Anda di halaman 1dari 31

10.

FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar
tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya
menjadi pucat, kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit
tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya
karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit
wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau
masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga
dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning
bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain-lain.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ
sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit
mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak
bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan
pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak
ada ujung yang melebar atau berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat
jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan
histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut
menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun
reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya
spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis
perasaan kulit yang disadari.

10.1. Fungsi Umum Sistem Integumen


Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi
tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan
infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar
matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

a. Keratin
Melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
b. Lipid
Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi;
selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum
Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di
permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan
menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin
Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum
basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen
ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik
dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,
maka dapat timbul keganasan.
e. Sel imun
Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama
adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian
ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin
dan sel Langerhans.
2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat
kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan
terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

3. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D,
E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida Permeabilitas kulit terhadap
O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan
absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui
muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar.

4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla
oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit
lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara
yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan
ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya
keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5. Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
6. Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap
rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis terhadap dingin diperankan oleh
dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan
tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik.
7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari
rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi
melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan–tangan dendrit sedangkan
lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi
oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
Proses pembentukan melanin (melanogenesis) diawali dengan oksidasi dari asam
aminotirosin menjadi L-dihidroksifenilalanin (L-DOPA) dan kemudian menjadi
dopakuinon. Tahap ini dipercepat oleh enzim tirosinase dan merupakan tahap kritis dalam
melanogenesis.
Proses selanjutnya adalah polimerisasi dari dopakinon menjadi melanin, yaitu berupa
eumelanin dan feomelanin yang dapat terjadi secara spontan pada pH fisiologis.
Pigmentasi dapat diregulasi dengan mengontrol proses melanogenesis. Salah satu
caranya adalah dengan menambahkan senyawa yang dapat menghambat aktivitas
enzim tirosinase.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini
semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi
lapisan tanduk yang berlangsung kira–kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin
D sistemik masih tetap diperlukan.
Sinar matahari memang baik untuk tubuh. Terutama untuk mengubah provitamin D
menjadi vitamin D. Sinar matahari membawa berbagai macam sinar dan radiasi. Oleh
karena itu sinar matahari juga ada yang berjenis ultraviolet B. Ultraviolet B inilah yang
akan diserap oleh kulit yang mengandung kolesterol. Kemudian kolesterol itulah yang
mengandung provitamin D dan akan diubah menjadi vitamin D. Dengan cara
memaparkan tubuh terkena sinar matahari selama 5 sampai 15 menit. Tentu ada resiko
jika terpapar sinar matahari terlalu lama. Dan ada baiknya terpapar sinar matahari
mengandung UV B ini sebelum jam 9 pagi khusus untuk pembentukan vitamin D pada
tubuh.
10.2. Fungsi Keratinisasi
1. Cell renewal (aktivitas mitosis): di germinativum & spinosum.
2. Diferensisasi (keratinisasi): dari germinativum ke atas.
3. Death cell: lucidum ke atas.
4. Durasi : 15-30 hari secara bergelombang.
5. Kedalaman & tahap berbeda → gambaran berlapis dan bergelombang.
Tahap: (tumpang tindih), Mitosis, Diferensiasi, Apoptosis, Exfoliasi.
Fungsi Keratinisasi Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid,
bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas
menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut
terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan
akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering
menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk, sel tanduk secara kontinu lepas
dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel
dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari.
Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu
dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini
terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering. Hubungan fisiologi kulit
dengan organ-organ lain sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi
dari dehidrasi, kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan
dari sistem tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem
tubuh yang lain dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf.
Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit selalu terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain:
1. Sistem skeletal
Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi untuk membangun dan memelihara
tulang. Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.
2. Sistem muskular
Kulit melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang
berguna untuk kontraksi otot. Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi
wajah.
3. Sistem saraf
Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan
nyeri. Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk
termoregulasi. Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk
menegakkan rambut.
4. Sistem endokrin
Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah
hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna. Hormon
seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan, distribusi
lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat. Hormon adrenal mengatur aliran darah di
dermis dan membantu memobilisasi lemak di adiposit.
5. Sistem kardiovaskular
Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular
(melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat. Sistem
kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan sel-sel
imun.
Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.
Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.
6. Sistem limfatik dan imunologi Kulit
Pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan sekret kimia
untuk menghalau penetrasi mikroba. Sel-sel Langerhans pada epidermis berperan
dalam imunologi dengan cara pengenalan antigen terhadap agen asing. Makrofag
memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit. Sistem limfatik
melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan memobilisasi
limfosit.
7. Sistem respirasi
Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup. Stimulasi pada
ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan. Sistem pernapasan menyediakan
oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi karbondioksida.
8. Sistem pencernaan
Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan
fosfor di saluran cerna. Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan
lipid di adiposit.
9. Sistem kemih
Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi
calcitriol Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam
menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.
10. Sistem reproduksi
Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan berkontribusi
terhadap kepuasan seksual. Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi
ujung saraf di kulit dan menyebabkan keluarnya ASI. Kelenjar susu (modifikasi dari
kelenjar keringat) memproduksi ASI. Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama
kehamilan terkait pertumbuhan fetus. Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi
rambut, sel adiposa dan perkembangan kelenjar payudara.
10.3. Fungsi Pigmentasi

