Piknometer Toluen
VSM Bata
= x
-
m1, m2, m3, dan m4 = x10-3 kg
- ρ = x10-3 kg/m3
1) BaFe12O19
2) FeMo
1) BaFe12O19
- Foto asli hasil Optical Microscope dan software ImageJ
- Distribusi Partikel
35
100% BaFe12O19
100
30
Kumulatif (%)
Jumlah Partikel
25 80
20 60
15
40
10
20
5
0 0
10 100
Diameter Partikel (nm)
2) FeMo
- Foto asli hasil Optical Microscope dan software ImageJ
Kumulatif (%)
Jumlah Partikel
12 80
60
8
40
4
20
0 0
100
Diameter Partikel (nm)
- Distribusi Partikel
40
BaFe12O19 : FeMo 100
35 97 : 3 (%wt)
Jumlah Partikel
Kumulatif (%)
30 80
25
60
20
15 40
10
20
5
0 0
10 100
Diameter Partikel (nm)
- Distribusi Partikel
BaFe12O19 : FeMo
102
50 95 : 5 (%wt) 100
40 80
Jumlah Partikel
Kumulatif (%)
30 60
20 40
122
10 20
82
62
0 0
100
Diameter Partikel (nm)
Kumulatif (%)
30 80
Jumlah Partikel
25
60
20
15 40
10
20
5
0 0
10 100
Diameter Partikel (nm)
- Distribusi Partikel
20
BaFe12O19 : FeMo
100
91 : 9 (wt%)
16
Jumlah Partikel
80
Kumulatif (%)
12
60
8
40
4 20
0 0
10 100
Diameter Partikel (nm)
600
500
400
300
BHmax
200
100
0
-400 -200 0 200 400 600
Hc (Oe) BH(GOe)
800
600
400
BHmax
200
0
-400 -200 0 200 400 600 800 1000
Hc (Oe) BH(GOe)
1) T = 1000oC
(BAB 4, Hasil dan Pembahasan)
2) T = 1100oC
B (G)
200
150
100
BHmax
50
0
-200 -150 -100 -50 0 50 100
Hc (Oe) BH (GOe)
3) T = 1200oC
B (G)
200
150
100
BHmax
50
0
-200 -150 -100 -50 0 50 100
Hc (Oe) BH (GOe)
Allan. 2011. Pengaruh Penambahan Fe Terhadap Sifat Fisis dan Magnetik dari
Barium Heksaferit (BaFe12O19) [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Hadi, L. 2010. Fabrikasi dan Karakterisasi Sifat Mekanik Kaca Magnetik Berbasis
Barium Ferit [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Safarina. 2011. Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn (II) dengan Ligan 2-
Feniletilamin [Jurnal]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Sebayang, P. 2011. Kajian Struktur Mikro Terhadap Sifat Magnetik pada Magnet
Permanen Ba0.6Fe2O3. Telaah Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ISSN
: 0125-9121. Tangerang Selatan.
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Serbuk BaFe12O19, berfungsi sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan sampel penelitian
2) Serbuk FeMo, berfungsi sebagai bahan aditif dalam pembuatan sampel
penelitian
3) Toluen, berfungsi sebagai cairan yang ditambahkan pada aditif saat
proses wet milling dan menghindari terjadinya oksidasi pada sampel.
4) Aquades, berfungsi sebagai cairan yang digunakan pada pengujian true
density.
Mulai
Bongkahan FeMo
Serbuk BaFe12O19
Dihancurkan menggunakan
palu,serta chamber dan besi
Kecepata
n=11,5 Milling
rpm (Planetary Ball Mill) Diayak menggunakan ayakan
Waktu = 200 mesh
24 jam
Serbuk FeMo
o
Pengujian : Pengeringan (oven, 100 C)
- True
density
- OM
- XRD Mixing
Variasi komposisi
99:1, 97:3, 95:5, 93:7, 91:9
v Pengujian: (% berat)
- OM
- VSM
- true density
- DTA/TG Kalsinasi
o
T = 1000,1100, dan 1200 C
t = 2 jam
Karakterisasi
VSM XRD
Gambar 3.1. Diagram alir pembuatan Serbuk BaFe12O19 dengan aditif FeMo
3.6. Mixing
Mixing atau pencampuran bahan baku BaFe12O19 dan aditif FeMo
dilakukan menggunakan High Energy Milling (HEM) selama 15 menit, dengan
perbandingan massa bola-bola keramik dan massa sampel ialah 1 : 6 (gram).
Adapun komposisi campuran sampel diperlihatkan pada Tabel 3.1.
3.8. Kalsinasi
Kalsinasi merupakan suatu proses pemanasan suatu benda hingga
temperatur tinggi menggunakan tungku (Gambar 3.5), tetapi masih dibawah titik
lebur bahan. Kalsinasi berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada
pada sampel. Pada penelitian ini dilakukan kalsinasi pada tiga suhu yang
bervariasi yaitu 1000, 1100, dan 1200oC (masing-masing ditahan pada suhu
tersebut selama 2 jam).
25 0 800
40
600 57
Temperatur (oC)
600
60
600 117 97
400
1000 157
57
1000 277 200
25 374 0
(a)
Suhu Waktu Skema Kalsinasi
(oC) (menit) 1200
120
25 0 1000
600 57 800 50
Temperatur (oC)
25 394
0
(b)
Skema Kalsinasi
o Waktu
Suhu ( C) 1200
(menit) 120
25 0 1000
600 57 800 60
Temperatur (oC)
(c)
Gambar 3.6. Proses kalsinasi, (a). T = 1000oC, (b). T = 1100oC ,dan
(c). T = 1200oC (2 jam).
1800
Intensity (cps)
1600
1400
1200
1000
800
600
20 30 40 50 60 70 80
2 (deg)
160
FeMo
140
120
Intensity (cps)
100
80
60
40
20 30 40 50 60 70 80
2(deg)
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil XRD serbuk FeMo menghasilkan fasa
FeMo 100% dengan struktur kristal Tetragonal dengan 2θ (37,6; 40,6; 43,3) dan
parameter kisi a = b = 9,128 ; c = 4,813 .
1 3,22 5,33
3 3,34 5,43
5 3,71 5,53
7 4,25 5,63
9 4,61 5,73
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa serbuk barium
heksaferit yang ditambahkan serbuk FeMo sebesar 1 sampai 9 %berat
menghasilkan nilai true density berkisar 3,22 - 4,61 x10-3 kg/m3. Peningkatan nilai
true density ini disebabkan oleh densitas FeMo yang lebih tinggi dibandingkan
dengan BaFe12O19.
Secara teoritis nilai true density (ρterori) dapat dihitung dengan persamaan
(2.5). Hasil pengukuran true density eksperimen dan teori campuran serbuk
BaFe12O19 dan FeMo diperlihatkan pada Gambar 4.3.
6.0
teori
5.5
True Density (x10-3 kg/m3)
5.0
eksperimen
4.5
4.0
3.5
3.0
0 2 4 6 8 10
Additive FeMo (%berat)
Gambar 4.3. Nilai true density eksperimen dan teori dari campuran serbuk
BaFe12O19 dan FeMo.
Partikel
(a) (b)
Gambar 4.4. Foto serbuk 99% BaFe12O19 : 1% FeMo (a). hasil OM, (b). hasil
analisis software ImageJ.
20 80
Jumlah Partikel
92
Kumulatif (%)
15 60
112
10 40
72
5 20
152
0 0
100
Diameter Partikel (nm)
Gambar 4.5. Hubungan antara jumlah partikel dan kumulatif distribusi terhadap
diameter partikel dari serbuk 99% BaFe12O19 : 1% FeMo.
Tabel 4.2 Hasil analisis ukuran partikel serbuk BaFe12O19 dan FeMo serta
campuran ke-dua material tersebut.
1%wt FeMo
60
5%wt FeMo
9%wt FeMo
40
(4 x 10-7) Wb.m/kg
BaFe12O19
20
0
-20000 -10000 0 10000 20000
-20
-40
-60
Dari gambar 4.6 dan tabel 4.3 diperoleh nilai saturasi (σs) berkisar 39 – 51
(4π x 10-7) Wb.m/kg, remanensi (σr) = 16 – 24 (4π x 10-7) Wb.m/kg, koersivitas
(jHc) = 1100 – 1150 (103/4π) A/m, dan BHmax = 60 – 140 (10-1/4π) J/m3. Pengaruh
Tabel 4.3. Hasil analisis Vibrating Sample Magnetometer (VSM) pada serbuk
BaFe12O19 dan penambahan 1, 5, dan 9 (%berat) FeMo terhadap
BaFe12O19.
99% BaFe12O19 :
39,41 16,29 1149 60
1% FeMo
95% BaFe12O19 :
50,94 23,83 1106 137
5% FeMo
91% BaFe12O19 :
43,25 18,95 1115 99
9% FeMo
Nilai BHmax didapat dari turunan kurva histerisis pada kuadran kedua
(kurva demagnetisasi) sehingga diperoleh kurva (BH) yaitu perkalian B sebagai
sumbu y, H sebagai sumbu -x (negatif), dan BH sebagai sumbu x (positif). Kurva
untuk memperlihatkan nilai BHmax dari serbuk BaFe12O19 dengan penambahan
5%berat FeMo diperlihatkan pada Gambar 4.7 dan kurva untuk komposisi lainnya
dapat dilihat pada Lampiran 4.
1000
800
600
BHmax
400
200
0
-600 -400 -200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
3
Hc (10 /4) A/m BH (10-1/4) J/m3
Gambar 4.7. Kurva demagnetisasi pada kuadran ke-dua dari serbuk BaFe12O19
dengan penambahan 5%berat FeMo.
1.2 120
1.0 100
0,07 mg (0,3%)
80
0.8
Heat Flow (mW)
loss weight (mg)
0,3 mg (1,5%) 60
0.6
40
0.4
20
0.2 0,81 mg (4,2%)
0
0.0
0 200 400 600 800 1000
o
Temperature ( C)
10
0
-20000 -10000 0 10000 20000
-10
-20
-30
-40
Hext (103/4) A/m
Gambar 4.9. Kurva histeresis hasil analisis sifat magnet pada penambahan
5%berat FeMo terhadap serbuk BaFe12O19 yang dikalsinasi pada
temperatur 1000, 1100, dan 1200oC selama 2 jam.
Dari tabel 4.4 dan gambar 4.9 6 diperoleh nilai saturasi (σs) berkisar 31,2
– 31,56 (4π x 10-7) Wb.m/kg, remanensi (σr) = 16,23 – 17,17 (4π x 10-7) Wb.m/kg,
koersivitas (jHc) = 450 – 3232 (103/4π) A/m, dan BHmax = 6 – 7,92 (10-1/4π) J/m3.
Hasil karakterisasi tersebut menunjukkan bahwa serbuk dengan temperatur
kalsinasi 1000oC memiliki sifat magnet yang paling baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil analisis XRD bahwa pada temperatur 1000oC menghasilkan
kandungan fasa hematit (Fe2O3) yang lebih sedikit. Sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi menghasilkan kandungan hematite (Fe2O3) yang semakin banyak dan
menyebabkan penurunan pada nilai remanensi dan saturasi serbuk.
Dari hasil penelitian sebelumnya [Sudrajat, 2007] mengenai karakterisasi
nanopartikel barium ferit didapatkan hasil bahwa sifat magnet meningkat pada
temperatur kalsinasi 1000oC karena pada temperatur kalsinasi tersebut
pembentukan senyawa BaFe12O19 semakin sempurna. Akan tetapi sifat magnet
menurun pada temperatur kalsinasi 1200oC.
Jika dibandingan dengan hasil analisis sifat magnet pada serbuk sebelum
dikalsinasi, nilai remanensi dan koersivitas semakin menurun dan menunjukkan
bahwa sampel tersebut merupakan material semihard magnet dengan nilai
koersivitas diantara 1 kA/m – 10 kA/m.
Kurva untuk memperlihatkan nilai BHmax dari serbuk BaFe12O19 dengan
penambahan 5%berat FeMo pada temperatur kalsinasi 1000oC diperlihatkan pada
Gambar 4.10 dan kurva untuk serbuk dengan variasi temperature kalsinasi lainnya
dapat dilihat pada Lampiran 4.
160
140
120
100
80
BHmax
60
40
20
0
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100
3 -20
Hc (10 /4) A/m BH (10 /4) J/m3
-1
Gambar 4.10. Kurva demagnetisasi pada kuadran ke-dua dari serbuk BaFe12O19
dengan penambahan 5%berat FeMo yang dikalsinasi pada
temperatur 1000oC selama 2 jam.
(a)
20 30 40 50 60
2 (deg)
Gambar 4.11. Hasil analisis XRD (a). Serbuk BaFe12O19 dengan penambahan
5%wt FeMo yang dikalsinasi pada temperatur 1000, (b). Serbuk
BaFe12O19 dengan penambahan 5%wt FeMo yang dikalsinasi
pada temperatur 1200oC selama 2 jam.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini ialah :
1. Telah berhasil dilakukan sintesis dengan metode mechanical alloying pada
serbuk BaFe12O19 (24 jam milling menggunakan PBM) dengan penambahan
aditif FeMo (1 jam milling menggunakan HEM) dan proses mixing selama 15
menit menggunakan HEM.
2. Hasil sintesis serbuk BaFe12O19 dengan penambahan aditif 5%berat FeMo
menghasilkan nilai true density 3,71 x 10-3 kg/m3, ukuran partikel rata-rata 103
nm, remanensi 23,83 (4π x 10-7) Wb.m/kg, saturasi 50,94 (4π x 10-7) Wb.m/kg,
koersivitas 1106 (103/4π) A/m, dan BHmax 137 (10-1/4π) J/m3.
3. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan aditif 5%berat FeMo pada
BaFe12O19 dengan temperatur kalsinasi 1000oC menghasilkan nilai remanensi
17,17 (4π x 10-7) Wb.m/kg, saturasi 31,56 (4π x 10-7) Wb.m/kg, koersivitas
455,36 (103/4π) A/m, dan BHmax 8,66 (10-1/4π) J/m3.
4. Serbuk BaFe12O19 setelah dianalisa dengan XRD mempunyai fasa tunggal
barium heksaferit (BaFe12O19) dengan struktur kristal heksagonal, parameter
kisi a = b = 5,865 dan c = 23,099 . Sedangkan FeMo mempunyai fasa
tunggal ferromolybdenum (FeMo) dengan struktur kristal tetragonal, parameter
kisi a = b = 9,128 ; c = 4,813 .
5. Serbuk BaFe12O19 dengan penambahan aditif 5%wt FeMo yang dikalsinasi
pada temperatur 1000oC menghasilkan 59,2% fasa barium heksaferit
(BaFe12O19) dengan struktur kristal heksagonal, 24,11% fasa hematit (Fe2O3)
dengan struktur kristal trigonal, dan 16,67% fasa barium oxide (BaO) dengan
struktur kristal tetragonal.
6. Hasil karakterisasi dan analisis serbuk magnet menunjukkan bahwa sintesis
serbuk BaFe12O19 dengan penambahan aditif FeMo 5%berat pada temperatur
kalsinasi 1000oC menghasilkan sifat magnet yang baik, dan bahan magnet ini
5.2 Saran
1. Perlunya dilakukan studi lebih lanjut mengenai temperatur kalsinasi/sintering
untuk bahan magnet agar menghasilkan magnet dengan sifat yang lebih baik.
2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk menghasilkan magnet dalam
bentuk pelet dari serbuk magnet yang telah dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Diamagnetik
Material diamagnetik mempunyai susceptibility magnetik yang kecil dan
bernilai negatif. Diamagnetik mempunyai sifat magnet yang paling lemah, yaitu
tidak permanen dan hanya muncul selama berada dalam medan magnet luar.
Besarnya momen magnet yang diinduksikan sangat kecil, dan dengan arah yang
berlawanan dengan arah medan luar. Suseptibilitas volume ( m) untuk bahan
5
padat diamagnetik sekitar -10 [Hadi, 2010]. Jika disimpan di dalam kutub-kutub
sebuah magnet listrik yang kuat, material diamagnetik akan ditarik kearah daerah
yang medannya lemah, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Susunan momen dipol material diamagnetic, (a). Tanpa medan
magnet dan (b). Dengan medan magnet [Hadi, 2010].
Gambar 2.2. Susunan momen dipol material paramagnetic, (a). Tanpa magnet dan
(b). Dengan medan magnet [Hadi, 2010].
2.1.3 Feromagnetik
Bahan logam tertentu memiliki momen magnetik permanen tanpa adanya
medan magnetik dari luar, dan mempunyai magnetisasi yang besar. Sifat dari
feromagnetik, antara lain terdapat pada logam-logam transisi Fe, Co, Ni, dan
beberapa logam tanah jarang, seperti: Nd, Gd. Suseptibilitas magnetiknya
mencapai 106.
Magnetisasi maksimum atau magnetisasi jenuh (saturation magnetization)
Ms dari bahan feromagnetik adalah besarnya magnetisasi dwikutub magnetik
dalam bahan padat tersebut seluruhnya sejajar dengan medan dari luar (Gambar
2.3), besarnya kerapatan fluks adalah Bs.
Gambar 2.3 Susunan momen dipol untuk material feromagnetik tanpa ataupun
dengan adanya medan magnet dari luar [Hadi, 2010].
2.4.1 Koersivitas
Koersivitas digunakan untuk membedakan hard dan soft magnet. Semakin
besar gaya koersivitasnya maka semakin tinggi sifat magnetnya. Bahan dengan
koersivitas tinggi tidak berarti mudah hilang kemagnetnnya.untuk menghilangkan
kemagnetannya diperlukan intensitas magnet H yang besar. Tidak seperti bahan
soft magnet yang mempunyai medan magnet B sebesar oM [Allan, 2014], dalam
magnet permanen. Magnetisasi bukan merupakan fungsi linier yang sederhana
dari rapat fluks karena nilai dari medan magnet H yang digunakan dalam magnet
permanen secara umum jauh lebih besar dari pada dalam bahan soft magnet.
Kerapatan, ρ
No Ferrite
(x10-3 kg/m3)
2 Cadmium 5,76
3 Ferrous 5,24
Hexagonal
4 Barium 5,3
5 Stronsium 5,12
2.8. Kalsinasi
Kalsinasi adalah proses pemanasan tanpa fusi, untuk mengubah konstitusi
fisik atau kimia zat. Proses kalsinasi terdiri dari tiga tujuan utama. Tujuan pertama
adalah untuk menghilangkan air yang diserap sebagai kristal atau konstitusi.
Tujuan kedua adalah untuk menghilangkan CO2, SO2 dan zat volatile lainnya.
Tujuan ketiga adalah oksidasi zat sepenuhnya atau sebagian. Kalsinasi juga
dilakukan dalam proses pembakaran dan pemanggangan. Secara kimiawi,
kalsinasi dapat didefinisikan sebagai proses dekomposisi termal yang diterapkan
pada zat dan bijih untuk membawa transisi fasa, menghilangkan fraksi yang
mudah menguap dan dekomposisi termal.
Kalsinasi dilakukan pada suhu tinggi yang suhunya tergantung pada jenis
bahannya. Kalsinasi merupakan tahapan perlakuan panas terhadap campuran
serbuk pada suhu tertentu, tergantung pada jenis bahan. Kalsinasi diperlukan
sebagai penyiapan serbuk keramik untuk diproses lebih lanjut dan juga untuk
mendapatkan ukuran partikel yang optimum serta menguraikan senyawa-senyawa
dalam bentuk garam atau dihidrat menjadi oksida, dan membentuk fasa kristal.
dimana:
ρs = densitas serbuk dari bahan sampel yang diukur (kg/m3)
m1 = massa piknometer kosong (kg)
m2 = massa piknometer berisi aquades (kg)
m3 = massa piknometer berisi serbuk sampel (kg)
m4 = massa piknometer berisi serbuk dan aquades (kg)
ρair = massa jenis air, bergantung pada suhu air (kg/m3)
Secara teoritis, nilai true density merupakan gabungan dari densitas bahan
baku yang digunakan dan dapat dihitung menggunakan persamaan (2.5):
ρteori= (ρt-a)(%wta) + (ρt-b)(%wtb) + (ρt-c)(%wtc)/100 (2.5)
dimana:
ρt-a = massa jenis teoritis bahan A (kg/m3)
%wta = persen berat bahan A (% berat)
ρt-b = massa jenis teoritis bahan B (kg/m3)
%wtb = persen berat bahan B (% berat)
2.8.2. DTA/TGA
Differential Thermal Analysis (DTA), prinsipnya adalah mengukur
perbedaan temperatur antara sampel dan materi pembanding inert (acuan) sebagai
fungsi temperatur, jika kedua temperaturnya dinaikkan dengan kecepatan sama
dan konstan. Proses yang terjadi dalam sampel adalah eksoterm dan endoterm,
yang ditampilkan dalam bentuk termogram differensial. Sedangkan pada analisis
termogravimetri, perubahan berat sampel diamati sebagai fungsi temperatur.
Informasi yang diperoleh dari metode termografimetri terbatas pada dekomposisi,
reaksi oksidasi dan beberapa proses fisik seperti penguapan, sublimasi dan
desorbsi [Safarina, 2011]
Prinsip dasar DTA adalah apabila dua buah krusibel dimasukkan ke dalam
tungku DTA secara bersamaan, krusibel yang berisi sampel ditempatkan disebelah
kiri dan krusibel sampel acuan (pembanding) disebelah kanan. Kemudian kedua
krusibel tersebut dipanaskan dengan aliran panas yang sama besar dan akan terjadi
penyerapan panas yang berbeda oleh kedua sampel tersebut. Besarnya perbedaan
PENDAHULUAN
ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis serbuk BaFe12O19 dengan penambahan aditif FeMo (1, 3,
5, 7, dan 9%wt) melalui metode mechanical alloying dan variasi temperatur
kalsinasi 1000, 1100, dan 1200 oC (2 jam). Karakterisasi yang dilakukan pada
serbuk meliputi: true density, Optical Microscope (OM), Vibrating Sample
Magnetometer (VSM), dan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil karakterisasi true
-3
density sebelum kalsinasi menghasilkan nilai berkisar 3,22 - 4,61 x 10 kg/ m3
dan hasil karakterisasi Optical Microscope (OM) menghasilkan nilai 106 – 92 nm.
Hasil analisis VSM dengan penambahan 5%berat FeMo adalah σs = 50,49 (4π x
10-7) Wb.m/kg; σr = 23,83 (4π x 10-7) Wb.m/kg; jHc = 1106 (103/4π) A/m; dan
BHmax = 137 (10-1/4π) J/m3 dan merupakan nilai yang optimum. Serbuk
BaFe12O19 dengan penmbahan 5%wt FeMo yang dikalsinasi pada temperatur
1000oC (2 jam) menghasilkan σs = 31,56 (4π x 10-7) Wb.m/kg; σr = 17,17 (4π x
10-7) Wb.m/kg; jHc = 445,36 (103/4π) A/m dan BHmax = 8,66 (10-1/4π) J/m3 dan
merupakan nilai optimum. Dari hasil analisis XRD serbuk tersebut diperoleh
59,2% fasa barium heksaferit (BaFe12O19), 24,11% fasa hematit (Fe2O3), dan
16,67% fasa barium oxide (BaO) dengan struktur kristal heksagonal,trigonal, dan
tertagonal. Bahan serbuk ini termasuk semihard magnetic dan memungkinkan
untuk digunakan sebagai bahan sensor magnetik.
ABSTRACT
BaFe12O19 powder with FeMo (1, 3, 5, 7, dan 9%wt) additive has been synthesis
by mechanical alloying method and variation of calcination at temperature: 1000,
1100, and 1200 oC (2 h). The characterization of powder include: true density,
Optical Microscope (OM), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), and X-Ray
Diffraction (XRD). The characterization result of true density before calcination
are 3,22 - 4,61 x 10-3 kg/m3, and the result of Optical Microscope are 106 – 92
nm. VSM analysis results with 5wt% FeMo additive are σs = 50,49 (4π x 10-7)
Wb.m/kg; σr = 23,83 (4π x 10-7) Wb.m/kg; jHc = 1106 (103/4π) A/m ; and BHmax =
137 (10-1/4π) J/m3 is the optimum value. After calcination at 1000oC (2 h)
temperature, the results are σs = 31.56 (4π x 10-7) Wb.m/kg; σr = 17.17 (4π x 10-7)
Wb.m/kg; jHc = 445.36 (103/4π) A/m; and BHmax = 8.66 (10-1/4π) J/m3 which is
the optimum value. XRD analysis showed that the powder BaFe12O19 with 5wt%
FeMo addition has 59.2% barium hexaferrite (BaFe12O19), 24.11% hematite
(Fe2O3), and 16. 67% barium oxide (BaO) phase with hexagonal, trigonal, and
tetragonal crystal structure respectively. This material can be categorized semi-
hard magnetic and possibility use for magnetic sensor material.
SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
120801072
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya telah dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Sintesis
dan Karakterisasi Serbuk BaFe12O19 dengan Penambahan FeMo Melalui Metode
Mechanical Alloying.
1. Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan FMIPA USU yang telah memberi
bimbingan dan dukungan selama perkuliahan maupun dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Dr. Marhaposan Situmorang selaku ketua Departemen Fisika FMIPA USU,
staff pengajar dan pegawai Departemen Fisika USU yang telah membimbing
dan membantu selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc selaku sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU
dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu membimbing
dan memberi dukungan selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
4. Awan Maghfirah, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
banyak waktu untuk membimbing, mendukung, mendo’akan serta memberi
saran untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Prof.Perdamean Sebayang,M.Sc selaku dosen pembimbing di Pusat Penelitian
Fisika LIPI yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dalam
penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Bapak T.Syahrial Harny dan Ibu Sri Endah Kiswarini selaku orang tua yang
sangat berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat, material, do’a dan dukungan
selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini, serta Cut Siti Asyura selaku
adik yang selalu memberikan semangat.
7. Dosen Pembimbing Lapangan dan Pegawai di Pusat Penelitian Fisika-LIPI (Bu
Ayu, Pak Candra, Pak Arief, Pak Toto, Bang Anggi, Pak amat, Bang Mardi, Bu
Yati) yang telah membimbing dan membantu selama menyelesaikan penelitian.
8. Eni Indriani Sinaga (Fisika 2012) selaku teman kos selama 3 tahun yang telah
menemani dalam suka-duka.
ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis serbuk BaFe12O19 dengan penambahan aditif FeMo (1, 3,
5, 7, dan 9%wt) melalui metode mechanical alloying dan variasi temperatur
kalsinasi 1000, 1100, dan 1200 oC (2 jam). Karakterisasi yang dilakukan pada
serbuk meliputi: true density, Optical Microscope (OM), Vibrating Sample
Magnetometer (VSM), dan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil karakterisasi true
-3
density sebelum kalsinasi menghasilkan nilai berkisar 3,22 - 4,61 x 10 kg/ m3
dan hasil karakterisasi Optical Microscope (OM) menghasilkan nilai 106 – 92 nm.
Hasil analisis VSM dengan penambahan 5%berat FeMo adalah σs = 50,49 (4π x
10-7) Wb.m/kg; σr = 23,83 (4π x 10-7) Wb.m/kg; jHc = 1106 (103/4π) A/m; dan
BHmax = 137 (10-1/4π) J/m3 dan merupakan nilai yang optimum. Serbuk
BaFe12O19 dengan penmbahan 5%wt FeMo yang dikalsinasi pada temperatur
1000oC (2 jam) menghasilkan σs = 31,56 (4π x 10-7) Wb.m/kg; σr = 17,17 (4π x
10-7) Wb.m/kg; jHc = 445,36 (103/4π) A/m dan BHmax = 8,66 (10-1/4π) J/m3 dan
merupakan nilai optimum. Dari hasil analisis XRD serbuk tersebut diperoleh
59,2% fasa barium heksaferit (BaFe12O19), 24,11% fasa hematit (Fe2O3), dan
16,67% fasa barium oxide (BaO) dengan struktur kristal heksagonal,trigonal, dan
tertagonal. Bahan serbuk ini termasuk semihard magnetic dan memungkinkan
untuk digunakan sebagai bahan sensor magnetik.
ABSTRACT
BaFe12O19 powder with FeMo (1, 3, 5, 7, dan 9%wt) additive has been synthesis
by mechanical alloying method and variation of calcination at temperature: 1000,
1100, and 1200 oC (2 h). The characterization of powder include: true density,
Optical Microscope (OM), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), and X-Ray
Diffraction (XRD). The characterization result of true density before calcination
are 3,22 - 4,61 x 10-3 kg/m3, and the result of Optical Microscope are 106 – 92
nm. VSM analysis results with 5wt% FeMo additive are σs = 50,49 (4π x 10-7)
Wb.m/kg; σr = 23,83 (4π x 10-7) Wb.m/kg; jHc = 1106 (103/4π) A/m ; and BHmax =
137 (10-1/4π) J/m3 is the optimum value. After calcination at 1000oC (2 h)
temperature, the results are σs = 31.56 (4π x 10-7) Wb.m/kg; σr = 17.17 (4π x 10-7)
Wb.m/kg; jHc = 445.36 (103/4π) A/m; and BHmax = 8.66 (10-1/4π) J/m3 which is
the optimum value. XRD analysis showed that the powder BaFe12O19 with 5wt%
FeMo addition has 59.2% barium hexaferrite (BaFe12O19), 24.11% hematite
(Fe2O3), and 16. 67% barium oxide (BaO) phase with hexagonal, trigonal, and
tetragonal crystal structure respectively. This material can be categorized semi-
hard magnetic and possibility use for magnetic sensor material.
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Lampiran xii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 4