DENGAN DEMENSIA
Dosen Pengampu : Rika Maya Sari, S.Kep.Ns, M.Kes
D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
kesempatan dan memfasilitasi kepada penulis sehingga makalah ini bisa selesai dengan
lancar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mengingat kemampuan yang kami
miliki, dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan baik pada materi
maupun teknis penulisan materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua
PENDAHULUAN
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka
lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
Masalah utama yang sering terjadi pada proses penuaan lansia adalah terjadinya
perubahan dari segi fisik ketika manusia berusia lanjut seperti rambut yang mulai
memutih, kulit keriput, kondisi fisik yang mulai menurun dan menurunnya daya ingat
(pikun) atau yang sering disebut dengan dimensia. Demensia adalah jenis penyakit
gangguan otak. Sel-sel otak akan mati secara bertahap seiring dengan bertambahnya
usia. Namun, sel-sel otak penderita demensia akan mati dengan cepat dan volume otak
mereka akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah terhadap fungsi otak. Pasien
penderita demensia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi juga memiliki masalah dengan
pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan, dan penilaian. Kepribadian dan
perilaku mereka juga bisa berubah. Demensia adalah suatu sindroma klinik yang
meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan memori sedemikian berat sehingga
Di Indonesia, usia harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun (2004) meningkat
menjadi 72 tahun (2015). Usia harapan hidup penduduk Indonesia diproyeksikan akan
diproyeksikan terus meningkat. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk
Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk.
emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan dan biasa disebut pikun. Penyakit
Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia > 65 tahun, tetapi dapat juga
menyerang orang yang berusia sekitar 40 tahun. Berikut adalah peningkatan persentase.
Penyakit Alzheimer seiring dengan pertambahan usia, antara lain: 0,5% per tahun pada
usia 69 tahun, 1% per tahun pada usia 70-74 tahun, 2% per tahun pada usia 75-79 tahun,
3% per tahun pada usia 80-84 tahun, dan 8% per tahun pada usia > 85 tahun. Estimasi
jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta
orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun
2030, dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050. Bukannya menurun, tren penderita
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kognitif
dimensia?
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
kognitif dimensia
1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Makalah ini mampu memberikan informasi dan referensi, selain itu mampu
2. Bagi dosen
3. Bagi masyarakat
Makalah ini sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat secara umum.
Konsep dasar dimensia pada makalah ini diharapkan dapat membantu dalam
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Dimensia
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada
demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat atau biasa
yang sering disebut juga dengan pelupa (Nugroho, 2008). Demensia adalah kondisi
klinis dimana terjadi penurunan fungsi mental intelektual (kognitif) yang progresif.
Demensia dapat disebabkan oleh penyakit organik difusi pada hemisfer serebri
D, et al. 2010).
ingat dan daya piker, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mengakibatkan para lansia menjadi
2.1.2 Etiologi
Penyebab dimensia yang reversible sangat penting diketahui karena pengobatan yang
baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari yang normal.
Untuk meningat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai”
sebagai berikut :
1. D : drugs (obat)
Obat sedative
Seperti : DM
Hipoglikemi
Gangguan ginjal
Gangguan hepar
Gangguan tiroid
Gangguan elektrolit
4. E : Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga)
5. N : Nutritional
7. I : Infeksi
TBC
Parasit
Fungus
Neurosifilis
Keadaan yang secara potensial reversible atau yang bisa dihentikan seperti :
c. Gangguan metabolik
d. Gangguan vascular
a. Penyakit degenerative :
- penyakit Alzhemeir
- penyakit pick
- penyakit Huntington
b. Penyakit vascular :
- penyakit binswanger
- embolisme serebral
- arteriitis
c. Demensia tramatic :
- Perlukaan kranio-serebral
2.2.3 Klasifikasi
umur dan kerusakan otak. Berdasarkan perjalanan penyakit yaitu dimensia irreversible
diantaranya karena infeksi, atau sindrom demensia akibat stres serta depresi,
hidrosefalus komunikans serta subdural hematom dan reversibel diantaranya defisiensi
nutrisi (misalnya defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat), efek samping obat,
asupan alkohol akut dan tumor atau trauma, penyakit cerebro kardiovaskuler, penyakit-
Constance, 2001).
Selain itu, berdasarkan umur dibagi menjadi dimensia senilis yaitu demensia yang
terjadi pada usia > 65 tahun dan dimensia prasenilis yaitu dimensia yang terjadi < 65
tipe Alzheimer yang disebabkan karena kondisi sel syaraf yang mati, demensia vaskuler
arteriosklerosis, dan ateroklerosis, penyakit Parkinson, dan penyakit pick. Selain itu,
berdasarkan kerusakan otak yaitu dimensia terkait HIV-AIDS yang dapat menyerang
system saraf pusat, menyebabkan ensefalopati HIV atau komlek demensia AIDS,
alzheimer dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap awal, pertengahan dan akhir (Nugroho,
a. Tahapan awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering diabaikan dan
disalah artikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses menua.
tidak bisa mengingat 3 benda setelah 5 menit, maka orang tersebut dapat dianggap
mengalami kerusakan memori jangka pendek (Hoffman & Constance, 2001). Dalam
tidak ingat tadi pagi kegiatan yang diikuti apa saja, apa saja yang di makan saat
sarapan, ataupun kesulitan untuk mempraktekan kembali gerakan senam yang baru
saja diajarkan serta disorientasi orang, waktu dan tempat. Individu dengan masalah
kognisi dan fungsi dimanifestasikan apabila indivudu tersebut dalam situasi yang
dapat menimbulkan stres sehingga individu tersebut cenderung menarik diri atau
depresi. Tahap pertengahan atau demensia sedang ditandai dengan proses penyakit
berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. tahap pertengahan ini juga mengalami
kehilangan memori yaitu memori mengenai kejadian saat ini dan masa lalu. Memori
jangka panjang yang biasanya sering terlupa dapat dilihat dari ketidakmampuan
residen mengingat kapan dia lahir, kapan dia menikah, kapan residen mulai tinggal
di wisma. Gangguan lain dari fungsi otak seperti kemampuan bahasa, gerak motorik,
gejala dari demensia. Adanya perubahan personal dari penderita juga menjadi salah
satu gejala demensia. Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan
bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi dan berpakaian), dan terjadi
tempat. Tahap ini merupakan tahap dimana terjadi penurunan ambang stress,
akhir atau dimensia berat dimana ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif total,
tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal), sukar memahami dan
menilai peristiwa, tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah sendiri, kesulitan
tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat tidur. Pada
tahap ini penderita demesia mengalami penurunan nafsu makan sehingga terjadi
penurunan berat badan. Tahap ini siklus tidur –bangun mengalami perubahan dan
individu tersebut menghabiskan waktu dengan mengantuk dan tampak menarik diri
secara sosial dan lebih tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Karakteristik lain
dari demensia yaitu frustasi, menarik diri, curiga, mudah marah, dan gelisah serta
2.2.4 Patofiologi
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau hilangnya
komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan banyak faktor yang
namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas
Pada demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
sekunder dari oklusi vaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan
dengan penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfer serebral dan nuklei
abu-abu dalam, terutama striatum dan thalamus. Mekanisme demensia vaskular yang
paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan penyakit
2. Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan gangguan
kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus infark arteri serebral
parenkim perivaskular.
4. Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan menghasilkan
lesi kavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri penetrasi yang kecil.
Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula interna, nuklei abu-abu dalam, dan
substansia alba. Status lakunar adalah kondisi dengan lakunae yang banyak,
menyebar.
disebabkan oleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit ini, perubahan
vaskular yang terjadi adalah fibrohialinosis dari arteri kecil dan nekrosis fibrinoid
Pathway Dimensia
2.2.5 Penatalaksanaan
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengkajian kognisi, perilaku dan
status fungsional serta riwayat penyakit pada lansia yang dicurigai atau dipastikan
menderita demensia. Perawat juga harus melakukan identifikasi faktor risiko lingkungan
untuk membantu mengarahkan intervensi yang tepat untuk penyakit ini. Pemeriksaan
kognisi menggunakan test MMSE ( Mini Mental State Exam) CDR (Clinical Dementia
Rating) yang bertujuan untuk mengukur orientasi dan fungsi kognitif pada lansia
(Stanley & Beare, 2007). Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan menggunakan CT
scan dan MRI yang bertujuan untuk menggambarkan faktor penyebab demensia,
biasanya pada CT Scan dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar serta
adanya atrofi kortikal. Perawat juga melakukan kolaborasi, yang bertujuan untuk
menghambat yaitu dengan pemberian terapi yang tepat. Perawat juga melakukan
tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes dan
antiplatelet.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
penyakit pada pasien. Hal yang penting untuk diperhatikan pada saat melakukan
anamnesis adalah riwayat penurunan fungsi terutama fungsi kognitif pada pasien
perilaku kepribadian
2. Riwayat neurologis
serebrovaskular, trauma kapitis, infeksi sistem saraf pusat , epilepsi, stroke, tumor
Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi:
komprehensif)
suatu aktifitas)
Hal lain yang perlu untuk diketahui mengenai aktifitas harian yang dilakukan
waham, halusinasi, miss identifikasi, depresi, delusi, pikiran paranoid, apatis dan
cemas. Gejala perilaku salah satu contohnya dapat berupa bepergian tanpa tujuan,
agitasi, agresivitas fisik maupun verbal, kegelisahan dan disinhibisi (rasa malu).
6. Riwayat keluarga
7. Pemeriksaan objektif
pemeriksaan neuropsikologis.
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan medis umum atau status interna
b. Pemeriksaan neurologis
tertentu. Peningkatan tonus otot dan bradikinesia dengan tidak adanya gejala
c. Pemeriksaan neuropsikologis
pada penderita dengan nilai MMSE kurang atau dibawah dari 27 terutama
2003).
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penegakkan demensia meliputi pemeriksaan
a. Pemeriksaan laboratoriu
Pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal, fungsi hati, hormon
tiroid dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan neurosifilis pada penderita
Computed Tomography (CT) – Scan atau Metabolic Resonance Imaging (MRI) dapat
periodic.
lipid polimorfik yang memiliki 3 allel yaitu epsilon 2, epsilon 3, dan epsilon 4.
2.3 Evaluasi
Evaluasi pada pasien demensia dapat dilakukan dengan menilai keapuan klien :
Kemampuan pasien :
2. Resiko cedera
Kemampuan pasien :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan dialami
oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka
lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
Masalah utama yang sering terjadi pada proses penuaan lansia adalah terjadinya
perubahan dari segi fisik ketika manusia berusia lanjut seperti rambut yang mulai
memutih, kulit keriput, kondisi fisik yang mulai menurun dan menurunnya daya ingat
3.2 Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan makalah selanjutnya
1. Mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan untuk belajar dan diharapkan
mahasiswa mengetahui, mengerti, dan memahami akan arti, manfaat serta akibat atau
2. Lansia diharapkan dapat melakukan latihan gerakan baik aktif maupun pasif secara