Anda di halaman 1dari 9

SIFAT SIFAT TERCELA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas :


Mata Pelajaran : Akhlak
Guru Pengampu : M. Luthfi Hamami, S.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Syahrul Ma’arif
2. Imah Dhurokhmah
3. Indah Fatmala
4. Rafi Hidayat

AKHLAK

XI AGAMA 2 JURUSAN AGAMA


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2
KOTA TANGERANG
2019 M / 1440 H
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I
PEMBAHASAN
D. Israf ...................................................................................................
E. Tabzir ................................................................................................
F. Perilaku Orang Yang Memahami Sifat Serakah ,Tamak,bakhil-
Israf ,dan tabzir...................................................................................
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam Yang Maha Esa. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
kita Baginda Nabi besar Muhammad SAW serta kepada para keluarga dan sahabat
beliau.
Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “SIFAT SIFAT TERCELA”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Tangerang, 27 September 2019

Kelompok 4
BAB I
PEMBAHASAN
D .Pengertian Isrāf

Al Isrāf adalah adalah lebih dari tujuan. Dari fi’il asrafa – israfan. As Saraf
isim (mashdar) darinya juga. “asrafa fi maalihi” artinya bersegera (mengeluarkan
harta) tanpa tujuan.
Dan asal makna dari kata ini menunjukkan pada sikap melebihi batas dan
sembrono dalam melakukan sesuatu.
Beberapa pendapat tentang pengertian israf adalah sebagai berikut; -
membelanjakan / memberikan sesuatu untuk hal yang tidak selayaknya sebagai
tambahan atas apa yang selayaknya. - membelanjakan harta yang banyak untuk tujuan
yang sangat sedikit. - melebihi batasan dalam pembelanjaan harta. - seseorang
memakan harta yang tidak halal baginya atau memakan yang halal baginya memlebihi
batas dan melebihi kadar kebutuhan. - Sebagian pendapat menyatakan, artinya
melebihi kuantitas yang normal, karena tidak memahami batasan kuantitas yang
menjadi haknya Dengan demikian pengertian Isrāf adalah tindakan seseorang yang
melampauhi batas yang telah ditentukan oleh syariat.
Orang yang membasuh wajah ketika berwudlu melebihi tiga basuhan berarti
termasuk isrof/ berlebihan, karena ketentuan yang disunatkan hanya tiga basuhan yang
merata. Namun pengertian isrāf biasanya sering digunakan dalam hal membelanjakan
harta, bukan pada masalah ibadah. Misalkan membelanjakan harta untuk makan,
minum, pakaian dan berkendara yang berlebihan melebihi batas kewajaran dan
kepatutan.
Pada kehidupan modern, sifat melampaui batas (berlebihan) itu mengancam
masa depan umat manusia, terutama kalangan generasi mudanya. Nabi Muhammad
saw, bersabda yang artinya “Binasalah orang-orang yang melampaui batas
(berlebihan)”. (HR.Muslim).
E .Pengertian Tabdżīr At-Tabdżīr

