Anda di halaman 1dari 21

Tugas

MAKALAH

“INVESTIGASI RISIKO KEJADIAN PENYAKIT WABAH”

MATA KULIAH : MITIGASI BENCANA

DOSEN : ASTIA NURDIN S,KM M,kes

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. SARMILA (B00216011)
2. WAHYUNI (B00216029)
3. ARNI (B00216023)
4. LILIN WULANDARI (B00216014)
5. BALGIS DARWIS (B00216013)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BARAMULI PINRANG

2019/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Investigasi Risiko
Kejadian Penyakit”. Tak lupa shalwat serta salam, semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-
sahabtanya, tabit-tabiitnya sampai pada kita selaku umatnya.

Makalah ini merupakan tugas yang disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Epidemiologi di Universitas Halu Oleo. Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mendapatkan kendala, namun berkat bantuan dari banyak pihak dalam
maupun informasi maka makalah ini dapat diselesaikan.

Dengan segala kerendahan hati, penulis siap menerima saran maupun kritik
yang konstruktif dari siapapun. Walaupun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Pinrang 21 januari 2019


DAFTAR ISI

Halaman judul ...................................................................................

Kata Pengantar ................................................................................. i

Daftar isi ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6

2.1 Pengertian wabah dan Investasi wabah ....................................... 6

2.2 Bentuk Wabah .............................................................................. 7

2.3 Kriteria kerja wabah...................................................................... 9

2.4 Tujuan penyelidikan wabah .......................................................... 11

2.5 Prinsip prinsip dalam melakukan investigasi wabah..................... 12

2.6 Langkah Langkah dalam investasi wabah .................................... 13

2.7 Penanggulangan penyakit wabah ................................................ 17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah di mulai dengan adanya


penemuan kuman cholera oleh Jhon snow sehingga ia terkenal dengan metode
investigasi wabah cholera di london (1854).
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa
yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu
tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas
pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika
aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa
atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.
Pakar dan ilmuan merasa mempunyai tantangan dan kesempatan untuk
terus menerus menggali dan menemukan ilmu pengetahuan baru guna
mengatasi masalah ini. Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak
biasa, ketika dokter, perawat, bidan, atau petugas laboraturium yang menyadari
terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus
penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan
tempat yang berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.
Karena rate endemik penyakit nosokomial, cedera dan kejadian yang merugikan
lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya ada
sedikit kriteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi
pada suatu masalah yang potensial .
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakitakibat pangan ( foodborne disease) dan kejadian
wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang
dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi jugadi negara-negara
maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangannya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian wabah dan investigasi wabah ?
2. Apa saja bentuk wabah ?
3. Bagaimana kriteria kerja wabah ?
4. Apa tujuan penyelidikan wabah ?
5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam investigasi wabah ?
6. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan investigasi wabah ?
7. Bagaimana cara penanggulangan penyebaran wabah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian wabah dan investigasi wabah
2. Untuk mengetahui bentuk wabah
3. Untuk mengetahui kriteria kerja wabah
4. Untuk mengetahui tujuan penyelidikan wabah
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam investigasi wabah
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan investigasi wabah
7. Untuk mengetahui cara penanggulangan penyebaran wabah
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Wabah dan Investigasi Wabah


Secara umum Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit
melebihi dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang
diberikan mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya :
1. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989 ).
2. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit ( depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).
3. Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (
Benenson : 1985 )
5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa ( Last : 1981 )

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan
RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989). Dengan pengertian diatas di
kehendaki agar wabah dapat segara ditetapkan apabila ditemukan suatu
penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut
belum menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam
masyarakat.
2.2 Bentuk Wabah
Seperti yang telah dijelaskan di atas pengertian wabah dalam
epidemiologi moderen pada saat ini lebih di tekankan pada konsep
prevalensi yang berlebihan dan tidak selalu menyangkut penyakit menular,
walaupun demikian sesuai dengan prioritas permasalahan kesehatan di
Indonesia, yang dimaksud dengan wabah dalam pengertian oleh
Departemen Kesehatan RI hampir selalu adalah wabah penyakit menular.
Dibawa ini pembagian wabah menurut sifatnya :
1. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu :
1) Common Source Epidemic
Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh
terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara
menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat. Adapun
common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa
pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara
terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara
satu kasus dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan
jam, tidak ada angka serangan kedua.
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit
berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat (point
source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/ kejadian
berkembang hanya dalam satu masa tunas saja Point source
epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab
bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti
adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara
terbuka.
2) Propagated / Progresive Epidemic
Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang
sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama
pula. Propagated atauprogresif epidemik terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui
vektor, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi
oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota
masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk
setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada
batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih
memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas
adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa masa
epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah
penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat di mana jumlah
masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal.
Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat
yang dalam penyebarannya memerlukan waktu yang lama,
dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu
penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang
berupa nyamuk Aides Aigepty.
2. Berdasarkan Cara Transmisinya
Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas :
1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common
vehicle epidemics), yaitu:
a Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya
Salmonellosis.
b Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di
laboratorium).
c Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis
serum.
2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke
pejamu (epidemics propagated by serial transfer from host to
host), yaitu :
a Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral
(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya.
b Penjalaran melalui debu.
c Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).
2.2.1 Ruang Lingkup Wabah
1. Outbreak
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita sutau
penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai
hubungan satu sama lain.
2. Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu derah tertentu dalam
waktu yang singkat frekwensinya meningkat.

3. Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit), frekwensinya pada wilayah tertentu menetap dalam
waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara
normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

2.3 Kriteria Kerja Wabah


Kepala wilayah atau daerah setempat yang mengetahui adanya
tersangka wabah (KJB penyakit menular) diwilayahnya atau tersangka
penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera
melakukan tindakan–tindakan penanggulangan seperlunya, dengan
bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah
(UU No. 4 dan PerMenKes 560/ MenKes/ Per/ VIII/ 1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila
memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak
dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus–menerus selama
tiga kurun waktu berturut– turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian, dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata–rata perbulan dalam
tahun sebelumnya.
5. Angka rata–rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata–rata perbulan
dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan
CFR dari periode sebelumnya
7. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan periode,
8. Kurun waktu atau tahun sebelumnya.
9. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean
demam berdarah dengue.
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode
empat minggu
c. Sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.
10. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau
lebih sebagai KLB.
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
11. Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu
ditangani seperti penyakit poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus
dianggap KLB dan perlu penanganan khusus. Peningkatan jumlah
kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah
(pseudo epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena
a. Perubahan cara pencatatan
b. Ada cara – cara dignosis baru
c. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d. Ada penyakit lain dengan gejala sama
e. Jumlah penduduk bertambah
2.4 Tujuan Penyelidikan Wabah
Tujuan diadakannya penyelidikan wabah sesuai dengan kebutuhan
penyelidikan wabah, misalnya etiologinya sudah ditemukan, maka
penyelidikan tidak diarahkan pada upaya penegakan diagnosis tetapi lebih
diarahkan untuk mnemukan sumber dan cara penyebarannya. Laporan
penyelidikan pertama selalu menjelaskan kapasitas adanya kejadian
tersebut dan penegakkan etiologinya serta besarnya masalah pada saat
penyelidikan berlangsung.
Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan antara lain
sebagai berikut :
1. Desain penyelidikan, apabila terdapat beberapa sasaran dan beberapa
desai penyelidikan perlu dijelaskan dengan sistematis.
2. Daerah penyelidikan, populasi, dan sampel penyelidikan.
3. Cara mendapatkan dan mengolah data primer dan sekunder.
4. Cara melakukan analisis.

Tujuan utama investigasi wabah (Weber,dkk dalam Thomas dan Weber,


2001; CDC, 1992) :

1. Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan reservoir dari wabah.


2. Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi
wabah.
3. Mengembangkan kebijakan untuk mencegah wabah di masa
mendatang.

1. Tujuan umum penyelidikan wabah


a. Upaya penanggulangan dan pencegahan
b. Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )
c. Penelitian
d. Pelatihan
e. Menjawab keingintahuan masyarakat
f. Pertimbangan program
g. Kepentingan politik dan hukum
h. Kesadaran masyarakat
2. Tujuan khusus penyelidikan wabah
a. Memastikan diagnose
b. Memastikan bahwa terjadi wabah
c. Mengidentifikasi penyebab wabah
d. Mengidentifikasi sumber penyebab
e. Rekomendasi :cepat dan tepat
f. Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode
wabah, serta tempat terjadinya wabah ( variabel orang, waktu dan
tempat ).

