Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.

1, Maret 2012

HUBUNGAN PROGRAM ORIENTASI BERBASIS KOMPETENSI


DENGAN KINERJA PERAWAT BARU

Dodi Wijaya¹, Ratna Sitorus², Hanny Handiyani³


¹ Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
² ³ Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

ABSTRACT
Competency-based orientation program is a method of new nurse orientation programs.
Research on cross-sectional descriptive correlational aimed to analyze the relationship of
competency-based orientation program with the performance of new nurses in a inpatient unit
at Husada hospital Jakarta. Results for 58 new nurses in the Husada hospital new nurses get
a good view of interpersonal competence (72.4%), good technical competence (53.4%), good
competence in critical thinking (58.6%). New nurses to see better performance (72.4%).
Analysis showed any relationship between competency-based orientation program with the
performance of new nurses (p = 0.000, CI: 0.336, 0.696). Competence of new nurses to form a
new nurse has a professional performance so that important programs applied in any
orientation of new nurses.

Keyword : competency based orientation programs, new nurses, performance

ABSTRAK
Program orientasi berbasis kompetensi merupakan metode yang digunakan dalam program
orientasi untuk perawat baru. Penelitian ini termasuk deskriptif korelasional yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan program orientasi berbasis kompetensi dengan kinerja perawat
baru di unit rawat inap di Rumah Sakit Husada Jakarta. Hasil analisis pada Tabel 2 didapatkan
42 orang (72,4%) perawat baru memiliki kinerja baik, sisanya 16 orang (27,6%) perawat baru
memiliki kinerja yang kurang setelah mendapatkan program orientasi berbasis kompetensi.
Hasil analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara program
orientasi berbasis kompetensi dengan kinerja perawat baru dengan p value 0,000. Kompetensi
perawat baru untuk membentuk seorang perawat baru memiliki kinerja profesional sehingga
program penting diterapkan dalam setiap orientasi perawat baru. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan rumah sakit untuk menetapkan program orientasi
berbasis kompetensi sebagai standar operasional kerja dalam penerimaan perawat baru.

Kata kunci : program orientasi berbasis kompetensi, kinerja, perawat baru

10
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

PENDAHULUAN
Kinerja merupakan hasil kerja Program orientasi berbasis
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai kompetensi yang diterapkan sejak perawat
seorang karyawan dalam melaksanakan baru memasuki lingkungan kerja baru
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab digunakan agar setelah perawat baru
yang diberikan. Setiap organisasi melalui proses ini, memiliki kompetensi :
mengharapkan memiliki perawat baru yang interpersonal, teknis, dan berfikir kritis
dapat menampilkan kinerja yang (Engelk, 2009). Upaya penerapan program
profesional. Perawat baru ketika memasuki orientasi berbasis kompetensi bagi
lingkungan kerja baru akan menghadapi perawat baru ditujukan agar perawat baru
banyak masalah. Masalah ini akan dapat memiliki penampilan kinerja profesional.
mempengaruhi penampilan kerja. Steward (2000) menyatakan
Bourcier (2008) menemukan bahwa melalui program ini perawat baru
banyak masalah yang dialami oleh kinerja akan mendapatkan pengalaman baru.
perawat baru diantaranya kurang percaya Pengalaman baru dilalui dengan jalan
diri dalam kinerja keterampilan asuhan memperoleh informasi, bimbingan, dan
keperawatan, ketidakmampuan dalam penguasaan keterampilan sehingga akan
pemikiran kritis dan pengetahuan klinis, meningkatkan kinerja perawat baru.
hubungan dengan rekan kerja, keinginan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
untuk mandiri tetapi masih tergantung hubungan program orientasi berbasis
dengan perawat senior, frustasi di kompetensi dengan kinerja perawat baru.
lingkungan kerja, kebijakan organisasi
dalam menetapkan prioritas keterampilan
serta masalah komunikasi dengan dokter. METODE PENELITIAN
Kondisi inilah yang kemudian menjadikan Penelitian ini menggunakan
program orientasi perlu dirancang untuk metode deskriptif analisis dengan
mengatasi masalah tersebut. pendekatan ”cross sectional”. Variabel
Orientasi merupakan proses yang diteliti adalah kompetensi
kegiatan memberikan informasi yang interpersonal, kompetensi teknis,
berhubungan dengan lingkungan kerja kompetensi berpikir kritis, dan kinerja
baru dalam suatu organisasi. Proses ini perawat baru di Rumah Sakit Husada
akan mempermudah perawat baru Jakarta. Penelitian dilakukan di Rumah
menyesuaikan dalam melaksanakan tugas Sakit Husada Jakarta. Sampel yang
dan fungsi yang dibebankan kepadanya. diambil adalah seluruh perawat baru
Program orientasi berbasis kompetensi berjumlah 58 perawat baru pada bulan Mei
merupakan metode yang digunakan dalam 2010 yang mengikuti program orientasi di
program orientasi untuk perawat baru. ruang perawatan Mawar, Melati, Lantai
Abruzzese (1992); Jernigen (1998); dalam Jantung, dan Lantai Stroke Rumah Sakit
Marquis & Huston (1998) merumuskan Husada Jakarta.
bahwa metode orientasi ini berfokus pada Perawat baru berstatus orientee
hasil akhir dari orientasi dengan titik berat (tidak mendapatkan tugas sebagai perawat
pada kinerja tugas. pelaksana), pengalaman kerja sejak di
Rumah Sakit Husada kurang dari atau
11
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

