Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

BURN COMBUSTIO

Disusun oleh:
Sandy Caesario Widyatama 114170066

Pembimbing :
dr. Mohamad Romdhoni, Sp. B

Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati


Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD Waled Kabupaten Cirebon

1
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

BAB I ................................................................................................................. iv

LAPORAN KASUS .......................................................................................... iv

1.1. Identitas
Pasien……………………………………...………..............iv

1.2 Anamnesis…………………………………………………………....iv

1.3. Pemeriksaan
Fisik…………………………………………………….vi

1.4 Resume….............................................................................................4

1.5 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………5

1.6 Diagnosa Kerja………………………………………………………x

1.7 Penatalaksanaan……………………………………………………..x

1.8 Prognosis…………………………………………………………….xi

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
laporan kasus ini dengan judul “Mioma Uteri“. Tugas laporan kasus ini diajukan
untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan.
Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan
kasus ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Deni Wirhana,Sp.OG, selaku penguji ujian dan Ketua SMF Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Waled Kab. Cirebon
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini. Akhir
kata semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.

Cirebon, Juli 2019

Penulis

iii
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny.S
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun 03/ Blok PON RT/RW 04/06 Japura Lor Pangenan,
Kabupaten Cirebon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan: Menikah
Agama : Islam
Masuk RS : 18 Juli 2019
Suami : Tn. S
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta

1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah berlebihan saat haid
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 3-4-2019 dengan keluhan
gangguan haid yang lama, haid ini sudah berlangsung 10 hari dengan darah
yang keluar banyak dan bercampur gumpalan-gumpalan kecil. Awalnya
pasien merasakan gangguan haid sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan haid
sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-15 hari. Setiap hari ganti pembalut +
4 sampai 5 kali. Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasa penuh dan nyeri perut sejak 6 bulan yang lalu
pada perut bagian bawah yang disertai Nyeri hilang timbul tanpa ada
pencetus, keluan disertai adanya benjolan diperut bagian awah yag awalnya

iv
kecil tetapi semakin hari semakin membesar.
Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/ sebelum/
sesudah BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada.
Sebelumnya pasien belum pernah memeriksakan kesehatannya ke dokter
Sp.OG tetapi pernah diperiksa ke dokter umum karena gangguan haid dann
belum pernah di USG

Riwayat Penyakit Dahulu


- Keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat keguguran disangkal
- Riwayat DM (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat penyakit paru (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat Keluarga
- Riwayat yang sama disangkal
- Riwayat DM (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat Asma (-)
- Riwayat penyakit ginjal (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat Haid :
Menarche : 13 tahun
Haid : Teratur
Siklus : 28 hari
Banyaknya : normal (2-3 pembalut/hari)
Lama Haid : ± 7 hari

v
Riwayat penggunaan KB (-), pasien tidak pernah menggunakan KB sampai
hamil anak kedua.

Riwayat pernikahan : suami ke I, menikah 1x selama 7 tahun.

Riwayat persalinan

o Laki-laki, 6 tahun, lahir pervaginam dibidan, BBL: 3000 gram

Riwayat abortus dan sectio caesaria :

Pasien tidak pernah mengalami keguguran maupun riwayat sectio caesaria.

1.3. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 98x/menit
Frekuensi Napas : 22x/menit
Suhu : 36,6˚C
Status gizi : BB 66 kg TB 152 cm
d. Status interna
Kepala
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
- Teling : sekret (-)
- Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), tonsil dan faring
tidak hiperemis
- Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

vi
- Thorak
Paru – Paru
 Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), ekspansi dada normal, fremitus
taktil dalam batas normal
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

 Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler, ronkhi -/-,


wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V midclavicula
sinistra, thrill (-)
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskutasi : BJ I, II murni, reguler. murmur (-), gallop (-)
- Mammae : Simetris,hiperpigmentasi aerola dan mamae +/+,
retraksi puting -/-
- Abdomen :
 Inspeksi : Cembung tidak ada tanda- tanda lesi,line nigra +,
terlihat benjolan +
 Aukutasi : Bising Usus +
 Perkusi : Timpani +
 Palpasi : nyeri tekan +, teraba lunak,batas tegas,didaerah 3
jari diatas sympisis pubis,hepatomegaly -
,splenomegaly –
 Ginjal : Nyeri keto ginjal –
 Genital : Vagina/Vulva tak ada kelainan,perdarahan tidak
Aktif
 Ektermitas : Akral hagat, Edema -,capillary refill time <2 “