Pengertian Tabdżīr At-Tabdżīr artinya pemecah-belahan, sebagai


mashdar dari bażżaratabziran. Makna aslinya, melempar bibit.
Kata ini juga dipakai untuk mengatakan segala bentuk penyia-
nyiaan harta. “bażżara maalahu” artinya ia merusak hartanya atau
membelanjakannya secara berlebihan. Juga dipakai untuk menyebutkan
segala bentuk pemecah-belahan harta dan perusakan harta, maka ia
dikatakan “badżżarahu”. Al-Mubāżżir artinya orang yang berlebih-lebihan
dalam membelanjakan harta. Dan asal makna dari kata ini menunjukkan
pada sikap perusakan terhadap sesuatu dan pemecah-belahan terhadapnya.
Sedangkan pengertian tabżir adalah membelanjakan harta tidak
sesuai dengan hak (peruntukan) harta tersebut atau tidak layak menurut
ketentuan syariat. Dengan demikian semua bentuk penggunaan harta untuk
perbuatan haram atau makruh menurut syariat adalah perbuatan tabżir.
Orang yang melakukannya disebut mubāżżir. Contoh membeli alat untuk
melakukan kejahatan, atau membelajakan harta untuk sesuatu yang sama
sekali tidak ada manfaatnya secara agama, maka termasuk mubāżżir.
Dengan demikian, bukanlah termasuk perbuatan tabżir tindakan
membelanjakan harta sebanyak apapun jumlahnya untuk kebaikan yang
disyariatkan agama. Pendapat lain menyatakan bahwa tabżir adalah
membagi-bagikan harta dalam bentuk yang termasuk berlebih-lebihan.
Dengan pengertian ini berarti perbuatan isrof adalah termasuk tabżir.
Dalam bahasa Indonesia tabżir biasanya diartikan boros yaitu suatu
perbuatan yang dilakukan seorang dengan cara berlebih-lebihan atau
menghambur-hamburkan sesuatu karena kesenangan atau kenikmatan
sesaat.

Perbuatan mubāżżir termasuk sangat tercela, sehinga digambarkan oleh


alQuran sebagai saudara syetan, karena ada kesamaan sifat dengan sifat
syetan yang selalu melakukan bertentangan dengan aturan syariat. Orang
yang mubāżżir membelanjakan sesuatu tidak sesuai dengan aturan syariat.
Bentuk dan Contoh-contoh Perbuatan Tabżir Bentuk perbuatan tabżir
diantaranya ; Menghambur-hamburkan harta kekayaan. Allah SWT. menjelaskan
bahwa orang yang boros itu saudara syetan. Di dunia mereka tergoda syetan
sedangkan di akhirat masuk neraka. Allah SWT. juga menjelaskan bahwa syetan
itu sangat ingkar kepada Allah artinya membangkang atas apa yang diperintahkan
dan menggoda manusia untuk melakukan perbuatan yang keji dan munkar.
Persamaan syetan dengan pemboros adalah sama-sama ingkar terhadap ni’mat
Allah SWT. Apabila seseorang yang menggunakan nikmat yang diberikan Allah
SWT. kepada-Nya untuk dihambur-hamburkan contoh adat kebiasaan Bangsa
Arab pada masa Jahiliyah, mereka gemar menumpuknumpuk harta untuk
berfoya-foya, sesuka hari mereka dengan melampiaskan hawa nafsu untuk
menuruti bisikan syaetan yang menyesatkan. Sedangkan contoh lain ; orang-
orang musyrik menggunakan harta kekayaannya untuk memerangi kaum
muslimin menghalangi tersebarnya agama Islam, sehingga hidupnya menjadi
sengsara.
F .PERILAKU ORANG SERAKAH, TAMAK, BAKHIL, ISRĀF
DAN TABŻIR

Dengan memahami perilaku serakah, tamak, bakhil, isrāf dan tabżir, maka
seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut:

1. Berusaha untuk bisa menerima pemberianAllah SWT., dengan hati ikhlas,


tidak berontak.
2. Hindari menggantungkan harapan kepada orang. Jangan suka mengharap
pemberian orang tanpa alasan, maka orang lain akan merendahkanmu.
3. Berusahalah untuk mengekalkan harta yang kamu miliki, dengan cara
menggunakannya untuk kesenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain. Hanya
dengan disedekahkanlah manfaat harta akan menjadi kekal hinga di akhirat kelak.
4. Gunakan harta yang kita miliki secara seperlunya, jangan berlebih-lebihan
sehingga melebihi batas kewajaran dan kepatutan menurut syariat. Karena itu belajarlah
terus hingga mengetahui batas aturan syariat pada setiap yang kita lakukan. 46 Akhlak
Kurikulum 2013 5. Pastikan apa yang kita belenjakan dari harta kita digunakan untuk
sesuatu yang diridloi Allah SWT. agar kita terhindar dari perbuatan mubāżżir.

Anda mungkin juga menyukai