Book Report
Book Report
A. Identitas Buku
Editor :
Prof. Dr. Dedi Supriadi
Tim Penulis :
Rds. Soenaryo, Msc dkk
Narasumber :
Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME
B. Latar
Mengetahui bagaimana perkembangan pendidkan vokasi dari zaman kemerdekaan sampai
REPELITA 1 sampai REPELITA VI baik dalam bentuk sekolah, kurikulum dan kelulusan pendidikan
SMK
PEMBAHASAN
Pada Bab I makalah yang dibahas mengenai pendidikan Vokasi pada zaman kemerdekaan yang
terjadi antar tahun ( 1945 – 1969 ) dimana di zaman kemerdekaan, setelah pendidikan yang
dinamakan dengan sekolah rakyat, selanjutnya akan memasuki suatu sekolah yang bernama
SLTP. SLTP merupakan singkatan dari pendidikan lanjutan tingkat pertama nama yang yang
terbagi dalam dua jenis sekolah, salah satunya yaitu jenis sekolah yang bersifat khusus.
Khusus disini merupakan suatu sekolah yang disiapkan untuk memasuki sekolah kejuruan
berikutnya, dalam artian tingkat atasnya setelah tingkat pertama, jika di zaman sekarang
dinamakan dengan SMP. Menariknya, di zaman kemerdekaan SMP pun sudah dibangun suatu
sekolah dalam SLTP tersebut yang bersifat khusus dalam artian lain ada suatu pembelajaran
yang menerapkan keterampilan, cara mayoritas mungkin keterampilan yang diunggulkan,
dibandingkan dengan sekolah umum, sMP pada umumnya yang secara pembelajaran secara
mayoritas diungguli oleh konsep teoritis dari materi yang disampaikan. Setelah menempuh
jenjang pendidikan pada tingkat pertama, setiap siswa dapat memilih pendidikan selanjutnya,
entah itu berlatar pendidikan sekolah umum maupun sekolah khusus yang terdapat di SLTP.
Sekolah pendidikan khusus yang terdapat di SLTP memiliki tujuan khusus di sekolah tersebut
untuk dapat melanjutkan ke jenjang sLTA secara khusus pula. Hal itu dikarenakan SLTA
merupakan suatu sekolah pada pendidikan lanjutan tingkat atas setelah tingkat pertama yang
memiliki dua jenis sekolah juga, yang pertama sekolah umum dan yang kedua adalah sekolah
khusus. Sekolah umum banyak diminati oleh setiap siswa karena setiap siswa yang mengikuti
sekolah umum berkeinginan untuk dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi telah lulus di
sekolah tersebut. Beda halnya dengan pendidikan khusus yang difokuskan kepada
keterampilan setiap siswanya, setiap siswa cara mayoritas berkeinginan untuk memasuki
dunia industri setelah lulus di sekolahnya. Salah satu yang menarik di sini adalah pendidikan
khusus yang terdapat di SLTA. SLTA jika di zaman sekarang itu seperti SMA yang secara
mayoritas sMA sekarang itu itu sudah tidak ada lagi dan dipisahkan dengan yang dinamakan
kejuruan, bahkan kejuruan sudah di khusus kan pada sekolah SMK. Seperti halnya SLTP,
berdasarkan falsafah pendidikan, sLTA ini dibangun oleh badan pekerja Komite Nasional
Indonesia atau KNIP untuk menerapkan sekolah kejuruan di tingkat pertama dan atas pada
tahun 1945. Setiap sekolah khusus yang ada di sini ini terdiri dari sekolah menengah teknik,
Menengah ekonomi atas, kesejahteraan keluarga atas, dan guru A.
Pada Bab II membahas pendidikan vokasi dalam zaman repelita I yang dimana terjadi tahun (1969 –
1979) .
Pada Pelita III pemerintah berpusat untuk mengatasi kekurangan guru yang sangat mendesak
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang telah di bangun di Peita sebelumnya, dalam hal
ini Pusat pengembangan Penataran Guru (PPPG) Teknologi di Bandung dan PPPG Kejuruan
di Ragunan Jakarta menjadi modal dasar yang dapat dioptimalkan, untuk itu usaha lintas pintas
di lakukan kerjasama dengan direktorat jendral pendidikan tinggi, Konsersium Ilmu
Pendidikan, dan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan membuka
Program D-III Guru Kejuruan yang diselenggarakan di PPPG Teknologi dimulai pada bulan
Januari 1981, sedangkan untuk guru kejuruan diselenggarakan di PPPG Kejuruan dimulai
sejak tahun 1982. Masa pendidikan Program D-III Guru Teknologi/Kejuruan tersebut adalah
6 semester yang ditempuh melalui pendidikan di institusi (PPPG Teknologi atau PPPG
Kejuruan) selama 3 semester, dan 3 semester lainnya diselenggarakan secara berlapis di SMK
yang ditunjuk. Selama mengikuti pendidikan di SMK, mahasiswa diwajibkan melakukan 40
jam tatap muka per minggu termasuk 12-18 jam pelajaran mengajar di bawah supervisi guru
senior di SMK yang bersangkutan. Mulai semester IV, mahasiswa dilatih untuk membangun
kerjasama dengan industri setempat guna memperoleh pengalaman industri.
Inovasi yang dilakukan pemerintah selanjutnya dimulainya kerjasama antara sekolah dengan
industry, contohnya berafiliasinya STM Penerbangan Bandung dengan PT. IPTN yang kini
menjadi PT. Digantara Indonesia.
Oleh
Rony Patria Sahiundaleng
1906874