2.5 Prinsip –prinsip Dalam Melakukan Investigasi Wabah


Prinsip-prinsip dasar investigasi wabah ( Thomas dan Weber, 2001) :
1. Bersifat dinamis dan dapat dilaksanakan secara simultan.
2. Komunikasi antara berbagai pihak
3. Penerapan prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik.
4. Data atau informasi harus direkam atau dicatat secara teliti dan
hati-hati.
5. Tinjau (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan
berdasarkan keputusan ilmiah yang relevan.
6. Berpikir terbuka terhadap berbagai kemungkinan sumber KLB atau
wabah yang belum terungkap.
Susunan laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi
tersebut
1. Pendahuluan
2. Latar belakang
3. Uraian tentang penelitian yang di lakukan
4. Hasil penelitian
5. Analisis data dan kesimpulan
6. Tindakan penanggulangan
7. Dampak-dampak penting
8. Saran rekomendasi
2.6 Langkah-Langkah dalam Melakukan Investigasi Wabah
Langkah melakukan investigasi wabah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan yang sistemik yang terdiri dari:
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:
b. Investigasi : Pengetahuan ilmiah perlengkapan
dan alat.
c. Administrasi : Prosedur administrasi termasuk
izin dan pengaturan perjalanan.
d. Konsultasi : Peran masing-masing petugas
yang turun kelapangan.

2. Pemastian Adanya Wabah


Dalam mementukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah
beberapa minggu atau bulan sebelumnya.
b) Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui
jumlah yang diharapkan.
c) Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya.
1. Catatan hasil surveilans.
2. Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register,
dan lain-lain.
3. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah
di dekatnya atau data nasional.
4. Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan
kondisi penyakit yang biasanya ada.
d) Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu
wabah) :
1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita.
2. Adanya cara diagnosis baru.
3. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat.
4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa.
5. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.
3. Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis
wabah, hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis
dengan patut.
b) Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan.
c) Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi
frekuensi.
d) Kunjungan terhadap satu atau dua penderita.

4. Pembuatan Definisi Kasus


Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat kriteria untuk
menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau
tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed),
mungkin (probable), meragukan (possible), sensivitasdan spefsifitas.

5. Penemuan dan Penghitungan Kasus


Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan
penyakit dan kejadian yang diteliti di fasilitas kesehatan yang mampu
memberikan diagnosis. Informasi berikut ini dikumpulakan dari setiap
kasus :
a) Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon).
b) Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan).
c) Data klinis.
d) Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit.
e) Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau
memberi umpan balik.
6. Epidemiologi Deskriptif
a. Gambaran waktu berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan
grafik histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini
membantu :
1. Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan
bagaimana kemungkinan kelanjutannya.
2. Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan
penyelidikan pada periode tersebut, bila telah diketahui
penyakit dan masa inkubasinya.
3. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian
mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang
ke orang, atau campuran keduanya.
b. Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan
gambaran grafik berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan
kejadian dengan titik atau symbol tempat tertentu yang
menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut
golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi.
c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik
individu yang ada hubungannya dengan keterpajanan atau
kerentanan terhadapa suatu penyakit. Misalnya karakteristik
inang (umur, jenis kelamin, ras atau suku, status kesehatan)
atau berdasarkan pemaparan (pekerjaan, penggunaan obat-
obatan).
7. Pembuatan Hipotesis
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya
petugas memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit,
cara penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.
a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
1. Apa reservoir utama agen penyakitnya?
2. Bagaimana cara penularannya?
3. Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
4. Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b. Wawancara dengan beberapa penderita.
c. Mengumpulkan beberapa penderita mencari kesamaan
pemaparan.
d. Kunjungan rumah penderita.
e. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat.
f. Epidemiologi diskriptif.
8. Penilaian Hipotesis
1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada,
2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan
hubungan dan menyelidiki peran kebetulan,
3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.
9. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini:
1. Penelitian Epidemiologi (epidemiologi analitik).
2. Penelitian Laboratorium (pemeriksaan serum) dan Lingkungan
(pemeriksaan tempat pembuangan tinja).
10. Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya
penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber
wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada
mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya
pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya,
atau reservoirnya.
11. Penyampaian Hasil Penyelidikan
Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama
Laporan lisan pada pejabat setempat dilakukan di hadapan pejabat
setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan
pencegahan dan yang kedua laporan tertulis. Penyampaian
penyelidikan diantaranya:
a. Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang
tepat dan beralasan.
b. Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah:
simpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara
ilmiah.
c. Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis,
bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar
belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran).
d. Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan.
e. Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal,
dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama
di masa datang.

2.7 Penanggulangan Penyebaran Wabah


Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan
kegiatan untuk mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap
tanggap atau waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi
terjadi wabah secara mingguan. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan
kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.
I. Menurut Pasal 5 ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah meliputi:
1. penyelidikan epidemiologis.
2. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina.
3. pencegahan dan pengebalan.
4. pemusnahan penyebab penyakit.
5. penanganan jenazah akibat wabah.
6. penyuluhan kepada masyarakat.
7. upaya penanggulangan lainnya.
II. Penjelasan Pasal 5 Ayat (1)
Upaya penanggulangan wabah mempunyai 2 (dua) tujuan pokok
yaitu :
1. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan.
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita
tidak bertambah banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Upaya penanggulangan wabah di suatu daerah wabah haruslah
dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat
antara lain : agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial
ekonomi, serta perkembangan masyarakat.
Dengan memperhatikan hal hal tersebut diharapkan upaya
penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat,
malah melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif
edukatif, diharapkan masyarakat akan memberikan bantuannya, dan
ikut serta secara aktif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai perlu
dilakukan beberapa tindakan, yakni:
a. Penyelidikan epidemiologis, yaitu melakukan penyelidikan
untuk mengenal sifat sifat penyebabnya serta faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan adanya
penyelidikan tersebut, maka dapat dilakukan tindakan
tindakan penanggulangan yang paling berdaya guna dan
berhasil guna oleh pihak yang berwajib dan atau yang
berwenang. Dengan demikian wabah dapat ditanggulangi
dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat
dicegah dan jumlah korban dapat ditekan serendah-
rendahnya.
b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina adalah tindakan tindakan yang
dilakukan terhadap penderita dengan tujuan:
1. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar
sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi
sumber penularan;
2. Menemukan dan mengobati orang yang nampaknya
sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga
secara potential dapat menularkan penyakit (carrier).
c. Pencegahan dan pengebalan adalah tindakan tindakan yang
dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang orang
yang belum sakit, akan tetapi mempunyai risiko untuk terkena
penyakit.
d. Yang dimaksud dengan penyebab penyakit adalah bibit
penyakit yakni bakteri, virus, dan lain lainnya yang
menyebabkan penyakit. Dalam pemusnahan penyebab
penyakit, kadang kadang harus dilakukan pemusnahan
terhadap benda benda, tempat tempat dan lain lain yang
mengandung kehidupan penyebab penyakit yang
bersangkutan, misalnya sarang berkembang biak nyamuk,
sarang tikus, dan lain lain
e. Penanganan jenazah apabila kematiannya disebabkan oleh
penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah tersebut
merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah
harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya
tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai
manusia.
f. Penyuluhan kepada masyarakat adalah kegiatan komunikasi
yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat
menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat sifat
penyakit, sehingga dengan demikian dapat melindungi diri
dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menular
kepada orang lain. Selain dari pada itu penyuluhan dilakukan
agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam
menanggulangi wabah.
g. Upaya penanggulangan lainnya adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, yakni
bahwa untuk masing masing penyakit dilakukan tindakan
tindakan khusus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi dari normal
(kejadian yang biasa terjadi). langkah – langkah investigasi wabah dapat
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan invetigasi di lapangan,
Pemastian adanya Wabah, Pemastian diagnostik, Pembuatan definisi
kasus, Penemuan dan Perhitungan kasus, epidemiologi deskriptif,
pembuatan hipotesis, Penilaian hipotesis, Perbaikan hipotesis,
Pengendalian dan Pencegahan. Penyampaian hasil penyelidikan.
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan
penanggulangan wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi wabah. Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. RinekaCipta.


Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
BukuKedokteran EGC.
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan KesehatanKomunitas. Jakarta: SalembaMedika.
Maulani, Novie Sri. 2010. “Kejadian Luar Biasa”, Catatan Kuliah. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES HAKLI Semarang.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Jakarta: (tidak diterbitkan).
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip Prinsip Dasar.
Jakarta: PT. RinekaCipta.
Pickett, George.,dan John J Hanlon. 2009. KesehatanMasyarakat :Administrasi dan
Praktik, Edisi 9. Jakarta: BukuKedokteran EGC.
Reingold , Arthur L. 1998. “Outbreak Investigations—A Perspective”. Emerging
Infectious Diseases.Vol. 4, No. 1 : 21-27.
Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wuryanto, M.Arie. “Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang)”. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. Vol. 4 No. 1: 68- 54
DepartemenKesehatan RI. 2006. Buku Saku Bidan Poskesdes untuk Mewujudkan
DesaSiaga. Jakarta. Anonim. 2012. Bab5- Wabah. Tersedia dalam (
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab5-
wabah.pdf).
Wibowo, Trisna Agung. 2008. Investigasi wabah.

Wuryanto, Ari. Handout Materi Penyelidikan Wabah Fakultas Kesehatan Masyarakat

PERMENKES No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Sistem Kewaspadaan Dini KLB

Lolipopsri.2012. Makalah Epidemiologi Konsep Investigasi Wabah (online)

Anda mungkin juga menyukai