Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

“Aritmia”
DOSEN PEMBIMBING

AlikSeptian M, S.Kep.,Ns, M.Kes

Penyusun Kelompok 5 :

1. Ahmad Sobha Rizki A (151001003)


2. Alifia Rahma Nadlifah (151001004)
3. Daniel Tanaem (151001007)
4. Fitri Fajarwati Zulfa (151001016)
5. M. Amang Handaris (151001028)
6. Nisa’ul Ilmi Chik M.A (151001030)
7. Rizky Putri Isnain (151001039)
8. Putri Ayu Natalia Sari (151001037)
9. Wiwik Aryunani (151001046)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015 – 2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas AsuhanKeperawatan tentang
“Aritmia” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamanya. Dan juga kami berterima
kasih kepada BapakAlikSeptian M, S.Kep.,Ns, M.Kes selaku dosen mata kuliah SISTEM
KARDIOVASKULER yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan yang membaca makalah ini demi perbaikan makalah yang telah kami buat.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun untuk kami.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa
depan.

Jombang, 07 April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i


Kata Pengantar .........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 2
1.5 Metodedan Prosedur Penulisan .......................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Definisi .............................................................................................................. 3
2.2 Etiologi .............................................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ...................................................................................................... 4
2.4 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 6
2.5 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 7
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS .............................................. 9
3.1 Pengkajian .......................................................................................................... 9
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 11
3.3 Intervensi.......................................................................................................... 11
3.4 Implementasi ................................................................................................... 12
3.5 Evaluasi ........................................................................................................... 13
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN SEMU .................................................. 14
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 29
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 29
5.2 Saran ............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama
jantung. Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari
normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih lambat
dari normal, yang disebut sebagai bradikardia. Jantung yang berdenyut melambat tentu
akan mengganggu aliran darah sampai ke otak sehingga penderitanya sewaktu-waktu
dapat pingsan Sebaliknya, jika jantung berdenyut terlalu cepat dalam jangka yang lama
maka dapat mengarah pada gagal jantung kongestif yang tentunya sangat berbahaya.
Aritmia timbul bilamana penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak
jantung mengalami gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada
jantung yang bertugas menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik.Aritmia
juga dapat terjadi bila bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang
abnormal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apadefinisi dari Aritmia ?
2. Apa etiologi dari Aritmia?
3. Bagaimana patofisiologi dari Aritmia ?
4. Apa manifestasi klinis dari Aritmia ?
5. Apa pemeriksaan penunjang dari Aritmia?
6. Bagaimanapenatalaksanaan medis dari Aritmia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari Aritmia ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Aritmia ?
2. Untuk mengetahui etiologi dari Aritmia ?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dariAritmia ?
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Aritmia?
5. Untuk mengetahuipemeriksaan penunjang Aritmia?
6. Untuk mengetahuipenatalaksanaan medis dari Aritmia?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Aritmia ?

1.4 Manfaat

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca


dapat memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien Aritmia dengan
tepat dan bermutu. Selain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

1.5 Metode dan Prosedur Penulisan

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu
rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

2.2 Etiologi
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).

3
2.3 Patofisiologi
Rangsangan jantung secara normal disalurkan dari sentrum implus pacu nodus
SA (sinoatrial) melalui atrium, sistem hantaran antrioventrikular (AV), berkas serabut
Purkinje, dan obat ventrikel.
Dalam keadaan normal, pacu untuk denyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per
menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut Purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang
memimpin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah
dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan ke BIndel
HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat.
Aritmia terjadi karena gangguan pemberian implus (otomatisitas abnormal atau
gangguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu antara lain :
1. Gangguan dan irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia
sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik :
 Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, dan waktu makan
sedang dicerna.
 Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan
neurosis jantung.

