Good
Good
Diterjemahkan dari :
Oleh :
Pembimbing :
SURAKARTA
2017
STUDI KLINIS PENGARUH SINUSITIS PADA OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIS
Abstrak
Pendahuluan
Kelainan pada hidung dan sinus paranasal diketahui mempunyai pengaruh terhadap
kondisi telinga tengah. Pada evaluasi pasien dengan OMK, pemeriksaan radiologi, endoskopi,
dan alat diagnosis lain digunakan untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada rongga hidung
dan sinus paranasal yang bisa jadi merupakan faktor etiologi yang mendasari.
Bahan dan metode
Penelitian observasional cross sectional dilakukan dalam periode 2 tahun untuk
membangun pengertian tentang peran sinusitis sebagai fokus sepsis pada pasien dengan
OMSK tipe tubotimpanik. Semua pasien berada dalam rentang umur 20-40 tahun dengan
keluar sekret lebih dari 2 bulan dan mengalami penurunan pendengaran sebesar 20-40 dB
serta telah didiagnosis dengan OMSK tipe tubotimpanik. Pasien yang terdapat gambaran
mastoiditis dari X-Ray dan juga sekret menetap yang keluar bahkan setelah pengobatan
dengan antibiotik lokal dan sistemik sebanyak (n=70) dilakukan diagnosis menggunakan
nasal endoskopi dan CT scan sinus paranasal.
Hasil
Dari 100 pasien OMSK, 70% terdapat pendukung sinusitis. Deviasi septum nasi
merupakan keadaan patologi yang paling banyak dijumpai pada populasi sampel. Mayoritas
(54%) mempunyai tipe sekret telinga mukopurulen. CT scan paranasal menunjukkan 48,5%
populasi subjek mengalami sinusitis grade I. Sebanyak 54,2% mengalami perforasi sentral
dan edema mukosa telinga tengah sebanyak 65,7% populasi.
Diskusi
Adanya keterlibatan deviasi septum nasal dan RSK pada OMSK sesuai dengan
beberapa studi yang dilakukan sebelumnya.
Kesimpulan
Deviasi septum nasal, hipertrofi konka media, dan sinusitis adalah faktor predisposisi
pada perjalanan penyakit OMSK. Jadi, evaluasi untuk sinusitis pada pasien OMSK yang
menjalani terapi harus dilakukan sebagai prosedur rutin.
Kata kunci : Otitis media, Supuratif, Otitis media dengan efusi, Sinus paranasal, Sinusitis
maksilaris.
OMSK tipe tubotimpanik adalah inflamasi menetap yang menyebabkan terjadinya
perubahan irrevesible pada mukosa telinga tengah dan rongga mastoid. Kondisi tersebut
ditandai dengan keluarnya sekret yang menetap dari telinga tengah melalui perforasi
membran timpani. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab dari ganguan-gangguan
pendengaran yang sebenarnya dapat dicegah, terutama pada negara-negara berkembang
(WHO, 2004).1 Patofisiologinya berawal dari iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah.
Faktor patologis yang paling penting pada OMSK adalah disfungsi dari tuba eustaschii dan
infeksi bakteri.2 Obstruksi dari tuba eustachii dapat menyebabkan otitis media. Penyakit pada
hidung dan sinus paranasal juga dapat mempengaruhi kondisi telinga tengah.
Banyak literatur yang menyatakan tentang sinusitis dan saluran nafas atas sebagai
penyebab dari otitis media. Namun hanya beberapa artikel saja yang membahas tentang
keadaan patologis hidung terkait faktor anatomis yang bisa menyebabkan otitis media. Pasien
yang mengalamai otitis media sekunder akibat keadaan patologis di hidung dan/atau sinus
paranasal harus mendapatkan penanganan untuk keduanya.3
Kondisi patologis pada sinus paranasal sering mengakibatkan penyakit pada telinga.
