Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINAJAUAN TEORITIS


2.1.1 Defenisi
Isolasi social menarik diri adalah keadaan dimana seorang individu
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu menarik
dengan orang lain di sekitarnya, paien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain ( Purba, J.M. dkk, 2009 )
Menarik diri adalah perubahan untuk mengihindari interaksi dengan
orang lain menghindari hubungan dengan orang lain ( Mastiur, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang karena
orang lain mengatakan sikap yang negative dan mengancam.
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain ( Lantumenten, 2010 ).

2.1.2 Rentang Respon Neurologis

Rentang Adaptif Rentang Maladaftif

Menyendiri Manipulasi
Otonomi Imupulsif
Bekerja sama Mengembangkan diri
Saling tergantung

Merasa sendiri
Menarik diri
Tergantung pada
Orang lain

1
Gangguan berhubungan yang sering ditemui:
1. Menarik diri terjadi apabila sulit atau tidak dapat mempertahankan hubungan
yang intim,
2. Tergantung, terjadi apabila individu sangat tergantung pada orang lain,
3. Manipulasi, terdapat apabila individu gagal mengembangkan rasa pecaya
dengan orang lain,
4. Curiga terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa percaya diri denga
orang lain,
5. Gangguan berkomunikasi terjadi karena adanya bentuk komunikasi verbal
yang bertentangan,
6. Kesepian terjadi karena individu merasa sulit untuk merasakan ke intiman bila
berhubungan dengan orang lain.

2.1.3 Klasifikasi
Gangguan hubungan social terdiri atas :
1. Isolasi sosoal ialah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai hal
suatu keadaan negative yang mengancam. Karateristik tinggal sendiri dalam
ruangan, menarik diri kurangnya kontak mata dan lain-lain.
2. Kerusakan interaksi sosial ialah suatu keadaan dimana individu
berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan /
kualitas interaksi social yang tidak efektif. Karateristik : menampakkan
ketidaknyaman dalam situasi-situasi sosial, disfungsi interaksi dengan rekan
sebaya, dan lain-lain.

2.1.4 Proses terjadinya isolasi social : menarik diri

Menusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan baik, namun


ada individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan
persoalan yang dihadapi, bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan
yang dialami. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan
tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami

2
berbagai macam gangguan mental, diantaranya isolasi social : menarik diri
( Nurseely, 2009 ).
2.1.5 Kareteristik perilaku
Adapun karateristik perilaku yang didapatkan pada perilaku menarik diri
adalah :
1. Gangguan pola makan, tidak nafsu makan, ( nafsu makan berlebihan)
2. Berat badan menurun atau meningkat drastis
3. Kemunduran fisik
4. Tidur berlebihan
5. Tinggal dalam tempat tidur.
6. Kurang bergairah
7. Tidak memperdulikan lingkungan
8. Kegiatan menurun
9. Imobilisi
10. Mondar-mandir / sikap menentang, melakukan kegiatan secara berulang.
11. Keinginan seksual menurun. ( Muhammad Ikhsan, 2009 )

2.1.6 Hubungan skizoprenia dengan isolasi social


Skizoprenia ialah suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun
timbul hilang dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Skizoprenia
memeiliki beberapa jenis, diantaranya skizoperenia paranoid dengan cirri-ciri
waham yang sistematis atau halusinasi pendengaran penuh curiga, kasar dan
agresif. Skizoprenia hebefrenik ciri-ciri utamanya perilaku yang aneh, efek yang
datar/tidak tepat, skizoprenia katatonik ciri-ciri utamanya waham, halusinasi,
perilaku yang kacau. Skizoprenia residu ciri-ciri utama tidak ada gejala-gejala
negative seperti isolasi social yang nyata, menarik diri, dan gangguan fungsi
peran.

Sehingga disimpulkan isolasi social termasuk dalam kategori skizoprenia


residu, karena ciri-ciri utamnya ialah social ( Murlyanna Cellyn, 2008)

2.1.7 Penatalaksanaan medis pada isolasi social


Adapun terapi yang digunakan untuk penderita gangguan jiwa skizoprenia
adalah sebagai beriut :

1. Psikfarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu memenuhi syarat sebagai
berikut:

3
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizoprenia.
d. Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
e. Tidak menyebabkan kantuk
f. Memperbaiki pola tidur.
g. Tidak mnyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h. Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
golongan generasi pertama ( typical) dan golongan kedua ( atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidon, Olozapine,
Quentiapne, Glanzapine, Zotatine dan Aripiprazole.

2. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
latihan bersama.

3. Terapi kejang listrik ( Electro Convulsive Therapy )


ECT adalah pengobatan yang menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizoprenia yang
tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.

4. Terapi modalitas
Terapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizoperenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.

4
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan memenuhi diri sendri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
skizoprendia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.

5. Terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas kelompok Dibagi 4 yaitu kelompok stimulasi,
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan isolasi social menarik
diri adalah terapi aktivitas kelompok sosialisai (Denny, 2010)

2.2 TINAJAUAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
Beberapa factor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi social
adalah sebagai berikut :
1. Factor perkembangan
Setiap tahap tumbang memiliki tugas yang harus dilalui oleh individu
dengan sukses, karena jika tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah
tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalani hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih
sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah
laku curiga pada orang lain maupun lingkungannya dikemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.