vii
Status Obstetrik
a. Inspeksi: Perdarahan merembes, tidak aktif, terlihat benjolan pada
perut bagian bawah, tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi
(-).
b. Palpasi: Fundus uteri tidak teraba, sedikit teraba massa kenyal pada
bagian bawah perut,nyeri tekan (+), permukaan licin, mobile ukuran
10 x 7 pada perut bagian bawah.
c. Pemeriksaan Inspekulo: Porsio ukuran normal, warna kemerahan,
permukaan erosi (-), fluksus (+) merembes, livide (-),Ø OUE (-),
fluor albus (-), dinding vagina normal, massa (-),peradangan (-).
d. Pemeriksaan Dalam (VT): Dinding vagina normal, massa (-); portio
licin, kenyal, Ø (-), nyeri goyang (-); corpus uteri antefleksi, bentuk
dan konsistensi sesuai umur kehamilan 13-14 minggu; parametrium
kanan-kiri tidak teraba massa, nyeri (-); adneksa & cavum douglas
nyeri (-), massa (-).

1.4 RESUME
Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 3-4-2019 dengan keluhan
gangguan haid yang lama, haid ini sudah berlangsung 10 hari dengan darah
yang keluar banyak dan bercampur gumpalan-gumpalan kecil. Awalnya
pasien merasakan gangguan haid sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan haid
sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-15 hari. Setiap hari ganti pembalut +
4 sampai 5 kali. Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasa penuh dan nyeri perut sejak 6 bulan yang
lalu pada perut bagian bawah yang disertai Nyeri hilang timbul tanpa ada
pencetus, keluan disertai adanya benjolan diperut bagian awah yag awalnya
kecil tetapi semakin hari semakin membesar.
Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/
sebelum/ sesudah BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB

viii
tidak ada. Sebelumnya pasien belum pernah memeriksakan kesehatannya ke
dokter Sp.OG tetapi pernah diperiksa ke dokter umum karena gangguan haid
dann belum pernah di USG
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit
sedang,kesadaran comomentis,conjungtiva tidak anemis,TD : 120/70
o
mmHg,Frekunsi Nadi : 88x/menit,nafas : 22x/menit,suhu 36,6 C, status
obstetric didapatkan perdarahan merember tidak aktif,terlihat benjolan pada
perut bagian bawah diatas sympisis pubis,tidak ada tanda-tanda
peradangan,bekas operasi -, palpasi fundus uterus tidak teraba,sedikit teraba
masa lunak diperut nyeri tekan +,permukaan licin,mobile ukuran 10 x 7 cm
pada perut bagian bawah.
1.3 PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
- Lab darah rutin
- USG
1.4 DIAGNOSA BANDING
 Mioma uteri
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin
Darah Rutin Nilai Nilai normal
Hemoglobin 10,9 g/dL 12.5-15.5g/dL
Hematokrit 35 36-48
Leukosit 5,3 4.000-10.000
Trombosit 267.000 150.000- 400.000
Eritrosit 4.42 3,8-5,4
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 2-6
Neutrofil batang 0 3-5
Neutrofil segmen 55 50-80
Limfosit % 39 25-40
Monosit % 5 2-8

ix
Golongan darah B
Imunoserologi
HbsAg Nonreactive
VDRL Nonreactive

- USG

Ekspertese :
Uterus antefleksi membesar ukuran 11,39 x 7,9 x 10,04 cm
Tampak massa hiperechoic pada korpus uteri
Kedua adneksa dalam batas normal
Kesan : Mioma uteri

1.6 Diagnosa Kerja


P3A0 Mioma Uteri

x
1.7 Penatalaksanaan
- Tranexamat acid 3 x 1 gr IV
- Omeprazole 1 x 20mg
- Asam Mefenafat 3 x 500mg
1.8 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Malam
Qua ad Sanationam : Ad Bonam

xi
2.1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat
yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari
otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika
jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang
dominan.
2
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke. Di Indonesia mioma
uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Selain
itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan
meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun.

2.2 Etiologi Mioma Uteri


Etiologi pasti belum diketahui sampai saat ini. Tumor ini mungkin berasal dari
sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada didalam miometrium atau dari sel
embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Darimanapun asalnya, mioma mulai
dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progressif, dibawah pengaruh estrogen sirkulasi.
Terdapat juga korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan
reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human
Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa
145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli
mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil pada saat menopause, sehingga
diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan

xii
progesteron. Selain itu juga jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh
dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri atau
memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan
banyak sekali mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin
growth factor-1, (IGF-1), connexin-43-Gapjunction protein dan marker proliferasi

Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma:


a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Selama fase sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen
di miometrium normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan
sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama
kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu:
Mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada mioma.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan estrogen.
Mioma sendiri menciptakan kondisi lingkungan hiperestrogen, yang
diperlukan oleh jaringan mioma untuk mempertahankan pertumbuhannya. Kondisi ini
terjadi akibat :

xiii
1. Dibandingkan dengan jaringan miometrium normal, mioma terdiri dari
densitas reseptor estrogen yang lebih banyak, sehingga estradiol yang terikat
akan lebih banyak pula.
10
2. Mioma uteri dibanding jaringan miometrium normal mengubah lebih sedikit
estradiol menjadi estrone, estrogen dengan bentuk yang lebih lemah
3. Mekanisme ketiga ditemukan oleh Bulun dkk, yang melibatkan peningkatan
kadar sitokrom P450 aromatase pada mioma uteri dibandingkan sel normal,
dimana sitokrom ini mengkatalisasi konversi androgen menjadi estrogen
didalam jaringan.
2.3. Faktor Predisposisi Mioma Uteri
a. Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jung et al., (1998)12 di Pusan St.
Benedict Hospital dan di Mokpo Korea serta diperkuat oleh pendapat Ran Ok et al.,
(2007)13 yang menyatakan bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada
kelompok usia 40 – 49 tahun.12,13 Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan
perkembangan mioma uteri dipengaruhi oleh stimulasi hormon estrogen yang
disekresikan oleh ovarium. Pada umumnya mioma uteri jarang timbul sebelum
menarche dan sesudah menopause, tumbuh dengan lambat serta sering dideteksi
secara klinis pada kehidupan dekade keempat (Marquard, 2008)14. Pada usia
reproduksi sekresi hormon estrogen oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia
klimakterium, dan pada usia menopause hormon estrogen tidak disekresikan lagi
oleh ovarium. 15
Wiknjosastro (2005)

16 menyatakan bahwa frekuensi kejadian mioma uteri


paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka 40%, jarang
ditemukan pada usia di bawah 20 tahun.16 Hal ini disebabkan karena pada usia
sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi
serta akan turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan di atas,
Stoppler (2006)17 menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri disebabkan oleh

xiv
stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen disekresi oleh ovarium mulai saat
pubertas berangsur-angsur meningkat dan akan mengalami penurunan bahkan tidak
berproduksi lagi setelah usia menopause.
Peningkatan prevalensi mioma uteri pada usia reproduksi telah dibuktikan
oleh beberapa penelitian epidemiologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
peningkatan pesat dalam diagnosa mioma uteri pada wanita berusia empat
puluhan.
3,18
b. Usia Menarkhe
Peningkatan risiko mioma uteri berhubungan dengan menarkhe dini,
meskipun risikonya sering tidak signifikan secara statistik . Dari penelitian
didapatkan hubungan terbalik antara risiko mioma uteri dan usia saat menarkhe.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharami, dkk ( 2009)19 , menarche dini
dilaporkan pada 69 kasus (14,4%). Ada hubungan positif antara usia menarche 8-10
tahun dan peningkatan risiko rahim leiomyoma (OR = 66%, 95% CI: 0,13-1,82).
Dari penelitian (Donna DB, 2003)
19
20, menstruasi dini dapat ditambahkan
menjadi faktor risiko mioma uteri. Menarche pada usia sebelum 11 tahun dikaitkan
dengan peningkatan 25% risiko dibandingkan dengan menarche pada umur 12 dan
13 tahun.
20 Dalam penelitian ini juga , risiko mioma uteri terus menurun dengan
peningkatan usia menarche. Usia dini menarche menjadi faktor risiko untuk mioma
uteri, berhubungan dengan berbagai jalur kusal ( penyebab). Peningkatan berat
badan sebelum pubertas adalah faktor risiko yang kuat untuk mendapatkan
menarche dini , dan olahraga dapat menunda menarche. Menarche dini
berhubungan dengan peningkatan kepekaan jaringan terhadap hormon atau
penekanan umpan balik kontrol produksi steroid.20
c. Paritas
Penelitian yang dilakukan oleh William H Parker (2007)3 menyatakan bahwa
peningkatan jumlah paritas akan menurunkan risiko terjadinya mioma uteri. Mioma

xv
uteri memiliki karakteristik yang serupa dengan miometrium normal selama
kehamilan, termasuk peningkatan produksi matriks ekstraseluler dan peningkatan
ekspresi reseptor hormon steroid dan peptida. Miometrium selama postpartum
kembali pada keadaan normal baik dalam ukuran dan aliran darah melalui proses
apoptosis dan dediferensiasi. Proses remodeling ini berperan dalam involusi mioma
yang responsibel. Teori lain menyatakan bahwa suplai aliran darah ke mioma akan
berkurang selama involusi uterus akibat nutrisi yang ikut berkurang.2
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya
mempunyai satu anak. Pada wanita nullipara, kejadian mioma uteri lebih sering
ditemui salah satunya diduga karena sekresi estrogen wanita hamil sifatnya sangat
berbeda dari sekresi oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil yaitu hampir
seluruhnya estriol, suetu estrogen yang relatif lemah daripada estradiol yang
disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan wanita yang tidak pernah hamil atau
melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya adalah murni estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium semuanya digunakan untuk proliferasi jaringan uterus.
Beberapa penelitian oleh Lumbiganon et al
2
21, telah menunjukkan hubungan
terbalik antara paritas dan risiko mioma uteri . Menurut Parazzini et al22, risiko relatif
mioma uteri pada wanita yang pernah melahirkan 0,5 lebih rendah dibandingkan
dengan nullipara, dan pernah juga dilaporkan penurunan progresif dalam risiko
relatif terhadap jumlah kelahiran. Dari literatur yang dijelaskan oleh Parazzini et al
22, untuk penelitian ini kehamilan dapat mengurangi waktu pajanan terhadap
estrogen, sedangkan nullipara atau kesuburan berkurang dapat dikaitkan dengan
siklus anovulasi yang ditandai oleh paparan estrogen jangka panjang.18
Peneltian yang dilakukan oleh Trikurniasari (2010)

23 di RS. Poerwokerto,
wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu
kali hamil. Statistik menunjukkan 24,5 % mioma uteri berkembang pada wanita yang

xvi
tidak pernah hamil. 23
d. Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara obesitas dan
peningkatan insiden mioma uteri. Menurut Ross et al24, dalam sebuah penelitian
prospektif dari Inggris, risiko mioma uteri meningkat sekitar 21% untuk setiap
kenaikan 10 kg berat badan, hasil yang sama diperoleh ketika indeks massa tubuh
(IMT) dianalisis dibandingkan berat badan . Demikian pula, sebuah penelitian
prospektif di Amerika Serikat oleh Marshall et al25 menemukan risiko mioma uteri
meningkat sebanding dengan peningkatan IMT, serta peningkatan risiko
berhubungan dengan penambahan berat badan sejak usia 18 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Eduardo F, dkk (2001),20 34,9 % pada IMT
(25,4 – 48,8 / obesitas) mempengaruhi kejadian mioma uteri.
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh,
dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi
dan pertumbuhan mioma uteri.
26
18
2.4 Jenis dan Gambaran Klinis Mioma Uteri
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
a. Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat
diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi

xvii
tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.2,12
b. Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka
uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya
akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Ran Ok,dkk (2007)
2,12
13, mioma intramural
adalah tipe mioma yang paling banyak terdapat pada tipe mioma uteri secara
patologi anatomi (51,3%). Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Bath dkk27
(2006), dijumpai 52 % mioma uteri intramural.
c. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.2,12
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut mondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma
pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.

xviii
Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari berkas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan sarang mioma ini.
2.5 Gejala Mioma Uteri
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvis rutin. Penderita kadang kala tidak mempunyai keluhan apa-apa
Gejala klinik yang ditimbulkan oleh mioma uteri adalah:
a. Perdarahan uterus yang abnormal, bisa berupa menoraghi, diakibatkan
oleh bertambah luasnya permukaan endometrium dan gangguan kontraksi
uterus oleh sebab adanya massa tumor.
b. Nyeri, diakibatkan karena degenerasi mioma
c. Gangguan berkemih dan gangguan buang air besar karena penekanan
kandung kemih dan penekanan pada rektum
d. Infertilitas, terjadi apabila sarang mioma menutupi atau menekan pars
interstisialis tuba2,12
2.6 Diagnosis Mioma Uteri
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol
keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak.
b. Pemeriksaan Fisik
9
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis
mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih
massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus.
c. Pemeriksaan penunjang
2

xix
1) Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat
penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik
ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal. 2
2) Imaging
a) Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesran uterus.
b) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma
kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
c) MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak
sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal.
MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,
termasuk mioma.28
2.7 Penatalaksanaan Mioma Uteri
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
kehamilan 10-12 munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai,
perlu diambil tindakan operasi.
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma
uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih
merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.

xx
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa
(Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon,
tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan
amantadine.29
c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma
submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah
akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan
nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan
mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat.
d. Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa
kasus.
2.8 Komplikasi Mioma Uteri
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 2
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

xxi
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 2
2.9 Prognosis Mioma Uteri
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi
yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus
endometrium, maka diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya.
Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40%
pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
2.10 Diagnosis Banding Mioma Uteri
Diagnosis banding mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, dan
adenomyosis

xxii

Anda mungkin juga menyukai