Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam


kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan harus
memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar menegakkan
suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai pengambilan keputusan dan
menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis salah satu
kemampuan yang harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu berpikir kritis.
Proses manajemen kebidanan tersebut merupakan proses yang khas, terdiri dari
tindakan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Reflective ialah pembimbing mampu menyeleksi pengetahuan yang telah
diperolehnya dengan memberikan kontribusi dalam perkembangan pribadi dan social
seseorang melalui pengalaman dan pemecahan suatu masalah dengan menggunakan suatu
proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arahkesimpulan-kesimpulan
yang definitive.
Pengetahuan juga didapat dari proses berpikir. Proses berpikir tersebut merupakan
kemampuan manusia dalam menggunakan akal untuk memahami lingkungannya. Tanpa
berpikir manusia tidak bisa diakui keberadaannya. Dari kemampuan berpikirnyalah, manusia
mampu mengembangkan pengetahuan. Untuk mengembangkan pengetahuan manusia
melakukan proses berpikir ilmiah yaitu berpikir sesuai dengan kaidah-kaidah keilmiahan.
Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan
yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental untuk
membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan
berpikir peserta didik dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna
melalui persoalan pemecahan masalah. Pengalaman atau pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam
pemecahan masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. Betapa
pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunyai struktur konsep yang dapat
berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan.
Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam berpikir kritis.
Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai dengan alasan
1
yang rasional dan logis, bersifat reflektif, mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi
bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan dipecahkan, memiliki kemampuan
pemecahan masalah (problem solvig). Karakteristik lainnya menurut beberapa ahli adalah
seorang bidan mampu membuat suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh,
dari berbagai hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya bukti, membuat
argument yang beralasan untuk mendukung kesimpulan dan menjelaskan pola fikir yang
telah terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah karakteristik sebelumnya.
Akal pikiran yang dimiliki manusia, menyebabkan manusia dapat menciptakan
pengetahuan, namun bukan jaminan manusia memilki pengetahuan secara otomatis, karena
pikiran manusia hanyalah ruang kosong yang harus diisi dengan pengetahuan.
Penelitian menempatkan posisi yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Penggunaan cara-cara ilmiah dalam sebuah aktivitas
menjawab rasa ingin tahu, tidak saja memerhatikan kebenaran ilmiah (scientific truth), akan
tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran itu, cara itu adalah
penelitian ilmiah (scientific research) atau disebut dengan metode penelitian.
Given (Dharma, 2007:301) menjelaskan sistem pembelajaran reflektif merupakan
sistem paling canggih, meskipun sistem ini paling ahir berkembang. Sistem ini adalah yang
terahir berkembang sempurna dalam masa hidup seseorang. Pembelajaran reflektif berurusan
dengan fungsi otak dan tubuh seperti pemikiran tingkat tinggi dan pemecahan masalah. Pada
saat ini sistem reflektif secara mental menghidupkan kembali masa lalu sambil memikirkan
masa depan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berpikir reflektif (reflective thinking) merupakan bagian dari metode
penelitan yang dikemukakan oleh John Dewey. Pendapat Dewey menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses sosial dimana anggota masyarakat yang
belum matang (terutama anak-anak) diajak ikut berpartisipasi dalam
masyarakat.
Tujuan pendidikan adalah memberikan kontribusi dalam perkembangan
pribadi dan sosial seseorang melalui pengalaman dan pemecahan masalah
yang berlangsung secara reflektif (Reflective Thinking).
Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah,
yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke
arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah yaitu :

1. Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu
sendiri.
2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan
menentukan masalah yang dihadapinya.
3. Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama
lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan
masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4. Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan
akibatnya masing-masing.
5. Selajutnya ia mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan
yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya
pemecahan masalah itu. Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang
tepat, maka akan di cobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan
pemecahan masalah yang tepat.

3
Konsep reflektif dari John Dewey berkenaan dengan kemampuan berfikir
reflektif dan bersikap reflektif. Kemampuan berfikir reflektif terdiri atas lima
komponen yaitu:

1. Recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan


masalah;
2. Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan
masalah;
3. Suggestion of posible solution, mengajukan beberapa kemungkinan
alternatif solusi pemecahan masalah;
4. Rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan
masalah dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan;
5. Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi
pemecahan masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan
membuat kesimpulan.

Dalam artikel jurnal Teaching and Teacher Education (vol.12.no.1, Januari


1996), Helen L. Harrington cs mengemukakan dan mengembangkan tiga
komponen sikap reflektif yaitu:

1. Openmindedness atau keterbukaan, sebagai refleksi mengenai apa yang


diketahui, dalam pembelajaran ada tiga pola dasar yaitu pola berfokus pada
guru, siswa, dan inklusif;
2. Responsibility atau tanggung jawab, sebagai sikap moral dan komitmen
profesional berkenaan dengan dampak pembelajaran pada siswa saja, siswa
dan guru, serta siswa, guru dan orang lainnya;
3. Wholeheartedness atau kesungguhan dalam bertindak dan melaksanakan
tugas, dengan cara pembelajaran langsung guru, proses interaktif, dan
proses interaktif yang kompleks.

4
Kemampuan berpikir reflektif terdiri dari kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif sama seperti kemampuan berpikir lainnya.

1. Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan seni (Paul and Linda Elder, 2006)
gambaran sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang
ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir
logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk
membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia
yakini, (Glaser dalam Alec Fisher, 2001; OU,2008).
Berpikir kritis dan penalaran klinis adalah bentuk hipotetis-deduktif.
Berpikir dan penalaran yang berfokus pada fakta-fakta biofisik sehingga
memastikan bahwa keputusan diagnostik dan pengobatan nantinya
didasarkan pada pemikiran logis (Jefford, et al., 2011).
Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan
potensi dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal
baru dalam manajemen asuhan kebidanan.
Berpikir kritis meningkatkan kemampuan verbal dan analitik yang
sistematis sehingga mengeksplorasikan gagasan-gagasan, menganalisis
masalah hingga memahami masalah khususnya dalam manajemen asuhan
kebidanan.
Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas. Untuk menghasilkan solusi
kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya memerlukan gagasan baru
namun dengan berpikir kritis dapat mengevaluasi gagasan lama dan baru,
memilih yang terbaik dan memodifikasi bila perlu.
Berpikir kritis merupakan upaya refleksi diri, evaluasi diri terhadap
nilai, keputusan yang diambil sehingga hasil refleksi dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. (Lai Emily, 2011; Jefford et al, 2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Fenech (2015) pada bidan dan perawat
yang melakukan refleksi praktik dengan Protection Motivation Theory
(PMT) diyakini bahwa bidan akan dapat bekerja dalam kemitraan dengan
dokter kandungan untuk memberikan perawatan yang aman dan efektif
dalam lingkup praktek dan tidak adanya rasa takut.

5
Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan
unsur-unsur dasar dalam berpikir kritis agar asuhan kebidanan yang akan
diberikan berkualitas. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep.
Seorang bidan harus memahami konsep dasar manajemen asuhan
kebidanan, konsep-konsep dasar kebidanan baik definisi, aturan yang
mengikat atau etika profesi dan prinsip-prinsip dari konsep kebidanan
tersebut.
Unsur kedua adalah asumsi, yaitu dugaan sementara oleh bidan
terhadap kasus kebidanan yang ditangani. asumsi akan menjadi diagnosa
nyata setelah bidan melakukan pengumpulan da subjektif dan objektif
secara akurat dan diolah dengan berpikir kritis, analisis dan logis.
Unsur ketiga adalah implikasi dan konsekuensi. Bidan melakukan
suatu tindakan dan bertanggungjawab untuk setiap konsekuensi yang timbul
dari masing-masing tindakan yang telah dilakukan karena setiap tindakan
memiliki alasan atau rasionalnya.
Unsur keempat adalah tujuan. Manajemen asuhan kebidanan harus
jelas tujuan dan rasional. Unsur kelima adalah pertanyaan atas isu yang ada.
Bidan dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan harus memecahkan
semua pertanyaan atau isu yang ada. Unsur keenam adalah informasi
akurat, yaitu manajemen asuhan kebidanan harus didapat dari data yang
akurat, jelas sumber, fakta ataupun melakukan observasi langsung.
Unsur ketujuh adalah interpretasi dan inferensi. Manajemen asuhan
kebidanan akan memberikan hasil akhir sehinggadapat mengambil
keputusan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan.
Menurut Ennis (Muhfaroyin, 2009), ada 12 indikator kemampuaan
berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir
kritis, yaitu:
1. Memberikan penjelasan secara sederhana yang meliputi: memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan.
membangun keterampilan dasar yang meliputi:
2. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak,
mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi

6
3. Menyimpulkan yang meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil
deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat
dan menentukan nilai pertimbangan.
4. Memberikan penjelasan lanjut yang meliputi: mendefinisikan istilah dan
pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur Strategi dan Taktik yang meliputi: menentukan tindakan,
berinteraksi dengan orang lain.

2. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari
adanya kepekaan terhadap situasi yang yang sedang dihadapi, bahwa di
dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau
harus diselesaikan.
Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak
seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi. Hasil yang dimunculkan
dari berpikir kreatif itu sesungguhnya merupakan suatu yang baru bagi yang
bersangkutan serta merupakan sesuatu yang berbeda dari yang biasanya dia
lakukan.
Untuk mencapai hal ini orang harus melakukan sesuatu terhadap
permasalahan yang dihadapi, dan tidak tinggal diam saja menunggu. Dalam
keadaan yang ideal, manakala siswa dihadapkan (oleh guru) pada suatu
situasi, siswa diminta untuk melakukan suatu observasi, eksplorasi, dengan
menggunakan intuisi serta pengalaman belajar yang mereka miliki, dengan
hanya sedikit panduan atau tanpa bantuan guru (Sobel, dan Maletsky,
1988). Tetapi pendekatan seperti ini khususnya tidak hanya cocok bagi
siswa yang pandai, namun memberikan suatu pengalaman yang diperlukan
bagi mereka di kemudian hari dalam melakukan penelitian.
Berpikir kreatif juga nampak dalam bentuk kemampuan untuk
menemukan hubungan-hubungan yang baru, serta memandang sesuatu dari
sudut pandang yang berbeda dari yang biasanya (Evans, 1999).
Evans (1991) mengemukakan bahwa berpikir kreatif terdeteksi dalam
empat bentuk yaitu : kepekaan (sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan
(flexibiliy), dan keaslian (originality). Berkaitan dengan kepekaan, keaslian,
kelenturan serta kelancaran dalam proses berpikir yang melahirkan gagasan
7
(kreatif) dipandang perlu adanya suatu tindakan lanjut untuk membenahi
serta menata dengan baik atau teratur dan rinci apa yang telah dihasilkan.
Hal ini perlu dilaksanakan agar individu tidak kehilangan momentum
dalam suasana belajar, terutama sebelum ia sempat lupa akan ide-ide yang
bagus yang muncul. Penantaan yang teratur dan rinci ini membuka
kesempatan padanya untuk sewaktu-waktu dapat mengulangi atau membaca
serta mengkaji kembali apa yang ia hasilkan
Proses berpikir refleksi ini pernah diperkenalkan oleh John Dewey. Ia
mengemukakan proses berpikir tersebut melalui langkah-langkah, berikut
ini:
1. The felt need, yaitu suatu kebutuhan
2. The problem, yaitu menetapkan masalah
3. The hyphothesis, yaitu menyusun hipotesis
4. Collection of data as avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian
5. Concluding belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini
kebenarannya
6. General value the conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan
secara umum
Menurut Perkins (Dharma, 2007:304) menyatakan bahwa upaya meningkatkan
pemikiran dan pembelajaran reflektif dengan menghindari lubang-lubang kognisi
sebagai berikut:
1. Luangkan waktu secukupnya untuk memecahkan masalah, kumpulkan bukti
yang lengkap, hindari penilaian tergesa-gesa.
2. Kembangkan keterbukaan pikiran agar dapat melihat ke luar dari posisi
keyakinan diri yang menumbuhkan egoisme.
3. Pertimbangkan setiap tujuan dan pandangan altrernatif secara obyektif.
4. Buat beberapa interpretasi dan sudut pandang sebelum mengambil keputusan.
5. Hentikan prilaku-prilaku otomatis dan pikirkan kembali tindakan yang sudah
menjadi kebiasaan.
6. Ingat, setiap orang melihat hal yang sama melalui lensa pengalamannya
sendiri.
7. Tarik kesimpulan dari bacaan.
8. Kembangkan argumen tertulis yang meyakinkan dan tersusun dengan baik.
9. Kenali upaya untuk merasionalkan pikiran dan perilaku.
8
10. Pertimbangkan pandangan alternatif dari pemikiran yang sempit.
11. Pertahankan sikap positif terhadaf pemikiran, pemantauan, dan pengelolaan
diri, penggunaan strategi dalam pengambilan keputusan dan penjajakan
berbagai kemungkinan.

John Dewey dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam


memecahkan masalah dengan 5 langkah utama yaitu:
1. Adanya suatu kesulitan yang dirasakan.
Kesulitan mungkin dirasakan dengan adanya kepastian yang memadai,
sehingga hal ini menyebabkan akal budi memikirkan pemecahannya yang mungkin
atau menimbulkan kegelisahan atau kejutan yang tidak jelas sehingga baru
kemudian mencetuskan upaya yang pasti untuk mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi. Pada langkah ini pebelajar mempunyai pengalaman langsung dari
keterlibatannya artinya dalam tahap ini, pebelajar merasakan adanya permasalahan
setelah mengalami langsung situasi belajar.
2. Menentukan letak dan batas kesulitan
Langkah ini menuntun pebelajar untuk berfikir kritis yang terkendali dan
pemikiran yang tidak terkendali. Berdasarkan pengalaman pada langkah pertama
tersebut pebelajar mempunyai masalah khusus yang merangsang pikirannya, dalam
langkah ini pebelajar mencermati permasalahan dan timbul upaya mempertajam
masalah sampai pada menentukan faktor-faktor yang diduga menyebabkan
timbulnya masalah.
3. Saran pemecahan yang mungkin
Pebelajar mempunyai atau mencari informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut, dalam langkah ini pebelajar memikirkan dan
merumuskan penyelesaian masalah dengan mengumpulkan data-data pendukung.
4. Pengembangan melalui penalaran dari langkah ketiga
Pada langkah ini pebelajar mengembangkan berbagai kemungkinan dan solusi
tentatif untuk memecahkan masalah, pebelajar berusaha untuk mengadakan
penyelesaian masalah dengan memunculkan hipotesis penyelesaian masalah
5. Melakukan pengamatan dan percobaan lebih lanju
Pada langkah kelima mengarahkan pada penerimaan atau penolakan
kesimpulan mengenai keyakinan atau kesangsian. Artinya pebelajar menguji
kemungkinan dengan jalan menerapkannya untuk memecahkan masalah sehingga
9
pebelajar menemukan sendiri keabsahan temuannya, pebelajar mencoba
menyelesaikan permasalahan dengan menguji hipotesis yang sudah disusunnya dan
kemudian menarik kesimpulan. Menguji hipotesis dilakukan dengan eksperimen,
pengujian dan perekaman data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan
yang lain agar nantinya ditemukan keterkaitan antar data tersebut dengan
melakukan analisis. Berdasarkan analisis data tersebut kemudian ditarik kesimpulan
yang mendukung atau menolak hipotesis (Yusufhadi, 2005 :129).
Kegiatan berpikir timbul karena adanya gangguan terhadap situasi yang menimbulkan
masalah bagi manusia (langkah 1,2) untuk memecahkannya disusun hipotesis sebagai
bimbingan bagi tindakan berikutnya. Dewey menegaskan bahwa berpikir ilmiah merupakan
alat untuk memecahkan masalah, yang kemudian disebut metode ilmiah. Metode ilmiah
tersebut oleh Dewey disebut dengan reflective thinking. Langkah-langkah metode ilmiah
menurut Nana (2007) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah
2. Merumuskan dan membatasi masalah
3. Menyusun hipotesis
4. Mengumpulkan dan menganalisis data
5. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan

Proses penggunaan sistem pembelajaran reflektif dalam sebuah kelas dapat dilakukan
dengan cara berikut:

1. Belajar Jurnal
Pertama adalah belajar jurnal, para siswa diminta untuk membuat jurnal
mingguan di mana mereka merekam dan berkomentar tentang pengalaman mereka
sebagai pelajar dalam kelas tersebut. Dibutuhkan waktu lima menit untuk siswa
menulis jurnal tersebut. Pada akhir pelajaran jurnal tersebut di kumpulkan kepada
guru untuk diberi komentar.
2. Belajar Mitra (kelompok atau kerjasama)
Belajar mitra berguna untuk mendiskusikan ide-ide yang dibangkitkan,
mengeksplorasi kepentingan mereka sendiri, bertukar pikiran untuk memberikan
komentar satu sama lainnya.
3. Belajar Kontrak
Penggunaan belajar kontrak pada pembelajaran refleksi ada tiga tahap:
10
a. Sebelum penyusunan sebuah draft awal untuk disampaikan kepada siswa
harus fokus pada pengalaman mereka, kebutuhan mereka belajar dan
bagaimana mereka bisa belajar dengan baik.
b. Dalam dialog dengan siswa, konsepsi pembelajaran ini didiskusikan dan
kontrak yang direvisi dihasilkan.
c. Sebelum penyerahan hasil ahir belajar mereka, siswa diminta dalam kontrak
untuk meninjau pembelajaran mereka dan bagaimana mereka dapat
menyampaikannya kepada orang lain.
d. Jadwal Penilaian Diri
Jadwal penilaian diri digunakan sebagai sarana memungkinkan siswa untuk
menyatukan berbagai pembelajaran mereka dalam suatu kelas, untuk
merefleksikan prestasi mereka dan mengkaji implikasinya untuk pembelajaran
lebih lanjut. (Tebow, 2008)
B. Manfaat Berpikir Reflektif dalam Filsafat Ilmu
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah inilah yang
menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam berpikir untuk
dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah yang paling
sumir/ringan hingga masalah yang sangat "Sophisticated"/sangat muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian gerak
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan [knowledge].

Berpikir reflektif dalam filsafat ilmu bermanfaat dalam:

1. Menemukan pertanyaan penelitian (research question) melalui data sekunder.


2. Melihat suatu proses dari perwujudan teori
3. Melihat linkage dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud
memperbaikinya
4. Melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada. Kemudian
bermaksud meningkatkannya.
5. Menjelaskan segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah
ada atau belum dapat dijelaskan secara sempurna.
6. Menyusun kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain dari

11
mendudukperkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka
teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan
perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau
menerangkan pertanyaan peneltian yang diidentifikasi.

C. Karakteristik Berpikir Reflektif


Boody, Hamilton dan Schon menjelaskan tentang karakteristik dari
berpikir reflektif sebagai berikut:
1. Refleksi sebagai analisis retrospektif atau mengingat kembali (kemampuan
untuk menilai diri sendiri). Dimana pendekatan ini siswa maupun guru
merefleksikan pemikirannya untuk menggabungkan dari pengalaman
sebelumnya dan bagaimana dari pengalaman tersebut berpengaruh dalam
prakteknya.
2. Refleksi sebagai proses pemecahan masalah (kesadaran tentang bagaimana
seseorang belajar). Diperlukannya mengambil langkah-langkah untuk
menganalisis dan menjelaskan masalah sebelum mengambil tindakan.
3. Refleksi kritis pada diri (mengembangkan perbaikan diri secara terus
menerus). Refleksi kritis dapat dianggap sebagai proses analisis,
mempertimbangkan kembali dan mempertanyakan pengalaman dalam
konteks yang luas dari suatu permasalahan. Refleksi pada keyakinan dan
keberhasilan diri. Keyakinan lebih efektif dibandingkan dengan
pengetahuan dalam mempengaruhi seseorang pada saat menyelesaikan
tugas maupun masalah. Selain itu, keberhasilan merupakan peran yang
sangat penting dalam menentukan praktik dari kemampuan berpikir
reflektif.

Menurut Santrock, siswa yang memiliki gaya reflektif cenderung


menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi
jawaban. Individu reflektif sangat lamban dan berhati-hati dalam memberikan
respons, tetapi cenderung memberikan jawaban secara benar.Siswa yang
reflektif lebih mungkin melakukan tugas-tugas seperti mengingat informasi
yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasikan teks,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.

12
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berpikir reflektf adalah merupakan bagian dari metode penelitan yang
dikemukakan oleh John Dewey yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati,
yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif
melalui lima langkah yaitu :
1. Menyusun kerangka pemikiran (logical construct)
2. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah)
3. Menguji hipotesis secara empirik.
4. Melakukan pembahasan.
5. Menarik kesimpulan.
Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan berpikir kreatif adalah
hubungan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian yang didalamnya
terdapat urutan berpikir reflektif adalah filsafat ilmu menjelaskan tentang
duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi landasan asumsinya,
bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa hasil-hasil empirik yang
dicapainya, serta batas-batas kemampuannya.
Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan
manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan dan
tepatnya asuhan yang diberikan.
Berpikir kritis harus diintegrasikan kepada seluruh profesi bidan dan
dimulai pada mahasiswa kebidanan untuk setiap manajemen asuhan kebidanan
yang akan dilakukan sehingga menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu
B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima, dan jika ada kekurangan didalam
makalah ini boleh sekiranya kami meminta saran yang baik agar makalah ini
dapat tersusun lebih baik lagi.

13

Anda mungkin juga menyukai