Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan menurut badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
social. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
sehingga rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan karena perubahan berbagai macam dalam struktur, fungsi, sel dan jaringan
serta sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa tidak lagi memberikan
banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering
sekali dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek
social, penduduk lansia merupakan satu kelompok social sendiri.
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang
berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan
kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama.
Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun
mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada
saat usia yang berbeda-beda.
Meningkatnya populasi usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka usaha mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif (UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 19 tentang Kesehatan.
Menurut Susenas (2012), usia harapan hidup lanjut usia pada tahun 2000 adalah 64,5

1
tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011
menjadi 69,65 tahun. Menurut Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten
Sleman tahun 2014, usia harapan hidup lanjut usia di Yogyakarta mencapai 74 tahun dan
untuk Kabupaten Sleman mencapai 2 76,08 tahun (laki-laki 73,46 tahun dan perempuan
77,12 tahun), yang menjadi angka harapan hidup tertinggi nasional.
Meningkatnya jumlah lanjut usia dan umur harapan hidup berdampak besar terhadap
kesehatan masyarakat, terlebih dengan perubahan-perubahan yang dialami lanjut usia dari
berbagai sistem tubuh, baik dari segi fisik, psikologis, sosial dan spiritual (Wirahardja
dan Satya, 2014). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi
mengenai trend dan issue tentang lanjut usia, serta dasar hukum pelayanan untuk lanjut
usia sehingga dapat memahami masalah-masalah yang dialami lanjut usia dewasa ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari lanjut usia ?
2. Bagaimana konsep trend dan isu tentang lanjut usia ?
3. Apa saja contoh dari isu keperawatan gerontik terkini ?

C. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini dibagi menjadi 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus :
 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu memahami
tentang isu keperawatan pada lanjut usia.
 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatah makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang definisi lanjut usia.
2. Untuk mengetahui tentang konsep trend dan isu pada lanjut usia.
3. Untuk mengetahui tentang isu keperawatan gerontik terkini.

2
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah dengan bahasan utama mengenai isu keperawatan pada lansia terdiri dari
tiga sub-bab secara garis besar yang terdiri atas bab pertama yang membahas mengenai
pendahuluan, bab kedua membahas mengenai tinjauan teori, dan bab terakhir sebagai
penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang membahas mengenai
isu keperawatan pada lansia secara garis besar dan secara perlahan bahasan dipersempit
dan dipaparkan pada Rumusan Masalah dengan memberikan pertanyaan seputar rumusan
permasalahan sesuai dengan RPS. Dilanjutkan dengan tujuan pembahasan yang
memaparkan pembahasan lebih spesifik.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori yang berisi bahasan
secara mendetail mengenai isu keperawatan pada lanjut usia.
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas mengenai
kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai isu keperawatan pada lanjut usia dan
dilanjutkan dengan saran sebagai pembangun dalam pembuatan makalah di kemudian
hari.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN LANJUT USIA (LANSIA)

Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut
organisasi kesehatan dunia, WHO seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-
74 tahun. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar Universitas
Gajah Mada Fakultas Kedokteran usia 65 tahun keatas disebut masa lanjut usia atau
senium.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup dan kepekaan secara individual. Selain pengertian lansia secara umum
diatas, terdapat juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli.
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang
dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan
memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun
preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia.
Selain pengertian tadi, ada juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli.
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut beberapa ahli:

1. Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu:young
old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
2. Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari
65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old);
dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
4
4. Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun.
5. Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika
usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

B. TREND DAN ISU KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat
ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang
sedang di bicarakan oleh banyak orang saat itu dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktannya atau buktinya.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak
orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak,
trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan. Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan
orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu
tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.
Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2002
menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan
Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada
tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber,1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia
berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan
diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat itu lansia akan melebihi jumlah
populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik

5
menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah
anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara
dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup
penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun
pada tahun 2000. Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia
perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai
tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna
Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama
(sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
lansia.

Masalah Kesehatan Gerontik

1. Masalah kehidupan sexual


Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-
tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik
dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya:
daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan
merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,

6
lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya
menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena
poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin
diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi
volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien
yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan.
Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan
utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada
lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson,
1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat
dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini
tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit
untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan
yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :

 Bingung
 Lemah ingatan
 Penglihatan berkurang

7
 Tidak bias memegang
 Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan

6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang
dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan


jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life,
dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan
(care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add
Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut
usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag
sebagai berikut :

 Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)


 Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
 Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
 Lansia turut memilih kebijakan (choice)
 Memberikan perawatan di rumah (home care)
 Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
 Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
 Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
 Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

8
 Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and
family care)

3. Jenis pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu
Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.

 Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk


meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan
bagi lansia sebagai berikut :
a Mengurangi cedera
b Meningkatkan keamanan di tempat kerja
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
a Menibgkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
b Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

 Preventif

1. Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan


primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan
di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang
tepat.
2. Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi
dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear,
gigi, mulut.
3. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat.
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi

9
rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota
badan yang masih bnerfungsi

 Rehabilitatif

Prinsip dari rehabilitatif :


1. Pertahankan lingkungan aman
2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan
5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasi
11. Mendorong pelaksanaan tugas

C. ISU KEPERAWATAN GERONTIK TERKINI

a. Pentingnya Fasilitas Kesehatan yang Ramah Lansia


Fasilitas pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan yang
ramah lansia berarti menyediakan tempat pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan lansia.Lansia didefinisikan sebagai orang yang memiliki usia >60 tahun.
Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menjadi 32.1%
pada tahun 2100, dari sebelumnya di tahun 2011 yaitu 7.58%.

Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan beberapa masalah


kesehatan yang dialami oleh lansia tersebut. Salah satu permasalahan yang

10
sangat mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan,
hal ini ditunjukkan oleh masalah penyakit yang muncul pada lansia.
Berdasarkan riset kesehatan dasar, tiga penyakit terbanyak pada lansia antara
lain darah tinggi, nyeri pada sendi, dan stroke. Penyakit tersebut dapat
memperbesar risiko jatuh lansia yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka
kesakitan lansia.

Tiga tempat yang paling banyak didatangi oleh penduduk lansia untuk
berobat jalan adalah praktek tenaga kesehatan (rumah sakit), praktek
dokter/poliklinik, dan puskesmas sebesar. Banyaknya lansia yang memilih
berobat ke pelayanan kesehatan menjadikan isu yang perlu diperhatikan terkait
fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah terhadap lansia.

Kebijakan terkait fasilitas kesehatan yang ramah lansia sudah tertuang


dalam UU No 36 Tahun 2009 Pasal 138 ayat 2 (DPR RI, 2009). Namun dalam
implementasinya dirasa belum optimal dan belum memihak pada lansia.
Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia belum dibahas
khusus dalam undang-undang tersebut. Sejauh ini, fasilitas pelayanan kesehatan
yang ramah lansia belum menjadi isu khusus untuk di bahas lebih lanjut.
Program penyediaan fasilitas kesehatan yang ramah lansia sangat bermanfaat
bagi lansia dalam menerima hak nya mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dan aman.

Sebagian besar lansia belum mendapatkan akses yang cukup tentang


fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia, terutama di daerah terpencil,
serta masih adanya pemikiran masyarakat yang menganggap isu ini sebagai hal
yang biasa saja, tidak penting. Hal ini disebabkan karena belum adanya
kebijakan khusus program pelayanan kesehatan yang ramah lansia yang
disebabkan pula oleh belum menjadi program prioritas pemerintah.

Amanat Undang-undang RI No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan


Lansia Pasal 5 ayat 1 dan 2 poin b bahwa lansia mempunyai hak yang sama

11
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sebagai
penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial yang salah satunya adalah pelayanan
kesehatan. Undang-undang RI No 36 tahun 2009 Pasal 138 ayat 2 yang
mengatakan Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan No 79 Tahun 2014 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di rumah sakit, mengatur penyelenggaraan
pelayanan geriatri di rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan pasien geriatrik. Peraturan menteri
kesehatan No 25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan
Lansia disebutkan bahwa Pemerintah berkewajiban untuk menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pengembangan
kelompok lanjut usia. Namun, dalam implementasinya, dirasa masih belum
optimal dan belum memihak kepada lansia.

Adanya tuntutan masyarakat peduli lansia tentang pentingnya kebutuhan


akan program fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia, dimana hal ini
sudah mulai menjadi perhatian publik dan merupakan isu kebijakan yang
mendesak, termasuk kebutuhan untuk meninjau ulang Undang-undang tentang
kesehatan, terutama lansia dan merevisinya untuk memastikan didalam
pelayanan kesehatan umum terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah
lansia.

Alternatif pilihan kebijakan pertama adalah membuat peraturan turunan


dari PMK No 25 tahun 2016 tentang RAN kesehatan lansia, yang secara khusus
mengatur tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ramah lansia. Kelebihan
dari alternatif kebijakan ini adalah tersedianya regulasi yang adekuat untuk
membuat fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan lansia. Kelemahan
dari alternatif strategi ini adalah rumah sakit sebagai tempat penyedia fasilitas

12
pelayanan kesehatan membutuhkan dana yang cukup besar untuk mendesain
kembali sarana dan prasarana rumah sakitnya sesuai dengan lansia.

Alternatif pilihan kebijakan kedua adalah membuat pedoman pelaksanaan


program fasilitas kesehatan yang ramah lansia, khususnya terkait sarana dan
prasarana rumah sakit yang sesuai dengan lansia agar dapat dijadikan acuan
dalam mendesain pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisi lansia.
Kekurangan dari pembuatan pedoman ini adalah diperlukannya sosialisasi yang
adekuat kepada seluruh pelayanan kesehatan agar mampu mengaplikasikan isi
dari pedoman tersebut. Pedoman juga harus dibuat oleh berbagai pihak agar
dalam pelaksanaannya mudah di aplikasikan oleh seluruh pelayanan kesehatan
yang ada.

Usulan rekomendasi ini ditujukan kepada kementerian terkait yaitu


Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial, serta rumah sakit, baik milik
pemerintah atau milik perorangan. Rekomendasi dan alternatif kebijakan yang
diajukan diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada pada lansia,
khususnya keamanan dan keselamatan lansia.

b. RS belum Optimal Tangani Lansia

JAKARTA (HN) Pelayanan kesehatan terhadap kaum lanjut usia (lansia)


dinilai krusial seiring peningkatan usia harapan hidup (UHH) di Indonesia.
Namun, belum semua rumah sakit (RS) di Indonesia memiliki tenaga kesehatan
(nakes) yang fokus kepada penanganan pasien geriatri atau penyakit yang
berkaitan dengan kondisi-kondisi fisiologis lansia

"Saat ini, dari 2.813 RS di Indonesia, baru 88 RS yang memiliki tim terpadu
pelayanan geriatri," kata Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi
Medik Indonesia (PERGEMI) Siti Setiati dalam diskusi di Kantor Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) Jakarta, Kamis (4/7).

13
Data Kemenkes, jumlah lansia pada 2019 adalah 25,9 juta jiwa atau 9,7 persen
dari total penduduk Indonesia. Pada 2020 mendatang, jumlah lansia di Tanah
Air diprediksi akan berjumlah 27, 1 juta jiwa atau 9,99 persen. Tahun 2035,
lansia mencapai 48,2 juta jiwa.

Menurut Siti, konsultan geriatri di Indonesia baru mencapai 70 orang. Setiap


peserta harus melewati sejumlah tahap agar bisa menangani lansia yang
memiliki masalah terkait kesehatan. Salah satunya menyangkut keharusan
konsultan geriatri mempelajari dan memahami tentang penyakit dalam.

"Kami mengajak para internis atau ahli penyakit dalam bersedia dilatih menjadi
konsultan," ujar Siti.

Dia menambahkan, organisasi tempatnya bergabung juga telah melatih 100


puskesmas, sebagai upaya memantapkan kemampuan pelayanan kepada pasien
geriatri . Pelayanan terhadap lansia harus menyeluruh dan tidak boleh terpaku
pada kondisi fisik pasien geriatri.

"Konsultan geriatri harus memahami keadaan psikologis, kognitif, nutrisi, dan


mental pasien geriatri. Oleh karena itu konsultan geriatri wajib punya
pengetahuan penyakit dalam," ujar Siti.

Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Oscar Primadi mengatakan, grand design atau


desain besar yang dibuat oleh Kemenkes tentang perekrutan tenaga kesehatan
sudah jelas dan lengkap. Kemenkes juga memiliki proses perekrutan aparatur
sipil negara (ASN) untuk tenaga kesehatan di daeah.

"Kami mengirim tenaga yang berbasis tim, misalnya program Nusantara Sehat
berbasis tim dan petugas khusus Nusantara Sehat untuk pemenuhan tenaga
kesehatan di daerah terpencil," kata Oscar.

14
Dia mengharapkan, daerah memiliki inovasi-inovasi dalam dalam dunia
kesehatan. Pasalnya, Kemenkes tidak bisa membuat program yang mencakup
kebutuhan semua daerah di Indonesia.

"Misalkan dalam konteks program lansia, Kemenkes punya rencana aksi


nasional. Pemerintah diharapkan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan di
daerahnya, termasuk melihat keadaan geografis, juga sosial kultural," kata
Oscar.

Dia meyakini efektivitas pelayanan kesehatan kepada lansia akan lebih mudah
apabila program yang dibuat pemerintah bisa didekatkan kepada masyarakat
sesuai kearifan lokal di setiap daerah.

"Daerah juga harus berupaya menjaga agar tenaga kesehatan betah atau nyaman
bekerja dengan jangka waktu yang lama di tempat mereka bekerja. Walaupun
kami sudah banyak menempatkan tenaga kesehatan di daerah, menjadi sia-sia
jika mereka tidak betah," ujarnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan
kondisi stres fisiologisnya. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak orang saat itu dan kejadiannya berdasarkan fakta. Sedangkan issu adalah
suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada
masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banyak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut
menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

B.SARAN

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang isu keperawatan pada lanjut usia. Dan harapan penulis makalah
ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Artasari, Ratih. Trend dan isue tentang lansia. 2016. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/364566456/Makalah-Trend-Dan-Issue-Tentang-
Lansia
Berita RS belum optimal tangani lansia. Diakses dari
http://www.harnas.co/2019/07/04/rs-belum-optimal-tangani-lansia
Hanniedi, Ridwan. Trend Isu Keperawatan Laansia. 2017. Diakses dari
https://www.academia.edu/8602418/TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_LANSIA
Irma, Suci. Trend dan Isu Keperawatan Gerontik. 2017. Diakses dari
https://www.academia.edu/15311174/Trend_dan_Isu_keperawatan_gerontik

17

Anda mungkin juga menyukai