4
WOC/Pathway
Obat-obatan (digitalis, Sres, stimulant (kokain,
verepamil, propanolol, reserpin , amfetamin, nikotin kafein)
metildopa) peningkatan tekanan hipoksia, hipovelomia,
intracranial, infark miokard, hipoksemia,hopertiroidisme,
cidera akut medulla spinalis, gagal jantungkongestif
nyeri berat

B2 System
Gangguan Irama Sinus
kardiovaskuler
Sinus Takikardi
Psikosisal
Sinus Bradikardi

Frekuensi Frekuensi jantung


Sinus Aritmia meningkat
jantung lambat

Ketidakteraturan
Jantung tidak dapat muatan pada sinus Waktu B6 Sistem
mengompensasi sinusnodus sinus pengisisan
Henti sinus ventrikel Muskulosskeletal

Resiko
penurunan Gangguan Suplai System Kebutuhan o2
curah penghantaran darah ke otot jantung
implus ke ventrikel persyarafa
jantung jaringan
n
System Jantung tidak Kelelahan
Suplai O2 Suplai darah
mendapat
sensori ke jaringan ke jantung
suplai darah

Gagal SuplaiO2 ke Intoleransi


Suplai darah jantung Penurunan aktivitas
jantung
ke otak perfusi
perifer
Kurang
informasi Metabolism sel
mengenai secara anaerob
Suplai O2
kebutuhan
ke otak
Menghasilkan
asam laktat

Gangguan Kurangya
perfusi jaringan pengetahuan Pelepasan Nyeri
cerebral Peradangan mediator
dada
inflamasi

5
2.4 Manifestasi Klinis
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup .
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

6
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

2.6 Penatalaksanaan Medis.


1. Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
 Kelas 1 A
1. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
2. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
3. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

 Kelas 1 B
1. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
2. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
 Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
 Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi.
 Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulan
 Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia.
b. Terapi mekanis
 Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
 Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.

7
 Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
 Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
a. Identirtas
Biasanya berisi nama, umur, jenis kelamin, no. MR, pendidikan, pekerjaan,
status, agama, alamat, dan tanggal masuk,dll.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu biasanya klien mengeluh pernah
mengalami jantung bawaan, hipertensi,diabetes, terlalu banyak konsumsi
alcohol, kafein, dan nikotin.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh merasa berdebar-debar, lemas demam,
berkeringatdingi, pandangan gelap, sulit tidur, nyeri dad, pusing, keletihan,
nafas yang lebih pendek, sianosis.
3. Riwayart Kesehatan Keluarga
Biasanya keluarga pasien mengalami penyakit jantung, stroke, hipertensi.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, sianosi
Kesadaran : biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius. Dan pasien hilang kesadaran (sinkop/pingsan)
1. Rambut
Biasanya kulit kepala bersih, rambut tidak rontok
2. Wajah
Biasanya tidak ada luka ataupun brkas jahitan
3. Mata
Biasanya simetris kanan kiri, konjungtiva anemis,sklerea tidak ikterik
4. Telinga
Biasanya simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik
5. Hidung
Biasanya simetris kanan kiri, tidak terdapat polip, memakai oksigen.

9
6. Mulut
Biasanya warna pucat dengan sianosis bibir, tidak terdapat stomatitis, lidah
putih.
7. Leher
Biasanya ada pembesaran pada kelenjar tyroid, ada gangguan fungsi
menelan disertai vena jugularis.
8. Kulit
Biasanya berkeringat dingin, pucat, sianosis, edema, akral dingin CRT lebih
dari 3 detuk.
9. Dada dan Thorax
Inspeksi : biasanya menggunakan obat bantu pernafasan, gerakan
pernafasan masih simetris.
Palpasi : taktil premitus biasanya normal, ada sensasi nyeri di daerah
dada.
Perkusi :biasanya suara dada bunyi resonan/sonor atau sedikit redup
karena ada spetum yang berlebihan.
Auskultasi : biasanya bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
10. Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya batas jantung tidak mengalami pergeseran,
ictus cordis teraba.
Perkusi : biasanya bunyi jantung redup atau pekak.
Auskultasi : biasanya ada suara tambahan khususnya di S3 dan S4
11. Abdomen
Inspeksi : biasanya bentuk simetris, tidak ada asites.
Auskultasi : biasanya terjadi peningkatan bunyi peristaltic usus.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan atau yang lain.
Perkusi : biasanya bunyi tympani.
12. Ekstremitas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada tanda-
tanda inflamasi.
13. Genetalia
Biasanya tidak ada gangguan fungsi dan tidak ada terpasang kateter.