sama dengan satu tahun, telah mengikuti HASIL DAN BAHASAN


program orientasi berbasis kompetensi Kompetensi perawat baru pada
selama 3 bulan yang dibuktikan dengan program orientasi berbasis kompetensi
laporan dari pembimbing klinik dan telah interpersonal, teknis dan berpikir kritis.
memenuhi buku target kompetensi. Hasil analisis data pada Tabel 1
Pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan bahwa perawat baru lebih
menggunakan instrumen multiple choice banyak memiliki kompetensi interpersonal
tentang kompetensi interpersonal, teknis, daripada teknis dan berpikir kritis. Secara
berpikir kritis dan chek list tentang kinerja umum rerata kompetensi perawat baru
perawat baru. Analisis data menggunakan yang memiliki kompetensi baik sebanyak
uji chi square dengan tingkat kemaknaan 61,5%. Hanya 38,5% perawat baru dengan
alpha 0,05 (5 %). kompetensi kurang setelah dilakukan
program orientasi berbasis kompetensi.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kompetensi Perawat Baru Pada Program Orientasi Berbasis
Kompetensi di Rawat Inap Rumah Sakit Husada Jakarta Pada 21 Mei 2010 (n=58)
Variabel Frekuensi Persentase
Kompetensi interpersonal
a. Kurang 16 27,6
b. Baik 42 72,4
Kompetensi teknis
a. Kurang 27 46,6
b. Baik 31 53,4
Kompetensi berpikir kritis
a. Kurang 24 41,4
b. Baik 34 58,6
Kompetensi Kurang 22.3 38,5
Kompetensi Baik 35,7 61,5

Kompetensi perawat baru pengembangan kualifikasi klinis yang


merupakan profesionalisme perawat baru memungkinkan perawat baru memiliki
dalam melaksanakan pelayanan kompetensi dalam waktu yang tepat.
keperawatan yang dilandasi pengetahuan Perawat baru mendapatkan
dan keterampilan. Program orientasi pengalaman yang mendukung kompetensi
berbasis kompetensi pada perawat baru perawat baru dalam menjalankan
telah mampu membantu perawat baru tugasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh
memiliki kemampuan interpersonal yang perawat baru tidak lepas dari peran
baik. Perawat baru mampu menunjukkan pembimbing klinik. Penelitian Scot (2005)
pengetahuan dan kemampuan untuk menemukan bahwa pembimbing klinik
bekerja sama serta beradaptasi terhadap berpengaruh secara signifikan terhadap
lingkungan kerja baru. Penerapan program kompetensi dan kepuasan kerja perawat
orientasi berbasis kompetensi merupakan baru selama masa orientasi. Pembimbing

12
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

klinik membantu perawat baru pengalaman baru. Pengalaman baru dilalui


mendapatkan pengalaman baru melalui dengan jalan memperoleh informasi,
bimbingan dan model peran. Steward bimbingan, dan penguasaan keterampilan
(2000) menyatakan bahwa program ini dari pembimbing klinik.
membantu perawat baru mendapatkan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Baru di Rawat Inap Rumah Sakit Husada
Jakarta Pada 21 Mei 2010 (n=58)
Variabel Frekuensi Persentase
Kinerja perawat baru
a. Kurang 16 27,6
b. Baik 42 72,4
Total 58 100

