PENDAHULUAN
1
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2
Pada jurnal ini pengambilan sampel dilakukan acak, yaitu pada sukarelawan
penderita Lepra sebanyak 713 orang, 170 pasien penderita lepra, dan 543 HHC atau
keluarga pasien penderita lepra dalam 159 kelompok keluarga. Dari sukarelawan
tersebut, 225 pasien dimonitor dua kali, 45 diantaranya merupakan pasien lepra dan
180lainnya adalah keluarga pasien. Kemudian sukarelawan tersebut akan diberi
beberapa pemeriksaan klinis terkait juga perhitungan terkait data epidemiologi.
Berdasarkan data tersebut, dapat dikategorikan pada jurnal ini teknik yang
digunakan adalah pengambilan sampel acak. Dimana peneliti tidak menentukan
informan yang akan diuji namun dari sukarelawan tersebut kemudian diambil
beberapa yang sesuai dengan kriteria penelitian. Dari hasil tersebut, dapat
dikategorikan bahwa jurnal ini mengambil metode Simple Random Sampling.
3
serologis(>
605U/ml)
- Faktor
resiko pada
stadium
subklinis(u
mur, jenis
kelamin,
personal
hygiene,
status gizi,
genetik dan
status
imunitas)
b. Tujuan Mengetahui
karakterist
ik
penyakit
lepra
dengan
pengambil
an data
dari
pasien
dengan
penyakit
lepra(24%
) dan
rumah
tangga/H
HCs(76%
)
c. Metode Melakukan
survey
pada
tahun
2003 dan
2012 pada
anggota
keluarga
yang
tiggal satu
atap
dengan
penderita
4
lepra
b. Tujuan Mengetahui
faktor
penularan
Mycrobac
terium
leprae
c. Metode Melakukan
survey
pada
tahun
2003 dan
2012 pada
anggota
keluarga
yang
tiggal satu
atap
dengan
penderita
lepra lebih
dari 6
bulan
5
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif dan bivariat dilakukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk
program Sosial dan Sains (SPSS Inc, Chicago, IL) PASW Statistics 18. rasio odds
(95% CI) telah dihitung dan nilai P < 0,05 dianggap signifikan.
6
BAB III
HASIL PENELITIAN
7
seorang anak pria berusia 30 tahun dengan kasus kusta MB. Serta cucu dari
kakek tersebut yang berusia 5 tahun menderita kusta PB
3.1.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 159 KT yang terlibat tetapi hanya 45
KT yang dilakukan monitoring 2 kali. Hal ini terjadi karena adanya migrasi,
hilangnya kontak dengan pusat kesehatan, dan kurangnya kesepakatan dari
beberapa KT untuk dilakukan pemantauan.