Anda di halaman 1dari 14

PRESENTASI KASUS

SUSPEK TUMOR GANAS OVARIUM


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
dr. Agung Budi Setiyanto, Sp.OG, M.Kes

Disusun Oleh :
Andika Wima Pratama
20184010100

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

1
A. PENGALAMAN
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. TS
Usia : 45 tahun
Alamat : Segug, RT 3, RW 5, Kedalon
Tanggal masuk: 22 Juli 2019 pukul 12:20

SUBJEKTIF
Keluhan Utama : Benjolan di perut bagian bawah
P2A0, membawa surat rujukan dari RSU Wonosobo, merasa perut bagian bawah
terdapat benjolan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan terus membesar, tidak keluar
darah pada jalan lahir namun nyeri perut dan nyeri punggung dirasakan hilang timbul
dalam +- 3 bulan terakhir. Pasien juga merasakan bahwa menstruasinya akhir” ini
berlangsung lama +-15 hari dan disertai nyeri saat menstruasi.
Riw KB : Suntik 3 bulan dan implan
Riwayat siklus menstruasi : teratur, menarche usia 14 tahun, lama 8 hari, tanpa disertai
dismenore
Riwayat penyakit medis : Riwayat penyakit jantung (+)
Menikah : 1x lama 23 tahun

OBJEKTIF
KU : Cukup, CM
Vital Sign :
TD : 140/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.7 ° C
SpO2 : 98%

Mata : conjunctiva pucat (-/-)


Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : BU (+) NT(-)

2
Extremitas : edema akral dingin

STATUS GYNEKOLOGI
Px Luar  Teraba massa di suprapubic kiri sebesar kepalan tangan, nyeri tekan
(+), gerak terbatas, konsistensi keras, soliter, batas tidak tegas
Px Dalam  v/v : tenang
P : mecucu
ɸ : (-)
STLD (-), PPV (-), Nyeri goyang portio (-)
Kiri UT : massa (+) UK +-12x10x8cm, gerak terbatas, NT (+)
Kanan UT : Massa (-)
Px. Laboratorium
Darah lengkap
Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Nilai Rujukan Interprestasi
Hemoglobin 12.6 11,7 – 15,5 g/dL Normal
Leukosit 9,4 3,6 – 11 10^3/ul Normal
Hematokrit 38 35 – 47% Normal
Eritrosit 3.87 3,80 – 5,20 10^6/ul Normal
Trombosit 238 150 – 440 10^3/ul Normal
MCV 80.7 80 – 100 fL Normal
MCH 29,7 26 – 34 Pg Normal
MCHC 33.1 32 – 36 q/dL Normal
Masa Pembekuan/CT 6’00” 5 – 8 menit Normal
Masa Perdarahan/BT 1’30” 1 – 3 menit Normal
Gula Darah Sewaktu 110 70 – 140 mg/dL Normal
Ureum 18,6 10 – 50 Normal
Kreatinin 0,68 0,60 – 1,20 Normal
HbsAg Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif

Px. Penunjang
TUMOR MARKER:
- Ca 125 = 59

3
ASSESSMENT
Dx : P2A0 dengan STGO
PLANNING
 R/ Operasi HTSOB
 EKG, RO Thorax, Cek Lab
 Antibiotik Pre OP ceftriaxon 1gr IV

Lembar Follow Up

Tanggal Hasil Pemeriksaan Planning

23/7/19 S : Pasien tidak mengeluhkan nyeri perut dan POST OP


siap untuk dilakukan operasi - inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
06.00
O : KU : CM - inj. Ketorolac 3x1 amp IV

Vital Sign : - As. Tranexamat 3x500mg IV

TD : 130/80 mmHg N : 68x/menit


RR : 20x/menit S : 36.3 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
)
Thorax : C/S1-S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : Supel, BU (+),
Extremitas : edema (-) akral dingin (-)
DC (+) Infus (+)

A : P2A0 dengan STGO

4
24/07/19 S : Pasien mengeluhkan nyeri post op As. Tranexamat STOP
berkurang, nyeri punggung (+), mual (+),
06.10
Flatus (+)

O : KU : CM

Vital Sign :
TD : 140/80 mmHg N : 88x/menit
RR : 20x/menit S : 36.4 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-)
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : Supel, BU (+), NT (-),
Extremitas : edema (-) akral dingin (-)
LO tertutup kassa kering (+)
DC (+) Keruh

A : Post OP STGO H+1

25/7/19 S : Nyeri post OP sudah berkurang dibanding AFF Infus + DC


kemarin
06.00 Obat ganti PO
O : KU : CM
Ciprofloxaxine 2x500mg
TD : 160/100 mmHg N : 91x/menit
Dexketoprofen 2x1 tab
RR : 20x/menit S : 36.4 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-) Prenamia 1x1 tab.
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
Nifedipine 2x10 mg
)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : BU (+), NT (+) sekitar luka
OP
Extremitas : edema(-) akral dingin (-)

5
DC (+) Jernih

A : Post OP STGO H+2

26/7/19 S : Nyeri post OP sudah berkurang dibanding R/ BLPL


kemarin, pusing(+)
06.00 Obat pulang untuk 5 hari
O : KU : CM
Ciprofloxaxine 2x500mg
TD : 120/80 mmHg N : 82x/menit
Dexketoprofen 2x1 tab
RR : 20x/menit S : 36.4 ° C
Mata : conjunctiva anemis (-/-) Prenamia 1x1 tab.
Leher : JVP dbn, Pembesaran KGB (-
Nifedipine 2x10 mg
)
Thorax : C/S1 S2 reguler
P/sdv (+/+), st (-/-)
Abdomen : BU (+), NT (+) sekitar luka
OP
Extremitas : edema(-) akral dingin (-)
LO Kering

A : Post OP STGO H+3

LAPORAN OPERASI

Diagnosa Pre OP : STGO

Diagnosa Post OP : Ca Ovarium STG 1C + Perlengketan Abdomen

Nama Operasi : Surgical Staging Laparotomy, Histerektomi totalis, salphyngoovovektomi


bilateral, omentektomi

Macam Pembedahan : Canggih + Elektif dengan penyulit

Laporan Operasi:

1. Buka abdomen
2. Setelah peritoneum dibuka, tampak darah +-20cc mengisi rongga abdomen, dilakukan
suction

6
3. Tampak massa ukuran +-12x10x3cm, kistik, permukaan kasar, menandakan
perlengketan dengan omentum, corpus posterior uteri, dan dinding anterior abdomen
(peritoneum bag. Bawah)
4. Dilakukan adhesiolisis, massa berasal dari ovarium kiri
5. Kesan Ca. Ovarium ST 1C
6. Dilakukan Histerektomi totalis, salphyngoovovektomi bilateral, dan omentektomi
7. Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%
8. Luka operasi ditutup

ANALISIS

Pengertian Tumor Ganas Ovarium


Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal)
dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Andesa, 2010).
Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang di sel-sel yang menunjang ovarium,
termasuk sel epitel permukaan, sel germinal dan sel setroma. Sel-sel yang bermetastasis dari
organ lain menuju ovarium, tidak dikatakan sebagai kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga
dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam (Saifudin, 2011).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas
jinak tapi juga tidak jelas/pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low–
maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).

Etiologi
Banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation

7
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. (Hidayat, 2009)
2. Hipotesis Androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel-sel kanker ovarium. (Hidayat, 2009)
3. Hipotesis progesteron
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pascamenopause akan
meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan
progesteron akan menurunkan risikonya. Akan tetapi, pemakaian depo medrosiprogesteron
asetat ternyata tidak menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium. (Hidayat, 2009)
4. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya
kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada
wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium
berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara. (Andesa, 2010)
5. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker
ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu
dengan risiko relatif 0,6 (Andesa, 2010).
2.1.1 Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. (Saifuddin, 2011)
1. Stadium Awal
a. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
b. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
c. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
d. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
e. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut. (Saifuddin, 2011)
2. Stadium Lanjut
8
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia. (Saifuddin, 2011)
2.1.2 Tanda dan Gejala Tumor Ovarium
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kanker ovarium yang
terdeteksi. Pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai
dengan keluhan seperti (Hartini, 2008):
1. Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen
(ascites)
2. Gangguan system gastrointestinal: konstipasi, mual, hilangnya nafsu
makan
3. Gangguan system irinaria: inkontinensia uri
4. Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5. Menstruasi tidak lancar
6. Lelah
7. Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
8. Nyeri saat berhubungan seksual
9. Gangguan buang air besar (konstipasi) dan buang air kecil (sering BAK)
10. Penurunan berat badan. (Hartini, 2008)

Jenis-Jenis Tumor Ovarium


1. Tumor Epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya
jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari
epitelial ovarium (EOC’s: Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang
paling sering (85–90%) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium.
Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai
kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP

9
tumor: Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan
mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, 2010)
2. Tumor Germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita
usia muda dengan median umur 16-20 tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan
yang cepat, kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri.
Kurang lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat perdarahan
intrakapsuler, torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan pada penderita
dengan yolk sac tumor atau mixed germ cell tumors dan sering kali dikelirukan dengan
appendisitis akut atau kedaruratan abdomen lainnya dan diagnosis ditegakkan pada
saat operasi. (Wijaya, 2010)
a. Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering dan
meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma biasanya didapatkan kadar AFP normal, dan
kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG. Secara makroskopik biasanya
bilateral pada 10-15% kasus, dan secara mikroskopis dapat disertai penyebaran ke
ovarium kontralateral pada 10% kasus. (Wijaya, 2010)
Disgerminoma lebih sering menyebar secara limfogen dibandingkan dengan
tumor ganas sel germinal lainnya. Penderita disgerminoma biasanya menunjukan
gejala amenore primer, virilisasi, atau perkembangan organ genitalia yang abnormal
dan pada beberapa kasus dapat ditemukan adanya kromosan Y. Dikatakan lebih dari
50% dari tumor ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, gejala dapat berupa adanya
massa pada daerah abdomen atau pelvis dengan pembesaran perut dan nyeri. (Wijaya,
2010)
Gejala timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2 tahun dan setengah dari
penderita kurang dari 4 bulan. Bila bersamaan dengan kehamilan, tumor ditemukan
secara tidak sengaja dan dapat menganggu jalannya persalinan. Gangguan haid jarang
didapatkan pada wanita muda. Kurang lebih 10% asimtomatik, anak dapat
menunjukan pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari wanita yang tidak hamil
menunjukan tes kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel
sinsitiotrofoblast didalam tumor. (Wijaya, 2010)
b. Yolk sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas kedua setelah disgerminoma
pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari seluruh keganasan ovarium. Tumor
10
terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi beberapa kasus dilaporkan pada
usia >45 tahun. Usia median 19 tahun. (Wijaya, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif dan separuh dari penderita
mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga perempat penderita mengeluh nyeri perut
dan hampir semuanya mengeluh adanya pembesaran perut atau adanya tumor pada
daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran dan perdarahan dari tumor menimbulkan gejala
mirip appendisitis. (Wijaya, 2010)

c. Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Bentuk teratoma yang
benigna merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada wanita golongan yng lebih
tua, sedangkan teratoma maligna adalah jarang, dan hal ini justru berlawanan dengan
teratoma testis yang umumnya ganas (maligna). (Wijaya, 2010)
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid.
Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur
yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya
ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini
tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (Wijaya, 2010)
d. Karsinoma embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal
ovarium, tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog dengan karsinoma embrional testis.
Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia median 14 tahun. Gejala klinis pada
kebanyakan penderita sering dikeluhkan adanya massa pelvis yang disertai rasa nyeri,
sering menyerupai keadaan appendisitis, kehamilan ektopik terganggu, terutama bila
hasil tes kehamilan positif. (Wijaya, 2010)
Selain ini dapat ditemukan adanya amenore atau perdarahan pervaginam
abnormal, serta kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan virilisasi. (Wijaya,
2010)
e. Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni
(tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran.
Penentuan ini penting artinya, karena bila murni lebih mungkin tumor ini berasal dari
hasil konsepsi dari pada nosgestasional. Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan
11
suatu metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya, karena koriokarsinoma
nongestasional kurang sensitif terhadap kemoterapi dibandingkan dengan
koriokarsinoma gestasional. (Wijaya, 2010)
f. Poliembrioma
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang berasal
dari sel embrio normal. Neoplasma jenis ini sering mengenai testis. Kebanyakan
tumor ini berkaitan dengan tumor sel germinal lainnya terutama teratoma.
Poliembrioma merupakan neoplasma sel germinal dengan tingkat keganasan yang
tinggi. Tumor ini radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum jelas. (Wijaya,
2010)
g. Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau lebih tipe neoplasma sel
germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed germ cell tumor ovarium lebih sedikit
dibandingkan dengan didalam testis, dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh
keganasan ovarium. Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari
sepertiganya terjadi sebelum usia pubertas. (Wijaya, 2010)
Kebanyakan pasien mengeluhkan adanya massa diperut dan lebih dari
separuhnya disertai nyeri perut bagian bawah. Beberapa diantaranya memperlihatkan
pseudopubertas prekoks dan dapat memperlihatkan hasil tes kehamilan yang positif.
Tumor ganas mixed germ cell biasanya berukuran besar, unilateral tetapi
penampakannya tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan. (Wijaya, 2010)
3. Tumor Stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang
didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan
derajat keganasan yang rendah. (Andesa, 2010)
2.1.3 Penatalaksanaan Tumor Ganas Ovarium
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 cm,
merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk
mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan
diameternya kurang dari 5 cm, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.
(Andesa, 2010)
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan
pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus
12
beserta kedua tuba dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar
getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan
bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan
pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium
tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan
terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi. (Andesa, 2010)
1) Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomo bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus
retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin
tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa
tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat. Dapat
didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil
operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat
ditetapkan untuk menentukan terapi. (Andesa, 2010)
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak
mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan
terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking”
(cytoreductive) pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas
aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi
lebih efektif. (Andesa, 2010)

2) Radioterapi
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel
granulosa. Gunanya untuk membunuh sel penular dengan menggunakn sinar
radiasi tinggi. (Andesa, 2010)
3) Kemoterapi
Merupakan perawatan dengan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Obat-obatan kemoterapi dimasukkan langsung ke jaringan pembuluh darah atau
diminum. Kemoterapi ini juga penting untuk mencegah kanker menyebar ke organ
tubuh lainnya. Untuk penderita kanker ovarium yang menyerang sel epitel,
13
biasanya diperlukan 6 kali kemoterapi dengan jarak satu kemoterapi dengan
kemoterapi yang lainnya yaitu 3-4 minggu. (Andesa, 2010)
Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena
terapi radiasi mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah
mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi
ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor. (Andesa, 2010)

B. DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan, edisi 3, Cetakan Kelima, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 281 – 300
2. Cunningham FG, Gant F.G, et all, William Manual of Obstetrics, 21st Edition Boston,
McGraw Hill, 2003 : 339 – 47.
3. Manuaba, (2008). Penatalaksaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
4. Safiuddin (2011). Deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta
5. Andesa, Hesa, (2010). Ca.Ovarium. Yogyakarta: Fitra Maya
6. Hidayat. (2009). Ca Ovarium. Jakarta: Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai