Anda di halaman 1dari 20

asuhan keperawatan dengan pasien katarak (makalah)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis
ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan
dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.

Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur
pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa
walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi
pada lensa mata yang dapat terjadi akibat ghidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata
dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas
karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi. Yang akan kami bahas disini adalah katarak yang dialami Tn. D berumur
65 tahun.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian sampai intervensi yang harus
dilakukan pada klien dengan katarak.

BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI

Menurut Arief mansur dkk (Kapita Selekta jilid 1) Katarak adalah istilah kedokteran untuk
setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa
mata dapat bervariasi.
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB buku 1 hal 6) Katarak adalah mengeruhnya
lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau dapatan (acquired). Penyebab
acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang
pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah
penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada
periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah
dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan,
hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan
pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
c. Katarak komplikata.
d. Katarak traumatik.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :


a. katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
b. katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
c. katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
d. katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak
dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
 Faktor keturunan.
 Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
 Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
 Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
 gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
 gangguan pertumbuhan,
 Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
 Rokok dan Alkohol
 Operasi mata sebelumnya.
 Trauma (kecelakaan) pada mata.
 Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia,
nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan.Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.Perubahan pada
serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir
lensa,misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan kondisi
penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya
protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan
densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang
baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat
lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme
pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-
bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan
dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang
masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai
bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan
dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep
TANDA DAN GEJALA /MANIFESTASI KLINIK

Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan


penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat
memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang
mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka (Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti
rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata.
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4 stadium:
INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans(hanya
bila zonula
putus0
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis,
glaukoma

KOMPLIKASI
Penyulit yang sensori
-yang terjadi berupa: visus tidak akan mencapai 5/5 a ambliopia
-komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser.
Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula
(Pokalo, 1992)
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik
dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil,
dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok
bagi masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia
lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar
pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan
pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengembalian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya.
Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena
sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar),
yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi
yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik
atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan
yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.

INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI KODE


KH NIC
1. Gangguan Setelah Comunication 4978
sensori dilakukan enhancement visual
(visual) b.d tindakan selama deficit:
kekeruhan 3x24  Identifikasi/perkenalkan
jam
pada lensa diharapkan : diri perawat ketika masuk
mata Mengenal ke ruang pasien
gangguan  Catat reaksi pasien
sensori dan terhadap pengurangan
berkompensasi penglihatan
terhadap missal:depresi, menarik
perubahan. diri, marah.
 Jalan satu atau dua langkah
didepan pasien dengan
tangan pasien di siku
perawat.
 Gambarkan lingkungan ke
pasien.
 Jangan pindahkan barang
di ruang pasien tanpa izin
pasien.
 Informasikan kepada
pasien dimana lokasi
suara
 Kolaborasi: pembedahan

2. Cemas b.d Setelah Calming technique: 5880


stress dilakukan  Duduk dan berbicar
tindakan selama dengan pasien.
3x24 jam  Jelaskan rutinitas
diharapkan: perioperatif : tingkat
Cemas klien aktifitas, pembatasan diet,
berkurang obat-obatan.
 Beri latihan tarik nafas
yang dalam
 Kurangi sesuatu yang
membuat cemas
 Pakai metode distraksi.
 Tawarkan pada pasien
minuman hangat.
 Tawarkan pada pasien
mandi air hangat bila
ada..
 Beri pengobatan anticemas
bila diperlukan.
 Instruksikan pada pasien
metode menurunkan
cemas bila tersedia.
 Control/monitor cemas
klien
3. Resiko Setelah Environment management 6486
cidera dilakukan safety:
berhubungan  Identifikasikan kebutuhan
tindakan selama
dengan 3x24 jam keamanan pasien
disfungsi diharapkan :  Identifikasi resiko
sensorik Menunjukan keamanan lingkungan
perubahan misal lingkungan yang
perilaku, pola licin
hidup  Pindahkan
untuk bahaya dari
menurunkan lingkungan bila mungkin
faktor resiko modifikasi lingkungan
dan melindungi supaya tidak berbahaya
diri dari cidera. bagi klien.
 Lengkapi pasien dengan
nomor gawat darurat.
 Monitor lingkungan untuk
mengganti status
keamanan.
 Bantu pasien ke tempat
yang lebih aman.
 Edukasikan dari
lingkungan yang
berbahaya.
 Kolaborasi dengan agensi
lain untuk lingkungan
yang aman.
4. Nyeri Setelah Pain manajement 1400
berhubungan dilakukan  Tunjukan pengkajian
dengan tindakan selama PQRST(0-10)
peningkatan 3x24  Observasi
jam penyebab
TIO diharapkan : ketidaknyamanan
Nyeri berkurang nonverbal lebih spesific,
ketidakmampuan
berkomunikasi.
 Pastikan pasien menerima
obat analgesik.
 Pakai strategi terapetik
untuk mengajarkan
pengalaman nyeri dan
menerima kebiasaan dari
pasien.
 Pertimbangankan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri.
 Tentukan efek dari
pengalaman nyeri dalam
aktifitas hidup.
 Evaluasi pengalaman yang
lalu tentang nyeri kepada
individu, keluarga tentang
sejarah dari nyeri kronik
atau hasil dari
ketidakmampuan jika
penting.
 Evaluasi pasien dan tim
kesehatan keefektifan dari
tindakan kontrol nyeri.
 Beri informasi tentang
nyeri contoh penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
berlangsung, dan
antisipasi
ketidaknyamanan, kontrol
faktor lingkungan.
 Ajarkan terapik
nonfarmakologi contoh
relaksasi, musik terapi,
distraksi, pemijatan.
 Kolaborasi dengan pasien,
keluarga untuk
menerapkan teknik
farmakologi jika perlu.
 Implementasikan analgesik
jika perlu.

5 Resiko Setelah Infection control: 6545


penyebaran dilakukan intraoperative
infeksi  Cuci
tindakan selama tangan sebelum
berhubungan 3x24 jam dan sesudah melakukan
dengan diharapkan : tindakan secara tepat.
prosedure Tidak terjadi  Monitor dan pantau suhu
tindakan penyebaran 20 dan 24oC
invasiv insisi infeksi selama  Jaga sterilisasi alat
jaringan tindakan  Ciptakan lingkungan
tubuh (miles prosedur ruangan yang bersih dan
prosedur) pembedahan babas dari kontaminasi
ditandai dengan dan Jaga area kesterilan
penggunaan luka operasi
teknik  Lakukan teknik aseptik
antiseptik dan dan desinfeksi secara
desinfeksi tepat dalam merawat luka
 Kolaborasi terapi medik
secara tepat dan 5.

benar. pemberian antibiotika


profilaksis

.6 Defisit Setelah Teaching : disease 5602


pengetahuan dilakukan process
berhubungan tindakan  Kaji level umum pasien
3x24
dengan diharapkan: tentang pengetahuan
kurang pasien proses penyakit.
informasi  Jelaskan patofisiologi
mengetahui dan
tentang memahami penyakit dan
penyakit tentang menghubungkannya
yang diderita penyakit yang dengan anatomi fisiologi.
diderita.  Deskripsikan tanda dan
gejala yang umum tentang
penyakit jika perlu.
 Identifikasi
 Etiologi
 Lengkapi informasi
tentang kondisi pasien.
 Diskusikan pilihan terapi
atau treatment.
 Gambaran menejemen
terapi yang
direkomendasikan oleh
dokter

Pemberian pengetahuan / pendidikan pasien : perawatan diri setelah pembedahan katarak


Catat: Tinjau dengan pasien atau orang terdekat atau pemberi asuhan. Berikan petunjuk
tertulis dengan huruf berukuran besar memakai pena berujung runcing agar kontras.
Pembatasan aktivitas
Diperbolehkan
 Menonton tv, membaca bila perlu tapi jangan terlalu lama
 Mengerjakan aktivitaas tapi dikurangi
 Pada awal, ‘’mandi waslap’’ selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran(dengan
pembantu)
 Tidak boleh membungkuk pada pada wastafel atau bak mandi; condongkan kepala sedikit
kebelakang saat mencuci rambut
 Tidur dengan perisai pelindung mata logam berlubang pada malam hari; mengenakan kaca
mata pada siang hari
 Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring, tidak boleh telungkup
 Aktivitas dengan duduk
 Mengenakan kaca mata hitam untuk kenyamanan
 Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
Dihindari (paling tidak untuk satu minggu)
 Tidur pada sisi yang sakit
 Menggosok mata; menekan kelopak untuk menutup
 Mengejan saat defekasi
 Memakai sabun mendekati mata
 Mengangkat beban yang lebih dari 7 kg
 Hubungan seks sampai (tanggal)------
 Mengendarai kendaraan kalo bisa
 Batuk, bersin, muntah
 Menundukan kepala sampai bawah pinggang; melipat lutut saja dan punggung
 tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai
Obat dan perawatan mata
 pergunakan obat sesuai aturan
 cuci tangan sebelum dan setelah memakai obat
 membersihkan sekitar mata dngan bola kapas steril atau kasa yang dibasahi dengan air steril
atau larutan salin normal; sapu kelopak mata dengan lembut dari sudut dalam keluar
 untuk meneteskan obat mata, duduklah dan kepala condong kebelakang; dengan lembut tarik
kebawah batas kelopak mata bawah
 mengenakan perisai pelindung mata logam berlubang-lubang pada malam hari; mengenakan
kaca mata selama siang hari
 menggunakan semua obat mata tepat sesuai dengan resep sehingga dosis dapat dinilai dan
disesuaikan oleh dokter pada kunjungan control pertama
 melaporkan tanda dan gejala yang tak biasa
 Nyeri pada dan disekitar mata, nyeri kepala menetap
 Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat pengurang nyeri
 Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan; inflamasi dan cairan dari mata
 Nyeri dahi dengan onset mendadak
 Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan,
kilatan cahaya, percikan atau bintik didepan mata, halo disekitar sumber cahaya

BAB III
PEMBAHASAN
KATARAK
TN. D (65 tahun) dirawat diruang mata karena katarak, besok diprogramkan menjalani EKEK OS/OD.
Tn D mengatakan, bahwa dua bulan ini pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan
dirinya sering tersandung atau terjatuh, makanya Tn. D bersedia dioperasi. Pada saat pemeriksaan
diketahui.
CT/BT
TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 76x/menit, S: 37,5oC, RR: 18X/meni
Pengkajian diambila tanggal : - Jam : ..WIB
Tanggal MRS :-
Ruangan / Klas :-
DMK :-
Dx Medik
: Katarak
OS/OD
Pengkajian Pre Operasi
I Identitas:
Nama : Tn. D
Umur : 65 Th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Suku / Bangsa : -
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Ditanggung Oleh:-

II Riwayat sebelum sakit


1. Penyakit yang pernah diderita : Kaji riwayat penyakit pada pasien
2. Obat yang dikonsumsi : Kaji riwayat obat yang pernah dikonsumsi pasien
3. Kebiasaan berobat :. Tanyakan pada pasien dimana biasanya berobat
4. Alergi obat : Kaji riwayat alergi pada pasien
III Riwayat Penyakit Sekarang
Dua bulan ini Pasien mengatakan pandanganya semakin kabur, sehingga menyebabakan
dirinya sering tersandung atau terjatuh.
V Pengkajian persistem
Pengindraan
Mata : Kaji bentuk pupil, kaji kesimetrisan pupil ketika mata diberi sinar. kaji warna
konjungtiva, kaji warna sclera, kaji adanya edem dimata, uji ketajaman mata dll.
Pernapasan :
1. Bentuk dada : Kaji bentuk dada
2. Kaji riwayat penyakit yang diderita berhubungan dengan system pernapasan.
3. Pola nafas : frekuensu nafas :18x/menit
4. Bunyi nafas : Kaji bumyi napas pasien, apakah ada bunyi tambahan
5. Kaji adanya Alat bantu pernapasan.

Cardiovaskuler / Jantung
1. Tekanan darah : 160 / 90 mmHg dalam posisi berbaring.
2. Nadi : 76x/menit reguler dan kuat.
3. Bunyi jantung :Kaji bunyi jantung S1 dan S2 kaji adanya bunyi tambahan.
4. Kaji adanya nyeri dada atau tidak ada.
5. Letak jantung : Kaji letak jantung
6. Kaji adanya Clubing finger dan anemia..

Persarafan :
1. Tingkat kesadaran: Compos mentis.
2. GCS : Kaji GCS pasien

Perkemihan :
Kaji pola eliminasi perhari.

VI Psikososial :
1. Sosial interaksi : Kaji kemampuan berinteraksi, mengatakan siap dioperasi..
2. Kaji keadaan Spiritual klien.
VII Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan managemen kesehatan
DS: T anyakan/ kaji tentang arti kesehatan bagi klien
DO: Pasien dirawat dirumah sakit dikarenakan sakit yang dideritanya.
b. Pola Nutrisi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola makan Pasien
DO: Kaji tentang jumlah makan pasien
c. Pola eliminasi
DS: Tanyakan/Kaji tentang pola eliminasi Pasien
DO: Kaji apakah klien terpasang alat bantu atau tidak untuk eliminasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
DS: Tanyakan / kaji aktivitass yang dilakukan Pasien
DO: Pantau pola aktivitas Pasien
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM

e. Pola tidur dan istirahat


DS: Tanyakan/ kaji tentang lamanya klien tidur
DO: Tulis data obyektif mengenai pola tidur pasien
f. Pola perceptual
Kaji pola persepsi pasien mengenai penyakit yang dialami
g. Pola persepsi Diri
DS: Kaji tentang pola persepsi klien, perasaan yang klien alami
DO: Tulis mengenai persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami
h. Pola Seksual Reproduksi
Pasien Tn. D berumur 65 tahun menderita katarak OS/OD.
Kaji pada klien mengenai fungsi seksual sebelum dan setelah sakit.
i. Pola Peran Hubungan
DS: Tanyakan /kaji pada klien mengenai hubungan dengan keluarganya.
DO: Tulis data obyektif mengenai klien dan keluarganya.
j. Pola Management Koping sress:
Kji pada klien mengenai bagaimna klien menangani masalah yang ada, apakah menceritakan
pada keluarga atau di pendam sebelum dan setelah sakit.
k. System Nilai dan Keyakinan
Bagaimana klien dengan tuhan, bagaimana keyakinan klien terhadap kesembuhan
penyakitnya.

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Pasien Gangguan sensori Kekeruhan pada lensa mata
mengatakan (visual)
pandanganya
kabur.
DO: -

2. DS: Pasien Cemas Perubahan dalam status


mengatakan takut peran, status kesehatan,
berhubungan pola interaksi, fungsi
dengan penyakit peran, lingkungan status
yang diderita dan ekonomi
tindakan operasi
yang akan
dilakukan
DO: TD: 160/110
3. DS: Pasien Resiko cedera Disfungsi sensorik
mengatakan sering
terjatuh bila
beraktivitas
DO: pasien
berhati-hati bila
menjalankan
aktivitas/ pasien
bed rest

Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan sensori (visual) berhubungan dengan Kekeruhan pada lensa mata
2. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi,
fungsi peran, lingkungan status ekonomi
3. Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensorik

INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI KODE


KH NIC
1. Gangguan Setelah Comunication enhancement 4978
sensori dilakukan visual deficit:
(visual)  Identifikasi/perkenalkan
b.d tindakan selama diri
kekeruhan 3x24 jam perawat ketika masuk ke ruang
pada lensa diharapkan : pasien
mata Mengenal  Catat reaksi pasien terhadap
gangguan pengurangan penglihatan
sensori dan missal:depresi, menarik diri,
berkompensasi marah.
terhadap  Jalan satu atau dua langkah
perubahan. didepan pasien dengan tangan
pasien di siku perawat.
 Gambarkan lingkungan ke
pasien.
 Jangan pindahkan barang di
ruang pasien tanpa izin pasien.
 Informasikan kepada pasien
dimana lokasi suara
 Kolaborasi: pembedahan

2. Cemas b.d Setelah Calming technique: 5880


stress dilakukan  Duduk dan berbicara dengan
tindakan selama pasien.
3x24 jam  Jelaskan rutinitas perioperatif :
diharapkan: tingkat aktifitas, pembatasan
Cemas klien diet, obat-obatan.
berkurang  Beri latihan tarik nafas yang
dalam
 Kurangi sesuatu yang membuat
cemas
 Pakai metode distraksi.
 Tawarkan pada pasien minuman
hangat.
 Tawarkan pada pasien mandi air
hangat bila ada..
 Beri pengobatan anticemas bila
diperlukan.
 Instruksikan pada pasien metode
menurunkan cemas bila
tersedia.
 Control/monitor cemas klien

3. Resiko Setelah Environment management 6486


cidera dilakukan safety:
berhubungan  Identifikasikan
tindakan selama kebutuhan
dengan 3x24 jam keamanan pasien
disfungsi diharapkan :  Identifikasi resiko keamanan
sensorik Menunjukan lingkungan misal lingkungan
perubahan yang licin
perilaku,  Pindahkan
pola bahaya dari
hidup untuk lingkungan bila mungkin
menurunkan modifikasi lingkungan supaya
faktor resiko tidak berbahaya bagi klien.
 Lengkapi pasien dengan nomor
dan melindungi
diri dari cidera. gawat darurat.
 Monitor lingkungan untuk
mengganti status keamanan.
 Bantu pasien ke tempat yang
lebih aman.
 Edukasikan dari lingkungan
yang berbahaya.
 Kolaborasi dengan agensi lain
untuk lingkungan yang aman.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena
konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah
pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid
dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain.
Congenital cataract terjadi pada infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada
kedua mata, namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak
mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran
opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
e. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
f. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
g. Katarak komplikata.
h. Katarak traumatik.
Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi
memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan
sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma
dan uveitis.

B. KESIMPULAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya dan
pembaca pada umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keparawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Reeves, Charlene J. 2001. Keparawatan Medical Bedah Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Salemba
Sunart dan sudarth. Keparawatan Medical Bedah edisi Ketiga.

Anda mungkin juga menyukai