10
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infark miokard)
b. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
c. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatanberhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisimedis/kebutuhan terapi.

3.3 Intervensi Keperawatan

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen Manajemen nyeri Kontrol Nyeri - Mengenali
nyeri 1. Lakukan Definisi : Tindakan timbulnya nyeri
Definisi : pengkajian yang individu untuk (160502) 3
mengurangi nyeri komprehensif tentang mengendalikan nyeri. - Menggunaka
atau menurunkan nyeri, termasuk lokasi, n analgesik yang
nyeri ke level karakteristik, direkomendasikan
kenyamanan yang onset/durasi, (160505) 4
diterima oleh frekuensi, kualitas, - Laporkan
pasien. intensitas, atau perubahan gejala
beratnya nyeri dan nyeri pada dokter
factor presipitasi. (160513) 3
2. Observasi reaksi - Mengenali
non verbal dari kumpulan gejala
ketidaknyamanan. nyeri (160509) 3
3. Kontrol
lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
percahayaan,
kebisingan.
4. Ajarkan tentang
teknik
pernafasan/relaksasi.

11
5. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri.
6. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri.
7. Anjurkan klien
untuk beristirahat.
8. Kolaborasi
dengan dokter jika
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada
pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).

12
3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi


adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota im kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
2. Tekana darah, suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi sudah sedikit menurun
dari hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Pasien tidak merasa sesak lagi
4. Pasien mengatakan rasa nyerinya pada dada sebelah kirinya berkurang
5. Ekspresi wajah pasien menunjukan sedikit rileks
6. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
7. Gaya hidup pasien berubah.

13
KASUS
Ny. A berumur 55 tahun diantar oleh anaknya ke RSUD Jombang pada tanggal
07April 2016 jam 10.20 WIB mengeluhnyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-tusuk
menjalar ke lengan kiri selama 3 hari, nyeri dirasa berat ketika beraktifitas, disertai
dengan dyspnoe. Pasien juga mengatakan sering berkeringat.Dari hasil pemeriksaan
fisik yang dilakukan oleh seorang perawat didapatkan frekuensi nadi = 110 x/menit, TD
= 150/90 mmHg, suhu = 380C, frekuensi nafas = 26 x/menit, bunyi irama jantung tak
teratur dan terdapat suara tambahan, muka pucat, kulit menjadi dingin dan
lembab,ekspresi wajah pasien menyeringai, pasien nampak memegangi dada sebelah
kirinya, terlihat gelisah, bingung dan lemah.

PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A No. Reg : 1234
Umur : 55 tahun Tgl MRS : 07-04-2016 (jam 10.20)
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosis Medis : Aritmia
Suku/Bangsa : Indonesia Tgl Pengkajian : 07-04-2016 (jam 10.20)
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jombang

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.X
Usia : 25 tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung
Alamat : Jombang

14
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Nyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-tusukmenjalar ke lengan kiri.
b. Riwayat penyakit sekarang
Selama 3 hari pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-
tusukmenjalar ke lengan kiri dengan skala nyeri 6, nyeri dirasa berat ketika
beraktifitas, disertai dyspnoe, dan sering berkeringatsehingga pasien dibawa ke
RS.
P = karena penyakit jantung
Q = seperti ditusuk-tusuk menjalar ke lengan kiri
R = dada sebelah kiri
S=6
T= nyeri timbul ketika pasien beraktifitas
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sakit infark miokard dan
sebelumnya sudah pernah dirawat di RS untuk menjalani pengobatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak pernah mengalami sakit yang
sama dengan yang dirasakan pasien saat ini.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan rumah pasien kotor. Rumah pasien dekat dengan pabrik, salah satu
keluarga pasien terdapat perokok aktif.

3. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 150/90 mmHg
Frekuensi nadi : 110 x/menit
Suhu : 38 0 C
Frekuensi nafas : 26 x/menit

15
Pemeriksaan persistem
1. Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-tusuk
menjalar ke lengan kiri, dyspnoe.

a. Hidung
Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada secret / ingus, tidak
ada epistaksis, tidak ada oedem pada mukosa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak sianosis
c. Leher
Inspeksi : tidak ada trakeostomi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Faring
Inspeksi : tidak ada oedem / tanda-tanda infeksi
e. Area dada
Inspeksi : pola nafas cepat
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi

2. Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri seperti ditusuk-tusuk
menjalar ke lengan kiri.
a. Wajah
Inspeksi : muka pucat
b. Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5

16
Perkusi : batas jantung jelas
Aukultasi : bunyi jantung normal
d. Ekstermitas atas
Inspeksi : tidak mengalami sianosis dan clubbing finger
Palpasi : keringat dingin, kulit dingin, CRT 2 detik
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak mengalami sianosis dan clubbing finger
Palpasi : keringat dingin, kulit dingin, CRT 2 detik

3. Persyarafan
Anamnesa : tidak ada keluhan pada pasien.
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : paisen dapat membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, paisen dapat melihat dengan jelas tanpa
menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)
d. Uji nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
e. Uji nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : pasien dapat membuka dan
menutup mulut
f. Uji nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan
dan menurunkan alis mata
h. Uji nervus VIII auditorius/akustikus: pasien dapat mendengar kata-kata
dengan baik
i. Uji nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
j. Uji nervus X vagus : dapat menggerakan lidah
k. Uji nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Uji nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : dapat menjulurkan lidah
Pemeriksaan reflek fisiologis : normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : normal, tidak ada gangguan.

17
GCS (Glasgow Coma Scale) :
- Eye/membuka mata (E) : 4
- Motorik (M) : 6
- Verbal/bicara (V) : 5

4. Perkemihan
Anamnesa : pasien mengatakan kencing sedikit kurang lebih 1000 cc perhari
a. Genetalia Eksterna
Inspeksi : tidak ada odem, tidak ada kemerahan, tidak ada infeksi
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
b. Kandung Kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan/massa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Ginjal
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan abdomen kuadran I dan II di atas umbilikus
Perkusi : tidak ada nyeri ketok

5. Sistem Pencernaan
Anamnesa : pasien mengeluh mual dan muntah 3 kali
a. Mulut
Inspeksi : mulut bersih, jumlah gigi 32, tidak ada caries.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut
a. Lidah
Inspeksi : tidak ada tremor, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar di faring
c. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk abdomen simetris, tidak
nampak vena pada abdomen

18
Palpasi :
Kuadran I :
Hepar  tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat hepatomegali
Kuadran II :
Gaster  tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Lien  tidak terdapat splenomegali
Kuadran III :
Tidak terdapat massa, tidak terdapat nyeri tekan
Kuadran IV :
Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : tymphani
Auskultasi : gerakan peristaltik usus 9 kali permenit

6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen


Anamnesa : pasien mengatakan lemah.
Kekuatan otot 4 4
4 4
Keterangan:
0 : Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Kepala
Inspeksi : distribusi rambut merata, ketebalan normal, tidak ada kerontokan
(hirsutisme), tidak ada alopesia (botak)
b. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

19
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c. Payudara
Inspeksi : tidak ada pembesaran mamae
d. Genetalia
Inspeksi : penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : tidak ada benjolan
e. Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada odeme
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : pasien mengatakan sudah monepous
a. Payudara
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan
b. Axila
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada benjolan
c. Abdomen
Inspeksi :tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi : tidak ada massa
d. Genetalia
Inspeksi :vagina bersih, tidak ada odema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Palpasi : tidak adabenjolan/ massa dan tidak ada nyeri tekan.