2. Factor komunikasi dalam keluarga

5
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1. Sikap bermusuhan / hostilitas
2. Sikap mengancam, merendahkan, dan menjelek-jelekkan anak
3. Sikap mengkritik, meyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya, tidak pernah memberi pujian atas
keberhasilan anak.
4. Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicara anak, hubungan yang kaku antar anggota keluarga, kurang
tegur sapa, komunikasi kurang terbuka terutama dalam pemecahan
masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah
5. Ekspresi emosi yang tinggi, orang tua/anggota keluarga sering
berteriak, marah untuk persoalan sepele, sering menggunakan
kekerasan fisik untuk mengatasi masalah.
6. Double bind
7. Dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang akan
membuat anak bingung dan kecemasannya meningkat.
a. Hadirnya dua orang/lebih,salah satu selalu menjadi korban
b. Pesan yang diulang akan mengurangi rasa percaya pada orang lain
dan dapat menghambat hubungan yang intim.
c. A. “Primary negative injuction” merupakan person pertama yang
digambarkan individu sebagai hukuman yang berisikan kebencian,
kemarahan atau tidak mencintai dirinya lagi.
d. A “ second injuction” terjadi konflik akibat pesan yang
dipersepsikan individu sebagai hukuman yang diekspresikan
secara non verbal seperti mengabaikan atau mengacuhkan.
e. A “ tertiary negative injuction “ merupakan hukuman yang
digambarkan individu bahwa ia tidak dapat keluar atau melarikan
diri dari masalah tersebut.

3. Faktor social budaya


Isolasi social / mengasingkan diri dari lingkungan merupakan factor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh
karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.

4. Faktor biologis

6
Genetika merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa. Insidensi
tertinggi skizopernia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga
menderita skizopernia.

B. Faktor Presipitasi
Steressor presipitasi terjadinya isolasi social dapat ditimbulkan oleh
factor internal maupun eksternal meliputi :

1. Stressor social budaya


Stressor social budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah,
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan ketika usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di RS atau dipenjara. Semua ini dapat
menimbulkan isolasi social.

2. Stressor biokimia
a. Teori dopamine
Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizoprenia.
b. Menurunnya MAO ( Mono Amino Oxidase ) di dalam darah akan
meningkatkan jumlah dopamine dalam otak
c. Factor endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizoprenia.
Demikian juga prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamine.
d. Viral hipotesis
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya virus HIV yang dapat mengubah struktur sel-sel otak.

3. Stressor biologic
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizoprenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

4. Stressor psikologik

7
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
extrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik. (Putba, J.M. dkk 2009)

2.2.2 Diagnosa keperawatan


1. Isolasi social
2. Harga diri rendah
3. Intoleransi menarik verbal
4. Kerusakan komunitas verbal
5. Resiko tinggi terjadinya kekerasan
6. Halusinasi pendengaran

(http://askepjiwa.2009)

2.2.3 Rencana Keperawatan


Strategi pertemuan pada pasien keluarga
No. Kemampuan / Kompetisi
A Kemampuan Merawat Pasien
SP 1 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi ( teman yang disukai yang
tidak disukai, alasan )
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berkenalan degan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
B Kemampuan Merawat Keluarga
SP 1 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

8
pasien isolasi social
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi social yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social ( cara
berkenalan dengan orang lain )
SP 2 1. Melatih keluarga memperaktekkan cara merawat pasien dengan
isolasi social
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien isolasi social
SP 3 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat.
2. Menjelaskan follow up pasien dan rujukan

2.2.4 Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan utama untuk pasien meliputi:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu menyadari penyebab isolasi social
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan
saling percaya ialah:
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien, perkenalkan nama, dan
menanyakkan nama pasien
c. Menanyakkan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d. Buat kontrak asuhan : apa akan dilakukan, waktu tempat
yang jelas.
e. Menunjukkan sikap empati terhadap pasien.
2. Tindakan pasien menyadari perilaku isolasi social
Agar pasien menyadari bahwa perilaku isolasi perlu diatasi
maka hal yang pertama dilakukan ialah menyadarkan pasien
bahwa isolasi social merupakan masalah dan perlu diatasi.
Berikut langkah-langkah keperawatan yang dapar digunakan:
a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasan berinteraksi
dengan orang lain

9
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
c. Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien
3. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap. Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi
dapat dilakukan dengan cara :
a. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan klien mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat
d. Mulailah bantu pasien berinteraksi denga satu orang
e. Bila ada kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua
orang dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien
g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain.

Melatih pasien berinteraksi secara bertahap


Fase Orientasi
“Selamat pagi pak ! bagaimana perasaan bapak pagi ini? Masih ada untungnya
bergaul dengan orang lain yang belum kita bicarakn? Bagaimana kerugiannya? Masih
ada? Bagus sekali. Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai
berhubungan dengan orang lain. Kita akan belajar berapa lama? Mau dimana bapak?”
Fase Kerja
“ Begini pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita sukai. Contohnya nama kamu siapa? Senang dipanggil apa?

10
Ayo bapak coba. Misalnya saya belum kenal dengan bapak, coba bapak berkenalan
dengan saya ya bagus sekali. Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak
bisa melanjutkan percakapn tentang hal-hal yang menyenangkan bapak. Miusalnya
tentang hobi, keluarga, dan lain-lain.”
Fase Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah latihan berkenalan ini? Cob bapak peragakan lagi
cara berkenalan dengan orang lain. Dalam seminggu ini, coba bapak bercakap-cakap
dengan pasien lain di ruangan ini yang selama ini bapak belum kenal. Mau bercakap-
cakap dengan berapa orang? Mari kita buat jadwalnya. Minggu depan saya kemari
lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman bapak bercakap-cakap
dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topic tertentu.
Waktunya seperti sekarang ini saja ya dan tempatnya disini saja bapak setujukan?
Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, selamat pagi pak.”

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a. Tujuan untuk keluarga adalah :
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
isolasi social di rumah.
b. Tindakan keperawatan :
Melatih keluarga merawat pasien isolasi social.
Keluarga merupakan system pendukung utama bagi klien
untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi social.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui 3
tahap :
Tahap I : menjelaskan tentang :
1) Masalah social dan dampaknya bagi pasien
2) Penyebab isolasi social
3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi
masalah isolasi sosial
4) Pengobatan yang berkelanjutan
5) Tempat rujukan dan fasilitas yang tersedia bagi
pasien.

Tahap II : memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien

11
Tahap II : memberi kesempatan kepada keluarga untuk
memperaktekkan cara berkomunikasi dengan klien

Pendidikan kesehatan keluarga


Dari strategi pertemuan pada keluarga
Pertemuan I : mejelaskan masalah pasien
Fase Orientasi
“ Selamat pagi ibu. Saya perawat yang merawat anak ibu. Bagaimana perasaan ibu
hari ini? Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan
orang lain yang dialami oleh anak ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi disini saja
ya? Berapa lama ibu punya waktu? Bagaimana kalau satu jam?”
Fase Kerja
“Masalah yang dialami oleh anak ibu disebut isolasi social. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lainnya.
Apabila masalah ini tidak diatasi maka pasien bias mengalami halusinasi, yaitu
mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Untuk
menghadapinya harus bersabar. Pertama keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan pasien yang caranya adalah bersikap peduli dengan pasien dan jangan
ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberi semangat dan dorongan kepada pasien
untuk bias melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berikan pujian yang
wajar dan jangan mencela kondisi pasien. Seperti ini cara memberi pujian :
bagus……bagus…..kamu sudah mampu bergaul dengan teman-teman disekitar kamu.
Coba ibu peragakan. Selanjutnya jangan biarkan pasien sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan pasien. Misalnya sholat bersama, rekreasi. Ibu juga
harus menjaga supaya pasien terus minum obat sesuai program. Jangan hentikan obat
tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan”
Fase Terminasi
“ baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap?

12
Coba ibu ulangi lagi cara menangani pasien yang tidak mau bergaul. Selanjutnya
silahkan ibu coba cara yang tadi kita bahas. Minggu depan kita akan diskusi tentang
pengalaman ibu mempraktekkan latihan kita hari ini dan hal-hal lain yang perlu
dilakukan. Saya akan datang jam 10.00 WIB kemari.”

2.1.5 Evaluasi
1. Evaluasi kemampuan pasien
a. Pasien menjelaskan kebiasaan berinteraksi
b. Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain
c. Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
d. Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
e. Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain
f. Pasien berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga
g. Pasien menyampaikan perasaan setelah berinteraksi setelah
berinteraksi dengan oang tua.
h. Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
i. Pasien menggunakan obat dengan patuh
2. Evaluasi kemampuan keluarga
a. Keluarga menyebutkan masalah isolasi social dan akibatnya
b. Keluarga menyebabkan penyebab dan proses terjadinya isolasi
social
c. Keluarga membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
d. Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Pengkajian

13
Tn. S seorang yang tidak mmpunyai pekerjaan tetap berusia 35 tahun,
mempunyai seorang istri tapi sudah bercerai. Klien beragama Kristen Protestan dan
Cuma tamatan SD. Saat ini klien tidak bekerja lagi karena dalam tahap pengobatan.
Klien tinggal di rumah bersama orang tuanya. Orang terdekat klien adalah ibunya.
Klien dirawat di Rumah Sakit Jiwa untuk ketiga kalinya dengan alasan klien suka
menyendiri, kurang banyak bicara, tidur kurang, makan kurang dan tidak mau
mendengar omongan keluarganya. Klien merasa tidak berarti didalam keluarganya
karena klien merasa tidak dihargai oleh adik-adiknya sebagai anak tertua. Selama
pulang, klien tidak rutin minum obat dan tidak beraktivitas seperti biasanya. Selain
itu, klien tidak pernah kontrol dengan rutin. Dari observasi didapat data, selama di
rumah sakit, klien menyendiri dan sering tiduran di tempat tidur. Dari pemeriksaan
fisik pada tanggal 07 s/d 20 September 2011 diperoleh hasil sebagai berikut :
TD : 110/80 mmHg, HR : 80x/I, RR : 20x/I, dan BB : 65 Kg, TB : 165 cm, Temp : 37
C.

Tindakan pengobatan berdasarkan hasil kolaborasi dengan dokter :


Nama Obat Indikasi Efek samping
Clorpromazine1x200 Untuk gangguan sistem saraf Pusing, lesu, Mengantuk mulut
mg pusat yang memerlukan kering, gangguan tidur dan
penenang ruam kulit
Haloperidol 3 x 1 mg Untuk mengontrol Mengantuk, kejang dan tremor
ketegangan halusinasi dan
kecemasan

14
3.2. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1. DS: sebelum masuk / dirawat di RSJ klien Isolasi sosial menarik
mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan diri
dimasyarakat dan klien lebih suka sendiri/mengurus
diri di dalam rumah malas bicara dengan orang lain
DO: Klien tampak suka menyendiri di tempat
tidurnya
2 DS: Klien mengatakan tidak berarti di dalam Harga diri rendah
kekurangannya karena tidak dihargai adik-adiknya
dan semenjak bercerai dengan istrinya
DO: tampak raut wajah klien selalu murung dan raut
wajah yang sedih
3 DS: - Kerusakan/gangguan
DO: Dalam berbicara klien kurang mampu dalam komunikasi verbal
memulai pembicaraan, sulit berbicara, dan hanya
mau bicara jika ditanya saja
4 DS: Klien mengatakan malas beraktivitas atau kerja Intoleransi aktivitas
membantu teman – temannya.
DO: Sering diam ditempat tidur dan makan minum
harus diambilkan / disediakan
5 DS: Klien mengatakan malas mandi dan ganti Defisit perawatan diri
pakaian
DO: Rambut klien tampak kotor, kuku klien panjang
dan kotor, gigi klien kotor dan kulit klien tidak bersih

6 DS: klien mengatakan sudah pernah diopname di Reginun terapentik in


RSJ efektif
DO: data di status klien tampak klien sudah 2 kali
masuk/rawat inap di RSJ Medan

15
7 DS: - Koping individu in
DO: Keluarga jarang mengunjungi klien di rumah efektif
sakit

3.3. Pohon Masalah

Gangguan Komunikasi Verbal Defisit perawatan diri

Isolasi sosial menarik diri Intoleransi Aktivitas

Regimen terapeutik inefektif Harga diri rendah

Koping keluarga inefektif Koping Individu Inefektif

3.4. Daftar Masalah :


- Regimen terapeutik in efektif
- Koping keluarga in efektif
- Harga diri rendah
- Isolasi sosial menarik diri
- Gangguan komunikasi verbal
- Defisit Perawatan diri
- Intoleransi aktivitas
- Koping individu in efektif

3.5. Diagnosa Keperawatan :


Isolasi social : Menarik diri

16
3.6. Asuhan Keperawatan
Diagnosa
N Intervensi
Keperawa Implementasi Keperawatan Evaluasi
o Keperawatan
tan
1 Gangguan Strategi Pertemuan I Sp 1
Isolasi pada pasien 1) Mengidentifikas
sosial adalah sebagai i Penyebab isolasi sosial
: Menarik berikut:
diri 1. Menidentifi Fase Orientasi: S: Klien mengatakan
kasi penyebab Pukul 10.00 – 10.15 wib alasannya kenapa dia
isolasi sosial mau menyendiri
2. Berdiskusi P : “Selamat pagi Pak ?
dengan pasien bagaimana keadaan Bapak O: Klien tampak
tentang hari ini?” mulai mau bergabung
keuntungan K: “Pagi Pak mantri, saya dengan teman –
berinteraksi baik” temannya
dengan orang lain P: ”perkanalkan nama saya
3. Berdiskusi mantri Andra, saya dari A: Masalah teratasi
dengan pasien Medistra Lubuk Pakam yang sebagian dengan
tentang kerugian praktek di RSJ ini, Nama kriteria hasil klien
tidak berinteraksi Bapak siapa?” tampak mulai mau
dengan orang lain K:”Nama saya Maimun Pak bergabung dengan
4. Mengajarka Mantri” teman – temannya.
n pasien cara P:”Sekarang saya mau
berkenalan mengajak bapak ngobrol P: Intervensi
dengan satu sebentar ya kira kira 30 menit, dilanjutkan dengan
orang mau kan?” pertemuan berikutnya.
5. Menganjurk K:”Mau pak Mantri”
an pasien Fase Kerja :

17
memasukkan Pukul 10.15-10.35 wib
kegiatan latihan
berbincang- P:“Begini Pak, saya lihat bapak
bincang dengan sering menyendiri, jadi saya
orang lain dalam mau bertanya kenapa bapak
kegiatan harian sering menyendiri?”
K:”saya malu pak mantri,
katanya saya gila”
P:”Nah, itu kan tidak benar
pak, itu hanya perasaan bapak
saja”
K:”Tapi saya malu pak mantri”
P:”itu karena bapak tidak mau
bergabung sama teman-teman
bapak”

Fase Terminasi :
Pukul 10.35-10.45 wib

P:”Bagaimana perasaan bapak


setelah bercakap-cakap dengan
saya tadi?”
K:”Saya merasa senang pak
mantri”
P:”Karena waktunya telah
habis, saya permisi dulu ya
pak, besok kita jumpa lagi jam
10.00 WIB untuk membahas
tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain

18
di tempat ini juga ya pak.
Sampai jumpa besok pak.”

2) Berdiskusi
dengan pasien tentang
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain

Fase Orientasi : S: Klien mengatakan


Pukul 10.00-10.15 WIB sudah mengerti
tentang apa saja
P:”Selamat pagi pak. Latihan keuntungan dari
semalam dilakukan nggak pak berinteraksi dengan
di ruangan?” orang lain.
K:”Pagi pak mantri, iya. Saya
lakukan.” O: Klien tampak
P:”Sekarang kita ngobrol mengerti dan mampu
tentang keuntungan menjelaskan tentang
berinteraksi dengan orang lain. keuntungan
Bapak mau kan?” berinteraksi dengan
K:”Mau sekali pak mantri. orang lain.
Soalnya pak mantri orangnya
baik.” A: Masalah teratasi
dengan kriteria hasil
klien tampak mengerti
Fase Kerja: dan klien mampu
Pukul 10.15-10.32 WIB menjelaskan
keuntungan

19
P:”Saya mau bertanya kepada berinteraksi dengan
bapak, bapak tahu keuntungan orang lain.
jika kita berinteraksi dengan
orang lain?” P: Intervensi
K:”Biar banyak teman pak dihentikan
mantri.”
P:”Terus apa lagi yang bapak
tahu selain itu?”
K:”Gak tahu lagi pak mantri.”
P:”Nah, keuntungan yang lain,
teman kita untuk ngobrol jadi
ada, kita juga bisa membagi
beban kita dengan cara
bercerita dengan orang lain
sehingga dapat mengurangi
beban pikiran kita, ada teman
bermain dan banyak lagi.”
K:”Gitu ya pak mantri?”
P:”Iya pak. Jadi kita tidak
sendiri lagi disini.”

Fase Terminasi :
Pukul 10.35-10.45 WIB
P:”Bagaimana pak, apakah
bapak sudah mengerti?
Maukan melatih diri untuk
bergabung dengan teman-
temannya?”
K:”Saya mengerti mantri.”

20
P:”Besok kita ketemu lagi
ditempat ini pada jam yang
sama untuk membahas tentang
kerugian jika kita tidak
berinteraksi dengan orang lain.
Maukan pak? Sampai jumpa
besok pak…”
K:”mau pak mantri.” Sampai
jumpa kembali pak…”

3) Berdiskusi
dengan pasien tentang
kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain

Fase Orientasi : S: Klien mengatakan


Pukul 10.00-10.15 WIB mengerti tentang
kerugian tidak
P:”Selamat pagi pak? Masih berinteraksi dengan
kenal dengan saya pak?” orang lain.
K:”Pagi pak mantri. Kenal O: Klien tampak
dong dengan pak mantri Andra mengerti dan mampu
kan?” menjelaskan tentang
P:”Ow…kirain bapak gak kerugian berinteraksi
kenal lagi dengan saya. Bapak dengan orang lain.

21
masih ingat gak tentang
masalah yang kita bahas A: Masalah teratasi
semalam?” dengan kriteria hasil
K:”Ingat pak mantri. Tentang klien tampak mengerti
keuntungan berinteraksi dan klien mampu
dengan lain lain kan?” menjelaskan tentang
P:”Ya, benar sekali. Bapak kerugian berinteraksi
memang pintar. Sekarang kita dengan orang lain.
akan membahas tentang
kerugian jika kita tidak P: Intervensi
berinteraksi dengan orang lain. dihentikan.
Apakah bapak mau kita bahas
hal ini?”
K:”Mau pak mantri.”

Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 WIB

P:”Apa saja kerugian jika kita


tidak berinteraksi dengan orang
lain menurut bapak?”
K:”Kita jadi gak punya teman
pak mantri.”
P:”Terus apa lagi pak?”
K:”Udah itu aja pak mantri,
gak ada lagi.”

22
P:”Selain itu jadi merasa
sendiri dan terasingkan. Jadi
gak ada enaknya kalau kita gak
punya teman karena tidak ada
teman berbagi cerita baik suka
maupun duka.”
K:”Ow…gitu ya pak mantri.”
P:”Iya pak. Jadi bapak dah
mengerti kan?”
K:”Iya pak mantri.”

Fase terminasi:
Pukul 10.35-10.45 WIB

P:”Baiklah karena waktunya


sudah habis. Saya pergi dulu ya
pak. Besok kita jumpa lagi
disini.”
K:”Iya pak mantri.”
P:”Jangan lupa ya pak dengan
yang kita bicarakan tadi, besok
akan saya tanyakan lagi kepada
bapak sekaligus saya akan
mengajarkan bapak cara
berkenalan dengan satu orang,
bagai mana pak?”
K:”Baik pak mantra, saya
setuju.”
P:”ya sudah besok kita jumpa

23
disini jam 10.00 WIB.Selamat
pagi pak?”
K:” Ya pak, selamat Pagi juga
pak mantri.”

S: Klien mengatakan
mulai mengerti
4) Mengajarkan bagaimana cara
pasien cara berkenalan berkenalan dengan
dengan satu orang orang lain

Fase Orientasi: O: Klien tampak


Pukul 10.00-10.15 WIB mempraktekkan cara
berkenalan dengan
P:”Selamat pagi pak. orang lain yakni
Bagaimana kabar bapak hari teman sekamarnya
ini?”
K:”Pagi, baik-baik saja pak A: Masalah teratasi
mantri.” sebagian dengan
P:”Bapak masih ingat gak kriteria hasil klien
dengan apa yang kita bicarakan tampak
semalam?” mempraktekkan cara
K:”Ingat pak mantri. Tentang berkenalan dengan
kerugian jika kita tidak orang lain yakni
berinteraksi dengan orang teman sekamarnya.
lain.”
P:”Apa-apa saja itu pak?”
K:”Kalau kita tidak P: Intervensi
berinteraksi dengan orang lain, dilanjutkan dengan

24
kita jadi gak punya teman, pertemuan
sendiri, pokoknya rugi lah pak selanjutnya.
mantri.”
P:”Bagus, ternyata bapak
masih ingat. Sekarang kita
akan belajar cara berkenalan
dengan satu orang. Mau kan?”
K:”Mau pak mantri.”

Fase kerja :
Pukul 10.15-10.30 wib

P: “Begini pak, kalau kita mau


berkenalan dengan orang.
Pertama kita harus
menyebutkan nama kita
duluan. Anggap saja saya
orang yang bapak ajak
kenalan.”
K: “Selamat pagi pak mantri.
Kenalan yuk, nama saya
Sudarman. Nama pak mantri
siapa?”
P:”Bagus pak. Nah coba bapak
llakukan hal demikian nanti
diruangan.”
K:”Baik pak Mantri.”
Fase Terminasi
Pukul 10.30-10.45 wib

25
P: “Bagaimana Pak, apakah
bapak bisa menangkap semua isi
pembicaraan kita tadi?”
K:”Bisa pak mantri.”
P:”Baiklah. Kalau begitu saya
permisi dulu ya pak. Karena
waktunya sudah habis, besok
kita ketemu lagi pada jam yang
sama dan saya akan
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
bapak.”
K:”Iya pak mantri”
P:”Selamat pagi pak”
K:”Pagi pak mantri”

5) Menganjurkan
pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam S: Klien mengatakan

26
kegiatan harian. akan mencoba untuk
membuat jadwal
Fase Orientasi : kegiatan harian.
Pukul 10.00-10.15 WIB
O: Klien tampak
P:”Selamat pagi pak. membuat jadwal
Bagaiman kabarnya hari ini?” kegiatan harian
K:”Pagi pak mantri. Baik.”
P:”Masih ingatkah dengan A: Masalah teratasi
saya?” sebagian dengan
K:”Masih pak mantri. Nama kriteria hasil klien
pak mantri Andra kan?” tampak membuat
P:”Betul sekali. Baiklah jadwal kegiatan
sekarang saya akan mengajari harian.
bapak untuk memasukkan
kegiatan latihan yang selama P: Intervensi
ini kita lakukan. Apakah bapak dilanjutkan dengan
setuju?” pertemuan berikutnya.
K:”Setuju pak mantri.”

Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 WIB

P:”Caranya begini pak, ketika


bapak mengenal teman baru.
Coba bapak ajak kenalan dan
berbincang-bincanglah dengan
teman baru bapak terus kalau
bisa kegiatan itu bapak sering

27
lakukan dan bapak masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Gimana pak?”
K:”Baik pak mantri. Saya akan
mencobanya.”

Fase Terminasi:
Pukul 10.35-10.45 WIB

P:”Baiklah pak. Saya percaya


bapak pasti bisa untuk
melakukannya. Kalau begitu
sudah dulu ya pak. Waktu kita
sudah habis. Besok kita
berjumpa lagi untuk
mengevaluasi jadwal kegiatan
harian Bapak . bagaimana pak?
Apakah bapak bersedia?”
K:”Baik pak mantri.”
P:”Selamat pagi pak.”
K:”Pagi pak mantri.”

S: Klien mengatakan
mengerti cara
Sp2 membuat jadwal
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
kegiatan harian pasien O: Klien dapat
menjelaskan kegiatan
Fase Orientasi: harian yang klien
Pukul 10.00-10.15 WIB lakukan.

28
A: masalah dapat
P:”Selamat pagi pak!” teratasi dengan kriteria
K:”Selamat pagi pak mantri.” hasil klien dapat
P:”Masih ingat pak dengan menjelaskan kegiatan
pembicaraan kita kemarin?” harian yang klien
K:”Masih ingat pak mantri.” lakukan.
P:” Bagus pak.Itu artinya
bapak mengerti dengan apa P: Intervensi
yang saya katakan kemarin.” dihentikan.

Fase Kerja :
Pukul 10.15-10.35 WIB

P:”Begini pak. Kemarin kan


saya sudah mengajarkan cara
membuat jadwal kegiatan
harian. Apa bapak sudah
membuatnya? Kalau sudah,
coba sebutkan kegiatan apa
saja yang bapak lakukan
kemarin?”
K:”Sudah pak mantri. Kemarin
saya kenalan sama teman baru
saya namanya Asrul. Dia juga
lagi sakit.”
P:”Wah…bapak pintar ya.”
K:”Terima kasih pak mantri.”

Fase terminasi:

29
Pukul 10.35-10.45 WIB

P:”Baiklah Pak, saya rasa


bapak sudah mengalami
banyak kemajuan dari
sebelumnya.”
K:”Iya pak mantri? Berarti
saya sudah bisa pulang dong
pak mantri?”
P:”Belum pak, Bapak harus
terus latihan seperti yang saya
ajarkan dulu ya. Terus teratur
minum obat. Baru boleh pulang.
Baik Pak?”
K:”Baik pak mantri.”
P:”Ya sudah dulu ya pak.
Waktu kita sudah habis. Besok
kita berjumpa lagi di tempat ini
pada jam yang sama dan saya
melihat bapak untuk
mempraktikan cara berkenalan
dengan 1 orang. Bagaimana
pak? Apa bapak bersedia?”
K:” saya bersedia pak mantri.”

2) Memberikan
kesempatan kepada klien S: Klien mengatakan
mempraktekkan cara mampu

30
berkenalan dengan satu mempraktekkan cara
orang. berkenalan dengan
orang lain. Yang
belum dikenal.
Fase Orientasi:
Pukul 10.00-10.15 wib O: Klien tampak
berinteraksi dengan
P:”Selamat pagi pak. teman-temannya.
Bagaimana kabar bapak hari
ini?” A: Masalah dapat
K:”pagi pak mantri, baik.” teratasi dengan kriteria
P:”bagaimana pak dengan apa hasil klien tampak
yang kita bahas kemarin. Apakah berinteraksi dengan
bapak masih mengingatnya?” teman-temannya.
K:”Masih pak mantri.” P: Intervensi
P:”Bagus kalau begitu pak.” dihentikan.

Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 wib

P:”Sekarang, coba bapak


praktekan cara berkenalan
dengan orang yang belum
bapak kenal. Anggap saja
orang itu saya. Apakah bapak
bisa melakukannya?”
K:”bisa pak mantri…..”

31
Selamat pagi pak mantri,
kenalkan nama saya Sudarman.
Nama pak mantri siapa dan
tinggal dimana?”
P:”Bagus pak. Ternyata bapak
sudah memahami apa yang
saya ajarkan.”

Fase Terminasi:
Pukul 10.35-10.45 wib

P:”Nanti diruangan, saya mau


bapak mempraktekkan cara ini
ke teman-teman bapak yang
sama sekali bapak belum
kenal.”
K:”Baik pak mantri.”
P:”Ya sudah dulu ya pak.
Besok kita berjumpa lagi dsini
pada jam yang sama untuk
membantu bapak memasukkan
kegiatan bincang-bincang
dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian.
Bagaimana pak? Apakah bapak
mau?” selamat pagi pak…”
K:”mau pak mantri. Pagi pak
mantri.”

32
3) Membantu pasien S: Klien mengatakan
memasukkan kegiatan akan memasukkan
berbincang-bincang dengan kegiatan berbincang-
orang lain sebagai salah satu bincang dengan orang
kegiatan harian. lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
Fase orientasi:
Pukul 10.00-10.15 wib O: Klien tampak
mulai menulis jadwal
P:”Selamat pagi pak, kegiatan-kegiatan
bagaimana kabarnya hari ini?” hariannya.
K:”Pagi pak mantri. Baik ”
P:”Masih ingat kan dengan A: Masalah teratasi
saya?” sebagian dengan
K:”Masih pak mantri. Nama kriteria hasil klien
bapak mantri Andra kan?” tampak menulis
P:”Betul sekali. Baiklah jadwal kegiatan
sekarang saya akan membantu hariannya.
bapak untuk memasukkan
kegiatan latihan yang selama P: Intervensi
ini kita lakukan ke dalam dilanjutkan dengan
jadwal kegiatan harian bapak. pertemuan berikutnya.
Apakah bapak setuju?”
K:”Setuju pak mantri.”

Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 wib

P:”Caranya begini pak, ini saya


beri bapak sebuah buku tulis

33
dan sebuah pulpen.”
K:”Untuk apakah itu pak
mantri?”
P:”Saya mau bapak
menuliskan semua kegiatan
yang sudah bapak lakukan
sebelumnya seperti kegiatan
berkenalan dengan teman,
berbincang-bincang dengan
teman atau kegiatan lain yang
berhubungan dengan hal yang
sudah saya ajarkan selama ini
ke bapak. Apakah bapak bisa
melakukannya?”
K:”Baik pak mantri. Saya akan
mencobanya.”

Fase Terminasi:
Pukul 10.35-10.45 wib

P:”Baiklah pak. Saya percaya


bapak pasti bisa untuk
melakukannya. Kalau begitu
sudah dulu ya pak. Waktu kita
sudah habis. Besok kita
berjumpa lagi untuk
mengevaluasi jadwal kegiatan
harian bapak. Apakah bapak
mau?”
K:”mau pak mantri.”

34
P:”Selamat pagi pak.”
K:”Pagi Pak.”
Strategi Pertemuan SP 3
III pada pasien 1) Mengevalu
adalah sebagai asi jadwal kegiatan harian
berikut: pasien.
1. Mengev S: Klien mengatakan
aluasi jadwal Fase Orientasi: sudah membuat
kegiatan harian Pukul 10.00-10.15 wib jadwal kegiatan
pasien harian.
2. memberi P:”Selamat pagi pak.
kesempatan Bagaimana keadaan Bapak hari O: Klien menunjukkan
untuk ini?” jadwal kegiatan
berkenalan K:”Pagi pak mantri. Kabar hariannya.
dengan dua saya baik.”
orang atau lebih P:”bapak masih ingat dengan A: Masalah teratasi
3. menganj saya?” dengan kriteria hasil
urkan pasien K:”Masih pak mantri.” klien membuat jadwal
memasukkan ke P:”Kita ngobrol-ngobrol lagi kegiatan harian.
dalam jadwal ya pak?”
kegiatan harian K:”baik pak mantri.” P: Intervensi
dihentikan.
Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 wib

P:”Kemarin bapak mengatakan


akan mencoba menulis jadwal
kegiatan harian bapak. Apa
bapak sudah melakukannya?”
K:”Sudah pak mantri.”

35
P:”Kalau begitu coba saya
lihat.”
K:”ini pak mantri.”
P:”Bagus pak. Begini yang
saya mau. Bapak memang
pintar.”
K:”terima kasih pak mantri.”

Fase Terminasi:
Pukul 10.35-10.45 wib

P:” Baiklah pak, berhubung


waktu kita sudah habis. Saya
permisi dulu ya pak. Besok kita
berjumpa lagi untuk melihat
bapak bekenalan dengan dua
orang atau lebih di tempat yang
sama dan jam yang sama pula.”
K:”baik pak mantri.”
P:”Selamat pagi Pak.”
K:”Pagi pak mantri.”

2) Memberi
kesempatan untuk
berkenalan dengan dua
orang atau lebih. S: Klien mengatakan
mampu
Fase orientasi: mempraktekkan cara
Pukul 10.00-10.15 wib berkenalan dengan

36
dua orang untuk
P:”Selamat pagi pak. diajak berkenalan.
Bagaimana kabar bapak hari
ini?” O: Klien tampak
K:”Pagi pak mantri, baik.” berinterksi dengan dua
P:”bagaimana pak dengan apa orang temannya.
yang kita bahas kemarin.
Apakah bapak masih A: Masalah dapat
mengingatnya?” teratasi dengan kriteria
K:”Masih Pak mantri.” hasil klien tampak
P:”Bagus kalau begitu pak” berinteraksi dengan
teman-temannya.
Fase Kerja:
Pukul 10.15-10.35 wib P: Intervensi
dihentikan.
P:”Sekarang, coba bapak
praktekkan cara berkenalan
dengan orang yang belum
bapak kenal. Coba bapak ajak
dua teman yang mau bapak
ajak berkenalan. Apakah bapak
bisa?”
K:”Bisa pak mantri. Ini saya
bawa dua orang teman saya
pak mantri.”
P:”Bagus pak. Sekarang coba
bapak ajak mereka berkenalan
seperti yang saya ajarkan
kemarin.”
K:”Baik pak mantri……”

37
P:”Bagus pak. Sekarnag coba
bapak ajak mereka berkenalan
seperti yang saya ajarkan
kemarin.”
K:”Baik pak mantri….”
P:”Bagus Pak… Bagus….”
K:”terima kasih pak mantri.”

Fase terminasi:
Pukul 10.35-10.45 wib

P:”Baiklah pak. Berhubung


waktu kita sudah habis, saya
permisi dulu ya pak. Bapak
sudah mengalami banyak
kemajuan. Besok kita berjumpa
lagi ditempat dan jam yang
sama untuk memasukkan
kedalam jadwal kegiatan
harian.”
K:”Baik pak mantri.”
P:”Selamat pagi pak.”
K:”Pagi pak mantri.”

3) Menganjur
kan pasien memasukkan S: Klien mengatakan
dalam jadwal kegiatan bisa membuat jadwal
harian. kegiatan harian.

38
Fase Orientasi: O: Klien tampak
Pukul 10.00-10.15 wib mengerti dan
membuat jadwal
P:”Selamat pagi pak. kegiatan harian.
Bagaimana kabarnya hari ini ?”
K:”Pagi pak mantri, baik.” A: Masalah teratasi
P:”masih ingatkan dengan dengan kriteria hasil
saya?” klien tampak mengerti
K:”Masih pak mantri. Nama dan klien membuat
pak mantri Andra kan?” jadwal kegiatan
harian.

P: Intervensi
dihentikan.
Fase kerja:
Pukul 10.15-10.35 wib

P:”Betul sekali. Baiklah


sekarang saya mau bapak
memasukkan kegiatan latihan
yang kemarin kita lakukan ke
dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Apakah bapak
bersedia?”
K:”Iya pak mantri”
P:”Bagus pak. Saya rasa bapak
sudah cukup untuk melakukan
latihan-latihan yang saya
ajarkan. Namun bapak harus

39
bersedia melakukannya
setiaphari. Apakah bapak
setuju?”
K:”Baik pak mantri. Saya akan
melakukannya.”

Fase terminasi:
Pukul 10.35-10.45 wib

P:”Baiklah pak. Saya percaya


bapak bisa untuk
melakukannya. Kalau begitu
sudah dulu ya pak. Waktu kita
sudah habis. Terima kasih
bapak sudah mau saya ajak
untuk ngobrol setiap hari
bersama saya. Sampai jumpa
lain waktu ya pak. Semoga
bapak lekas sembuh.”
K:”terima kasih Pak mantri.”
P:”Selamat pagi pak”
K:”Pagi pak mantri.”

40
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan


isolasi sosial menarik diri di ruangan rehabilitasi narkoba RSJD Pemprovsu Medan,
penulis mencoba membahas beberapa hal perbedaan dari tinjauan dan tinjauan kasus

4.1 Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit. Maka penulis melakukan upaya pendekatan kepada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaanya dan
juga melakukan observasi kepada klien.
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena
ditemukan hal yang sama serperti
Diteori : Isolasi sosial menarik diri ditandai dengan sifat yang tinggal dalam
tempat tidur, tidak memperdulikan lingkungan, kegiatan menurun dan lain – lain.
Di kasus : Klien suka menyendiri, kurang banyak bicara, tidak ikut dalam
kegiatan dilingkungan dan lain-lain
Sehingga penulis tidak membahas lebih lanjut lagi dalam hal pengkajian pada klien.

4.2 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, penulis menemukan kesamaan antara teoritis
dengan kasus, akan tetapi waktu pelaksanaan perencanaan kadang-kadang ada
perbedaaan dari jadwal yang sudah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena antara
pengkaji dan pasien berada pada tempat yang berbeda.

41
4.3 Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
yang direncanakan sebelumnya. Secara umum pelaksanaan tindakan keperawatan
ialah untuk membuat klien supaya mau berinteraksi dengan orang lain

4.4 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
sesuai dengan rencana serta tindakan yang telah dilaksanakan. Maka penulis
mengevaluasi dengan melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dari pada tindakan
dan melihat apa yang belum terpenuhi.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan dari klien adalah seperti berikut:
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
2. klien dapat mengerti tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Klien dapat mengerti tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4. klien mengetahui cara berkenalan dengan satu orang
5. klien mampu memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian.

42
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Tn. S dengan cara
mengumpulkan data secara langsung pada klien dengan cara wawancara dan
observasi dengan membina hubungan saling percaya dengan klien melalui
pendekatan individu yang ramah dan penuh persahabatan.
2. Diagnosa ditegakkan berdasarkan masalah – masalah yang ditemukan pada
klien
3. Perencanaan disusun sesuai dengan masalah yang dihadapi klien yang
bertujuan untuk memecahkan masalah klien.
4. Pelaksanaan tindakaan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang
telah disusun.
5. Untuk mempercepat penyembuhan klien sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga serta lingkungan yang dapat menerima klien agar klien tidak merasa
diasingkan.

5.2 Saran
1. Dalam melakukan pengkajian, hendaklah perawat melakukan pendekatan
individu yang ramah dan penuh persahabatan serta membina hubungan saling
percaya pada klien.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien isolasi sosial menarik
diri hendaklah dilakukan dengan kooperatif.
3. Hendaklah perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan sesuai
dengan masalah klien yang harus dipecahkan.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan, hendaklah dilakukan sesuan dengan
perencanaan dan melibatkan klien secara langsung.
5. Diharapkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi
kepada klien untuk cepat sembuh serta lingkungan dapat menerima keadaan
klien setelah pulang kerumah.

43

Anda mungkin juga menyukai