Pigmentasi kulit normal merupakan proses yang kompleks yang, pada epidermis seperti pada
folikel rambut, dimulai dengan sintesis melanin dalam melanosom dalam melanosit, diikuti
dengan melanosom transfer ke tetangga basal dan suprabasal keratinosit. Pada sel basal,
butiran melanin translokasi ke tiang atas inti, membentuk topi melanin yang melindungi DNA
dari sinar UV.
Butiran melanin yang akhirnya terdegradasi sebagai keratinosit mengalami diferensiasi
terminal. Pada manusia, melanosit terlokalisasi baik di lapisan basal epidermis atau dalam
folikel rambut. Apapun yang lokalisasi mereka pada kulit, melanosit berasal dari sel prekursor
(disebut melanoblasts) yang berasal dari neural crest. Melanosit mamalia memproduksi
dalam melanosom mereka, dua jenis kimia yang berbeda dari pigmen melanin: eumelanin
hitam-coklat dan kuning-kemerahan pheomelanin. Dalam melanosit, eumelanosomes dan
pheomelanosomes berhubungan seks.
Tirosinase adalah kunci-enzim yang mengatur langkah pertama eumelanin dan pheomelanin
sintesis: transformasi L-tyrosines ke L-3,4 dihydroxyphenylalanine (DOPAs) dan kemudian
ke DOPAquinones. Dari DOPAquinones, jalur sintesis berbeda untuk pheomelanin atau
eumelanin.
Dalam manusia, seperti dalam mamalia lain, kulit dan warna rambut terutama ditentukan oleh
jumlah, ukuran, jenis, dan cara partisi ulang dari melanosom.
Hal ini sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam kondisi normal, perbedaan ras dalam
pigmentasi kulit pada manusia tidak tergantung dari jumlah melanosit di epidermis. Untuk
daerah tertentu, jumlah melanosit epidermal hampir sama di Caucasoids, Negroids dan
Mongoloid.
Rentang warna kulit manusia normal dari putih menjadi coklat sampai hitam dan hasil dari
kontribusi campuran dari empat pigmen: oksigen hemoglobin (merah) dalam kapiler,
mengurangi hemoglobin (biru) dalam venula dari dermis, eksogen menghasilkan karotenoid
(kuning) dan endogen diproduksi melanin (coklat). Namun, jumlah dan jenis pigmen melanin
diproduksi dalam melanosom oleh melanosit kulit dan folikel yang sangat ditentukan perbedaan
warna kulit dan rambut antara individu.
Pigmentasi kulit normal merupakan proses yang kompleks yang, pada epidermis seperti pada
folikel rambut, dimulai dengan sintesis melanin dalam melanosom dalam melanosit, diikuti
dengan melanosom transfer ke tetangga basal dan suprabasal keratinosit. Pada sel basal,
butiran melanin translokasi ke tiang atas inti, membentuk topi melanin yang melindungi DNA
dari sinar UV. Butiran melanin yang akhirnya terdegradasi sebagai keratinosit mengalami
diferensiasi terminal.
10.3.1. Melanosit
Melanosit adalah sel-sel khusus dari epidermis yang menghasilkan pigmen melanin. Ada
sekitar 2000 atau lebih melanosit per milimeter persegi pada kulit terkena kepala, pada kulit
skrotum atau kulup dan 1.000 sampai 1.500 melanosit per milimeter persegi di seluruh tubuh
di Caucasoids, Negroids dan Mongoloid. Oleh karena itu, perbedaan ras dalam pigmentasi
yang tidak disebabkan oleh perbedaan jumlah melanosit.
Melanosit epidermis secara teratur tersebar, pada rasio perkiraan 01:10, di antara keratinosit
basal dan mendistribusikan melanin yang mereka hasilkan menjadi sekitar 70 atasnya
keratinosit suprabasal melalui dendrit memanjang dan kontak sel/sel. Hubungan anatomis
antara keratinosit dan melanosit dikenal sebagai “unit epidermal melanin”. Melanosit
sekretori dalam folikel rambut yang terkait dengan sel-sel rambut matriks dengan cara yang
sama bahwa melanosit epidermal berhubungan dengan keratinosit epidermis.
Kegiatan epidermal melanosit kontinu sedangkan melanosit folikel rambut mengikuti kegiatan
rhytmicalnya; mereka aktif selama fase anagen pertumbuhan dan tidak memiliki aktivitas
tirosinase terdeteksi selama istirahat (telogen) tahap.
Proliferasi melanosit terjadi dirangsang, kulit manusia non terpajan dan meningkat setelah
radiasi UV. Dalam folikel rambut, proliferasi melanosit dan sintesis melanin keduanya
disinkronisasi dengan pertumbuhan rambut.
Melanosit terdeteksi di bagian histologis oleh nitrat amoniak reaksi perak Fontana-Masson yang
noda melanins dan dengan reaksi DOPA yang mengungkapkan aktivitas tirosinase. Mereka
bernoda di immunohistology dengan berbagai antibodi terhadap antigen melanosit, seperti
tirosinase, pigmentasi terkait protein dan MART1/Melan-A antigen. Melanosit embrio, rambut
bola melanosit dan diaktifkan (tapi tidak istirahat) melanosit epidermis dewasa
mengekspresikan premelanosome terkait glikoprotein gp100 diakui oleh antibodi monoklonal
HMB-45.
Ultrastruktural, mereka memiliki sitoplasma elektron-berkilau tidak mengandung tonofilaments
dan tidak ada desmosom tetapi mengandung filamen longgar menengah (vimentin) dan
organel tertentu, melanosom pada berbagai tahap pematangan.
Melanosit berasal dari sel prekursor (disebut melanoblasts) selama perkembangan embrio,
dan melanoblasts ditakdirkan untuk kulit berasal dari neural crest dimulai pada bulan kedua
kehidupan embrio manusia. Para melanoblasts bulat atau oval sel besar yang berdiferensiasi
menjadi melanosit dengan menjadi dendritik dan DOPA oksidase-positif. Mereka mencapai
dermis antara 10 dan 12 minggu pembangunan dan 2 minggu kemudian untuk epidermis dan
berdiferensiasi menjadi melanosit; melanosit sudah ditetapkan di lokasi persimpangan
epidermal-dermal pada sekitar bulan keenam kehidupan janin.
Melanosit menjajah dermis dan epidermis sebelum tahap awal produksi rambut dan
mendistribusikan ke rambut tanpa lokalisasi tertentu. Hanya setelah bulan keenam kehamilan,
yang di rambut, melanosit akan ketat lokal di infundibulum dan dalam matriks rambut.
Melanosit Dermal penurunan jumlah selama kehamilan dan hampir hilang dengan kelahiran,
sedangkan melanosit epidermal didirikan di persimpangan epidermal-dermal terus berkembang
biak dan mulai memproduksi melanosom yang melanin disintesis.
1. Jumlah melanosit/unit area sama pada semua jenis: warna kulit, yang membedakan warna
kulit, kecepatan sintesa melanin, kecepatan akumulasi, kecepatan degradasi
2. Fungsi melanin: Perlindungan, cara: absorbsi radikal bebas.
3. Penyebab peningkatan sintesa melanin: Paparan ultraviolet, Hormon: MSH, estrogen,
ACTH, Obat-obatan: chloroquin, khemoterapi, polusi: logam berat, postinflamasi.

10.3.2. Melanosom
Melanosom adalah organel yang memproduksi melanin khusus intraseluler yang berbagi
beberapa fitur dengan lisosom dalam bahwa mereka mengandung asam hidrolase tergantung
dan protein membran lisosomal terkait (lampu). Mereka termasuk keluarga organel-sel
tertentu, disebut organel-lisosom terkait, yang juga termasuk butiran litik diamati dalam
sitotoksik limfosit T dan sel-sel pembunuh alami, MHC kelas II kompartemen diamati pada
antigen presenting sel, butiran platelet-padat, butiran basofil, butiran azurophil diamati pada
neutrofil dan badan Weibel-Palade diamati pada sel-sel endotel. Komponen struktural utama
melanosom adalah Pmel17/gp100/Silv.
Melanosom hasil dari fusi vesikel yang mengandung tirosinase (Tyr), dopachrome
Tautomerase (Dct/Tyrp2) dan DHCI oksidase (Tyrp1) dan berasal dari aparat Golgi dengan
vesikel yang mengandung komponen struktural melanosom dan berasal dari retikulum
endoplasma granular.
Perdagangan Tyr ke melanosom dapat dipengaruhi secara dramatis oleh mutasi pada
beberapa gen melanogenic dan oleh perubahan pH intraseluler yang menyebabkan
albinisme oculocutaneous atau hipopigmentasi, masing-masing.

Struktur melanosome
Struktur melanosom berbeda sesuai dengan jenis melanin yang dihasilkan; pheomelanosomes
menghasilkan pheomelanin, tetap bulat dan mengandung matriks vesiculoglobular;
eumelanosomes menghasilkan eumelanin, yang elips dan memiliki matriks fibrillar.
Kedua jenis melanosom biasanya dibagi menjadi empat tahap pematangan (I-IV) ditentukan
oleh struktur dan kuantitas, kualitas, dan susunan melanin yang dihasilkan. Tahap I melanosom
memiliki organisasi matriks awal, yang bulat, tidak mengandung aktivitas tirosinase, dan
dilokalisasi di pinggiran inti. Tahap II melanosom yang tirosinase-mengandung memanjang
(untuk eumelanosomes) organel dengan matriks filamen terorganisir dan tanpa deposisi
melanin dalam eumelanosomes dan sudah membentuk melanin dan matriks vesikuloerosif
globular di phaeomelanosomes. The Produksi serat matriks internal dan pematangan dari
panggung Aku ke tahap II muncul tergantung dari kehadiran protein struktural bernama Pmel17
(atau gp 100/ Silver). Hanya setelah transfer ke tahap I melanosom, Pmel17 dibelah menjadi
beberapa fragmen yang merupakan matriks fibrillar dari organite tersebut. Protein lain, Mart-1,
juga dikenal sebagai Melan-A, lokal pada tahap I dan/ atau II, memberikan kontribusi untuk
pembentukan melanosom karena itu perlu ekspresi, stabilitas dan pematangan Pmel17 dan
oleh karena itu untuk langkah kritis pembentukan melanosom tahap II.
Pada tipe III melanosom, melanin secara seragam disimpan. Jenis melanosom IV adalah
melanosom yang elektron-opak, sepenuhnya melanized dan memiliki aktivitas tirosinase
rendah; mereka adalah melanosom dipasok dari dendrit ke keratinosit tetangga.

Enzim pigmentas
Dalam melanosom, setidaknya tiga kunci-enzim, bernama tirosinase, tirosinase terkait protein
1 (Tyrp1), dan tirosinase terkait protein 2 (Tyrp2/Dct) mutlak diperlukan untuk sintesis berbagai
jenis melanin.
Tirosinase bertanggung jawab atas tingkat awal kritis membatasi langkah melanogenesis. Hal
ini disintesis sebagai prekursor tidak aktif yang diaktifkan ketika melanosit dirangsang oleh
alpha-MSH melalui AMPc. Agouti protein antagonis alpha-MSH. Ini blok fiksasi alpha-MSH ke
reseptor dan, oleh karena itu, aktivasi reseptor dan menstabilkan bentuk tidak aktif dari
reseptor. Tirosinase tergantung pada penggabungan ion tembaga untuk mengkatalisis
hidroksilasi tirosin untuk β-3,4-dihydroxyphenylalanine (DOPA) dan oksidasi berikutnya
DOPA ke DOPAquinone. Hal ini juga terlibat hilir dalam oksidasi dari 5,6-dihydroxyindole
(DHI) ke indole-5,6-kuinon.
Tyrp1 dan Tyrp2/Dct memiliki fungsi katalitik berbeda dalam sintesis melanin hilir Tyr.
Isomerisasi dari DOPAchrome (indolene-2-karboksilat asam-5,6-kuinon) untuk 5,6-
dihydroxyindole-2-asam karboksilat (DHICA) dikatalisis oleh DOPAchrome Tautomerase
(Tyrp2/Dct) dan oksidasi dari DHICA dikatalisis oleh DHICA-oksidase (Tyrp1). Selain memiliki
fungsi enzimatik, Tyrp1 dan Tyrp2/Dct juga menstabilkan Tyrp. Tyrp1 juga merupakan enzim
penting untuk perdagangan benar tirosinase untuk melanosom dan Tyrp2/Dct tampaknya juga
memainkan peran penting dalam proses detoksifikasi dalam melanosom.

Transportasi dan transfer melanosom


Selama pematangan mereka, melanosomes bergerak dari daerah perinuklear melanosit mana
mereka diproduksi menuju ujung dendrit karena mereka menjadi lebih melanized. Transportasi
intraseluler tergantung mikrotubulus ini melibatkan mikrotubulus, dynein dan kinesin,
filamen aktin, Rab27a, melanophilin, miosin Va dan SLP2-a. Melanin disintesis dalam
melanosom dalam melanosit ditransfer ke keratinosit melalui protease-diaktifkan reseptor,
PAR-2.

10.3.3. Melanin
Melanosit mamalia menghasilkan dua jenis kimia yang berbeda melanin pigmen: eumelanin
hitam-coklat dan kuning-kemerahan pheomelanin.
Eumelanin merupakan polimer yang sangat heterogen yang terdiri dari DHI
(DiHydroxyIndole) dan DHICA (DiHydroxyIndole Asam Karboksilat) unit dikurangi atau
teroksidasi negara. Pheomelanin sebagian besar terdiri dari turunan benzothiazine
mengandung sulfur. Melanins disintesis dari tirosin eksogen disediakan oleh darah. Tyrosines
teroksidasi oleh tirosinase dan dimetabolisme menjadi DOPAs dan kemudian ke
DOPAquinones yang secara otomatis teroksidasi menjadi senyawa indol. senyawa indol
terhubung satu sama lain untuk menghasilkan eumelanins. Sintesis pheomelanin jalur
melibatkan senyawa sulfur, yang sistein asam amino atau glutathione yang membebaskan
cysteins melalui aksi dari glutamil transpeptidase. Di hadapan cysteins, DOPAquinones
terhubung dengan cysteins untuk membentuk 5-S-cysteinyl DOPA dan 2-S-cysteinylDOPA
yang memberikan benzothiazin intermediet yang berpolimerisasi menghasilkan
pheomelanins. Peran utama dari melanins adalah untuk melindungi kulit dari efek berbahaya
dari sinar UV dan mencegah kanker kulit. Selain ini, baik eumelanin dan pheomelanin
memainkan peran protektif penting dalam melanosit dan keratinosit karena kemampuan
mereka untuk mengikat kation, anion, obat-obatan, dan bahan kimia.
Melanin:
1. Sintesa oleh melanosit.
2. macam:
a. Eumelanin warna: coklat gelap. Di epidermis, iris,rambut hitam & coklat.
b. Pheomelanin: warna kuning kemerahan.

10.4. Sistem Integumen pada Kehamilan


Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab
terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan. Perubahan yang umum
terjadi adalah meningkatnya ketebalan kulit dan lemak subdermal hypopigmentasi,
pertumbuhan rambut dan kuku, kecepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea,
dan meningkatnya aktifitas sirkulasi dan vasomotor. Adanya kerapuhan/kelemahan pada
jaringan elastik cutaneus menyebabkan timbulnya striae gravidarum atau tanda peregangan
yang jelas. Respon alergi cutaneus menjadi lebih tinggi.
1. Pigmentasi disebabkan oleh hormon pituitary anterior; melanotropin, yang meningkat
selama kehamilan. Facial Melama, disebut juga chloasma atau topeng kehamilan,
adalah bentuk seperti jerawat, merupakan hyperpigmentasi berwarna kecokelatan di
atas pipi, hidung dan kening. Chloasma tampak pada 50% sampai 70% wanita hamil,
dimulai setelah minggu ke 16 dan meningkat terus hingga persalinan. Sinar matahari
menambah pigmentasi pada wanita-wanita yang rentan. Cloasma disebabkan oleh
kehamilan normal biasanya memudar setelah persalinan. Penggelapan warna niple,
areola, axila dan vulva terjadi juga pada saat yang bersamaan.
2. Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari symphisis pubis sampai
ke ujung atas fundus pada garis tengah, garis ini dikenal dengan linea alba sebelum
pigmentasi yang disebabkan faktor hormonal. Pada primigravida, adanya linea nigra
dimulai pada bulan ke 3, sama cepatnya dengan kenaikan tinggi fundus; pada
multigravida munculnya garis ini sering lebih awal dari bulan ke 3. Tidak semua wanita
hamil muncul linea nigra.
3. Striae gravidarum, atau garis peregangan, tampak pada 50% sampai 90% wanita
hamil selama pertengahan kehamilan, mungkin disebabkan oleh aksi adrenocorticoid.
Striae merefleksikan perusakan jaringan penyambung di bawah kulit (collagen). Depresi
lapisan yang jelas terjadi pada area-area dengan peregangan maksimal (seperti
abdomen, paha dan mamae). Peregangan ini kadang-kadang menimbulkan sensasi
menyerupai rasa gatal. Terdapat kecenderungan bahwa striae bersifat familia. Setelah
kelahiran striae biasanya memudar, walaupun striae tersebut tidak menghilang secara
keseluruhan. Variasi warna striae tergantung pada warna kulit ibu hamil. Striae tampak
berwarna pink pada wanita berkulit cerah, dan tampak berwarna kontras dari pada kulit
lainnya pada wanita berkulit gelap. Pada nulipara, striae pada umumnya berupa garis
berwarna perak kemilauan (pada wanita berkulit cerah) atau garis berwarna keunguan
(pada wanita berkulit gelap) Scar striae mungkin tampak akurat pada kehamilan
sebelumnya.

Angiomas atau telangiectasia adalah istilah yang ditujukan pada bentuk vaskularisasi
seperti jaring laba-laba. Bentuknya kecil sekali, permukaannya seperti bintang atau
bercabang-cabang, terlihat jelas pada bagian akhir arteriola. Jaring laba-laba ini terbentuk
sebagai akibat meningkatnya sirkulasi estrogen, biasanya ditemukan pada leher toraks,
muka, dan lengan. Angiomas dan teliangiestasia juga dijelaskan sebagai jaringan awal
dilatasi arteriola yang menyebar ke arah bagian tengah. Bentuk jaring-jaring ini berwarna
kebiruan dan tidak menjadi pucat bila dilakukan penekanan. Striae mungkin tampak jelas
pada mamae sebagai akibat peregangan pada mamae yang bertambah besar ukurannya.
Jaring-jaring vaskuler tampak selama bulan ke 2 sampai 5 kehamilan pada 55% wanita kulit
putih dan 10% pada wanita Afrika-Amerika. Jaring-jaring vaskuler ini akan menghilang
setelah melahirkan. Adanya benjolan-benjolan kecil seperti jerawat, berwarna pink
kemerahan dan mudah ditentukan batasnya, sering terlihat pada permukaan palmar tangan
pada sekitar 60% wanita kulit putih dan 35% pada wanita Afrika-Amerika selama
kehamilan.
Perubahan warna ini dan eritema pada palmar berhubungan dengan peningkatan sirkulasi
perifer. Epulis (Gingival Granuloma Gravidarum) berwarna kemerahan, berbentuk nodul
dan mudah berdarah.
Lesi ini mungkin berkembang sekitar bulan ke 3 dan biasanya berlanjut sesuai dengan
perkembangan kehamilan.

Treatment dilakukan dengan melakukan insisi apabila lesi tersebut mengalami pembesaran,
menyebabkan rasa nyeri atau berdarah yang agak banyak.
Pada minggu ke 6 beberapa wanita mencatat adanya menipis dan melunaknya kuku baik
pada tangan maupun kaki. Zat pewarna kuku harus dibersihkan dan kuku harus tetap dijaga
pendek untuk mencegah patah, kulit yang berminyak dan cabe vulgaris mungkin terjadi
selama kehamilan. Beberapa wanita lain kulitnya mengalami scar dan terlihat menyebar.
Hirsutism adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan dan pertumbuhan rambut pada
tempat yang tidak biasanya, juga hal yang mungkin terjadi. Peningkatan pertumbuhan rambut
biasanya juga terjadi. Rambut kembali normal setelah kehamilan. Pertumbuhan rambut yang
kasar biasanya tidak menghilang setelah kehamilan. Beberapa wanita berkomentar bahwa
rambut mereka menebal dan tumbuh lebih banyak selama kehamilan.

Perubahan Kulit pada Ibu Hamil


Perubahan pada kulit ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan kulit
dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi di beberapa tempat dapat dijabarkan sebagai
berikut:
10.5. Regulasi Suhu
Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka, tetapi
mereka terus menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahan
kan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik
yang berasal dari makanan.
10.5.1. Suhu Inti internal Homeostasis pada 37,8°C
Suhu tubuh normal yang diukur di mulut (per oral) secara tradisional dianggap sebesar 37°C.
Namun, studi baru-baru ini menunjukkan bahwa suhu tubuh bervariasi di antara individu dan
bervariasi sepanjang hari, berkisar dari 35,5°C pada pagi hari hingga 37,7°C pada malam
hari, dengan rerata keseluruhan 36,7°C.
Selain itu, tidak ada suhu tubuh tunggal karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut
pandang termoregulasi, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti sentral yang dikelilingi oleh
selubung luar. Suhu di dalam inti sentral, yang terdiri dari organ abdomen dan toraks, susunan
saraf pusat, dan otot rangka, umumnya relatif konstan. Suhu inti internal ini berada di bawah
regulasi ketat untuk mempertahankan kestabilan homeostatik. Jaringan inti berfungsi paling
baik pada suhu relatif konstan sekitar 37,8°C.
Kulit dan jaringan subkutan membentuk selubung luar. Berbeda dari suhu inti yang konstan
tinggi, suhu di selubung ini umumnya lebih dingin dan dapat cukup bervariasi. Sebagai contoh,
suhu kulit dapat berfluktuasi antara 20°C dan 40°C tanpa mengalami kerusakan. Seperti anda
akan lihat, suhu kulit secara sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu
mempertahankan suhu inti yang konstan.
VARIASI NORMAL SUHU INTI Meskipun suhu inti dijaga relatif konstan, beberapa faktor
menyebabkannya sedikit bervariasi:
1. Suhu inti sebagian besar orang normalnya bervariasi sekitar 1°C di siang hari, dengan
suhu terendah pada pagi hari sebelum bangun (jam 6 hingga 7 pagi) dan tertinggi pada
sore hari (jam 5 hingga 7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama biologis bawaan, atau
"jam biologis".
2. Wanita juga mengalami irama bulanan pada suhu intinya yang berkaitan dengan daur
haid mereka. Suhu inti rerata 0,5°C lebih tinggi selama paruh terakhir daur sejak saat
ovulasi hingga haid. Peningkatan ringan suhu yang menetap selama periode ini semula
diperkirakan disebabkan oleh peningkatan sekresi progesteron, salah satu hormon.
Ovarium, tetapi tampaknya sekarang tidak demikian. Penyebab sebenarnya masih belum
diketahui.
3. Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan mencolok produksi panas oleh
otot. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat hingga 40°C. Pada keadaan
istirahat, suhu ini dianggap demam, tetapi normal selama olahraga berat.
4. Semakin tua semakin dingin. Orang lanjut usia biasanya memiliki suhu yang lebih rendah,
dengan rerata pada pertengahan hari 36,4°C.
5. Karena mekanisme pengendali suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit bervariasi
jika tubuh terpajan ke suhu ekstrim. Sebagai contoh, suhu inti dapat turun beberapa
derajat pada cuaca dingin atau meningkat sekitar satu derajat pada cuaca panas.
10.5.2. Suhu Inti Stabil
Suhu inti adalah cerminan dari kandungan panas total tubuh. Asupan panas ke tubuh harus
diseimbangkan dengan pengeluaran panas agar kandungan panas total konstan sehingga
suhu inti juga konstan. Asupan panas berasal dari panas yang diperoleh dari lingkungan luar
dan produksi panas internal, dengan yang terakhir merupakan sumber terpenting panas
tubuh. Ingat kembali bahwa sebagian besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul
sebagai panas. Panas ini penting untuk mempertahankan suhu inti. Panas yang dihasilkan
biasanya lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh pada
kisaran normal sehingga kelebihan panas harus dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran panas
terjadi melalui terpajannya permukaan tubuh ke lingkungan eksternal. Keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran panas sering terganggu oleh (1) perubahan produksi panas internal
untuk tujuan yang tidak berkaitan dengan regulasi suhu tubuh, terutama oleh olahraga, yang
sangat meningkatkan produksi panas, dan (2) perubahan suhu lingkungan eksternal yang
memengaruhi derajat penambahan atan pengurangan panas yang terjadi antara tubuh dan
lingkungan sekitar.
Harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian kompensatorik pada mekanisme pembentukan
dan pengeluaran panas agar suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran yang sempit
meskipun produksi panas metabolik dan suhu lingkungan mengalami perubahan. Kini kita
akan menguraikan bagaimana penyesuaian-penyesuaian ini dibuat.
10.5.3. Radiasi, Konduksi, Konveksi, dan Evaporasi
1. RADIASI.
Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk
gelombang elektromagnetik, atau gelombang panas, yang merambat dalam ruang. Ketika
suatu energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap, energi gerakan gelombang akan
diubah menjadi panas di dalam benda. Tubuh manusia memancarkan (sumber yang
kehilangan panas) dan menyerap (sumber yang memperoleh panas) energi radiasi.
Apakah tubuh kehilangan atau memperoleh panas melalui radiasi bergantung pada
perbedaan suhu antara permukaan kulit dan permukaan benda lain di lingkungan. Karena
pemindahan neto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih panas ke yang lebih
dingin, tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih panas daripada permukaan kulit,
misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar. Sebaliknya, tubuh kehilangan panas
melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan yang permukaannya lebih dingin daripada
permukaan kulit, misalnya dinding bangunan, furnitur, atau pohon. Secara rerata, manusia
kehilangan hampir separuh energi panas mereka melalui radiasi.
2. KONDUKSI

Konduksi adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang
berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni gradien suhu dari
benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin. Laju pemindahan panas melalui
konduksi bergantung pada perbedaan suhu antara benda-benda yang bersentuhan dan
konduktivitas termal bahan-bahan yang terlibat (yaitu, seberapa mudah panas dihantarkan
oleh bahan). Panas dapat bertambah atau berkurang melalui konduksi ketika kulit berkontak
dengan suatu konduktor yang baik.
Ketika anda memegang bola es, misalnya, tangan anda menjadi dingin karena panas
mengalir melalui konduksi dari tangan ke bola es. Sebaliknya, ketika Anda menempelkan
bantal pemanas ke bagian tubuh anda, bagian tubuh tersebut menghangat sewaktu panas
dipindahkan dari bantalan ke tubuh anda.
Demikian juga, anda kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi ke lapisan udara
yang berkontak langsung dengan tubuh anda. Arah pemindahan panas masing-masing
bergantung pada apakah udara lebih dingin atau lebih panas daripada kulit anda. Namun,
hanya sebagian kecil dari pertukaran panas total antara kulit dan lingkungan berlangsung
melalui konduksi saja karena udara bukan penghantar panas yang baik. (Karena itu, air
kolam renang bersuhu 26,7°C terasa lebih dingin daripada udara dengan suhu yang sama;
panas dihantarkan lebih cepat dari permukaan tubuh ke air, yang merupakan konduktor yang
baik, daripada ke udara, yang merupakan konduktor buruk.
3. KONVEKSI

Kata konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau air).
Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara
yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih
ringan (kurang padat) daripada udara dingin, udara yang telah dihangatkan tersebut naik
sementara udara yang lebih dingin masuk ke samping kulit menggantikan udara yang telah
hangat tersebut. Proses ini kemudian berulang. Pergerakan udara ini, yang dikenal sebagai
arus konveksi, membantu membawa panas menjauhi tubuh. Jika tidak terjadi arus konveksi,
tidak lagi terjadi pembebasan panas setelah suhu lapisan udara yang tepat berada di sekitar
tubuh menyamai suhu kulit.
Proses kombinasi pengeluaran panas dari tubuh dengan konduksi-konveksi diperkuat oleh
pergerakan udara di atas permukaan tubuh, baik oleh gerakan udara eksternal, seperti yang
ditimbulkan oleh angin atau kipas, atau oleh gerakan tubuh menerobos udara, misalnya
sewaktu naik sepeda.
Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah dihangatkan oleh konduksi dan
menggantinya dengan udara yang lebih dingin dengan lebih cepat, jumlah panas yang dapat
dikeluarkan dari tubuh dalam jangka waktu tertentu juga lebih banyak. Karena itu, angin
membuat kita lebih dingin pada cuaca panas, dan hari-hari berangin pada musim salju akan
terasa lebih dingin daripada hari-hari tenang dengan suhu dingin yang sama. Karena itu, para
peramal cuara mengembangkan konsep wind chill factor (seberapa dingin yang dirasakan).
4. EVAPORASI
Selama evaporasi dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari
keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih dingin.
Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan anda merasa lebih dingin ketika baju
renang anda basah daripada ketika kering. Pengeluaran panas secara evaporatif terjadi terus
menerus dari lapisan dalam saluran napas dan dari permukaan kulit. Panas secara terus
menerus keluar melalui uap H2O di udara ekspirasi akibat pelembapan udara sewaktu udara
melewati sistem pernapasan. Demikian juga, karena kulit bukan lapisan yang sama sekali
kedap air, molekul-molekul H2O secara terus-menerus berdifusi menembus kulit dan
menguap.
Evaporasi dari kulit yang terus menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar
keringat. Proses pengeluaran panas pasif melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol
fisiologik dan berlangsung terus bahkan pada cuaca yang sangat dingin, saat masalahnya
adalah bagaimana mempertahankan panas tubuh.

Anda mungkin juga menyukai