9. Persepsi Sensori
Anamnesa : tidak ada keluhan
a. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
b. Penciuman
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

20
ANALISIS DATA PASIEN
DIAGNOSA
Ns. Diagnosis Nyeri Akut (00132)
(NANDA-I) Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
DEFINITION Pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(internatioanal association for study of pain); awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
DEFINING  Perubahan selera makan
CERATERISTICS  Perubahan tekanan darah
 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernapasan
 Laporan isyarat
 Diaforesis
 Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar
mandir, mencari orang lain dan / atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
 Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah,
merengek, menangis, waspada, iritabilitas,
mendesah)
 Masker wajah (mis., mata kurang cahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau
tetap pada satu fokus, meringis)
 Sikap melindungi rasa nyeri
 Fokus menyempit (mis., gangguan peresepsi
nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan
interaksi dengan orang lain dan lingkungan)
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
 Sikap tubuh melindungi

21
 Dilatasi pupil
 Melaporkan nyeri secara verbal
 Fokus pada diri sendiri
 Gangguan tidur
RELATED TO  Agens cedera (mis., biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)
ASSESSMENT Subjektive data entry Objektive data Entry
Pasien mengeluhnyeri - TD = 150/90 mmHg
dada sebelah kiri seperti - Frekuensi nadi = 110x/menit
ditusuk-tusuk menjalar - Suhu = 380C
ke lengan kiri selama 3 - Frekuensi nafas = 26 x/menit
hari dengan skala nyeri - Keringat dingin dan muka pucat
6, nyeri dirasa berat - Kulit menjadi dingin dan lembab
ketika beraktifitas. - Ekspresi wajah pasien menyeringai
- Pasien nampak memegangi dadanya
sebelah kiri

DIAGNOSIS Client Ns. Diagnosis (specify)


Diagnostic Nyeri Akut
Statement : Related to : Agen cedera biologis

22
INTERVENSI
Inisial pasien : Ny.A
Tanggal : 07April 2016
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut b/d agen cedera biologis
Definisi NANDA : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa (internatioanal association for study of pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Definisi NIC :
1. Manajemen nyeri : mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang
diterima oleh pasien.
2. Administrasi analgetik : penggunaan obat-obatan untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen Manajemen nyeri Kontrol Nyeri - Mengenali
nyeri 1. Lakukan pengkajian Definisi : Tindakan timbulnya nyeri
Definisi : yang komprehensif individu untuk (160502) 3
mengurangi nyeri tentang nyeri, mengendalikan nyeri. - Menggunakan
atau menurunkan termasuk lokasi, analgesik yang
nyeri ke level karakteristik, direkomendasika
kenyamanan yang onset/durasi, frekuensi, n (160505) 4
diterima oleh kualitas, intensitas, - Laporkan
pasien. atau beratnya nyeri perubahan gejala
dan factor presipitasi. nyeri pada dokter
2. Observasi reaksi non (160513) 3
verbal dari - Mengenali
ketidaknyamanan. kumpulan gejala
3. Kontrol lingkungan nyeri (160509) 3
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
percahayaan,
kebisingan.

23
4. Ajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi.
5. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri.
6. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri.
7. Anjurkan klien untuk
beristirahat.
8. Kolaborasi dengan
dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil.

24
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. A
No RM : 1234
Dx Medis : Aritmia

No Tanggal /jam Tindakan Paraf


Diagnosa
1 07 April 2016 Manajemen nyeri
10.20 1. Melakukan pengkajian yang
komprehensif tentang nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor presipitasi :
P = karena penyakit jantung
Q = seperti ditusuk-tusuk menjalar ke
lengan kiri
R = dada sebelah kiri
S=6
Time = nyeri timbul ketika pasien
beraktifitas
10.20 2. Melakukan observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan : ekspresi wajah
pasien menyeringai, pasien nampak
memegangi dada.
10.35 3. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, percahayaan, kebisingan :
ruangan pasien jauh dari keramaian,
cukup cahaya, suhu ruangan normal.
10.40 4. Mengajarkan tentang teknik
pernafasan/relaksasi : pasien mampu
melaksanakan pernafasan dalam yaitu
menarik nafas lewat hidung ditahan 5
detik dan dikeluarkan pelan-pelan lewat
mulut.

25
10.50 5. Memberikan analgesik untuk mengurangi
nyeri : pasien diberi obat morphin 2-5 mg
intravena.
12.00 6. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri :
pasien tampak tenang dan bisa
beristirahat.
12.00 7. Menganjurkan klien untuk beristirahat :
pasien dapat tidur dengan efektif.
13.00 8. Melakukan kolaborasi dengan dokter jika
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
: konsultasi dengan dokter tentang
pengobatan nyeri dada.

26
EVALUASI
Nama Pasien : Ny. A
No RM : 1234
Dx Medis : Aritmia

No Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan Paraf


dan jam
1 07 April Nyeri akut b/d agen S : Pasien mengatakan nyeri dada
2016 13.45 cedera biologis yang dirasakan sudah mulai
berkurang.
O:
- P = karena penyakit jantung
- Q = seperti ditusuk-tusuk
menjalar ke lengan kiri
- R = dada sebelah kiri
- S=4
- Time = nyeri timbul ketika
pasien beraktifitas
- TD = 145/80 mmHg
- Frekuensi nadi = 107 x/menit
- Suhu = 37,70 C
- Frekuensi nafas = 24 x/menit
- Kulit hangat, kering, merah
- Ekspresi wajah pasien
menyeringai
- Pasien tidak memegangi dada
A : Nyeri akut b/d agen cedera
biologis terarasi sebagian.
P : Rencana tindakan nomer
1,2,5,6,8,9,11,12,13 dilanjutkan.
I:
Manajemen nyeri
1. Melakukan pengkajian yang
komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi, karakteristik,

27
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor
presipitasi.
2. Melakukan observasi reaksi
non verbal dari
ketidaknyamanan.
5. Memberikan analgesik untuk
mengurangi nyeri.
6. Mengevaluasi keefektifan
kontrol nyeri.
8. Melakukan kolaborasi dengan
dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil.

E:
- Pasien mampu
mengidentifikasi nyeri.
- Pasien dan keluarga mampu
mengontrol lingkungan.
- Pasien dan keluarga mampu
melaporkan nyeri apabila nyeri
tidak berkurang atau bertambah
hebat.
- TD = 145/80 mmHg
- Frekuensi nadi = 107x/menit
- Suhu = 37,70 C
- Frekuensi nafas = 24 x/menit
- Kulit hangat, kering, merah.
- Ekspresi wajah pasien
menyeringai.
- Pasien tidak memegangi dada.
R : tujuan tercapai sebagian,
rencana tindakan dilanjutkan.

28
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Aritmia adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama
jantung. Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari
normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih lambat
dari normal, yang disebut sebagai bradikardia. Jantung yang berdenyut melambat tentu
akan mengganggu aliran darah sampai ke otak sehingga penderitanya sewaktu-waktu
dapat pingsan Sebaliknya, jika jantung berdenyut terlalu cepat dalam jangka yang lama
maka dapat mengarah pada gagal jantung kongestif yang tentunya sangat berbahaya.
Aritmia timbul bilamana penghantaran listrik pada jantung yang mengontrol detak
jantung mengalami gangguan, ini dapat terjadi bila sel saraf khusus yang ada pada
jantung yang bertugas menghantarkan listrik tersebut tidak bekerja dengan baik.Aritmia
juga dapat terjadi bila bagian lain dari jantung menghantarkan sinyal listrik yang
abnormal.

4.2 Saran

Melalui pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah informasi


dan pengetahuan tentang Aritmia. Kami berharap agar pembaca dapat memperluas
informasi tentang materi dari makalah ini. Dan kami juga berharap pembaca dapat
memahami semua penjelasan yang diberikan dalam makalah ini, sehingga apabila ada
yang kurang jelas atau kesalahan dalam penyusunan makalah ini, pembaca dapat
memberikan masukan demi sempurnanya penyusunan makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support, 1997-1999,


American Heart Association.
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga, 1996,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0305/07/112208.htm
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi,
EGC, Jakarta.
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/3/7/ink1.html
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
A.G, Dyah. 2014.Askep Aritmia Jantung.
http://www.academia.edu/5453997/ASKEP_ARITMIA_JANTUNG diakses pada tanggal 11
April 2016 pukul 19.00 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai