Makalah Filsafat Ilmu Rev
Makalah Filsafat Ilmu Rev
PENDAHULUAN
Filsafah dan ilmu merupakan dua kata yang memiliki keterkaitan dalam
pengertiannya, baik secara substansi maupun sejarah, mengingat kelahiran ilmu
tidak terlepas dari peranan filsafah, serta perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafah. Perkembangan filsafah ilmu sangat penting karena
mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafah ilmu memberikan
spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai moral yang
terkandung pada setiap ilmu, baik pada tataran ontologi, epistemologi, maupun
aksiologi.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini, secara singkat
dijelaskan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Filsafah Ilmu dan Pendidikan Kejuruan Berbasis Industri,
berisikan mengenai materi yang menunjang dalam menjawab rumusan masalah
yang diajukan sebelumnya.
BAB III Pembahasan, berisi mengenai pembahasan masalah yang
ditunjang dengan kajian teori dan pandangan penulis.
BAB IV Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, berisikan mengenai
kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang dihasilkan dari kajian teori dan
pembahasan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA, berisikan sumber referensi yang digunakan penulis
sebagai rujukan dalam penyusunan makalah ini.
3
BAB II
FILSAFAH ILMU DAN PENDIDIKAN KEJURUAN
BERBASIS INDUSTRI
A. Pengertian Filsafah
Secara efistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani (Philosophia)yang
terdiri dari kata Philos yang berarti kesukaan atau kencintaan terhadap sesuatu,
dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara harafiah, filsafat diartikan
sebagai suatu kecintaan terhadap kebijaksanaan (kecenderungan untuk
menyenangi kebijaksanaan).
B. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab (‘alima) yang berarti tahu atau mengetahui.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998).
C. Landasan Ontologi
Istilah Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ta
onta berarti “yang berada”, dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka
ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Menurut
istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
4
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasamani/konkret maupun
rohani/abstrak. Menurut Jujun S, Suriasumantri, ontology diartikan sebagai
pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam membuahkan
pengetahuan.
1. Landasan ontologis berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang
garapan, konsep konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.
Asumsi dasar kelilmuan dari filsafah ini, antara lain:
a. Dunia ini ada, dimana kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-
benar ada.
b. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera.
c. Fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan lainnya
secara kausal
2. Landasan ontologi membantu ilmu dalam menyusun suatu pandangan
dunia yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya
mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas hingga pada
akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek
telaahannya.
3. Landasan ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi
permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi
5
D. Landasan Epistemologi
E. Landasan Aksiologis
Aksiologi berasal dari perkataan Yunani, axios yang berarti nilai dan logos
yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi dapat
diartikan juga sebagai nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh.
Aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika dan estetika. Etika
merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang.
Semua prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar
suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, prilaku adalah
beretika baik atau beretika tidak baik. Sedangkan estetika merupakan bagian
filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut
6
indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan dikotomis, dalam arti bahwa
yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang
menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan
tidak nyaman pada pihak lainnya.
7
perusahaan sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan
kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat
umum, dan mereka tidak dapat diusik oleh pemerintah karena yang
menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa
negara penganut model ini adalah Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
2. Model kedua, pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan
mengontrol pendidikan kejuruan. Pemerintah dalam hal ini yang
menentukan jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di perusahaan,
bagaimana desain silabusnya, begitu pula dalam hal pendanaan dan
pelatihan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu
berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan
saat itu. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia serta banyak
dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
3. Model ketiga, pemerintah menyiapkan/memberikan kondisi yang relatif
komprehensif dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan
swasta dan sponsor swasta lainnya. Model ini disebut juga model pasar
dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang
disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang
dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang
keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang
handal bagi para lulusan pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan
sistem ini diantaranya Swiss, Austria dan Jerman.
8
BAB III
FILSAFAH ILMU DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEJURUAN BERBASIS DUNIA INDUSTRI
9
suatu replika dari lingkungan tempat siswa nanti bekerja. Pelatihan di tempat kerja
(magang) dapat menjamin terwujudnya lingkungan tersebut. Pelatihan di sekolah
sebelum masuk dunia kerja hendaknya dapat meniru atau menyerupai lingkungan
asli.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat tiga model pendidikan
kejuruan yang dapat diterapkan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang siap bekerja, dimana pemerintah dapat melibatkan dunia industri dalam
pelaksanaannya. Dengan demikian, sinergitas antara dunia pendidikan kejuruan
dengan dunia industri dapat terjalin dengan sangat baik yang berdampak terhadap
terciptanya lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1, mengenai keadaan ketenagakerjaan Indonesia, menunjukkan bahwa
pada bulan Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK
sebagai salah satu lembaga formal pendidikan kejuruan di Indonesia berada pada
urutan pertama dengan 11,24 persen (BPS, 2018). Angka tersebut mengalahkan
tingkat pendidikan lainnya. Melihat angka tersebut, tentu terdapat kesenjangan
antara tujuan pendidikan SMK dengan tingkat penyerapan lulusan SMK di Dunia
Industri yag kurang relevan.
10
Secara epistimologi, kurangnya kolaborasi antara lembaga pendidikan
dengan dunia industri menyebabkan kesenjangan diantara keduanya (Khan, 2019).
Kurangnya kolaborasi diantara kedua lembaga tersebut dapat diatasi dengan cara
mempererat komunikasi diantara keduanya dengan berbagai macam kegiatan,
seperti magang atau pengiriman siswa PKL. Disisi lain, keterbukaan diantara
kedua lembaga mengenai apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan
kejuruan dan apa yang dibutuhkan oleh dunia industri, diperlukan sebagai
informasi untuk mengetasi permasalahan ini. Tentu dalam hal ini tidaklah mudah,
sehingga peran berbagai pihak, khsusnya pemerintah dalam pembuatan kebijakan
mengenai sinergitas kemitraan antara dunia pendidikan kejuruan dengan dunia
industri.
11
BAB IV
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber daya manusia produktif,
mendukung kemitraan yang kuat antara bidang pendidikan kejuruan (SMK)
dengan dunia industri melalui Inpres No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
Dalam Impres tersebut, dijelaskan bahwa kemitraan antara SMK dengan dunia
industri dapat dibangun dengan cara diantaranya menyempurnakan dan
meyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna
lulusan (link and match). Selain itu, meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha
untuk memberikan akses yang lebih luas bagi lulusan SMK untuk melakukan
PKL dan program magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK.
12
B. Implikasi
C. Rekomendasi
13
D. Diskusi dan Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab diberikan secara tertulis kepada penulis.
Pertanyaan diajukan oleh sodari Asniwati, NIM 1806346, adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan
Pada bagian kesimpulan dituliskan: (a). Memberikan akses yang luas bagi
lulusan SMK untuk magang, (b). Link and Match kurikulum antara sekolah dan
perusahaan. Menurut penulis, mampukah pihak sekolah memberi akses kepada
lulusan untuk magang di perusahaan? Bukankah siswa telah lulus?
Lalu pada poin (b), melakukan Link and Match kurikulum Sekolah-
Perusahaan. Jadi fokus penelitian penulis ditujukan untuk lulusan SMK atau fokus
pada kurikulum? Pada kajian Epistimologis juga belum dijelaskan pengetahuan
apa yang dibutuhkan pada penelitian penulis.
2. Jawaban
Mengenai pertanyaan pertama, mampukah pihak sekolah memberikan
akses kepada lulusan SMK untuk magang di perusahaan? Bukankah siswa telah
lulus?
Menurut pendapat penulis tentu saja hal tersebut dapat diwujudkan. Saat
ini, terdapat lembaga-lembaga pemagangan atau Badan Latihan Kerja yang
melatih para lulusan SMK atau sederajat untuk memperoleh keahlian tambahan
sebelum mereka bekerja di dunia kerja yang sebenarnya. Sakarang pun mulai
digalakkan program SMK selama 4 tahun, dimana setelah 3 tahun menempuh
pendidikan di SMK, selama 1 tahun kemudian, siswa mengikuti program magang
di Industri, baru setalah program maganggnya selesai siswa dinyatakan lulus
dengan mendapatkan Ijazah dan sertifikat keahlian.
14
DAFTAR PUSTAKA
Baumann, T., Harfst, S., Swanger, A., Saganski, G., & Cell, A. (2014).
Developing competency-based , industry-driven manufacturing education in
the USA : bringing together industry , government and education sectors.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 119, 30–39.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.006
Gazizova, A., & Khuzina, E. (2015). Academic-Industry Partnership in Russia
and Abroad, 214(June), 941–945.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.677
Khan, M. A. (2019). International Journal of Hospitality Management A
systematic assessment of gaps between academic research and industry
participation in hospitality management discipline. International Journal of
Hospitality Management, 82(March), 82–90.
https://doi.org/10.1016/j.ijhm.2019.03.030
Moldavska, A., & Abreu-peralta, J. V. (2016). Learning factories for the
operationalization of sustainability assessment tools for manufacturing :
bridging the gap between academia and industry. Procedia CIRP, 54, 95–
100. https://doi.org/10.1016/j.procir.2016.05.104
Muliati A.M. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda: Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai
Program Pendidikan Sistem Ganda pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan
(2005/2007). [Online]. Tersedia: http://www.damandiri.or.id/file/
muliatyunjbab.pdf.
Prosser, C.A. & Quigley, T.H. (1950). Vocational Education in a Democracy.
Revised Edition. Chicago: American Technical Society.
15