PROPOSAL DWI DAMAYANTI A1C315046 1 Ku
PROPOSAL DWI DAMAYANTI A1C315046 1 Ku
PROPOSAL
Oleh:
DWI DAMAYANTI
NIM. A1C315046
Ini untuk menyatakan bahwa proposal Skripsi Sarjana dari Dwi Damayanti, NIM
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Minyak Bumi Kelas XI
MIPA MAN 2 Model Banjarmasin Tahun Pelajaran 2019/2020” telah disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
2
2
A. JUDUL
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Berbagai usaha
belajar peserta didik, salah satunya dengan melakukan perubahan kurikulum dan
kehidupan bangsa. Pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai upaya, salah
pendidikan Indonesia di seluruh jenjang yang dinilai dari tiga ranah kompetensi ,
berfokus pada kegiatan aktif peserta didik melalui suatu proses ilmiah dengan
tujuan agar pembelajaran tidak hanya menciptakan peserta didik yang mempunyai
kompetensi pengetahuan saja, tetapi juga mampu menciptakan peserta didik yang
Pendidikan Dasar dan Menengah Kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa peserta
menyajikan informasi secara kritis. Banyaknya peserta didik yang masih tidak
yang ada di lingkungan sekitarnya, karena hal itulah peserta didik memiliki
dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Peran aktif
4
peserta didik sangat diharapkan tercipta pada pembelajaran, yaitu harus ditekankan
pada proses yang dilalui dalam mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
dalam kegiatan belajar mengajar haruslah sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
kehidupan sehari-hari yang sering diajarkan dengan metode ceramah, tanya jawab
mengapu, materi minyak bumi bersifat hafalan dan dapat dipelajari peserta didik
dengan membaca sendiri. Sampai saat ini minyak bumi menjadi prioritas utama
sebagai sumber energi global untuk hampir semua aspek kehidupan dan tentunya
dalam pengolahan dan penggunaan minyak bumi banyak melibatkan teknologi dan
dipelajari.
5
didik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena peserta didik tidak akan jenuh
dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar peserta didik
akan baik (Ismulyati & Ramadhan, 2017). Salah satu model pembelajaran yang
pembelajaran PBL.
melalui keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah (Diani, Saregar, &
Ifana, 2016). PBL didasari oleh beberapa teori belajar salah satunya teori belajar
untuk merubah perilaku peserta didik, tetapi membentuk karakter dan sikap mental
pada “mempelajari cara belajar” (learning how to learn) dan bukan semata
keterkaitan tersebut sebagai cara pandang atau visi dalam melihat sesuatu.
lebih kontekstual dan peserta didik dapat menghubungkan konsep yang telah
visi SETS digunakan sebagai cara pandang yang memandang bahwa konsep sains
tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan
Dengan demikian peserta didik mampu menjelaskan dan menyelesaikan isu atau
berpikir kritis dan hasil belajar yang diinginkan pada peserta didik.
guna mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik menggunakan model pembelajaran PBL bervisi SETS pada materi koloid .
2. Rumusan Masalah
2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara
pembelajaran ekspositori?
3. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui:
ekspositori.
3) Respon peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran PBL bervisi
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
kritis dan hasil belajar. Selain itu, model pembelajaran PBL bervisi SETS
2) Bagi guru, sebagai bahan studi komparatif dan menjadi sumber bacaan guna
pembelajaran.
5. Definisi Operasional
2) Visi SETS
Visi SETS adalah cara pandang ke depan yang membawa ke arah pemahaman
bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung
aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta
pengambilan keputusan tentang apa yang harus di yakini dan harus dilakukan.
relevan. Keterampilan berpikir kritis menjadi aspek penilaian pada penelitian ini.
yang ingin dicapai didasarkan pada indikator keterampilan berpikir kritis oleh
4) Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu setelah proses
pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Adapun hasil belajar yang akan
(Purwanto, 2014).
a. Ranah pengetahuan diukur melalui tes hasil belajar berupa soal pilihan
mencipta (C6).
b. Ranah sikap yang diukur dari sikap sosial yang berdasarkan kurikulum
11
2013, yakni rasa ingin tahu, tanggung jawab dan kerja sama. Instrumen
penilaian.
5) Minyak Bumi
semester 1 dengan kompetensi dasar yang harus dicapai pada materi minyak
bumi yang terdiri atas beberapa pembahasan yaitu fraksi minyak bumi, mutu
dan tidak sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat
karbon)
6) Model Ekspositori
kelompok peserta didik dengan maksud peserta didik dapat menguasai materi
12
pelajaran secara optimal (Hosnan, 2014). Model ekspositori ini yang biasanya
digunakan pendidik/ guru saat mengajar di kelas atau biasa disebut model
konvensional. Menurut Hosnan (2014) model ini tediri dari 5 tahap yaitu
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Pustaka
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pendidik dalam
pembelajaran.
Kanada pada 1960-an. Model ini dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa
para dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran memiliki pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali hanya dengan keaktifan
peserta didik sendiri untuk menalar. Peserta didik aktif mengkonstruksi secara
terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Peran guru hanya
membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan
lebih mudah dipahami jika bahan ajar dirasa bermakna bagi peserta didik. Hal ini
pengetahuan yaitu peserta didik dapat mengaitkan pengalaman atau informasi baru
proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pembelajaran. Menurut
Burner, proses belajar terjadi melalui beberapa tahap, salah satunya tahap enaktif
didik dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta didik untuk
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi
peserta didik. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru
yang dikaji haruslah bersifat terbuka (open-ended problem) yaitu masalah yang
keingintahuan peserta didik. Masalah itu juga harus bersifat tidak terstruktur
penilaian tidak hanya cukup dengan tes. Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian
pengetahuan sendiri.
15
lingkungan belajar.
belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan PBL dalam hal
mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan
interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual peserta didik. Kaitan dengan PBL dalam hal mengaitkan
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta didik
kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya
memberikan hasil yang lebih baik, berusaha mencari sendiri pemecahan masalah
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi
peserta didik. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-
hari. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru
yang dikaji haruslah bersifat terbuka (open-ended problem) yaitu masalah yang
keingintahuan peserta didik. Masalah itu juga harus bersifat tidak terstruktur
dipilih.
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang
tidak terstruktur.
permasalahan.
9. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar.
10.PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses
belajar.
peserta didik, tetapi dalam proses belajar dalam PBL peserta didik belajar dalam
dengan pemecahan masalah. Peran guru dalam PBL yaitu sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran.
Tabel 1 Lanjutan
2013.
sebagai berikut :
didik.
dilakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara
terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau peserta didik berasumsi
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa
untuk persiapan.
yang dipelajari, maka peserta didik tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.
tingkat berpikir peserta didik. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
bervisi SETS, peserta didik diajak untuk mengkaitkan antara unsur sains dalam
pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini
kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik (Binadja, Wardani, &
mendalam tersebut, hasil belajar peserta didik juga akan meningkat. Pembelajaran
maupun mental termasuk pada kehidupan manusia, unsur sains, teknologi, dan
berikut :
(b) Menciptakan situasi untuk pemanfaatan konsep sains yang terbentuk teknologi
(c) Berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses
(f) Dalam konteks kontruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang SETS
dari berbagai macam arah dan dari berbagai titik awal tergantung pengetahuan
mengevaluasi. Pendapat yang lebih sederhana disampaikan oleh Norris dan Ennis
(1989) dalam Fisher (2007) yang menyatakan berpikir kritis adalah pemikiran yang
masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
adalah sebuah proses aktif. Proses aktif di sini bukanlah proses yang menerima
berbagai hal dari orang lain secara pasif, namun proses yang memikirkan berbagai
Definisi dari berpikir kritis menurut Facione (2013) dapat dilihat pada
inti dari berpikir kritis itu sendiri. Inti dari berpikir kritis memuat keterampilan
24
d. Evaluasi sebagai arti untuk menilai kredibilitas pernyataan yang dihitung atau
e. Eksplanasi adalah dapat menghadirkan cara yang meyakinkan dan masuk akal
pencapaian berpikir kritis (Zivkovic, 2016). Menurut Jane (2014) terdapat dua
Faktor pertama yaitu kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi
yang luas yang mengakibatkan guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan
faktor kedua adalah kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang
lima besar aktivitas berikut, yang dalam prakteknya dapat bersatu padu membentuk
(3) Menyimpulkan
26
Kegiatan ini terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang
lain.
Tabel 2 lanjutan
Keterampilan
Sub-keterampilan
No Berpikir Penjelasan
Berpikir Kritis
Kritis
5. Mengatur 1. Menentukan suatu a. Mengungkap masalah
strategi dan tindakan b. Memilih kriteria untuk memper-
taktik timbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternative
d. Menentukan tindakan sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati penerapannya
(Ennis, 1985)
yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
belajar ditunjukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut
peserta didik setelah menerima pembelajaran. Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan hasil belajar
29
belajar menurut Pemendikbud No. 23 Tahun 2016 terdiri dari 3 aspek, yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh guru berfungsi untuk
memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu setelah proses
yang dikuasai peserta didik. Proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru
saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar
pendidik kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi “chalk
and talk”.
berikut:
pelajaran secara verbal. Artinya, bertutur secara lisan merupakan alat utama
ceramah.
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal
a. Persiapan (Preparation)
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya, sebagai
berikut:
b. Penyajian (Presentation)
dengan persiapan yang telah dilakukan. Harus dipikirkan pendidik dalam penyajian
ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan
dipahami oleh peserta didik. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
1) Penggunaan bahasa
2) Intonasi suara
32
c. Korelasi (Correlation)
pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan peserta
d. Menyimpulkan (Generalization)
peserta didik akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
e. Mengaplikasikan (Application)
sangat penting dalam prses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini,
materi pelajaran oleh peserta didik. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini
di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang disajikan;
(2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang disajikan.
33
sebagai berikut:
yang harus dikuasai peserta didik cukup luas, sementara itu waktu yang
suatu materi pelajaran, juga sekaligus peserta didik bisa melihat atau
d. Pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah peserta didik dan ukuran kelas
yang besar.
a. Pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap peserta didik yang
didik yang tidak memiliki kemampuan seperti itu, perlu digunakan strategi
lain.
34
b. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu, baik
didik akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu,
(Hosnan, 2014).
didik dengan masalah ill structured, open-ended, ambigu, dan kontekstual. Agar
unsur SETS yaitu dari konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda berkenaan
dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS sehingga peserta didik
pembelajaran dengan bervisi SETS dapat dimulai dari arah manapun, maka hal-hal
yang agak sulit sekalipun dapat diatasi dengan memikirkan titik awal pembicaraan
serta titik akhir sebagai tujuan kegiatan pengajaran tersebut. Perlunya kepekaan
36
guru sains yang memiliki kemampuan menghubungkan antara topik sains yang
dipelajari dengan unsur SETS. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
tersebut.
teknologi.
pembelajaran kimia akan dapat memotivasi peserta didik untuk menjadi lebih
tertarik pada topic/ bahasan yang sedang dipelajari, karena dikaitkan langsung
dengan hal-hal nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi jika
masalah-masalah lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi seorang guru
untuk melaksanakannya.
peserta didik dengan keterampilan berpikir kritis tinggi dalam pembelajaran bervisi
SETS dapat mempunyai prestasi yang tinggi pula. Sedangkan peserta didik yang
rendah. Hal itu sependapat dengan yang di utarakan oleh Nurheni, Mulyani &
kritis dan hasil belajar peserta didik ditampilkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Hubungan sintaks model PBL bervisi SETS, berpikir kritis dan hasil
belajar
Langkah- Indikator
Indikator
langkah Problem Kegiatan Guru Keterampilan
Hasil Belajar
Based Learning Berpikir Kritis
Mengorientasikan Guru menjelaskan tujuan 1. Memfokuskan Meningkatkan
peserta didik pembelajaran dan sarana atau pertanyaan pengetahuan
terhadap masalah logistik yang dibutuhkan. Guru 2. Menganalisis pada peserta
memberikan isu/ masalah yang argument didik
sedang dihadapi masyarakat 3. Bertanya dan
yang terkait dengan teknologi men-jawab
dan lingkungan yang dapat pertanyaan
dipahami peserta didik ,
sehingga peserta didik
termotvasi untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah .
Mengorganisasi Guru membantu peserta didik 1. Menentukan suatu Meningkatkan
peserta didik mendefinisikan tindakan pengetahuan
untuk belajar mengorganisasikan tugas 2. Berinteraksi dan
belajar dengan memberikan dengan orang lain keterampilan
LKPD yang berhubungan pada peserta
dengan permasalahan yang didik
38
bakar serta cara mengatasinya. (Sudarmo, 2014). Materi minyak bumi bersifat
1) Fakta
Fakta ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data
keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Fakta
(b) Dampak dari minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari untuk pembakaran
tidak sempurna akan menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap
karbon (jelaga) dan uap air. Gas karbon dioksida (CO2) merupakan gas
karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang tidak berbau dan tidak
berasa, dan jelaga merupakan serbuk halus dari karbon (C) yang jika
2) Konsep
Konsep adalah sebagai gambaran umum dari suatu ide atau gagasan dari
sistem penalaran. Konsep dalam materi minyak bumi merupakan bahan bakar
40
fosil atau sisa renik tumbuhan dan hewan yang tertimbun selama berjuta-juta
tahun di dalam lapisan kerak bumi yang berbahan dasar senyawa alkana.
3) Prinsip
minyak bumi.
contoh dari minyak bumi adalah bahan bakar kendaraan bermotor seperti
bus, motor dan lain-lain. Kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi
Teknologi
Kendaraan Bermotor
Sains
Bahan bakar kendaraan bermotor
Sosial Lingkungan
Manfaat minyak bumi Dampak bahan bakar
dalam kehidupan terhadap lingkungan seperti
masyarakat penyakit ISPA
membantu peningkatan hasil belajar peserta didik. Menekankan peserta didik untuk
belajar secara kritis, mandiri, aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta
kritis peserta didik pada materi minyak bumi. Penelitian ini menggunakan
sampel 37 orang peserta didik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berpikir kritis dan kreatif peserta didik serta memberikan respon positif.
pembelajaran peserta didik tidak hanya dibawa pada materi yang bersifat teori-
teori saja, tetapi juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
dan membuat peserta didik ingin mengetahui lebih jauh mengenai materi yang
43
sedang dipelajari.
yang diperoleh peserta didik karena saat proses pembelajaran, peserta didik
4) Utami, Saputro, Ashadi, Masyukri, & Widoretno (2017) dalam penelitian yang
dilakukan selama 6 bulan dengan sampel 100 peserta didik dari kelas 10, 11, 12
mengajukan pertanyaan, dan tidak percaya serta menerima segala sesuatu yang
kritis peserta didik pada materi sistem koloid. Penelitiannya dilakukan pada
44
peserta didik SMA Negeri 10 Kota Tanggerang Selatan dengan sampel yang
digunakan adalah kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3 dengan jumlah masing-
3. Kerangka Berpikir
sering kali dihafal oleh peserta didik, sehingga pada saat peserta didik berhadapan
dengan suatu peristiwa alami yang berhubungan dengan minyak bumi mereka tidak
menyadari bahwa sebenarnya itu adalah bagian dari dampak bahan bakar
minyak bumi di dunia nyata, hal tersebut dikarenakan pembelajaran kimia yang
dilakukan selama ini umumnya lebih mengedepankan peserta didik hanya mencatat
aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
untuk berpikir kritis adalah model pembelajaran PBL bervisi SETS. Untuk
45
Gambar 3.
Materi Koloid
Pembelajaran Pembelajaran
menggunakan model menggunakan model
PBL bervisi SETS ekspositori
Uji Hipotesis
H0 (1) : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran
D. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
4 dibawah ini.
Keterangan:
O1 = skor pretest kelas eksperimen
47
metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
bersifat sebab akibat. Penelitian ini pada umumya dilakukan pada populasi atau
yang didapat bisa lebih akurat karena kekuatan terbesar dari penelitian kuantitatif
48
adalah data yang lebih dapat dipercaya, dan umumnya ditujukan untuk
2. Variable Penelitian
lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi (Yusuf, 2016). Adapun variabel
menerangkan variabel yang lain. Variabel bebas merupakan variabel yang di duga
variabel lain tetapi tidak dapat memengaruhi variabel lainnya (Yusuf, 2016).
Variabel terikat muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel bebas.
Variabel terikat dalam rancangan penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis
Secara skematis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat atau
yang biasa disebut sebagai paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 4
Y1
X r
Y2
(1) Memilih dua kelompok yang tidak equivalent. Kelompok pertama dijadikan
(5) Mencari beda mean pada kelompok eksperimen, antar post-test dan pre-test.
(6) Menggunakan statistik yang tepat untuk mencari perbedaan hasil dari
Keuntungan dari rancangan penelitian ini adalah (1) design ini terkadang
penting bila kondisi random tidak tercapai; (2) seleksi biasa dapat dikontrol dengan
50
pretest; dan (3) bila kedua kelompok similiar, maka sama dengan design
eksperimen semu. Adapun kekurangan bila rancangan ini digunakan adalah (1)
pretest menjadi penting bila kelompok tidak sama dan (2) interaksi dengan
a) Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
lingkup, populasi berhubungan dengan data bukan manusianya. Populasi terdiri atas
subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Populasi yang
digunakan adalah peserta didik kelas XI MAN 2 Model Banjarmasin tahun ajaran
2019/2020.
b) Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi atau sejumlah anggota populasi yang
penelitian ini adalah purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan maksud
tertentu sehingga sampel yang dipilih harus benar-benar representatif atau benar-
51
benar mewakili populasi yang ada dengan 2 sampel yaitu satu kelas sebagai kelas
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(4) Angket respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran PBL
bervisi SETS.
teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian soal
kepada peserta didik untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam aspek
pengetahuan, atau tingkat penguasaan materi dan hasil belajar peserta didik pada
materi koloid dalam bentuk pilihan ganda pada saat pretest dan posttest.
Teknik non tes dilakukan dengan lembar angket respon peserta didik
terhadap pembelajaran yang menerapkan model PBL bervisi SETS. Adapun tahap
peserta didik.
peneliti, yaitu:
a. Silabus
Pembelajaran.
prosedur yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun
dibuat berbeda antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen
Lembar kerja peserta didik adalah panduan peserta didik yang digunakan
kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan
Lembar kerja peserta didik yang digunakan berupa bahan ajar yang
disetting sesuai dengan skenario penelitian dan berisi panduan untuk latihan
pengembangan pengetahuan peserta didik. Selain itu, lembar kerja peserta didik
juga memuat materi pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
d. Lembar penilaian
dari pernyataan penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan terdiri
a. Instrumen tes
resmi (Arikunto, 2016). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk
keterampilan berpikir kritis pada materi koloid dimulai dari memberikan penjelasan
keterampilan berpikir kritis ini dimulai pada level mengaplikasikan (C3) hingga
mencipta (C6). Tes ini berupa essai sebanyak 3 soal yang diberikan di akhir materi
pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah
PBL bervisi SETS. Tes ini biasanya disebut sebagai tes formatif (Arikunto, 2016).
b. Instrumen non-tes
secara sistematis. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya (Arikunto, 2016).
55
terhadap suatu objek. Aspek sikap yang diukur terdiri dari sikap sosial berdasarkan
kurikulum 2013, yakni rasa ingin tahu, teliti dan tanggung jawab. Instrumen
observasi aspek sikap menggunakan skala 1-5 yang disertai dengan rubrik
praktikum di laboratorium.
Angket yang digunakan dalam bentuk skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
Angket respon ini berisi 10 butir pernyataan dengan skala Likert. Skala
ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang
menunjukkan tingkatan dan diberi skor, yaitu skor sangat tidak setuju (STS) = 1;
tidak setuju (TS) = 2; ragu-ragu (RR) = 3; setuju (S) = 4; dan sangat setuju (SS) =
5 (Arikunto, 2016).
56
7. Pengujian Instrumen
a. Validitas instrumen
paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes (Mardapi, 2012).
Validitas suatu instrumen dapat dilihat dari isi atau konsep maupun daya ramal yang
bentuk atau hubungan dengan tes/instrumen secara empiris dan statistik (Yusuf,
2016).
Instrumen tes dan non tes yang akan digunakan untuk penelitian terlebih
dahulu divalidasi. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi (content
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi (isi pelajaran) atau
penilaian dan pertimbangan dari penilai. Validitas isi akan dilakukan dengan
meminta pertimbangan dan penilaian para ahli yaitu 5 orang validator. Setiap
validator diberikan lembaran soal yang berisi butir-butir soal dan lembar observasi
1) Skor 2 apabila soal memenuhi syarat essential (jika butir soal memenuhi syarat
sesuai dengan indikator dan bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh
peserta didik/komunikatif).
2) Skor 1 apabila soal bermanfaat tetapi tidak essential (jika salah satu dari syarat
3) Skor 0 apabila soal tidak dianggap penting (jika tidak ada syarat yang terpenuhi
pada kriteria ke-1, yaitu jika butir soal tidak memenuhi syarat sesuai indikator
dan bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti oleh peserta didik/tidak
Keterangan:
CVR = Rasio validitas isi
ne = Jumlah validator/panelis yang menyatakan essential
N = Jumlah validator/panelis
Cohen & Swerdlik (2010) menjelaskan beberapa arti dari CVR, yaitu:
esensial
3) CVR positif : Jika lebih dari setengah jumlah validator tetapi tidak
Nilai CVR dihitung untuk setiap butir soal. Nilai minimal CVR diperlukan
untuk mengetahui apakah butir soal tersebut layak atau tidak untuk digunakan.
Adapun nilai minimal CVR untuk setiap butir soal yang dikembangkan tersaji pada
Tabel 5 berikut:
58
Validasi instrumen tes dan nontes dilakukan oleh 5 validator dengan nilai
b. Reliabilitas instrumen
penelitian terhadap individu yang sama dan dalam waktu yang berbeda (Yusuf,
reliabilitas instrumen tes yang berupa soal uraian menggunakan teknik Cronbach’s
𝑛 ∑ 𝜎𝑖 2
r11=((𝑛−1)) (1 − )
𝜎𝑖2
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
n = Banyaknya butir (item)
∑ 𝜎𝑖 2 = Jumlah varian skor setiap item
𝜎𝑖2 = Varian skor total
c. Tingkat Kesukaran
Arikunto (2015) berpendapat bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,0 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa
soal yang diberikan terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini
diberi simbol P, singkatan dari kata proporsi. Rumus untuk mencari P adalah:
B
P=
JS
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
(Arikunto, 2015).
Taraf kesukaran tiap butir instrumen tes keterampilan berpikir kritis dapat
̅
X
P=
skormax
Keterangan:
P = indeks kesukaran
̅
X = nilai rata-rata butir soal
Skormax = skor maksimal butir soal
60
d. Daya Pembeda
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang
sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi dikenal tanda negatif untuk menunjukkan
jika soal itu “terbalik” atau menunjukkan bahwa anak yang sebenarnya pandai
malah disebut tidak pandai dan anak yang tidak pandai malah disebut pandai.
BA BB
D= − = PA − PB
JA JB
Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P = indeks kesukaran)
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2016)
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks
61
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7. Butir soal yang mempunyai daya beda negatif
sebaiknya dibuang saja. Kategori untuk menentukan daya pembeda soal terdapat
pada Tabel 8.
Analisis data bertujuan untuk memberi makna pada data yang telah
a. Analisis deskriptif
agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu
2017). Tujuan analisis deskriptif ini adalah untuk menganalisis hasil belajar dan
analisis untuk menganalisis hasil belajar pengetahuan peserta didik pada materi
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai
berikut:
(b) Memberikan skor tiap butir jawaban peserta didik kelas eksperimen dan
kontrol.
(c) Menjumlahkan skor jawaban peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol dan menghitung nilai hasil belajar pengetahuan dengan rumus sebagai
berikut:
(d) Memberikan predikat tingkat hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan
kritis dalam penelitian ini berdasarkan kriteria pada Permendikbud No. 81A
Tahun 2013 seperti yang disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.
(Hosnan, 2014)
menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif, dan perlu dilakukan
remedial.
sama dengan langkah analisis data hasil belajar pengetahuan peserta didik.
belum tuntas dalam proses pembelajaran apabila menunjukkan indikator nilai <
2.66 dari hasil tes formatif, dan perlu dilakukan remedial. Berikut kriteria
sikap yang diperoleh adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis sikap
peserta didik bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik selama proses
didik terdiri dari sikap rasa ingin tahu, teliti, tanggung jawab dan kerjasama.
didik menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C) dan Kurang (K)
yang dikonversi ke dalam Predikat A-D seperti yang disajikan dalam Tabel 12
berikut:
menerapkan model PBL bervisi SETS. Angket respon dibagikan setelah post-test
tingkatan respon yang diberi skor sangat tidak setuju (STS) = 1, tidak setuju (TS)
= 2, ragu-ragu (RR) = 3, setuju (S) = 4, dan sangat setuju (SS) = 5 (Yusuf, 2016).
mana level respon peserta didik yang diberikan, skor pada setiap pernyataan
(5) N-gain
Gain adalah selisih antara skor post-test dan pre-test, sedangkan N-gain
adalah gain yang telah dinormalisasi. N-gain digunakan untuk menghindari adanya
bias penelitian yang disebabkan oleh perbedaan gain akibat skor pre-test yang
berbeda antara kelas eksperimen dan kontrol, serta untuk melihat peningkatan hasil
66
Sf − Si
<g> =
Is − Si
Keterangan:
(g) = gain ternormalisasi
Si = skor pre-test
Sf = skor post-test
Is = skor maksimum ideal
14.
b. Analisis inferensial
melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
1) Uji normalitas
67
distribusi data (Supardi, 2013). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
(a) Menentukan taraf signifikansi (α), yaitu misalkan pada α = 5% (0,05) dengan
X i
X
n
n X i 2 - (X i ) 2
S
n (n - 1)
(d) Pengamatan X1, X2, ..., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan
menggunakan rumus:
Xi - X
Zi
S
(e) Tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
(f) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang kecil atau sama dengan Zi,
(h) Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih
tersebut, kita sebut saja harga terbesar ini L0, dengan kriteria pengujian yang
2) Uji homogenitas
varians setiap kelompok data. Uji homogenitas pada data pretes dan posttes dari
kemampuan awal dan akhir peserta didik dari kedua kelas tersebut dalam keadaan
setara. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F karena
yang digunakan hanya ada 2 kelompok data/sampel yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
H1 : σ12 ≠ σ22 (varian 1 tidak sama dengan varians 2 atau tidak homogen)
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fhitung = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
d) Menentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi (α), dk1 = dkpembilang = na–1,
dan dk2 = dkpenyebut = nb-1. Dalam hal ini, na adalah banyaknya data kelompok
terkecil.
(Supardi, 2013).
3) Uji-t
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan lagi
eksperimen dan kelompok kontrol (Supardi, 2013). Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
keterangan :
t = Uji kesamaan rata-rata (t hitung)
X ̅1 = Mean pada distribusi sampel 1 (yang memiliki nilai besar)
X ̅2 = Mean pada distribusi sampel 2 (yang memiliki nilai kecil)
2
SD1 = Nilai varian pada distribusi sampel 1
SD22 = Nilai varian pada distribusi sampel 2
N1 = Jumlah individu pada sampel 1
N2 = Jumlah individu pada sampel 2
H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol
Kriteria uji:
(Winarsunu, 2010)
9. Prosedur Penelitian
lain:
a. Tahap persiapan
(6) Memvalidasi instrumen dan perangkat (LKPD dan bahan ajar) yang telah
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap akhir
Berikut ini jadwal pelaksanaan penelitian yang tertera pada Tabel 15 berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, S., & Hamid, A. (2016). Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Sistem Koloid dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Arus Ber-Setting Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains, 1, 83-94.
Arikunto, S. (2016). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Binadja, A. (2005a). Pedoman Pengembangan Bahan Pembelajaran Bervisis dan
Berpendekatan SETS. Semarang: Laboratorium SETS Universitas Negeri
Semarang.
Binadja, A., Wardani, S., & Nugroho, S. (2008). Keberkesanan Pembelajaran
Kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi SETS pada Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 2, 256-262.
Budiningsih, C. A. (2015). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Center, P. (2010). 21st Century Skills for Students and Teachers. Honolulu:
Kemahemeha Schools.
Chairisa, N., Sholahuddin, A., & Leny. (2016). Perbedaan Literasi Ilmiah dan Hasil
Belajar pada Materi Koloid antara Pembelajaran yang Menggunakan Model
Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen Rill dan Eksperimen
Animasi. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 2, 156-175.
Cohen, R. J., & Swerdlik. (2010). Psychology Testing and Assesment: An
Introduction to Test and Measurement. New York: McGraw-Hill.
Darmini, Y., Kamaluddin, & Lamba, H. A. (2014). Implementasi Model SETS
(Science Environment Technology Society) dalam Pembelajaran Fisika
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 13 Palu.
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 1.
Daryanto, & Raharjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif . Yogyakarta: Gava
Media.
Diani, R., Saregar, A., & Ifana, A. (2016). Perbandingan Model Pembelajaran
Problem Based Learning dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 147-
155.
Emzir. (2017). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Ennis, R. (1985). A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skills.
Educational Leadership, 44-48.
73