Sacramen Tobat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

SAKRAMEN TOBAT

Persiapan Pengakuan Dosa


Tuhan Yesus mengaruniakan Sakramen Pengakuan Dosa “agar barangsiapa telah berbuat dosa setelah Pembaptisan dapat
didamaikan kembali dengan Allah yang telah mereka sakiti hati-Nya dan dengan Gereja yang telah mereka lukai.” (Paus Yohanes
Paulus II, 6 Januari 1983).
Sebab kita semua adalah orang-orang berdosa, kita perlu untuk didamaikan dengan Allah” (2 Korintus 5:20). Bahkan orang
yang paling keras dan bebal sekalipun di antara kita memerlukan pertobatan dan pemurnian. Caranya sungguh sederhana dan
mudah, terjangkau oleh setiap orang yang mencari pengampunan Allah untuk dosa-dosanya.
Boleh dikatakan bahwa satu-satunya syarat adalah memiliki niat baik untuk kembali kepada Allah seperti si anak yang hilang
(Lukas 15:17-19) dan mengakui dosa-dosa kita dengan penuh rasa penyesalan di hadapan wakil Allah, yaitu Imam (cf. Yohanes
20:23).

Doa Sebelum Pengakuan Dosa


Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Rahim, yang telah menciptakanku dan menebusku dengan darah suci
Putra Tunggal-Mu, sudilah melihatku, ya Tuhan, berlutut di kaki-Mu memohon pengampunan-Mu. Aku dengan sangat
tulus berniat untuk meninggalkan cara hidupku yang tidak baik, untuk meninggalkan lembah kekelaman dimana aku
telah lama tersesat, dan untuk kembali kepada-Mu, sumber air kehidupan.
Aku sekarang berniat untuk menerima Sakramen Pengakuan Dosa. Aku berhasrat untuk mengakukan dosa-
dosaku dengan penuh ketulusan kepada-Mu dan kepada Imam-Mu, oleh sebab itu sekarang aku ingin memeriksa
batinku dengan sungguh-sungguh.

I. Sebelum Pengakuan Dosa


a) Periksalah batinmu. Ingat kembali dosa-dosamu. Perlahan tanyakan kepada dirimu apa yang telah kamu lakukan
dengan penuh kesadaran dan dengan penuh kesengajaan yang bertentangan dengan Perintah-Perintah Allah.

Perintah Allah Pertama


 Pernahkah aku menjalankan kewajibanku kepada Allah dengan kurang tulus atau bersungut-sungut?
 Apakah aku telah berdoa secara teratur?
 Pernahkah aku menerima Komuni Kudus ketika saya memiliki dosa berat atau tanpa mempersiapkan diri dengan
cukup? Pernahkah saya teledor dalam berpuasa satu jam sebelum Ekaristi?
 Apakah aku pernah lalai menyebutkan beberapa dosa-dosa berat ketika aku terakhir mengaku dosa?
 Pernahkah aku dengan serius percaya tahayul atau melakukan praktek-praktek tahayul (bertanya ke ahli nujum,
horoskop, dukun, dll.)?
 Apakah aku pernah dengan serius meragukan hal-hal yang berkenaan dengan Iman Katolik?
 Pernahkah aku membahayakan Imanku dengan membaca buku, selebaran, atau majalah yang menyesatkan atau
bertentangan dengan ajaran Iman dan Moral Katolik?
 Apakah aku pernah membahayakan Imanku dengan bergabung atau menghadiri pertemuan dan aktifitas dari
organisasi-organisasi yang menentang Gereja atau bertentangan dengan iman Katolik (kebaktian protestan,
persekutuan doa non-Katolik, partai komunis, freemason, aliran-aliran sesat dan agama-agama lain)?
 Pernahkah aku melakukan dosa sakrilegius (penghinaan terhadap orang, tempat, atau benda/hal yang suci)?

Perintah Allah Kedua


 Apakah aku mencoba dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi janji-janji dan resolusi-resolusi yang saya buat di
hadapan Allah?
 Pernahkah aku menyebut nama Allah dengan tidak hormat? Apakah aku pernah menggunakan nama Allah
dengan nada menghina, bercanda, marah, atau dengan cara-cara lain yang tidak hormat?
 Apakah aku pernah menggunakan nama Bunda Perawan Maria atau nama-nama Santo-Santa dengan nada
menghina, bercanda, marah, atau dengan cara-cara lain yang tidak hormat?
 Pernahkah aku menjadi sponsor (wali) dalam pembaptisan atau upacara-upacara lain di luar Gereja Katolik?
 Apakah aku pernah bersaksi dusta di bawah sumpah?
 Pernahkah aku mengingkari janji-janji/kaul-kaul pribadi maupun publik?

Perintah Allah Ketiga


 Apakah aku pernah tidak menghadiri Misa pada hari-hari Minggu atau hari-hari suci wajib lainnya?
 Pernahkah aku membiarkan diriku terganggu pada waktu Misa, dengan tidak memusatkan perhatian, menengok
kanan-kiri karena penasaran, dll.?
 Apakah aku pernah datang ke Misa dengan sangat terlambat tanpa alasan yang cukup sehingga aku gagal
memenuhi kewajiban menghadiri Misa hari Minggu?
 Pernahkah aku bertindak kurang sopan atau menunjukkan sikap yang kurang baik atau mengenakan pakaian
yang kurang senonoh di dalam gereja, atau menyebabkan orang lain terganggu?
 Apakan aku dengan murah hati membantu Gereja di dalam segala keperluannya seturut kemampuanku?
 Apakah aku melaksanakan puasa dan pantang pada hari-hari yang diwajibkan oleh Gereja?
 Pernahkah aku mengerjakan atau menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaan yang menguras tenaga (pekerjaan
manual yang menggunakan lebih banyak tenaga daripada pikiran) pada hari-hari Minggu atau hari-hari suci
wajib lainnya?

Perintah Allah Keempat


(Untuk Orangtua)
 Apakah aku pernah lalai untuk mengajari anak-anakku berdoa, mengantar mereka ke gereja, dan memberikan
mereka pendidikan Kristiani?
 Pernahkah aku memberikan teladan yang tidak baik kepada mereka?
 Apakah aku pernah lalai menjaga anak-anakku: di dalam pergaulan mereka, buku-buku yang mereka baca, film
dan acara televisi yang mereka tonton?
 Apakah aku sudah memastikan bahwa anak-anakku telah melakukan Pengakuan Dosa Pertama dan menerima
Komuni Pertama pada sekitar usia tujuh tahun?

(Untuk Anak-anak)
 Apakah aku pernah bersikap tidak patuh atau tidak hormat terhadap orangtuaku?
 Apakah aku pernah lalai untuk membantu orangtuaku di dalam segala keperluan mereka?
 Apakah aku memperlakukan orangtuaku dengan hanya sedikit kasih sayang atau rasa hormat?
 Apakah aku merasa terluka atau bersikap angkuh ketika aku ditegur oleh mereka?
 Apakah aku memiliki keinginan untuk mandiri yang terlalu berlebihan?
 Apakah aku mengerjakan segala tugas-tugas rumahku?
 Apakah aku pernah bertengkar dengan kakak dan adikku?

Perintah Allah Kelima


 Apakah aku mudah marah atau kehilangan kesabaranku?
 Apakah aku pernah iri hati atau cemburu terhadap orang lain?
 Pernahkah aku melukai atau membunuh orang? Apakah aku pernah sembrono ketika mengemudi?
 Apakah aku menjadi penyebab orang lain berbuat dosa dengan percakapanku, lelucon jorok, cara berpakaian,
undangan untuk menghadiri pertunjukkan-petunjukkan tertentu, meminjamkan buku atau majalah tidak baik,
membantu mereka mencuri, dll.? Apakah aku telah mencoba memperbaiki skandal yang terjadi?
 Berapa orang yang telah aku sebabkan berbuat dosa? Dosa-dosa apa?
 Apakah aku lalai menjaga kesehatanku? Pernahkah aku mencoba bunuh diri?
 Apakah aku pernah memutilasi diriku atau orang lain?
 Pernahkah aku mabuk-mabukan atau memakai obat-obatan terlarang/narkoba (ganja, heroin, ekstasi, dll.)?
 Apakah aku pernah makan atau minum secara berlebihan, membiarkan diriku terbawa oleh kerakusan?
 Pernahkah aku ambil bagian dalam segala bentuk tindakan kekerasan secara fisik (mengeroyok, pemloncoan,
berkelahi, dll.)?
 Pernahkah aku menyetujui atau secara aktif ambil bagian dalam sterilisasi langsung (tubektomi, vasektomi, dll.)?
Apakah aku sadar bahwa hal ini akan memiliki dampak permanen pada kehidupan perkawinanku dan bahwa
aku akan harus mempertanggungjawabkan segala akibatnya di hadapan Allah?
 Pernahkah aku menyetujui, menganjurkan, menasehati, atau secara aktif ambil bagian dalam aborsi? Apakah aku
sadar bahwa Gereja menghukum mereka yang memperoleh dan melakukan aborsi dengan ekskomunikasi?
 Apakah aku pernah menyakiti/merugikan orang lain dengan perkataan atau perbuatanku?
 Ketika orang menyinggung perasaanku, apakah aku berniat balas dendam, menyimpan permusuhan, kebencian,
atau perasaan tidak enak?
 Apakah aku meminta maaf setiap kali aku menyinggung perasaan orang lain?
 Apakah aku pernah mencemooh atau menggodai orang lain?

Perintah Allah Keenam dan Kesembilan


 Apakah aku pernah membiarkan diriku mempunyai pikiran-pikiran tidak senonoh/cabul?
 Pernahkah aku menyetujui keinginan-keinginan jahat yang melawan kebajikan kemurnian, meskipun saya
mungkin akhirnya tidak melakukannya? Apakah ada keadaan yang membuat dosa tersebut lebih parah
(hubungan/kedekatan dengan, atau status perkawinan, atau status tahbisan/konsekrasi kepada Allah, dari orang
yang terlibat)?
 Apakah aku pernah terlibat dalam percapakan yang tidak senonoh? Apakah aku yang memulainya?
 Apakah aku mencari kesenangan dalam rupa hiburan yang menempatkanku dekat dengan godaan-godaan dosa
(tari-tarian, film atau pertunjukan, bacaan yang tidak bermoral, pergaulan yang tidak baik, diskotik, rumah
bordil, bar/karaoke, spa/sauna, dll.)?
 Apakah aku sadar bahwa aku mungkin telah berbuat dosa dengan menempatkan diriku dalam godaan-godaan
ini (tinggal bersama dalam satu kamar dengan lawan jenis, berduaan dengan lawan jenis di dalam mobil di
tempat gelap, dll.)?
 Sebelum pergi menonton film atau membaca buku, apakah aku mencoba untuk mencari tahu implikasi
moralnya, agar aku tidak menempatkan diriku dalam ancaman langsung untuk berbuat dosa dan untuk menjaga
agar hati nuraniku tidak tercemarkan?
 Apakah aku pernah membiarkan diriku mempunyai perasaan-perasaan yang kotor/tidak murni?
 Apakah aku dengan sengaja ingin melihat gambar-gambar yang tidak senonoh atau tampil tidak senonoh atau
melihat orang dengan pikiran tidak senonoh? Apakah aku pernah dengan sengaja ingin melakukan dosa-dosa
semacam ini?
 Pernahkah aku menyebabkan orang lain berbuat dosa ketidakmurnian atau ketidaksenonohan? Dosa apa saja?
 Pernahkah aku melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak murni? Secara individu melalui praktek
penyalahgunaan diri (masturbasi) yang termasuk dosa mortal/berat? Melakukannya bersama orang lain? Berapa
kali? Dengan orang-orang yang sama jenis atau lawan jenis? Apakah ada keadaan (hubungan, kedekatan, dll.,
dari orang yang terlibat) yang dapat memberatkan perbuatan dosa itu?
 Apakah aku mempunyai persahabatan yang seringkali menjadi godaan untuk berbuat dosa?
 Apakah aku siap untuk memutuskan hubungan dengan mereka?
 Dalam pacaran, apakah cinta kasih adalah alasan mendasarku untuk membina hubungan dengan pacarku?
Apakah aku hidup dengan semangat pengorbanan yang konstan dan gembira untuk tidak menempatkan orang
yang aku kasihi dalam bahaya dosa? Apakah aku menganggap rendah cinta kasih dengan mencemarkannya
dengan egoisme atau kesenangan semata?
 Apakah aku melakukan perbuatan-perbuatan yang melibatkan atau menjurus kepada nafsu birahi seperti
petting/bercumbu, necking/menciumi leher, berciuman penuh nafsu dan berpelukan berkepanjangan?

(Untuk Suami/Isteri)
 Apakah aku pernah menyalahgunakan perkawinan? Apakah aku pernah menindas hak perkawinan
pasanganku? Apakah aku pernah mengkhianati janji setia perkawinan dalam keinginan atau dengan perbuatan?
 Apakah aku melakukan hubungan intim pada hari-hari tertentu saja dikala tidak mungkin terjadi kehamilan?
Apakah aku melanjutkan metode pengaturan kehamilan ini tanpa alasan yang memadai?
 Pernahkah aku meminum pil atau metode KB artifisial yang lain untuk menghindari kehamilan?
 Pernahkah aku menganjurkan orang lain menggunakan KB artifisial?
 Apakah aku mempunyai andil di dalam menyebarkan suasana yang mendukung penggunaan KB artifisial
melalui nasehat-nasehat, lelucon-lelucon, sikap-sikapku, dll.?
(Mengenai aborsi, sterilisasi, dll., lihat Perintah Allah Kelima).

Perintah Allah Ketujuh dan Kesepuluh


 Apakah aku pernah mencuri barang apapun atau uang berapapun? Apakah aku mengembalikannya, atau
setidaknya, memiliki niat untuk mengembalikannya?
 Pernahkah aku merusak atau menyebakan kerusakan terhadap properti/barang milik orang lain?
 Apakah aku pernah merugikan orang lain dengan kecurangan, penipuan, atau pemaksaan dalam kontrak atau
transaksi bisnis?
 Apakah aku menghambur-hamburkan uang melebihi kemampuanku? Apakah aku menggunakan uang secara
berlebihan untuk hal-hal yang tidak penting oleh karena iseng, ingin pamer, atau plin-plan?
 Apakah aku memberikan bantuan/sumbangan sesuai dengan kemampuanku?
 Apakah aku iri akan barang-barang milik sesamaku?
 Pernahkah aku lalai membayar hutang-hutangku?
 Apakah aku pernah menyimpan barang temuan atau curian?
 Apakah aku mempunyai keinginan untuk mencuri?
 Apakah aku rajin dalam pekerjaanku dan belajarku atau sebaliknya apakah aku membiarkan diriku terbawa oleh
kemalasan atau kenyamanan?
 Apakah aku serakah? Apakah aku memiliki pandangan hidup materialistis yang terlalu berlebihan?

Perintah Allah Kedelapan


 Pernahkah aku bersaksi dusta/berbohong? Apakah aku telah memperbaiki segala kerusakan/kerugian yang
terjadi sebagai akibat dari dusta/kebohonganku?
 Apakah aku pernah dengan tidak adil menuduh orang lain?
 Pernahkah aku memfitnah orang lain, yaitu, mengatakan kebohongan yang menghancurkan/menghina tentang
orang lain?
 Apakah aku pernah turut ambil bagian dalam menyebarkan gosip, main tikam dari belakang, atau menyebarkan
kabar burung?
 Pernahkah aku membocorkan rahasia dengan tanpa alasan?

Apa yang sebaiknya dilakukan sebelum Pengakuan Dosa


a) Periksalah batinmu. Ingat kembali dosa-dosamu. Perlahan tanyakan kepada diri sendiri apa yang telah anda lakukan
dengan penuh kesadaran dan dengan penuh kesengajaan yang bertentangan dengan Perintah-Perintah Allah.
b) Dengan sungguh-sungguh sesalilah dosa-dosamu. Menyesali dosa adalah lebih penting daripada mengingat dosa-dosa
anda. Ini tidaklah sulit jika anda sadar bahwa untuk satu dosa mortal/berat, anda bisa, sekarang dan selamanya,
berada dalam api neraka, tanpa harapan untuk memperoleh kembali kebahagiaan kekal dan kemuliaan surgawi.
Patutlah anda bersyukur atas Kerahiman Allah, Bapamu Yang Penuh Kasih, yang melihat kemalanganmu dan tidak
langsung menghukummu, tetapi sebaliknya Dia menunggu anda untuk kembali kepada-Nya. Dia menerima,
memeluk dan mencium anda lagi, dan melupakan segala kedurhakaan. Dia adalah Bapa Surgawi yang sama, yang
mengirimkan Putra-Nya yang Tunggal, Yesus, untuk menderita sengasara dan wafat untuk menebus dosa-dosa
anda. Bagaimana mungkin kita bisa-bisanya tidak mengasihi-Nya, dan benar-benar menyesali segala kedurhakaan
kita? Menyesallah sebab karena dosa-dosa anda telah kehilangan upah surgawi, dan pantas menerima hukuman
api neraka (Penyesalan Tak Sempurna); akan tetapi terlebih lagi, menyesallah oleh karena anda telah menyakitkan
hati Bapa Surgawi Yang Penuh Kasih dan Penyelamat dan Penebusmu Yang Maha Rahim, Yesus Kristus
(Penyesalan Sempurna).
c) Agar supaya yakin bahwa penyesalan anda adalah benar dan sungguh-sungguh, bertekadlah penuh di dalam hati bahwa anda
lebih memilih untuk mati daripada berbuat dosa. Anda tidak perlu berjanji untuk tidak akan jatuh lagi ke dalam dosa.
Kita tahu kelemahan dan kecenderungan kita untuk berbuat dosa sangatlah besar. Dengan penuh rasa percaya
kepada Allah, bertekadlah sekarang untuk sungguh-sungguh mencoba di masa depan untuk menghindari dosa.
Dosa dan godaan mungkin masih terus menarik kita; akan tetapi kehendak kita haruslah bertekad untuk membenci
dan menolaknya. Inilah semua persiapan yang diperlukan. Di depan sebuah Salib, jika mungkin, dengan tulus
doakanlah Doa Tobat:
Allah yang Maha Rahim, aku menyesal atas dosa-dosaku, sebab patut aku Engkau hukum, terutama sebab aku telah
menghina Engkau, Yang Maha Murah dan Maha Baik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan
pertolongan rahmatMu, hendak memperbaiki hidupku, dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah, ampunilah aku, orang
berdosa. Amin.

Tata Cara Pengakuan Dosa

a) Berlututlah dan katakan: Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus atau Berkatilah saya, Romo, karena saya telah
berdosa. Pengakuan dosa saya yang terakhir adalah……... (berapa minggu, bulan, tahun yang lalu, dll.). Dosa-dosa saya
adalah.......
.
b) Beritahukan dosa-dosa yang anda ingat. Mulailah dengan dosa yang terberat, yang paling memalukan untuk
diakukan, supaya menjadi lebih mudah untuk mengatakan dosa-dosa selanjutnya.
Jika anda tidak tahu bagaimana cara mengaku dosa, atau merasa gelisah, malu, katakan saja kepada Imam: Tolong,
bantu saya, Romo, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Lalu, tenang saja, anda tidak perlu khawatir. Sang Imam
akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang perlu saja untuk membantu anda melakukan Pengakuan Dosa yang
baik. Jawab saja dengan tulus, Ya atau Tidak, tanpa bermaksud untuk menutupi apapun, dan Pengakuan Dosamu
akan menjadi sangatlah baik.
Allah hanya meminta supaya kita mengakui semua dosa-dosa berat yang telah kita perbuat, di hadapan Imam-Nya.
Sepanjang kita benar-benar menyesali dosa-dosa kita, meskipun kita tidak sengaja lupa akan beberapa dosa, Dia
akan memaafkan kita juga sepenuhnya, termasuk dosa-dosa yang mungkin terlupakan itu.
Kalau anda tidak ingat pernah melakukan dosa berat, pastikan untuk mengakukan setidaknya beberapa dosa-dosa
ringanmu, dengan menambahkan kalimat: “Saya menyesal atas dosa-dosa ini dan semua dosa-dosa saya di masa
lalu, terutama atas…” (katakan saja salah satu dosa yang anda benar-benar menyesal telah melakukannya).

c) Kemudian dengarkanlah nasihat yang diberikan oleh Imam kepadamu. Perhatikanlah penitensi (beberapa doa atau
pekerjaan baik) yang mungkin Imam minta untuk anda lakukan sebagai silih atas hukuman temporal (hukuman
akibat dosa, yang kita terima selagi kita hidup) setelah pengampunan dosa-dosa anda.

d) Doakan sekali lagi Doa Tobat, dan dengan rendah hati dan penuh rasa syukur dengarkanlah Absolusi (Pengampunan)
yang diberikan oleh Imam dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, yang kemudian anda jawab: Amin. Dan
setelah itu anda boleh keluar dari ruang Pengakuan Dosa. Jika Sang Imam mengakhiri dengan berkata:
“Bersukacitalah di dalam Tuhan dan pergilah dalam damai.” anda boleh menjawab, “Syukur kepada Allah!”

Anda mungkin juga menyukai