Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafah dan ilmu merupakan dua kata yang memiliki keterkaitan dalam
pengertiannya, baik secara substansi maupun sejarah, mengingat kelahiran ilmu
tidak terlepas dari peranan filsafah, serta perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafah. Perkembangan filsafah ilmu sangat penting karena
mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafah ilmu memberikan
spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang
terkandung pada setiap ilmu, baik pada tataran ontologi, epistemologi, maupun
aksiologi.

Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui


berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja
filosofis dapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat
disebut juga sebagai induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan
perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang
dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan.

Pokok permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai


pentingnya Filsafah Ilmu dalam pengembangan pendidikan kejuruan yang
diselaraskan dengan dunia industri. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai
salah satu lembaga pendidikan kejuruan formal di Indonesia, harus berkembang
sesuai tuntutan dunia industri dalam mencetak lulusan yang kompeten, yang siap
untuk bekerja mengisi kekosongan lowongan sesuai bidang keahlian yang
dibutuhkan.

Pentingnya penyelarasan kompetensi yang dipelajari di sekolah dengan


yang dibutuhkan di dunia industri, dapat mempermudah penyaluran lulusan untuk
bekerja. Disamping itu, kemitraan lembaga pendidikan dengan dunia industri
memiliki peran penting sebagai penentu dalam peningkatan dan pengembangan
sumber daya manusia yang siap bersaing di dunia kerja (Gazizova & Khuzina,
2015).

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,


pokok bahasan dalam makalah ini, meliputi:

1. Bagaimana landasan Ontologis dalam filsafah ilmu?


2. Bagaimana landasan Epistimologis dalam filsafah ilmu?
3. Bagaimana landasan Aksiologis dalam filsafah ilmu?
4. Bagaimana kedudukan filsafah ilmu dalam pengembangan pendidikan
kejuruan yang selarasa dengan dunia industri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan makalah ini, secara singkat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Mengetahui landasan Ontologi dalam filsafah ilmu?


2. Mengetahui landasan Epistimologi dalam filsafah ilmu?
3. Mengetahui landasan Aksiologi dalam filsagah ilmu?
4. Mengetahui kedudukan filsafah ilmu dalam pengembangan pendidikan
kejuruan yang selarasa dengan dunia industri?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penulisan makalah ini, secara singkat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Bagi lembaga pendidikan kejuruan, sebagai gambaran akan pentingnya


kerjasama yang sinergi dengan dunia industri dalam mencetak sumber
daya manusia yang kompeten.
2. Bagi dunia industri, sebagai gambaran akan pentingnya kerjasama
yang disinergi dengan lembaga pendidikan kejuruan dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan industri.
3. Bagi peneliti selanjutnya, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
reverensi untuk penelitian yang relevan.

2
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini, secara singkat
dijelaskan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Filsafah Ilmu dan Pendidikan Kejuruan Berbasis Industri,
berisikan mengenai materi yang menunjang dalam menjawab rumusan masalah
yang diajukan sebelumnya.
BAB III Pembahasan, berisi mengenai pembahasan masalah yang
ditunjang dengan kajian teori dan pandangan penulis.
BAB IV Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, berisikan mengenai
kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang dihasilkan dari kajian teori dan
pembahasan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA, berisikan sumber referensi yang digunakan penulis
sebagai rujukan dalam penyusunan makalah ini.

3
BAB II
FILSAFAH ILMU DAN PENDIDIKAN KEJURUAN
BERBASIS INDUSTRI

A. Pengertian Filsafah
Secara efistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani (Philosophia)yang
terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kencintaan terhadap sesuatu,
dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan
sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk
menyenangi kebijaksanaan).

Filsafat merupakan pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang


seluruh kenyataan (Hamersma, 1981). Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat
bahwa kajian filsafah itu sendiri adalah realitas hidup manusia yang dijelaskan
secara ilmiah guna memperoleh arti menuju hakikat suatu kebenaran.

B. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab (‘alima) yang berarti tahu atau mengetahui.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998).

Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan


meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

C. Landasan Ontologi

Istilah Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ta
onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka
ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Menurut
istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang

4
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasamani/konkret maupun
rohani/abstrak. Menurut Jujun S, Suriasumantri, ontology diartikan sebagai
pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam membuahkan
pengetahuan.

Ontologi sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-


filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang membahas hakikat
sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab akibat, realita, atau Tuhan dengan segala
sifatnya. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada.

Adapun fungsi dan manfaat dalam mempelajari ontologi sebagai cabang


filsafat ilmu antara lain:

1. Landasan ontologis berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang
garapan, konsep konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.
Asumsi dasar kelilmuan dari filsafah ini, antara lain:
a. Dunia ini ada, dimana kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-
benar ada.
b. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
c. Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal
2. Landasan ontologi membantu ilmu dalam menyusun suatu pandangan
dunia yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya
mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas hingga pada
akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek
telaahannya.
3. Landasan ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi
permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi

5
D. Landasan Epistemologi

Epistemoiogi adalah cabang filsafat yang secara khusus yang membahas


mengenai teori ilmu pengetahuan. Etimologi membahas cara untuk mendapatkan
pengetahuan; yang dalam kegiatan keilmuan yang disebut dengan metode ilmiah.
Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan,
apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi
bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari,
akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih
penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan
terhadap sesuatu yang ada, manusia dituntut untuk berpikir.

Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan


pengetahuan. Bangunan pengetahuan menjadi kuat, jika memilki landasan yang
kokoh. Bangunan pengetahuan bagaikan gedung rumah, sedangkan landasan
bagaikan fundamennya. Kekuatan gedung rumah bisa diandalkan berdasarkan
kekuatan fundamennya. Demikian juga dengan epistemologi, akan dipengaruhi
atau tergantung landasannya. Sedangkan landasan episfemologi ilmu disebut
metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ihnu dalam menyusun pengetahuan
yang benar. Metode ihniah merupakan prosedur dalam mendanatkan oenzetahuan
vana disebut ilmu.

E. Landasan Aksiologis
Aksiologi berasal dari perkataan Yunani, axios yang berarti nilai dan logos
yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi dapat
diartikan juga sebagai nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.
Aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika dan estetika. Etika
merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang.
Semua prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar
suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, prilaku adalah
beretika baik atau beretika tidak baik. Sedangkan estetika merupakan bagian
filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut

6
indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan dikotomis, dalam arti bahwa
yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang
menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan
tidak nyaman pada pihak lainnya.

F. Karakteristik Pendidikan Kejuruan

Karakteristik pendidikan kejuruan akan sangat berbeda bila disandingkan


dengan pendidikan umum. Tujuan dari pendidikan kejuruan adalah
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja secara lebih efisien, sedangkan
pendidikan umum mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara lebih cerdas
sebagai warga negara dan memahami serta menikmati hidupnya (Prosser dan
Quigley, 1950).

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk


menyiapkan penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu orientasi pendidikannya
tertuju pada lulusan yang dapat dipasarkan di pasar kerja. Dimana justifikasi
pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di dunia usaha
dan industri (Djohar, 2007).

Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu


keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan siswa di luar
sekolah (out-of school success). Kriteria pertama meliputi keberhasilan siswa
dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan kriteria kedua diindikasikan
oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang
sebenarnya. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan (responsiveness) terhadap
perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu pendidikan kejuruan harus bersifat
responsif dan proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan
menekankan kepada upaya adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi
prospek karir anak didik dalam jangka panjang.

Dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan, terdapat tiga model yang


diterapkan menurut Hadi (Muliati, 2007), yaitu:

1. Model pertama, pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran


marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Perusahaan-

7
perusahaan sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan
kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat
umum, dan mereka tidak dapat diusik oleh pemerintah karena yang
menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa
negara penganut model ini adalah Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
2. Model kedua, pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan
mengontrol pendidikan kejuruan. Pemerintah dalam hal ini yang
menentukan jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan,
bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan
pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu
berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan
saat itu. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak
dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
3. Model ketiga, pemerintah menyiapkan/memberikan kondisi yang relatif
komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan
swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar
dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang
disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang
dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang
keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang
handal bagi para lulusan pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan
sistem ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman.

8
BAB III
FILSAFAH ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEJURUAN BERBASIS DUNIA INDUSTRI

A. Filsafah sebagai Ilmu


Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat merupakan induk dari
semua ilmu dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan.
Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat
mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui
keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah
pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga
menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka
masing-masing dalam kehidupan yang nyata.

Mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh


ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya, filsafat memberi
penjelasan masalah tersebut, sementara ilmu terus mengembangakan dirinya
dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal, proses atau
interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh
karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang
pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah
pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas
alam secara dangkal.

B. Peran Filsafah Ilmu dalam Pengembangan Pendidikan Kejuruan


Berbasis Dunia Industri

Setiap orang bekerja pada lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut


ditentukan oleh kondisi yang diperlukan agar dapat menyelesaikan pekerjaan.
Sebagian lingkungan tersebut bersifat fisik seperti peralatan dan mesin serta
tempat khusus untuk bekerja. Sebagian lingkungan bersifat mental atau personal,
seperti jenis hubungan kerja atasan dengan bawahan. Apapun jenis
lingkungannya, pekerja harus menyesuaikan diri dengannya. Dengan demikian
pendidikan kejuruan akan efisien bila lingkungan tempat siswa dilatih merupakan

9
suatu replika dari lingkungan tempat siswa nanti bekerja. Pelatihan di tempat kerja
(magang) dapat menjamin terwujudnya lingkungan tersebut. Pelatihan di sekolah
sebelum masuk dunia kerja hendaknya dapat meniru atau menyerupai lingkungan
asli.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat tiga model pendidikan
kejuruan yang dapat diterapkan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang siap bekerja, dimana pemerintah dapat melibatkan dunia industri dalam
pelaksanaannya. Dengan demikian, sinergitas antara dunia pendidikan kejuruan
dengan dunia industri dapat terjalin dengan sangat baik yang berdampak terhadap
terciptanya lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Secara ontologi, pengembangan pendidikan kejuruan berbasis dunia


industri merupakan suatu hal yang bersifat konkret. Dalam artian bahwa
kemitraan antara lembaga pendidikan dengan dunia industri memiliki peran
penting sebagai penentu dalam peningkatan dan pengembangan daya saing
sumber daya manusia (Gazizova & Khuzina, 2015).

Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1, mengenai keadaan ketenagakerjaan Indonesia, menunjukkan bahwa
pada bulan Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK
sebagai salah satu lembaga formal pendidikan kejuruan di Indonesia berada pada
urutan pertama dengan 11,24 persen (BPS, 2018). Angka tersebut mengalahkan
tingkat pendidikan lainnya. Melihat angka tersebut, tentu terdapat kesenjangan
antara tujuan pendidikan SMK dengan tingkat penyerapan lulusan SMK di Dunia
Industri yag kurang relevan.

Gambar 3.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (BPS, 2018)

10
Secara epistimologi, kurangnya kolaborasi antara lembaga pendidikan
dengan dunia industri menyebabkan kesenjangan diantara keduanya (Khan, 2019).
Kurangnya kolaborasi diantara kedua lembaga tersebut dapat diatasi dengan cara
mempererat komunikasi diantara keduanya dengan berbagai macam kegiatan,
seperti magang atau pengiriman siswa PKL. Disisi lain, keterbukaan diantara
kedua lembaga mengenai apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan
kejuruan dan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri, diperlukan sebagai
informasi untuk mengetasi permasalahan ini. Tentu dalam hal ini tidaklah mudah,
sehingga peran berbagai pihak, khsusnya pemerintah dalam pembuatan kebijakan
mengenai sinergitas kemitraan antara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia
industri.

Secara aksiologi, pengembangan pendidikan kejuruan berbasis dunia


industri tentu dapat mengurangi kesenjangan antara bidang pendidikan kejuruan
dengan dunia industri. Dengan demikian, kebutuhan tenaga kerja yang kompeten
oleh dunia industri dapat diperiapkan dan disediakan dengan sangat baik oleh
lembaga pendidikan kejuruan. Disisi lain, lembaga pendidikan kejuruan tidak
akan kesulitan dalam pengembangan materi pembelajaaran yang selaras dengan
dunia industri.

Perbedaaan budaya kerja antara dunia pendidikan dengan dunia industri


juga dapat diselaraskan dengan baik. Selama ini, bidang pendidikan tidak terbiasa
dengan prinsip-prinsip manajemen yang matang, sedangkan bidang industri
kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang bidang pendidikan
(Baumann, Harfst, Swanger, Saganski, & Cell, 2014). Dengan adanya kemitraan
yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri (Academic and Industry
Partnership), dapat menciptakan iklim perkembangan ekonomi yang cukup baik,
sehingga permasalahan pada Gambar 3.1 mengenai TPS lulusan SMK, perlahan
tapi pasti dapat diatasi dengan kerjasama yang baik diantara keduanya.

11
BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, pengembangan


pendidikan kejuruan berbasis dunia industri dapat dibangun dengan memperkuat
kemitraan diantara keduanya. Kemitraan yang dibangun dapat melalui berbagai
bentuk kegiatan yang didukung dengan adanya kebijakan-kebijakan yang strategis
yang memperkuat kemitraan diantara kedua lembaga tersebut.

Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber daya manusia produktif,
mendukung kemitraan yang kuat antara bidang pendidikan kejuruan (SMK)
dengan dunia industri melalui Inpres No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
Dalam Impres tersebut, dijelaskan bahwa kemitraan antara SMK dengan dunia
industri dapat dibangun dengan cara diantaranya menyempurnakan dan
meyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna
lulusan (link and match). Selain itu, meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha
untuk memberikan akses yang lebih luas bagi lulusan SMK untuk melakukan
PKL dan program magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK.

Secara ontologi, pengembangan pendidikan kejuruan yang selaras dengan


dunia industri merupakan suatu hal yang bersifat konkret. Dalam artian bahwa
kemitraan antara lembaga pendidikan dengan dunia industri memiliki peran
penting sebagai penentu dalam peningkatan dan pengembangan daya saing
sumber daya manusia (Gazizova & Khuzina, 2015).

Secara epistimologi, peningkatan kolaborasi antara dunia pendidikan


kejuruan dengan dunia industri perlu diupayakan secara serius guna mengurangi
kesenjangan yang terjadi selama ini. Keterlibatan pemerintah dalam pembuatan
kebijakan-kebijakan yang mengundungkan dalam memperkuat kemitraan kedua
lembaga tersebut juga diperlukan agar sinergitas keduanya menjadi lebih baik
dalam pengembangan sumber daya manusia yang siap kerja. Sedangkan secara
aksiologi, pengembangan pendidikan kejuruan yang selaras dengan dunia industri
tentu dapat mengurangi kesenjangan antara bidang pendidikan kejuruan dengan
dunia industri.

12
B. Implikasi

Kemitraan lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia industri


memberikan dampak yang sangat positif bagi perkembangan terciptanya sumber
daya manusia yang kompeten. Kemitraan yang kuat antara dunia pendidikan
kejuruan dan dunia industri mampu menghasilkan sumber daya manusia yang
kompeten yang dapat memperkuat perekonomian bangsa. Disisi lain, kemitraan
yang kuat antara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri, memerlukan
dukungan dari berbagai kalangan, khususnya pemerintah dalam penentuan
kebijakan-kebijakan yang memperkuat akan adanya hubungan saling
menguntungkan diantara kedua lembaga tersebut.

C. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat diajukan dalam penulisan makalah ini,


adalah sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan kejuruan harus dapat meningkatkan kerja sama yang
sinergi dengan dunia industri dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah
dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. Hal tersebut
sangat penting mengingat tujuan utama lembaga pendidikan kejuruan
adalah mencetak lulusan yang kompeten, yang siap kerja di dunia industri
atau dunia kerja.
2. Dunia industri harus dapat memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya
kepada lembaga pendidikan kejuruan untuk menjalin kemitraan yang
positif. Dengan terjalinnya kerja sama yang posotif, maka dunia industri
akan memperoleh banyak keuntungan, salah satunya adalah tersedianya
sumber daya manusia yang kompeten, relevan dengan kebutuhan industri.
3. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil makalah ini dengan
penelitian-penelitan yang relevan dengan topik pembahasan. Mengingat
kemitraan antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia industri
dapat memberikan dapat yang positif dalam pembangunan bidang sosial
dan ekonomi bangsa ini.

13
D. Diskusi dan Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab diberikan secara tertulis kepada penulis.
Pertanyaan diajukan oleh sodari Asniwati, NIM 1806346, adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan
Pada bagian kesimpulan dituliskan: (a). Memberikan akses yang luas bagi
lulusan SMK untuk magang, (b). Link and Match kurikulum antara sekolah dan
perusahaan. Menurut penulis, mampukah pihak sekolah memberi akses kepada
lulusan untuk magang di perusahaan? Bukankah siswa telah lulus?
Lalu pada poin (b), melakukan Link and Match kurikulum Sekolah-
Perusahaan. Jadi fokus penelitian penulis ditujukan untuk lulusan SMK atau fokus
pada kurikulum? Pada kajian Epistimologis juga belum dijelaskan pengetahuan
apa yang dibutuhkan pada penelitian penulis.

2. Jawaban
Mengenai pertanyaan pertama, mampukah pihak sekolah memberikan
akses kepada lulusan SMK untuk magang di perusahaan? Bukankah siswa telah
lulus?

Menurut pendapat penulis tentu saja hal tersebut dapat diwujudkan. Saat
ini, terdapat lembaga-lembaga pemagangan atau Badan Latihan Kerja yang
melatih para lulusan SMK atau sederajat untuk memperoleh keahlian tambahan
sebelum mereka bekerja di dunia kerja yang sebenarnya. Sakarang pun mulai
digalakkan program SMK selama 4 tahun, dimana setelah 3 tahun menempuh
pendidikan di SMK, selama 1 tahun kemudian, siswa mengikuti program magang
di Industri, baru setalah program maganggnya selesai siswa dinyatakan lulus
dengan mendapatkan Ijazah dan sertifikat keahlian.

Mengenai pertanyaan kedua, Fokus penelitian yang akan penulis lakukan


adalah apakah materi ajar yang disampaikan di sekolah selama ini telah sesuai
dengan kebutuhan kerja. Sehingga perlu data atau informasi diantara dua lembaga
tersebut, lembaga pendidikan dan dunia industri. Penelitian bisa saja menegnai
program maupun dokumen kurikulum antara lembaga pendidikan dengan dunia
kerja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Baumann, T., Harfst, S., Swanger, A., Saganski, G., & Cell, A. (2014).
Developing competency-based , industry-driven manufacturing education in
the USA : bringing together industry , government and education sectors.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 119, 30–39.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.006
Gazizova, A., & Khuzina, E. (2015). Academic-Industry Partnership in Russia
and Abroad, 214(June), 941–945.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.677
Khan, M. A. (2019). International Journal of Hospitality Management A
systematic assessment of gaps between academic research and industry
participation in hospitality management discipline. International Journal of
Hospitality Management, 82(March), 82–90.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2019.03.030
Moldavska, A., & Abreu-peralta, J. V. (2016). Learning factories for the
operationalization of sustainability assessment tools for manufacturing :
bridging the gap between academia and industry. Procedia CIRP, 54, 95–
100. https://doi.org/10.1016/j.procir.2016.05.104
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai
Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan
(2005/2007). [Online]. Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/
muliatyunjbab.pdf.
Prosser, C.A. & Quigley, T.H. (1950). Vocational Education in a Democracy.
Revised Edition. Chicago: American Technical Society.

15

Anda mungkin juga menyukai