teknik
relaksasi
m. Barikan
obat untuk
mengurangi
kecemasan
4 Kurang Kowlwdge : disease Teaching : a. Berikan
pengetahuan process disease penilaian
tentang Process tentang
Kowledge : health
penyakit tingkat
Behavior
b/d pengetahuan
keterbatasan Setelah dilakukan pasien
pengetahuan asuhan keperawatan tentang
penyakitnya, selama 1 x 24 jam proses
tindakan penyakit
a. Pasien dan
yang yang
keluarga
dilakukan, spesifik
menyatakan
obat obatan b. Jelaskan
pemahaman
yang patofisiologi
tentang penyakit,
diberikan, dari penyakit
kondisi, prognosis
komplikasi dan
dan program
yang bagaimana
pengobatan
mungkin hal ini
b. Pasien dan
muncul dan berhubungan
keluarga mampu
perubahan dengan
melaksanakan
gaya hidup. anatomi dan
prosedur yang
fisiologi,
dijelaskan secara
dengan cara
benar
yang tepat.

23
c. Pasien dan c. Gambarkan
keluarga mampu tanda dan
menjelaskan gejala yang
kembali apa yang biasa
dijelaskan muncul pada
perawat/tim penyakit,
kesehatan lainnya. dengan cara
yang tepat
d. Gambarkan
proses
penyakit,
dengan cara
yang tepat
e. Identifikasi
kemungkina
n penyebab,
dengna cara
yang tepat
f. Sediakan
informasi
pada pasien
tentang
kondisi,
dengan cara
yang tepat
g. Hindari
harapan
yang kosong
h. Sediakan
bagi
keluarga
atau SO

24
informasi
tentang
kemajuan
pasien
dengan cara
yang tepat
i. Hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi
di masa yang
akan datang
dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
j. Diskusikan
pilihan
terapi atau
penanganan
k. Dukung
pasien untuk
mengeksplor
asi atau
mendapatka
n second
opinion
dengan cara
yang tepat
atau

25
diindikasika
n
l. Eksplorasi
kemungkina
n sumber
atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
m. Rujuk pasien
pada grup
atau agensi
di komunitas
lokal,
dengan cara
yang tepat
n. Instruksikan
pasien
mengenai
tanda dan
gejala untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 62 th
No MR : 061911
Agama : Islam
Alamat : Tapus
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / Bangsa : Minang / Indonesia
Tgl/jam datang : 20-04-2019 / 11.45 wib
Diagnosa medis : UAP (Unstable Angina Pectoris)

Keluhan utama : Nyeri dada


Alasan masuk rumah sakit: Keluarga mengatakan ± jam 09.00 mengeluh
dada kiri terasa berat dan nyeri, jam 10.00 wib nyeri dada semakin
bertambah, terasa terhimpit beban berat, menjalar kepunggung, tengkuk
serta lengan atas terasa kesemutan, dada terasa sesak untuk bernafas,

27
kepala terasa pusing, mual, badan lemas, nyeri dirasakan hilang timbul
durasi ± 10 menit lalu pasien di bawa ke RSI ibnu sina Panti.

B. PRIMARY SURVEY
AIRWAY :
Jalan nafas paten, sumbatan jalan tidak ada, snoring ( - ), gurgling ( - )

BREATHING :
Gerakan dinding dada simetris, nafas regular, cepat dan dangkal. RR: 30
x/mnt
Rh -/-, wh -/-
Nafas: menggunakan otot bantu pernafasan

CIRCULATION :
Akral hangat, cyanosis perifer ( + ), irama regular teraba kuat.

DISABILITY :

AVPU ( Alert), pupil isokor +/+, RC +/+

Kesadaran Composmentis koperatif (CMC), GCS 15 : E4 V5 M6

EXPOSURE ( Focus Pada Area Injury ): -

C. SECONDARY SURVEY
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan umum sedang, klien tampak lemah dan gelisah, tampak klien
meringis kesakitan memegangi dadanya, nyeri dada menjalar
kepunggung, tengkuk serta lengan atas terasa kesemutan, dada terasa
sesak untuk bernafas, kepala terasa pusing, mual, badan lemas, skala
nyeri 8 nyeri hilang timbul selama ± 10 menit,.
P: dada kiri terasa nyeri setelah makan pagi.
Q: nyeri dada terasa seperti tertimpa benda berat sampai terasa sulit
bernafas.
R: Nyeri menjalar ke punggung, tengkuk serta lengan atas terasa
kesemutan.
S: skala nyeri 8 (nyeri berat)
T: nyeri dirasakan pada pagi hari, nyeri hilang timbul durasi ±10
menit
2. Riwayat Penyakit Dahulu

28
klien mengatakan pernah nyeri dada seperti ini 1 tahun yang lalu dan
hilang dengan sendirinya. Riwayat Hipertensi (+) sejak 4 tahun yang
lalu
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua klien meninggal dengan riwayat hipertensi.

4. Pemeriksaan Fisik

TD : 160/100 mmHg RR : 30 X/menit

N: 100 X/menit reguler Sat O2 : 97%

S : 36,8 ˚C

Head to toe

1. Kepala
Anemis ( - ), Icterik ( - ), pupil isokor lateralisasi -, Bibir kering tidak
cyanosis
2. Leher
Pembesaran vena jugularis tidak ada
3. Dada
Ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba, murmur ( - ),gallop ( - ), BJ
I/II ( normal ), Rh -/-, wh -/-

4. Abdomen
BU ( + ) 16x/menit, suara perkusi timpani, pernafasan abdominal,
hepar tidak teraba, lien tidak teraba
5. Genetalia
Terpasang DC produksi urin ± 200 CC
6. Ekstermitas
Edema ekstermitas atas maupun bawah tidak ada, akral hangat,
diaphoresis, Cyanosis.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
GDS : 150 mg/dl
Hb : 13,2 mg/dl
Leukosit : 7300 /mm3
Trombosit : 243000/mm3
Troponin I : negatif
EKG : tidak ada ST elevasi dan T invented, terdapat ST
depresi di lead II, III, AVF

E. PENATALAKSANAAN:

29
 Infus Ringer Laktat 12 jam/kolf
 Oksigen 4-5x/mnt
 Loading aspilet 160mg (kunyah), lanjut Aspilet 1x80mg
 Loading Clopidogrel 300mg, lanjut Clopidogrel 1x75mg
 Ranitidine 2x1ampul
 ISDN 3x10mg sublingual
 EKG
 Consul SpPD

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

 Pasien mengatakan nyeri dada  Skala nyeri 8


 TD : 160/100 mmHg
menjalar ke lengan kiri sampai
 RR : 30 X/menit
belakang bahu hilang timbul  N: 100 X/menit
 T : 36,8 ˚C
durasi ± 10 menit
 klien lemah
 Klien mengatakan kepala terasa
 klien gelisah
pusing,  Klien meringis kesakitan
 Klien mengatakan mual sambil mengusap dadanya
 Klien mengatakan badan terasa  Dyaforesis (+)
lemas.  Cyanosis perifer(+)
 Klien sering bertanya tentang  muka pucat
 Ronkhi (-) , Wheezing (-)
penyakitnya  GDS : 327 mg/dl
 Klien bertanya apakah klien bisa  Klien berorientasi pada masa
beraktivitas sepeti biasa lalu
 Klien mengatakan bahwa orang
tua nya meninggal karena
penyakit jantung

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah

30
1 Ds ; Iskemik Miokard Nyeri Akut
Pasien mengeluh dada
kiri terasa panas dan
nyeri, kepala terasa
pusing, mual, badan
lemas, mulai jam 09.00
nyeri dada semakin
bertambah dan menjalar
ke punggung, tengkuk
serta lengan atas terasa
kesemutan, dada terasa
sesak untuk bernafas,
badan semakin terasa
lemas
Do :
- Skala nyeri 8
- TD : 100/70 mmHg
2 - RR : 30 X/menit Ansietas
- N: 100 X/menit Ancaman terhadap
- S : 36,8 ˚C kematian
- klien lemah
- klien gelisah
- Klien meringis
kesakitan sambil
mengusap dadanya
- Dyaforesis (+)

DS:
- Klien sering bertanya
tentang penyakitnya
- Klien bertanya
apakah penyakit nya
bisa disembuhkan
- Klien mengatakan
3 bahwa orang tua nya
Resiko perfusi
meninggal karena

31
penyakit jantung sindrom koroner akut. miokard tidak
- Klien mengatakan efektif
badan terasa lemas.
DO :
- klien lemah
- klien gelisah
- TD : 160/100 mmHg
- RR : 30 X/menit
- N: 100 X/menit
- GDS : 327 mg/dl
- muka pucat
- Klien berorientasi
pada masa lalu

DS :
- Klien mengatakan
nyeri dada
- Klien mengatakan
nafas sesak
- Klien mengatakan
kepala terasa pusing
- Klien mengatakan
badan terasa lemas.
DO:
- TD : 160/100 mmHg
- RR : 30 X/menit
- N: 100 X/menit
- Skala nyeri 8

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard

2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

3. Resiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan sindrom


koroner akut.

32
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx NOC NIC Aktivitas


Kep

1 I - Pain control Pain  Melakukan pengkajian


- Comfort level Management secara komprehensif
termasuk lokasi,
Kriteria hasil :
karakterisitik, durasi,
- Mampu
frekuensi dan kualitas
mengontrol nyeri
 Observasi reaksi non
- Mampu
verbal dari
mengenali nyeri
ketidaknyamanan.
- Menyatakan
 Gunakan teknik
nyeri berkurang
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
klien.
 Ajarkan teknik
relaksasi dan distraksi
untuk mengontrol
nyeri
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian therapi
farmakologi

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat,
Analgesic dosis dan frekuensi

33
administration  Cek riwayat alergi
 Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Monitor vital sign
sebelum dan setelah
pemberian analgesic.

 Gunakan pendekatan
2 II - Anxiety self Anxiety yang menenangkan
control Reduction  Nyatakan dengan jelas
- Anxiety Level harapan terhadap
prilaku klien
- Coping
 Jelaskan semua
Kriteria Hasil : prosedur dan apa yang
dirasakan selama
 Klien mampu
prosedur
mengindentifika  Temani klien untuk
si dan memberikan
mengungkapkan keamanan dan
gejala cemas mengurangi takut
 Mengidentifikasi  Dengarkan dengan
, mengungkap penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kan dan
kecemasan
menunjukkan
 Dorong klien
tekhnik untuk mengungkapkan
mengontrol nyeri perasaan, ketakutan
 Vital sign dalam dan persepsi
batas normal  Bantu klien
mengidentifikasi hal
yang menimbulkan
kecemasan.
 Instruksikan pasien
menggunakan tekhnik
relaksasi

Cardiac Care  Evaluasi adanya nyeri


3 III - Cardiac Pump
dada
effectiveness
 Catat adanya disritmia
- Circulation jantung
Status  Catat adanya tanda
- Vital sign status dan gejala penurunan
Kriteria hasil: cardiac output
 Tekanan Sistole  Monitor vital sign
dan diastole

34
dalam rentang
yang diharapkan
 Nadi perifer
Fluid  Pertahankan catat
Mangement intake dan output yang
kuat adekuat
 Tidak ada udem  Monitor status hidrasi
perifer dan  Pantau adanya edema
ascites  Monitor vital sign
 Nyeri dada tidak  Monitor indikasi
ada retensi dan kelebihan
 Bunyi jantung cairan
abnormal tidak
ada

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Dx Implementasi Tanggal Evaluasi


kep
jam jam

1 20/4/2019 I  Melakukan 20/4/2019 S:


pengkajian secara
12.00 wib 12.30 wib - klien
komprehensif
mengatakan
termasuk lokasi,
nyeri dada
karakterisitik,
masih terasa
durasi, frekuensi
tapi ada
dan kualitas
berkurang
 Mengobservasi
- Klien
reaksi non verbal
mengatakan
dari
sesak nafas
ketidaknyamanan.
berkurang
 Menggunakan
teknik komunikasi O:
terapeutik untuk
mengetahui - TD;
pengalaman nyeri 150/85mmH
klien. g
 Mengajajarkan - HR :
teknik relaksasi 96x/menit
dan distraksi untuk - RR :
mengontrol nyeri 26x/menit
 Berkolaborasi - Klien mulai
dengan dokter tenang

35
dalam pemberian A:
therapi Masalah Nyeri
farmakologi akut belum teratasi
 Mencek instruksi
dokter tentang P:
jenis obat, dosis Intervensi
dan frekuensi dilanjutkan
 mencek riwayat
alergi
 Menentukan
pilihan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Monitor vital sign
sebelum dan
setelah pemberian
analgesic.
S:
2 20/1/2019 II  menggunakan 20/1/2019
pendekatan yang - klien
12.00 wib menenangkan 12.30 wib mengatakan
 menyatakan cemas
dengan jelas berkurang
harapan terhadap - Klien
prilaku klien
mengatakan
 menjelaskan semua
prosedur dan apa mulai
yang dirasakan mengerti
selama prosedur tentang
 menemani klien penyakitnya
untuk memberikan
keamanan dan O:
mengurangi takut - TD;
 mendengarkan 150/85mmH
dengan penuh g
perhatian - HR :
 mengidentifikasi
96x/menit
tingkat kecemasan
- RR :
 mendorong klien
mengungkapkan 26x/menit
perasaan, - Klien mulai
ketakutan dan tenang
persepsi A:
 membantu klien Masalah Ansietas
mengidentifikasi belum teratasi
hal yang
menimbulkan P:

36
kecemasan. Intervensi
 Instruksikan pasien dilanjutkan
menggunakan
tekhnik relaksasi

3 20/4/2019 III  Evaluasi adanya 20/1/2019 S:


nyeri dada - klien
12.00wib  Catat adanya 12.30 wib mengatakan
disritmia jantung cemas
 Catat adanya tanda berkurang
dan gejala - Klien
penurunan cardiac mengatakan
output
mulai
 Monitor vital sign
 Pertahankan catat mengerti
intake dan output tentang
yang adekuat penyakitnya
 Monitor status
hidrasi O:
 Pantau adanya - TD;
edema 150/85mmH
 Monitor vital sign g
 Monitor indikasi - HR :
retensi dan 96x/menit
kelebihan cairan - RR :
26x/menit
- Tidak ada
udema
- IVFD RL
12j/kolf
- Urine 200 cc
A:
Masalah Ansietas
belum teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan

37
38
39

Anda mungkin juga menyukai