Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETIC FOOT

Oleh :
KELOMPOK VI
Ni Putu Eka Sintia Dewi Astiti (1202106023)
I Gede Subagia (1202106039)
I Kadek AgusMahendra Putra (1202106053)
Ni Made Putri Rahayu (1202106054)
Kadek Citra Ratna Sari Dewi (1202106059)
I Dewa Gede Dwija Yasa (1202106066)
Ni Luh Ayu Sudi Susanti (1202106074)
Ni Nengah Vera Sekarendra (1202106087)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PEMILIHAN ALAS KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Topik : Diabetes Melitus


Sub topik : Diabetic Foot
Sasaran : Pasien dan keluarga
Hari/tanggal : Sabtu, 12 November 2016
Waktu : 10.00-10.45 Wita
Tempat : Ruang Penkes rawat inap Ratna
Penyuluh : Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012).

World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan


kasus Diabetes di Asia akan naik sampai 90% dalam 20 tahun ke depan (Yulianti,
dkk, 2010). Berdasarkan penelitian epidemiologis, di Indonesia didapatkan
prevalensi Diabetes Melitus sebesar 1,5 – 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15
tahun, bahkan di daerah urban, prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural
sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara
maju, sehingga DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Terdapat beberapa tanda gejala khas dari penyakit ini yakni banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Komplikasi
akut meliputi hipoglikemia, ketoasidosis, sedangkan komplikasi kronik meliputi
makroangiopati dan mikroangiopati seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik,
neuropati diabetik, serta rentan terhadap infeksi seperti tuberkulosis paru,
ginggivitis, infeksi saluran kemih dan diabetic foot (Suyono, 2006). Pasien
dengan Diabetes Melitus akan menderita angiopati dan neuropati sehingga pasien
bisa mati rasa pada ujung ekstremitas dan mengalami hipoksia pada bagian
tersebut. Jika terjadi luka maka pasien cenderung tidak merasakan luka tersebut
karena akibat mati rasa. Banyaknya kandungan glukosa dalam darah
menyebabkan darah tidak mampu membawa oksigen serta faktor-faktor
penyembuh luka dan pembeku darah untuk menutup luka sehingga luka akan
sangat susah sembuh dan mengalami nekrosis. Jika dibiarkan luka akan terus
menyebar dan menyebabkan bau yang tidak sedap. Luka tersebut disebut dengan
luka ganggren. Diabetes Melitus menimbulkan berbagai komplikasi akut serta
kronik.

Bagian yang paling sering mengalami luka ganggren biasanya terdapat pada kaki
yang sering disebut diabetic foot. Diabetic foot adalah kelainan tungkai kaki
bawah akibat Diabetes Mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang
disebabkan olah gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi.
Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah
secara menyeluruh pada penderita Diabetes Mellitus yang diawali dengan adanya
lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika
yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada
penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes Mellitus adalah
ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006). Hal tersebut dikarenakan kaki adalah
bagian tubuh yang paling sering bergesekan dengan benda lain, misalnya tanah
atau alas kaki. Luka pada kaki biasanya sering tidak disadari sebelum menjadi
besar. Oleh karenanya, berpedoman pada pencegahan jauh lebih baik dari pada
pengobatan, sudah selayaknya perawatan kaki harus mendapat perhatian utama.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diabetic foot yaitu dengan senam kaki
dan pemilihan alas kaki. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Senam kaki
dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Memilih alas kaki bagi penderita diabetes
juga bukan sekadar memilih sepatu atau sandal dengan model terkini. Yang utama
adalah kenyamanan. Tujuannya untuk menghindari luka yang bisa berlanjut
dengan infeksi bahkan amputasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, kami mahasiswa PSIK FK UNUD


merencanakan untuk melakukan penyuluhan kepada penderita Diabetes Melitus
dan keluarga tentang diabetic foot dan pencegahannya sehigga kejadian luka
ganggren pada penderita DM dapat berkurang.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang
penyakit Diabetes Melitus dan diabetic foot serta pencegahannya

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu mengetahui tentang :
1. Pengertian Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Melitus
3. Tanda gejala Diabetes Melitus
4. Komplikasi Diabetes Melitus
5. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
6. Diabetic Foot
 Pengertian Diabetic Foot
 Proses terjadinya Diabetic Foot
 Klasifikasi Diabetic Foot
7. Pencegahan Diabetic Foot
 Pemilihan alas kaki
 Senam kaki
 Pengertian senam kaki
 Indikasi dan kontraindikasi senam kaki
 Prosedur senam kaki
D. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan ini yaitu pasien diabetes mellitus dan keluarga pasien

E. Materi
(Terlampir)

F. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu:
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
3. Demontrasi

G. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
3. PPT

H. Strategi Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audiens Waktu


1 Pembukaan  Membuka kegiatan  Menjawab salam
penyuluhan dengan
mengucapkan salam  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri
dengan aktif
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan
memberikan respon 10 menit
dari penyuluhan
 Memperhatikan
 Menyebutkan materi
yang akan diberikan  Menerima kontrak
 Menyampaikan
waktu
kontrak waktu  Menjawab
 Apersepsi

2 Pelaksanaan  Menyampaikan 20 menit


materi:
 Mendengarkan dan
 Definisi penyakit
memperhatikan
Diabetes Mellitus  Mendengarkan dan
 Tanda dan gejala memperhatikan
penyakit Diabetes
 Mendengarkan dan
Mellitus
memperhatikan
 Faktor risiko  Mendengarkan dan
diabetes mellitus memperhatikan
 Menanyakan hal-
 Penatalaksanaan
hal yang belum
diabetes mellitus
jelas
 Memberi
 Mendengarkan dan
kesempatan peserta
memperhatikan
untuk bertanya
 Mendengarkan dan
 Pemilihan alas kaki
memperhatikan
pada pasien
diabetes mellitus
 Manfaat alas kaki
yang nyaman bagi
penderita diabetes
mellitus
3 Penutup  Menanyakan kepada  Menjawab 15 menit
peserta tentang materi pertanyaan dari
yang telah diberikan penyaji
dan reinforcement
kepada lansia yang
dapat menjawab
 Aktif bertanya
pertanyaan
kepada penyaji
 Memberi klien
kesempatan
 Mendengarkan
menanyakan hal-hal
 Mendengarkan
yang belum jelas.
 Kesimpulan
 Mengucapkan  Menjawab salam
terimakasih atas peran
serta peserta.
 Mengucapkan salam
penutup

I. Setting Tempat

Keterangan:
: Penyaji

: Moderator : Fasilitator

: Observer : Keluarga

Pasien

J. Pengorganisasian Kelompok

1. Moderator : I Gede Subagia


2. Penyaji : Ni Luh Ayu Sudi Susanti
Ni Putu Sintia Dewi Astiti
3. Observer : I Dewa Gede Dwija Yasa
4. Fasilitator :
1) Kadek Citra Ratna Sari Dewi
2) I Kadek Agus Mahedra Putra
3) Ni Made Putri Rahayu
4) Ni Nengah Vera Sekaredra

K. Rencana Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
1) Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan dibuatkan leaflet dengan


ringkas, menarik, lengkap dan mudah dimengerti oleh peserta penyuluhan.

2) Persiapan Media

 Jumlah leaflet yang disediakan mencukupi jumlah peserta yang


hadir
 Gambar dan bahasa leaflet mudah dimengerti, serta pilihan ukuran
dan jenis huruf yang digunakan mudah dibacam

3) Persiapan Tempat Penyuluhan

Penyuluhan diadakan di ruang penkes rawat inap Ratna RSUP


Sanglah

4) Sasaran/Peserta Penyuluhan

Sasaran dalam penyuluhan ini adalah pasien Diabetes Melitus dan keluarga
pasien. Dalam penyuluhan ini, sudah dilakukan kontrak mengenai waktu,
tempat serta materi yang akan disampaikan pada klien 5 hari sebelumnya

2. Evaluasi Proses

1) Proses penyuluhan berlangsung tepat waktu sesuai dengan kontrak


waktu
2) Proses penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan dengan
lancar dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan
3) Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara sasaran
dengan penyuluh
4) Kehadiran peserta diharapkan 14 dari 20 peserta hadir dalam
penyuluhan dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung

3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu menjawab 4 dari
6 pertanyaan tentang materi yang diberikan mengenai:
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Penyebab Diabetes Mellitus
3. Tanda gejala Diabetes Mellitus
4. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
5. Pencegahan Diabetes Mellitus
6. Kompikasi Diabetes mellitus

Lampiran Materi

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PEMILIHAN ALAS KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

1.1. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes Melitus adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (ADA, 2012).

1.2. Etiologi/ Penyebab Diabetes Mellitus


1.2.1 Diabetes tipe I
1. Faktor-faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi Diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya Diabetes tipe I. kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor imunologi
Pada Diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody menyerang
jaringan normal sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor-faktor lingkungan
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

1.2.2 Diabetes tipe II


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes tipe II masih belum diketahui. Factor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya Diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika)
e. Stress
f. Jumlah resptor perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas
bahkan hanya sekitar 20.000
g. Jumlah reseptor cukup tetapi kualitas reseptor jelek sehingga insulin
tidak efektif
h. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraseluler
terganggu

1.2.3 Diabetes Melitus Tipe Lain


Ada beberapa tipe Diabetes yang lain seperti efek genetik fungsi sel beta, efek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau
zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang
berkaitan dengan DM.

1.2.4 Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes. Sekitar 50 % wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke stastu
nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Penyebab Diabetes Gestasional dianggap
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon
pertumbuhan yang terus-menerus tinggi selama kehamilan.

1.3 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


1.3.1 Keluhan umum
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Banyak kencing (Poliuri)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum (Polidipsi)
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing.
d. Banyak makan (Polifagia)
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
1.3.2 Keluhan lain
a. Gangguan saraf tepi/ kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
b. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
c. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis
diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang
baik bila tidak diterapi dengan baik (ADA, 2012).

1.4 Komplikasi Diabetes Melitus


1.4.1 Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan
glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton
dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis
metabolik
1.4.2 Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya
tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala
yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam
otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang
tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
1.4.3 Mikroangiopaty
Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer
(neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit.
1.4.4 Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vascular, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan
darah. Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan
vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan
insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren
pada ekstremitas.
1.4.5 Diabetic Foot
Penderita Diabetes Melitus biasanya mengalami komplikasi pada daerah perifer
yaitu diabetic foot. Diabetic Foot ini terjadi karena sulitnya oksigen masuk ke
aliran darah yang jauh dari otak sehingga ekstremitas tidak mendapatkan asupan
oksigen dan terjadi nekrosis jaringan (ADA,2012).
1.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu penyuluhan
(edukasi), perencanaan makan (diet), latihan jasmani dan penggunaan obat.

1.5.1 Penyuluhan (edukasi)


Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan Diabetes Melitus. Edukasi
Diabetes Melitus adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan dalam pengelolaan diabetes Diabetes Melitus yang diberikan kepada
setiap pasien Diabetes Melitus. Di samping kepada pasien Diabetes Melitus,
edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat
berisiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan (Waspadji, 2007).

1.5.2 Perencanaan Makanan


Karena penting bagi pasien Diabetes Melitus untuk pemeliharaan pola makan
yang teratur, maka penatalaksanaan dapat dilakukan dengan perencanaan
makanan. Tujuan perencanaan makanan dan dalam pengelolaan diabetes adalah
sebagai berikut :
- Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal
- Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu
hamil dan janinnya
- Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, 2007).
1.5.3 Latihan Jasmani
Dalam pengelolaan Diabetes Melitus, latihan jasmani yang teratur memegang
peran penting dan terutama. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada Diabetes
Melitus adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah
dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,
meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko
kardiovaskuler (Waspadji, 2007).

1.5.4 Obat
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur,
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat
dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor
glukosidase alfa (Waspadji, 2007).

1.6 Diabetic Foot


1.6.1 Pengertian Diabetic Foot
Diabetic Foot merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah
secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang diawali dengan adanya
lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika
yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada
penderita Diabetes Melitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes Melitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi
dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob (Tambunan, 2006).
1.6.2 Proses Terjadinya Diabetic Foot
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes Melitus adalah
ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki Diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang
sering disebut trias yaitu: iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita Diabetes
Melitus apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi
kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya
penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang,
penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot,
keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita Diabetes
Melitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan meneybabkan lesi dan
menjadi ulkus kaki Diabetes (Waspadji, 2006).

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah
dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya
proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun
yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah
kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada
bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi
otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan
kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki
Diabetes. Proses angiopati pada penderita Diabetes Melitus berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
berkurang kemudian timbul ulkus kaki Diabetes (Tambunan, 2006).

Pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita Diabetes Melitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya
trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita Diabetes Melitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida
plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan
hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan
merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding
pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,
konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadap aterosklerosis (Tambunan, 2006).

Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki


menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di
lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun
sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem
plagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 %
akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi karena
merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada
ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau Streptococcus serta
kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens, Clostridium Novy, dan Clostridium
Septikum (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

1.6.3 Klasifikasi Diabetic Foot


Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari klasifikasi oleh
Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi
wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang
dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat
menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik,
sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji,
2006).
1. Klasifikasi Edmonds (2004 – 2005)
- Stage 1 : Normal foot
- Stage 2 : High Risk Foot
- Stage 3 : Ulcerated Foot
- Stage 4 : Infected Foot
- Stage 5 : Necrotic Foot
- Stage 6 : Unsalvable Foot
2. Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner
Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.
Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis
Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal
Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

3. Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer : - Vascular
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi
- Tukak dengan komplikasi

4. Klasifikasi PEDIS menurut International Consensus On The Diabetic Foot


(2003)
Impaired Perfusion 1 = None
2 = PAD + but not critical
3 = Critical limb ischemia
Size / Extent in mm2
Tissue loss / Depth 1 = Superficial fullthickness, not deeper than dermis
2 = Deep ulcer, below dermis. Involving subcutaneous
structures, fascia, muscle or tendon
3 = All subsequent layers of the foot involved including bone
and or joint
Infection 1 = No symptoms or signs of infection
2 = Infection of skin and subcutaneous tissue only
3 = Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous
structure, no systemic sign of inflammatory response
4 = Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis,
shift to the left metabolic instability, hypotension,
azotemia
Impaired sensation 1 = Absent
2 = Present (Waspadji, 2006).

1.7 Pencegahan Diabetic Foot


1.7.1 Pemilihan Alas Kaki
Sepatu/ alas kaki memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki
menahan berat yang keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya.
Karena itulah kaki lebih sering terluka dibandingkan bagian tubuh yang lain,
sehingga penting untuk merawat kaki dan memakai sepatu yang tepat. Berikut
adalah cara dalam memilih sepatu/alas kaki yaitu:
a. Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi
luka, tidak terkecuali di dalam rumah
b. Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar
optimal karena aktifitas.
c. Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan
pastikan sepatu tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
d. Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar
dari kaki terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak
lebar) jangan yang lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak
tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang
(jempol kaki) untuk menghindari cedera (gambar 2.10) (IDF, 2009)
e. Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak
kaki, bagian atas, bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
f. Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam:
menghilangkan benda asing sebelum memakainya.
g. Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos
kaki yang terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu,
gunakan kaos kaki yang berwarna terang (putih) (gambar 2.11). Khusus pada
wanita dianjurkan untuk tidak memakai stocking.
1. Lakukan tes berikut untuk mengetahui apakah sepatu telah pas di kaki:
o Berdirilah di atas selembar kertas. (Pastikan Anda berdiri, bukan
duduk, karena bentuk kaki berubah saat Anda berdiri).
o Perhatikan garis kaki Anda dan garis sepatu Anda

o Bandingkan keduanya: apakah sepatu terlalu sempit, apakah bagian


terlebar kaki sudah aman dan nyaman serta adakah kemungkinan
kaki akan mengalami kram di dalam sepatu Lepas sepatu setiap 4 -
6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi
darah tetap baik (Canadian Family Physician, 2001:1014)
1.7.2 Senam Kaki Diabetic
Senam kaki merupakan salah satu pencegahan agar tidak mengalami diabetic foot.
Kaki dibiasakan untuk bergerak agar sirkulasi darah ke kaki lancar sehingga dapat
menghindari terjadinya luka diabetic.

1.7.2.1 Pengertian Senam Kaki


Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran
darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Senam kaki dapat membantu
memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono,
2009).

1.7.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Senam Kaki


Indikasi dari senam kaki diabetes yaitu senam kaki diabetes dapat diberikan
kepada seluruh penderita penyakit Diabetes Melitus tipe 1 maupun 2. Namun
sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai
tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasikan pada klien
yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada.
Orang yang depresi, kwatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti ini perlu
diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan
umum dan keadaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki tersebut.
Lakukan pengukuran tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah dispnea atau
nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood,motivasi), serta
perhatikan indikasi dan kontraindikasi dalam pemberian tindakan senam kaki
tersebut (Anneahira dalam Flora R, 2013).

1.7.2.3 Prosedur Pelaksanaan Senam Kaki


Sebelum kita melakukan latihan senam kaki. Kita harus mengetahui manfaat serta
hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan senam kaki.
Manfaat :
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

Hal – hal yang perlu diperhatikan:


1. Gula darah dan tekanan darah pasien terkontrol.
2. Tidak ada luka di kaki.
3. Senam kaki dapat dilaksanakan tiga kali sehari, pada pagi, siang,
dan sore hari, masing-masing selama 10 -20 menit.
4. Latihan dilaksanakan 2 jam setelah makan
Persiapan Alat :
a. Kertas Koran 2 lembar
b. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk)
Persiapan pasien :
- Informasi, kontrak waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki.
Persiapan lingkungan :
- Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien.

a. Prosedur Pelaksanaan :
1. Silakan duduk tegak di atas kursi dengan kaki menyentuh lantai.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Angkat salah satu lutut kaki dan luruskan. Gerakkan jari-jari ke depan,
turunkan kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10
kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah, lalu turunkan kembali ke lantai.

8. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakkan


pergelangan kaki ke depan dan ke belakang.
9. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10, lakukan secara
bergantian.

10. Latihan selanjutnya menggunakan koran untuk melatih otot-otot pada jari
kaki.

 Letakkan sehelai koran dilantai.


 Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua kaki.
 Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua kaki.
 Cara ini dilakukan hanya sekali saja, lalu robek koran menjadi 2 bagian,
pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
Pindahkan kumpulan sobekansobekan
 tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian
kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola. (Setyoadi &
Kushariyadi. 2011).

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and classification of diabetes


mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement I

Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,


Edisi 8 Volume 2 .EGC: Jakarta.

Dr.Endang lanywati,2001.Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis.


Yogyakarta : Penerbit buku Kanisius.
Flora, R, dkk. 2013. Jurnal “ Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes
Mellitus dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki
( Diabetic Foot ) “ (online) akses
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpsriwijaya/article/download/1543/606
. pada tanggal 9 Agustus 2016.

Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus:Gangren,Ulcer,Infeksi. Jakarta: Pustaka


Populer Obor.

Sarwono Waspadji. (2006). Kaki Diabetes. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1933.

Smaltzer, Bare, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta.

Sumosardjuno. (2006). Manfaat dan macam olahraga bagi penderita diabetes


melitus. Bandung

Setyoadi & Kushariadi. (2011). Terapi modalitas keperawatan pada klien


psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Tambunan, M. (2006). Perawatan Kaki Diabetes, Jakarta: FK UI.

Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes.

Soal Pre & Post test


1. Apa itu Diabetes Mellitus?
2. Apa saja penyebab Diabetes Mellitus?
3. Apa saja tanda gejala Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan Diabetes Mellitus itu?
5. Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah Diabetes Mellitus?
6. Apa saja kompikasi yang bisa muncul dari Diabetes mellitus itu?

Anda mungkin juga menyukai