Perbaikan pada otitis media yang mengikuti septoplasti pernah ditulis oleh Grady (1983),4
Vont Chauenberge dan Derycke (1983),5 dan Kim et al (1993)6 juga menunjukkan bukti
tentang hubungan kelainan sinonasal pada otitis media. Bozkuset et al (2013)7 menunjukkan
adanya kemungkinan akan hubungan abnormalitas sinonasal dan rhinitis alergi pada
patogenesis OMK. Peneliti lainnya menyimpulkan, meskipun riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik adalah prosedur standar untuk evaluasi awal pada pasien otitis media
kronik, namun pemeriksaan seperti radiologi, endoskopi, dan tambahan alat diagnosis lain
seharusnya juga digunakan untuk mendapatkan data objektif dari pasien yang berkaitan
dengan kondisi dari cavum nasal dan nasofaring untuk dijadikan petimbangan penentuan
diagnosis banding. Tanpa koreksi dari sinusitis, penanganan terhadap telinga termasuk
tindakan operasi sering mengalami kegagalan dan mempunyai prognosis yang buruk. 8 Oleh
karena itu penting untuk memahami peran dari sinusitis sebagai fokus sepsis pada OMK
aktif.
Hasil
Tabel I menunjukkan distribusi umur dan jenis kelamin pada populasi sampel.
Mayoritas dari populasi sampel adalah perempuan dan pada rentang umur 20-30 tahun.
Hampir 90% berasal dari daerah yang tingkat sosial-ekonominya rendah.
Hasil nasoendoskopi ditunjukkan pada Tabel II. Deviasi septum nasal adalah
kelainan yang paling banyak (40%) pda populasi subjek diikuti dengan pembesaran bulla.
Medialised uncinate terdapat pada 17,1% dari populasi subjek dan 10% mengalami
pembesaran bulla dengan penonjolan agger
Tipe sekret yang terlihat pada meatus media melalui nasoendoskopi menunjukkan
54,2% dari sekret berjenis mukopurulen dan sisanya adalah tipe purulen atau mukoid.
Derajat dari sinus paranasal yang ditunjukkan melalui CT scan menunjukkan 48,5%
merupakan grade I, dimana kelainan terbatas pada komplek osteomeatal, 22,8% derajat II
(opasitas inkomplit pada satu atau lebih sinus), 14,2% derajat III (opasitas komplit pada satu
atau lebih sinus besar) dan 7,1% derajat IV (opasitas total pada semua sinus) (Tabel IV).
Tabel II. Hasil Nasoendoskopi pada Populasi Penelitian
Mukopurulen 38 54.2%
Purulen 18 25.7%
Mukoid 14 20%
Total 70 100%
Tabel IV. Klasifikasi Derajat Berdasarkan Hasil CT Scan dari Sinus Paranasal
Frekuens
Klasifikasi i Persentase
Grade 0 5 7.1%
Grade I 34 48.5%
Grade II 16 22.8%
Grade III 10 14.2%
Grade IV 5 7.1%
Total 70 100%
Diskusi
Langkah paling penting dalam diagnosis otitis media supuratif kronis (OMSK)
adalah untuk mengidentifikasi patologi yang mendasarinya. Setelah diidentifikasi dapat
dilakukan, maka pengobatan yang perlu dijalankan akan jauh lebih sederhana.
Penelitian ini dilakukan dengan dasar pentingnya proses patologi nasofaring dan
sinonasal pada kasus OMSK. Penelitian ini dilakukan pada 70 pasien dengan OMSK yang
datang ke Departemen Rawat Jalan THT kami. Usia pasien berkisar antara 20 sampai 40
tahun dengan usia rata-rata 28,7 ± 6.4 tahun. Jumlah pasien terbanyak (74,2%) berusia antara
21-30 tahun. OMSK didefinisikan sebagai penyakit yang paling banyak terjadi pada
kelompok usia anak (Nelson, 1988).9 Peneliti lain seperti Shrestha et al (2010),10 Karki et al
(2011),11 Poorey dan Iyer (2002)12 juga menemukan bahwa prevalensi terbanyak dari kasus
OMSK terjadi pada kelompok usia anak, sejalan dengan penelitian kami.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa deviasi septum nasal merupakan salah
satu faktor predisposisi pada pasien OMSK. Van Cauwenberge et al menyampaikan bahwa
peningkatan resistensi hidung akan menyebabkan peningkatan pula pada tekanan statis
telinga tengah serta tekanan penutupan tuba eustachius, yang dapat mengakibatkan terjadinya
edema mukosa dan pada akhirnya mengakibatkan disfungsi tuba eustachius.13 Gutierrez-
Marcos menyampaikan bahwa deviasi septum yang obstruktif juga menyebabkan terjadinya
disfungsi tuba eustachius.14 Deron et al menemukan bahwa terdapat pemulihan dari tekanan
tuba eustachius pada periode awal dan akhir pasca operasi bedah perbaikan septum deviasi. 15
Gocmen et al, dengan menggunakan prosedur CT scan paranasal, juga melaporkan adanya
deviasi septum nasal pada 52% pasien OMSK. 16 Hal ini sejalan dengan penelitian kami
dimana didapatkan 40% dari pasien OMSK mengalami deviasi septum nasal.
Berdasarkan hasil nasoendoskopi diagnostik pada penelitian kami, temuan proses
patologi yang paling banyak didapatkan adalah deviasi septum nasal baik itu berdiri sendiri
maupun bersamaan dengan proses patologi lainnya. Pengamatan serupa dilakukan oleh
Yeolekar et al (2011)17 yang menyampaikan bahwa, proses patologi sinonasal terdapat pada
90% pasien dengan OMSK. Poorey dan Iyer (2002)12 juga melaporkan terdapatnya proses
patologi faring dan sinonasal pada 93% pasien dengan OMSK.
Berdasarkan literatur, kejadian sinusitis berkisar antara 43% hingga 78% pada pasien
dengan OME. Hal ini mendukung temuan hasil bahwa inflamasi pada saluran pernapasan
bagian atas merupakan salah satu jalan terjadinya OME. 18 Fireman et al. menekankan bahwa
otitis media adalah penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh banyak proses etiologi
termasuk abnormalitas hidung dan sinus paranasal.19 Eryilmaz et al menemukan terdapatnya
perbedaan yang signifikan antara rinosinusitis kronis pada pasien dengan (57,7 %) dan tanpa
(25 %) otitis media kronis dengan efusi.20 Grote dan Kuijpers menemukan terdapatnya
sinusitis maksilaris sebanyak 47% dari 1.252 kasus anak dengan otitis media kronis dengan
efusi.21 Pada penelitian ini didapatkan sinusitis maksilaris pada 48,5% dari keseluruhan
populasi.
Kebanyakan peneliti telah mengungkapkan adanya peran penting dari kelainan pada
saluran pernapasan bagian atas yang berperan sebagai faktor penyebab terjadinya obstruksi
tuba eustachius sebagai etiopatogenesis dari OMSK.11 Stammberger et al melaporkan adanya
disfungsi yang berat pada tuba eustachius yang diakibatkan oleh gangguan fungsi hidung dan
sinus paranasal.22 Gocmen et al menemukan terdapatnya peradangan kronis osteomeatal pada
27% dari 52 pasien yang mengalami otitis adhesif, serta perbedaan yang relatif signifikan
pada grup kontrol mengenai kelainan pada hidung dan sinus paranasal.16
Takashi et al menyampaikan bahwa proses inflamasi pada hidung dan sinus
paranasal dapat menyebabkan timbulnya obstruksi, inflamasi, dan disfungsi dari tuba
eustachius.23 Pada penelitian kami ditemukan bahwa sinusitis maksilaris merupakan jenis
sinusitis yang paling banyak terjadi pada pasien dengan OMSK. Penelitian yang sama
menunjukkan bahwa pada pasien dengan OMSK, 62% diantaranya didapatkan discharge
telinga dengan jenis mukopurulen dan 60% mengalami perforasi sentral yang berukuran
besar pada membran timpaninya. Hasil ini sejalan dengan penelitian kami di mana 54% dari
populasi penelitian mengalami perforasi sentral yang besar disertai dengan discharge yang
mukopurulen. Grote dan Kuijpers21 dalam studi mereka, menggunakan otoendoskopi pada
mukosa telinga tengah pasien OMSK, menyampaikan bahwa 71% diantaranya mengalami
edema mukosa telinga tengah dan 29% lainnya tampak berupa mukosa polypoidal yang
sejalan dengan hasil penelitian kami.
Kesimpulan
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa sinusitis adalah salah satu faktor
predisposisi yang paling penting dalam terjadinya OMSK. Deviasi septum nasal, peningkatan
tekanan telinga tengah, dan medialised uncinate adalah varian anatomi hidung dan sinus
paranasal yang paling banyak menjadi predisposisi terjadinya sinusitis. Sehingga, sinusitis
harus dianggap sebagai salah satu faktor risiko yang penting dalam terjadinya OMSK serta
penting untuk diidentifikasi dan segera dilakukan tatalaksananya.
Daftar Pustaka