Hasil analisis pada Tabel 2 mendidik perawat baru tentang perilaku


didapatkan 42 orang (72,4%) perawat baru kinerja profesional yang diharapkan
memiliki kinerja baik, sisanya 16 orang organisasi.
(27,6%) perawat baru memiliki kinerja
yang kurang setelah mendapatkan Hubungan program orientasi berbasis
program orientasi berbasis kompetensi. kompetensi dengan kinerja perawat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baru
penerapan program orientasi berbasis Program orientasi berbasis
kompetensi dapat membentuk perawat kompetensi merupakan upaya yang
baru memiliki penampilan kinerja yang membentuk perawat baru memiliki
baik. Penampilan kinerja yang baik pada penampilan kinerja yang profesional. Hasil
perawat baru akan membentuk perilaku analisis hubungan program orientasi
kinerja yang profesional. Steward (2000) berbasis kompetensi dengan kinerja
menegaskan bahwa penerapan program perawat baru terlihat pada Tabel 3.
orientasi berbasis kompetensi dapat

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hubungan Program Orientasi Berbasis Kompetensi Dengan


Kinerja Perawat Baru di Rawat Inap Rumah Sakit Husada Jakarta 2010 (n=58)
Program orientasi Kinerja P OR
Total X²
berbasis kompetensi Kurang Baik value (95% CI)
Kurang 16 15 31 16,75 0,000 2,48
(51,6%) (48,4%) (100%) (0,34- 0,69)
Baik 0 27 27
(0%) (100%) (100%)

Hasil Tabel 3 menunjukkan bahwa memiliki kompetensi kurang dan memiliki


proporsi perawat baru pada program kinerja kurang sebanyak 51,6%. Proporsi
orientasi berbasis kompetensi yang perawat baru pada program orientasi

13
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

berbasis kompetensi yang memiliki diterapkan sejak karyawan memasuki


kompetensi baik seluruhnya memiliki lingkungan kerja baru. Metode ini
kinerja baik (100%). digunakan agar perawat baru memiliki
Hasil analisis uji statistik kompetensi dalam hal keterampilan
menunjukkan adanya hubungan yang interpersonal, keterampilan teknis, dan
signifikan antara program orientasi keterampilan berfikir kritis. Keberhasilan
berbasis kompetensi dengan kinerja program ini menjadi cerminan pihak
perawat baru (p value = 0,000). Hasil manajemen keperawatan untuk selalu
analisis pula didapatkan OR= 2,48 yang menerapkan program orientasi berbasis
berarti perawat baru pada program kompetensi pada setiap proses orientasi
orientasi berbasis kompetensi, yang perawat baru. Pihak manajemen
berkompetensi baik akan berpeluang 2,48 keperawatan dapat menjaga konsistensi
kali untuk memiliki kinerja baik kualitas program melalui pemanfaatan
dibandingkan dengan perawat baru yang kelompok pendukung program dan
berkompetensi kurang (OR 95% CI: 0,336; mengembangkan objektifitas ukuran
0,696). Hasil penelitian ini menyimpulkan penilaian kompetensi dan kinerja perawat
bahwa penerapan program orientasi baru.
berbasis kompetensi berhubungan secara Robinson, Morin & Carla (1995)
signifikan dengan kinerja perawat baru. dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Bourcier (2008) menyatakan langkah pertama mengevaluasi program
bahwa hubungan program orientasi orientasi berbasis kompetensi dengan
berbasis kompetensi dengan kinerja mengembangkan model penilaian
perawat baru memiliki hubungan sebab kompetensi agar membangun sebuah
akibat. Hasil penelitian ini mendukung hasil model yang memiliki komponen
penelitian Everett (2009) yang menemukan interpersonal, teknis, dan berpikir kritis.
ada keterkaitan hubungan yang baik Kompetensi yang dimiliki perawat baru
antara program orientasi berbasis dapat dijadikan acuan untuk menempatkan
kompetensi dengan evaluasi kinerja perawat baru di unit perawatan pasien
perawat baru selama masa orientasi. tertentu (Piggot, 2001).
Penerapan program orientasi berbasis
kompetensi yang dirancang secara SIMPULAN DAN SARAN
terorganisasi, terstruktur, dan Terdapat hubungan yang
komperhensif akan meningkatkan kinerja signifikan antara program orientasi
perawat baru. Perawat baru setelah berbasisi kompetensi dengan kinerja
mengikuti program orientasi berbasis perawat baru di Rawat Inap Rumah Sakit
kompetensi mendapatkan mengalaman Husada Jakarta 2010. Hasil penelitian ini
yang mendukung kompetensi diharapkan dapat menjadi pertimbangan
interpersonal, kompetensi teknis, bagi manajer keperawatan di rumah sakit
kompetensi berpikir kritis dalam untuk menetapkan program orientasi
menjalankan tugasnya. berbasis kompetensi sebagai standar
Pendapat Bueno (1994) dalam operasional kerja dalam penerimaan
Engelke, Marshburn, & Swanson (2009), perawat baru. Perlu penelitian lebih lanjut
program orientasi berbasis kompetensi untuk mengetahui pengaruh program
14
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

orientasi berbasis kompetensi dengan evaluations of new graduate


kepuasan kerja perawat baru. nurses participating in preceptor
orientation programs. USA:
DAFTAR PUSTAKA Virginia Polytechnic Institute and
Beyea, S. C., Slattery, M.J & Von Reyn. State University.
(2007). A nurse residency program Hartini, T (2002). Hubungan antara
for competence development karakteristik dan persepsi perawat
using human patient simulation. pelaksana tentang program
Journal of Nursing Staff orientasi dengan persepsi perawat
Development. 25 (7) 25-28 pelaksana tentang kinerja di RS
Bourcier, J.Bethany. (2008). Graduate Islam Roemani Semarang. Tesis
nurses in the intensive care unit: Program Pascasarjana FIK-UI,
An orientation model. Diakses Depok, tidak dipublikasikan
melalui http://ccn.aacnjournals.org Keating, S.B. (2003). A test of the
pada tanggal 24 Maret 2010 Jam California competency-based
09.21 WIB differentiated role model.
Burns, P., & Poster, E. (2008). The Journal of Managed Care
Competency development in new Quaeterly, 40 (1).
registered nurse graduates: Marilyn, H.O. (2008). How to assess
closing the gap between education critical thinking in clinical practice.
and practice. The Journal of Journal Dimensions Of Critical
Continuing Education in Nursing, Care Nursing, 17 (6). 19-20
39(2). 12- 13 Piggot, H. (2001). Facing reality: The
Casey, K & Fink, R. (2004). The graduate transition from student to graduate
nurse experience. Journal of nurse. Autralian Nursing Journal, 8
Nursing Administration, 14(6) (4) 11
Dellasega, C (2009). An exploratory study Steward, N.A. (2000). Establishing an
of the orientation needs of orientation program. Wilmington
experienced nurses. The Journal College Division of Nursing
of Continuing Education in (Delaware). 14 (9) 17
Nursing. 40 (8) 18 Thomka, L.A (2001). Graduate nurses’
Dorothy, D.B. (2008). A crisis in critical experiences of interactions with
thinking. Journal of Nursing professional nursing staff during
Education, 26 (5) transition to the profesional role.
Engelke, Marshburn & Swanson (2009). The Journal of Countinuing
Relationships of New Nurses' Education in Nursing, 3 (2).
Perceptions and Measured Vivian, T & Deb, H. (2005). Performance-
Performance-Based Clinical based development system for
Competence. The Journal of nursing students. Journal of
Continuing Education in Nursing, Nursing Education, 44 (2).
40 (9), 426-430. WHO (2001) Conceptual famework nursing
Everett, Brusler. M. (2009). Predictors of and midwifery workforce
positive clinical performance management. Diakses melalui
15
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.1, Maret 2012

www.searo.who. diperoleh tanggal


20 Maret 2009 jam 18.30
Wibowo (2007). Manajemen kinerja.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wijaya, D (2009). Laporan residensi
kepemimpinan & manajemen
keperawatan di RS Husada
Jakarta. Program Pascasarjana
FIK-UI, Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai