DIABETIC FOOT
Oleh :
KELOMPOK VI
Ni Putu Eka Sintia Dewi Astiti (1202106023)
I Gede Subagia (1202106039)
I Kadek AgusMahendra Putra (1202106053)
Ni Made Putri Rahayu (1202106054)
Kadek Citra Ratna Sari Dewi (1202106059)
I Dewa Gede Dwija Yasa (1202106066)
Ni Luh Ayu Sudi Susanti (1202106074)
Ni Nengah Vera Sekarendra (1202106087)
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012).
Terdapat beberapa tanda gejala khas dari penyakit ini yakni banyak makan
(poliphagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Komplikasi
akut meliputi hipoglikemia, ketoasidosis, sedangkan komplikasi kronik meliputi
makroangiopati dan mikroangiopati seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik,
neuropati diabetik, serta rentan terhadap infeksi seperti tuberkulosis paru,
ginggivitis, infeksi saluran kemih dan diabetic foot (Suyono, 2006). Pasien
dengan Diabetes Melitus akan menderita angiopati dan neuropati sehingga pasien
bisa mati rasa pada ujung ekstremitas dan mengalami hipoksia pada bagian
tersebut. Jika terjadi luka maka pasien cenderung tidak merasakan luka tersebut
karena akibat mati rasa. Banyaknya kandungan glukosa dalam darah
menyebabkan darah tidak mampu membawa oksigen serta faktor-faktor
penyembuh luka dan pembeku darah untuk menutup luka sehingga luka akan
sangat susah sembuh dan mengalami nekrosis. Jika dibiarkan luka akan terus
menyebar dan menyebabkan bau yang tidak sedap. Luka tersebut disebut dengan
luka ganggren. Diabetes Melitus menimbulkan berbagai komplikasi akut serta
kronik.
Bagian yang paling sering mengalami luka ganggren biasanya terdapat pada kaki
yang sering disebut diabetic foot. Diabetic foot adalah kelainan tungkai kaki
bawah akibat Diabetes Mellitus yang tidak terkendali dengan baik yang
disebabkan olah gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi.
Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah
secara menyeluruh pada penderita Diabetes Mellitus yang diawali dengan adanya
lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika
yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada
penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes Mellitus adalah
ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006). Hal tersebut dikarenakan kaki adalah
bagian tubuh yang paling sering bergesekan dengan benda lain, misalnya tanah
atau alas kaki. Luka pada kaki biasanya sering tidak disadari sebelum menjadi
besar. Oleh karenanya, berpedoman pada pencegahan jauh lebih baik dari pada
pengobatan, sudah selayaknya perawatan kaki harus mendapat perhatian utama.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya diabetic foot yaitu dengan senam kaki
dan pemilihan alas kaki. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Senam kaki
dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Memilih alas kaki bagi penderita diabetes
juga bukan sekadar memilih sepatu atau sandal dengan model terkini. Yang utama
adalah kenyamanan. Tujuannya untuk menghindari luka yang bisa berlanjut
dengan infeksi bahkan amputasi.
E. Materi
(Terlampir)
F. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu:
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
3. Demontrasi
G. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
3. PPT
H. Strategi Pelaksanaan
I. Setting Tempat
Keterangan:
: Penyaji
: Moderator : Fasilitator
: Observer : Keluarga
Pasien
J. Pengorganisasian Kelompok
K. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1) Persiapan Materi
2) Persiapan Media
4) Sasaran/Peserta Penyuluhan
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah pasien Diabetes Melitus dan keluarga
pasien. Dalam penyuluhan ini, sudah dilakukan kontrak mengenai waktu,
tempat serta materi yang akan disampaikan pada klien 5 hari sebelumnya
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu menjawab 4 dari
6 pertanyaan tentang materi yang diberikan mengenai:
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Penyebab Diabetes Mellitus
3. Tanda gejala Diabetes Mellitus
4. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
5. Pencegahan Diabetes Mellitus
6. Kompikasi Diabetes mellitus
Lampiran Materi
1.5.4 Obat
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur,
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat
dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor
glukosidase alfa (Waspadji, 2007).
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah
dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya
proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun
yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah
kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada
bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi
otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan
kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki
Diabetes. Proses angiopati pada penderita Diabetes Melitus berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
berkurang kemudian timbul ulkus kaki Diabetes (Tambunan, 2006).
Pada penderita Diabetes Melitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada
pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita Diabetes Melitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang
menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh
eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi
jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang
selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan
bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah
merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya
trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita Diabetes Melitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida
plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan
hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan
merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding
pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,
konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadap aterosklerosis (Tambunan, 2006).
3. Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer : - Vascular
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi
- Tukak dengan komplikasi
a. Prosedur Pelaksanaan :
1. Silakan duduk tegak di atas kursi dengan kaki menyentuh lantai.
2. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan
secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Angkat salah satu lutut kaki dan luruskan. Gerakkan jari-jari ke depan,
turunkan kembali secara bergantian ke kiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10
kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah, lalu turunkan kembali ke lantai.
10. Latihan selanjutnya menggunakan koran untuk melatih otot-otot pada jari
kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Waspadji. (2006). Kaki Diabetes. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1933.