Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.D Dengan Halusinasi Pendengaran Di
Ruang GMO RSJ Provinsi Kalimantan Barat ”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas profesi, yaitu sebagai tugas terstruktur Stase Keperawatan Jiwa
Tahun Akademik 2019 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari pihak-pihak luar, sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada:
1. Djoko Priyono, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen Koordinator stase
keperawatan jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
2. Ns. M. Fadly, S.Kep selaku pembimbing pertama stase keperawatan jiwa
di RSJ Provinsi Kalimantan Barat.
3. Ns. Try Mulyati, S.Kep selaku pembimbing kedua stase keperawatan jiwa
di RSJ Provinsi Kalimantan Barat.
4. Teman-teman Mahasiswa Program Profesi Ners, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura 2019.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada pembaca dan teman-teman agar memberikan kritik dan
saran yang sifatnya membangun.

Singkawang, September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial


yang muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor
politik, sosial budaya serta krisis ekonomi yang tidak kunjung usai. Hal ini
akan semakin memicu atau meningkatkan berbagai gangguan kejiwaan di
masyarakat, dari gangguan jiwa yang ringan hingga gangguan jiwa yang
tergolong berat (Puslitbang Depkes, 2007). Seseorang dapat dikatakan
sehat jiwa yaitu kondisi mental sejahtera dengan kualitas hidup seseorang
yang harmonis dan produktif dari semua segi kehidupan manusia
(Afnuhazi, 2015).

Pasien gangguan jiwa memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan


orang lain seperti bermusuhan, mengancam (aggression) atau curiga yang
berlebihan (paranoid). Pasien juga tidak produktif dimasyarakat dan
cenderung merugikan masyarakat misalnya mencuri (cleptomany), malas
(abulia), atau perilaku deviasi sosial lain seperti pemakaian zat adiktif
(Yosep, 2007). Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien dalam
menjalankan peran dan fungsi yang terintegrasi (Stuart, 2016).

Seseorang dengan gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan bio -


psiko - sosial. Sekitar 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan
mental dan 25% dari jumlah penduduk di dunia diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Prevalensi dari gangguan
jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan
pada tahun 2030 akan mencapai lebih dari 25%. Gangguan jiwa dapat
terjadi di semua negara yang tidak memandang jenis kelamin, materi, usia
maupun tempat tinggal (WHO, 2009).
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa
adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses
Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus
dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia
sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya
untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa. Di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi (Rahmawati, 2014).

Gangguan jiwa berat dikenal dengan istilah psikosis, salah satu contoh
dari psikosis adalah skizofrenia. Di Indonsesia gangguan jiwa berat
memiliki gejala antara lain halusinasi, waham, gangguan proses pikir,
ilusi, kemampuan berpikir, dan tingkah laku aneh seperti agrevisitas atau
katonik. Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 1,7 permil.
Prevalensi skizofrenia tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh
yang masing - masing 2,7 permil, sedangkan yang terendah di Kalimantan
Barat 0,7 permil (Kemenkes, 2013). Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Rumah sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
didapatkan rata-rata setiap ruangan paling banyak menderita halusinasi
seperti di ruangan GMO yaitu sebanyak 15 orang.

Penduduk yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia mulai muncul


pada usia sekitar 15 - 35 tahun. Penderita skizofrenia dengan gejala -
gejala yang serius dan pola perjalanan penyakit yang kronis dapat
berakibat disabilitas. Gejala skizofrenia meliputi gejala negatif dan gejala
positif. Gejala negatif yaitu tidak ada atau kehilangan dorongan atau
kehendak serta menarik diri. Sedangkan gejala positif yaitu halusinasi,
waham, perilaku yang aneh dan pikiran yang tidak terorganisir (Videbeck,
2009). Dilihat dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang
paling banyak ditemukan. Pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi
yaitu lebih dari 90%.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronik yang tidak dapat


menilai realitas dengan baik dan pemahan diri buruk. Karakteristik gejala
psikotik meliputi delusi, halusinasi, gangguan mood dan gangguan alam
pikiran. Penyebab dari skizofrenia adalah faktor biologi dan faktor genetik.
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan pikiran, persepsi serta emosi
(Pratiwi, 2011).

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera


yang tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya. Halusinasi harus
menjadi fokus perhatian oleh tim kesehatan karena apabila halusinasi tidak
ditangani secara baik, maka dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan
diri klien sendri, orang lain, dan juga lingkungan sekitar (Wahyuni, Keliat,
Yusron, & Susanti, 2011). Klasifikasi halusinasi menurut Dermawan dan
Rusdi (2013) terdiri dari halusinasi non patologis dan halusinasi patologis.
Halusinasi non patologis meliputi halusinasi hipnogonik dan halusinasi
hipnopomik. Sedangkan halusinasi patologis meliputi halusinasi
pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan (visual), halusinasi
penciuman (olfactory), halusinasi pengecapan (gusfactory), halusinasi
perabaan (taktil).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Turkington, (2016)


menjelaskan halusinasi pendengaran (suara) adalah gejala yang paling
umum pada penderita skizofrenia, dan 70% mereka terdiagnosis penyakit
ini. Penelitian ini menjelaskan mengenai bagaimana strategi mengenali
penanggulangan pendengaran yang tidak efektif dan bagaimana caranya
untuk megajarkkan pendekatan yang efektif dalam proses pemulihan.
Untuk pemulihan dapat ditingkatkan terlebih dahulu dengan cara
mengidentifikasi stretegi koping yang tidak efektif, kemudian mengajarkan
teknik pendekatan efektif , sehingga teknik fokus tersebut akan
mengurangi pengalaman mendengar suara-suara dan ditandai pengurangan
tekanan pada pasien.

Halusinasi terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi penglihatan,


halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, dan
halusinasi pendengaran (Keliat, Akemat, & Nurhaeni, 2012). Halusinasi
pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Damayanti,
Jumaini, & Utami, 2014). Penderita halusinasi harus ditangani dengan
tepat untuk mengatasi dampak dari halusinasi dengan melakukan tindakan
asuhan keperawatan (Stuart , Keliat, & Pasaribu, 2016).

Asuhan Keperawatan diberikan pada penderita halusinasi bertujuan


untuk meningkatkan kesadaran pasien antara stimulasi persepsi yang
dialami pasien dan kehidupan nyata (Aldam & Wardani, 2019). Tujuan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi yaitu pasien mampu
mengontrol halusinasi. Berdasarkan pengamatan penulis, terjadi perubahan
perilaku yang semula halusinasi sering muncul pada pasien halusinasi saat
diberikan terapi individu seperti tertawa atau tersenyum sendiri secara
tiba-tiba tanpa stimulus yang jelas yang ditunjang dengan ada atau tidak
adanya pengakuan pasien tentang munculnya halusinasi, memandang ke
satu tempat dalam waktu lama disertai bicara, menjadi lebih banyak
melakukan kegiatan atau berbicara dengan orang lain. Sehingga terjadi
penurunan frekuensi halusinasi (melamun, bicara, tertawa atau tersenyum
sendiri) bahkan tanda halusinasi dapat hilang sama sekali. Namun tidak
semua pasien halusinasi menunjukkan adanya perubahan frekuensi seperti
disebutkan di atas.

a. Berdasarkan Rekam Medis pada Tn.D didapat bahwa klien datang ke


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat dibawa oleh keluarganya
dengan alas an karena sering berbicara sendiri, tertawa sendiri dan suka
membuat gaduh gelisah. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti yaitu
kondisi klien kooperatif saat melakukan perbincangan dengan perawat,
kontak mata positif, klien tampak bersemangat dan jelas ketika
berbicara dengan perawat. Klien mengatakan masih mendengar bisikan
halusinasi tersebut yaitu menyuruhnya untuk bekerja dan mendekati
perempuan, bisikan tersebut muncul ketika malam hari pukul 24.00
WIB dengan durasi yang cukup lama, bisikan tersebut terjadi sekitar
dua sampai tiga kali dalam sehari dan biasanya suka klien suka tertawa
sendiri. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan
tindakan keperawatan pada Tn.D yang mengalami gangguan halusinasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Apa saja etiologi dari halusinasi?
3. Bagaimana Faktor Predisposisi dan Faktor Prespitasi halusinasi?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala halusinasi?
5. Bagaimana pengkajian keperawatan jiwa pada pasien halusinasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan halusinasi
2. Mengetahui Etiologi halusinasi
3. Mengetahui Faktor Predisposisi dan Faktor Prespitasi halusinasi
4. Mengetahui Tanda dan Gejala halusinasi
5. Mengetahui pengkajian keperawatan jiwa pada pasien halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Aldam, S. F., & Wardani, I. Y. (2019). Efektifitas Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Generalitas Pada Pasien SkizoFrenia Dalam
Menurunkan Gejala Halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 165-172.

Damayanti, R., Jumaini, & Utami, S. (2014). Efektivitas Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar
Di RSJ Tampan Provinsi Riau. JOM PSIK, 1-9.

Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Keliat, B. A., Akemat, H. C., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan


Jiwa Komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2013). Riset Keperawatan Dasar. Jakarta : Balitbang Kemenkes


RI.

Pratiwi, A. (2011). Praktik Keperawatan Jiwa. Surakarta : FIK UMS.

Puslitbang Depkes. (2007). Gangguan Jiwa. Diperoleh pada tanggal 14


September 2019 dari:http://www.LitbangDepkes.co.id Stuart, G.W.
(2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Terjemahan oleh Kapoh,
R.P & Koman Yuda E. 2007. Jakarta : EGC.

Rahmawati, Y. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Ny. L dengan Gangguan


Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Srikandi Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 1-13.

Stuart , G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier.

Turkington, Douglas, Latoyah Lebert, Helen Spencer. (2016). Auditory


Hallucinations In Schizophrenia: Helping Patients To Develop Effective
Coping Strategies. Atricle BJPsych Advances (2016), vol. 22, 391–396
doi: 10.1192/apt.bp.115.015214.

Videbeck, S.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari & Alfina
Hany, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Wahyuni, S. E., Keliat, B. A., Yusron, & Susanti, H. (2011). Penurunan


Halusinasi Pada Klien Jiwa Melalui Cognitive Behavior Theraphy. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 185-192.Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi
Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

WHO. (2009). Improving Health Systems and Services for Mental Health (Mental
Health Policy and Service Guidance Package). Geneva 27. Switzerland :
WHO Press.

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai