PENDAHULUAN
makanan yang berasal dari laut. Salah satu contohnya adalah makanan Sea Food
kepiting untuk perharinya sebanyak 13 kg/hari (Akbar dan Amin, 2018). Dan dari
mencapai 4.745 kg/tahun. Rata-rata berat cangkang kepiting untuk satu ekornya
mencapai 25-50% berat kepiting (Nuralam dan Arbi, 2012). Maka dapat
disimpulkan potensi cangkang kepiting di kota Samarinda pada tahun 2018 adalah
2.372 ton/tahunnya.
Selama ini limbah cakang kepiting buangan dari warung makanan sea
pada lingkungan yaitu bau busuk yang di sebabkan limbah caking kepiting
(Asni, dkk 2014). Dimana kandungan kitin yang terdapat pada cangkang kepiting
memperpanjang umur simpan filet nila mera pada kondisi suhu kamar (Sahubawa,
2014).
Penelitian pembuatan kitosan dari limbah kulit cakang kepiting yang telah
dilakukan (Asni dkk 2014) dengan memvariasikan kosenterasi NaOH serta waktu
lama perendaman dari kitin tersebut. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil
dearajat deasetilasi terbaik pada kosenterasi 50% yaitu 60% dan juga pada lama
perendamanan menit ke-30 yaitu sebesar 50%. Selain itu juga pada penelitian
yang lain yang telah dilakukan(Muhamad, Nadia, & Huli, 2018) dengan
terbaik derajat deasetilasi pada kosentrasi 60% yaitu sebesar 85,32% dengan
dilakukan (Asni dkk 2014) adalah 50%. Sehingga dapat disimpulkan hasil yang
diperoleh belum memenui standar mutu kitosan. Sedangkan pada peneliti kedua
82,59%. Hasil yang diperoleh peneliti (Muhamad dkk, 2018) dapat disimpulkan
3
bahwa hasil tersebut telah memenuhi standar mutu kitosan. Berdasakan reftensi
yang ada , pada penelitian ini dapat memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan.
dkk, 2018) maka dilakukan dengan mengamati pengaruh daya dengan bantuan
gelombang mikrowave. Moreno dkk, (2005) dalam (Setyawati dkk, 2016) juga
membantu menghasilkan persen hasil yang tinggi dan waktu reaksi yang lebih
menghemat 10 kali energi listrik untuk reaksi, sangat cepat dan efektif serta
konvensional.
mikrowave dan waktu reaksi pada proses deasetilasi terhadap derajat deasetilasi
kitosan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepiting
bangsa (infraordo) Brachyura. Dan kepiting merupakan hewan yang dapat hidup
dia dua alam yang sering di sebut hewan amfibi. Dan kepitng merupakan hewan
yang banyak di budidaya baik di tambak maupun di perairan rawa. Tubuh kepiting
salah satu hewan laut yang di jadikan makanan seafood. Kepiting terdiri dari rata-
rata berat cangkang kepiting untuk satu ekornya mencapai 25-50% berat kepiting
(Nuralam dan Arbi, 2012). Di balik cankang kepiting yang keras terdapat
kandungan kitin yang tinggi. Kepiting yang menghasilkan kepiting inilah yang
nantinya akan diproduksi menjadi kitosan. Kitosan dalam cangkang kepiting dapat
Santosa,dkk 2014). Selain itu kitosan sangat efektif membunuh bakteri, sekaligus
berperan dalam memperpanjang umur simpan filet nila mera pada kondisi suhu
protein, dan kalsium karbonat. Dan untuk masing masing komposisi Secara umum
kompenen tersebut terdapat pula lemak, pigmen, dan logam dalam jumlah
terbatas.
mengandung nitrogen. Kulit keras pada banyak insekta dan krustasea dibangun
oleh sekitar 30% polisakarida ini. Walaupun dalam jumlah kecil, kitin juga dapat
dalam beberapa jenis lumut, jamur, dan juga bakteri. Struktur kimia kitin adalah
selusosa. Oleh kerna itu, ada yang menganggap kitin sebagai 2-N- asetil amino
Kitin berupa zat padat berbentuk amorf, berwarna putih, dan sangat tahan
terhadap pengaruh bakteri. Poliosa ini juga sangat tahan terhadap pengaruh
pelarut-pelarut organik yang umum. Kitin larut dalam asam nitrat pekat, asam
klorida pekat, dan asam sulfat pekat. Enzim kitinaze dapat mengatalisis hidrolisis
6
asetil). Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin. Kualitas dan nilai ekonomi
kitosan dan kitin ditentukan oleh besarnya derajat deasetilasi. Semakin tinggi
derajat deasetilasi, semakin tinggi kualitas dan harga jualnya. Adanya gugus
amina ini menjadikan kitosan bermuatan persial positif kuat. Hal ini menyebabkan
kirosan dapat larut dalam larutan asam sampai netral. Selain itu, muatan positif
persial negatif, seperti minyak, lemak, dan protein. Sifat inilah yang menjadikan
Sekitar 30% dari kulit keras pada banyak insekta dan kustasea
mengandung kitin. Walaupun dalam jumlah kecil, kitin juga terdapat dalam
beberapa jenis lumut, jamur, dan bakteri (Sumardjo, 2009). Dikalangan industri
kitin dan kitosan diproduksi dari organisme bawah laut. Namun, kualitas ataupun
7
yield kitin dan kitosan yang dihasilkan seringkali kurang baik. Oleh karena itu
produksi kitin dan kitosan diperoleh dari krustasea laut (aquatic crustaceans).
memperpanjang umur simpan filet nila mera pada kondisi suhu kamar (Sahubawa,
2014).
maksimal. Dapat dikatakatan suatu kitosan itu baik tentu harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, baik Sandar Nasional Indonesia (SNI) ataupun
Septiwi, 2015) :
gelombang mikro oleh sebuah tabung yang disebut magnetron. Energi ini
dirubah menjadi energi panas saat energi ini menyentuh makanan. Sentuhan
matang.
Energi mikrowave untuk memasak adalah energi yang aman yang tidak
dapat merubah struktur sel dan juga tidak dapat di simpan di dalam tubuh. Jadi
tidak dapat disamakan dengan sinar X-Ray (Hayatinufud A.L. Tobing, 2004).
Gelombang ini mempunyai sifat gelombang umum yang sama yaitu berupa
radiasi gelombang mikro dapat menghemat 10 kali energi listrik untuk reaksi,
sangat cepat dan efektif serta mengahsilkan dearajat deasetilasi yang tinggi
kerja spektroskopi infra merah adalah sampel yang dipindai menggunakan sinar
infra merah, dilakukan menembus sampel dan ditangkap oleh detektor. Hasil
sangat baik, dapat dimanipulasi untuk menghasilkan data yang dapat diterima,
sebagai alat yang canggih untuk analisis kualitatif dan kuantitatif(Sudjadi dan
Rohman, 2018).
interferor dan komputer untuk menyimpan data. Interferometer yang paling sering
11
BAB III
MOTEDE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dari bulan Februari hingga Juli 2019. Penelitian akan
Gajah Mada. Bahan baku berupa limbah cangkang kepiting diperoleh didaerah
sekitar Samarinda.
A. Variabel berubah
B. Variabel Tetap
a. Massa Kitin 10 g
c. Suhu pengeringan110oC
e. Pelarut NaOh
g. Waktu 2 Menit
h. Ukuran
13
C. Variabel Respon
Derajat Deasetilasi
A. Alat
2. Blender
3. Palu
4. Cobekan
5. Baskom
6. Koran
8. Magnegtik Stired
9. Hot Plat
11. Penyaring
17. Bulp
18. Spatula
20. Plastik
B. Bahan
1. Cakang kepiting
2. Aquadest
3. Air Ledeng
4. NaOH 60%
5. HCl
6. Asam Asetat
7. Penyaring
15
menit pada variasi daya (792, 657, 468, 378, 180) watt
Analisa penelitian ini dengan menggunakan alat isntrumen FTIR Analisa ini
DAFTAR RUJUKAN
Asni, N., Saadilah, M. A., & Saleh, D. (2014). Optimasi Sintesis Kitosan dari
Drs. Damin Sumarjo. (2009). Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Hazairin Nadia*, La Ode Huli, Laode Abdul Rajab Nadia, 1(2), 77–84.
PENJERNIH AIR PADA AIR RAWA DAN AIR SUNGAI. Jurnal Teknik
Setyawati, A., Pranowo, D., & Kartini, I. (2016). Green Chemistry: Effect of